Anda di halaman 1dari 8

PELAKSANAAN KEWENANGAN DESA

DALAM RANGKA MEWUJUDKAN OTONOMI DESA


(Studi pada Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora)

Innesa Destifani, Suwondo, Ike Wanusmawatie


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya Malang
E-mail: innesadestifani@gmail.com

Abstract: Implementation Of Village Authority in Realizing Village Autonomy. Village authority


is the core of village autonomy. The authority which have owned by village listed in the Law
Number 32 year 2004 about Regional Governments through Government Regulation Number 72
year 2005 about Village. In this implementation of village authority, between policy with
implementation, its still not appropriate, include Sumber Village, Kradenan Sub-district, Blora
Regency. This research wants to know the implementation of village authority in Sumber Village
in realizing village autonomy. This research uses qualitative method. The implementation of
village authority in Sumber Village more dominated from government affairs that be the authority
of regency/city which is the settings had submitted to the village and assistance duty of
government, provincial government, and/ or district government. The activities of government are
more prominent than its origin. Culture and custome are not strong anymore because the position
of Sumber Village is a transition village from traditional village to modern village.

Keywords: village authority, village autonomy

Abstrak: Pelaksanaan Kewenangan Desa dalam Rangka Mewujudkan Otonomi Desa.


Kewenangan desa merupakan inti dari otonomi desa. Kewenangan yang dimiliki oleh desa
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Dalam pelaksanaan kewenangan desa
ini, antara kebijakan dengan implementasinya ternyata belum sesuai, termasuk juga Desa Sumber,
Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan
kewenangan desa di Desa Sumber dalam rangka mewujudkan otonomi desa. Penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif. Pelaksanaan kewenangan desa di Desa Sumber ini lebih
didominasi dari urusan pemerintah kabupaten/ kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa
serta tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan/ atau pemerintah kabupaten.
Kegiatan pemerintahan lebih menonjol daripada hak asal-usulnya. Budaya dan adat istiadat sudah
tidak kental lagi karena posisi Desa Sumber yang merupakan desa transisi dari desa tradisional ke
arah desa modern.

Kata kunci: kewenangan desa, otonomi desa

Pendahuluan tidak dapat mengelola desa sesuai dengan


Kewenangan desa merupakan elemen kondisi budaya dan adat dari desa tersebut.
penting dalam kajian otonomi desa. Kewe- Pada era reformasi diterbitkan Undang-
nangan desa merupakan hak yang dimiliki Undang Nomor 22 Tahun 1999 kemudian
desa untuk mengatur secara penuh urusan disempurnakan menjadi Undang-Undang
rumah tangga sendiri. Berdasarkan sejarah- Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
nya, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 Daerah yang memberikan keleluasaan kepa-
tentang Pemerintahan Desa memposisikan da desa untuk dapat mengatur rumah tangga-
desa berada dibawah kecamatan dan kedu- nya sendiri sesuai dengan kondisi adat dan
dukan desa diseragamkan diseluruh Negara budaya setempat. Dalam undang-undang
Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini meng- tersebut selanjutnya dipertegas dalam Pera-
hambat tumbuhnya kreatifitas dan partisipasi turan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005
masyarakat desa setempat karena mereka tentang Desa memuat tentang kewenangan-
kewenangan desa. Dari kewenangan yang

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6, Hal. 1239-1246 | 1239


dimiliki oleh desa tersebut diharapkan dalam Kabupaten Blora tidak semudah kebijakan
pelaksanaannya sesuai dengan tujuan yaitu yang ada yang tertuang dalam Undang-
mewujudkan otonomi desa di mana desa Undang Nomor 32 Tahun 2004 melalui
dapat mandiri dalam mengurus rumah Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun
tangganya sendiri. 2005. Maka dari itu dalam penelitian ini
Namun, setelah kewenangan tersebut akan dibahas lebih lanjut terkait dengan
diterapkan di desa ternyata pelaksanaanya ti- pelaksanaan kewenangan desa dalam rangka
dak berjalan sesuai dengan kebijakan yang mewujudkan otonomi desa di Desa Sumber,
ada, khususnya di Desa Sumber, Kecamatan Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora
Kradenan, Kabupaten Blora. Penelitian ini yang selanjutnya dapat dijadikan contoh
mengkaji mengenai pelaksanaan kewenang- untuk desa-desa lainnya. Selain itu juga da-
an desa di Desa Sumber dalam rangka me- pat memberikan masukan untuk memfor-
wujudkan otonomi desa. Dengan memper- mulasi kebijakan khususnya terkait dengan
hatikan realitas di lapangan, memberikan kewenangan desa di masa depan sehingga
bukti empirik tentang keberadaan otonomi desa benar-benar mendapatkan wewenang
desa melalui pelaksanaan kewenangan-ke- dan haknya dan dapat mewujudkan otonomi
wenangan yang tertuang dalam Undang- desa sepenuhnya.
Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pe-
merintahan Daerah melalui Peraturan Pe- Kajian Pustaka
merintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, berdasarkan Undang-Undang No-
Desa. mor 32 Tahun 2004 adalah kesatuan masya-
Berdasarkan realita di lapangan me- rakat hukum yang memiliki batas-batas wi-
nunjukkan bahwa dalam pelaksanaan kewe- layah yang berwenang untuk mengatur dan
nangan desa di Desa Sumber masalah utama mengurus kepentingan masyarakat setempat,
yang dihadapi antara lain pertama, dalam berdasarkan asal-usul dan adat istiadat se-
kewenangan asal-usul di mana posisi Desa tempat yang diakui dan dihormati dalam
Sumber yang merupakan desa transisi dari sistem pemerintahan Negara Kesatuan Repu-
desa tradisional ke arah desa modern me- blik Indonesia. Pada Undang-Undang No-
ngakibatkan adat dan budaya yang ada tidak mor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
begitu kental dan otonomi asli yang dimiliki Daerah ini, pemerintah masih konsisten
mulai memudar dengan seiring berjalannya memberikan keleluasaan pada desa untuk
waktu. mengatur rumah tangganya sendiri.
Hal lainnya yaitu sumber daya lokal Dalam undang-undang ini mengakui
yang dimiliki oleh Desa Sumber yang otonomi yang dimiliki oleh desa ataupun
berupa tanah bengkok dan pasar desa tidak dengan sebutan lainnya dan kepala desa
mampu menghasilkan pendapatan asli desa melalui pemerintah desa dapat diberikan
yang cukup untuk biaya operasional desa. penugasan ataupun pendelegasian dari pe-
Kedua, yaitu berkaitan dengan pelak- merintah ataupun pemerintah daerah untuk
sanaan kewenangan desa berupa urusan melaksanakan urusan pemerintah tertentu.
distributif yang tergolong baru dalam pe- Wasistiono&Tahir (2007, h.76) berpendapat
nyelenggaraan pemerintahan desa yaitu u- bahwa desa diluar desa geneologis yaitu de-
rusan yang diserahkan pengaturannya dari sa yang bersifat administratif seperti desa
pemerintah atau pemerintah kabupaten kepa- yang dibentuk karena pemekaran desa atau-
da desa sehingga diasumsikan pemerintah pun karena transmigrasi ataupun karena ala-
desa sulit melaksanakan otonomi desanya san lain yang warganya pluralistis, maje-
karena terdapat urusan-urusan pemerintahan muk, ataupun heterogen, maka otonomi desa
yang baru. Oleh karena itu menarik untuk akan diberikan kesempatan untuk tumbuh
melihat pelaksanaan kewenangan desa di dan berkembang mengikuti perkembangan
Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabu- dari desa itu sendiri.
paten Blora. Inti dari otonomi sejatinya adalah
Berdasarkan penjelasan di atas menun- adanya transfer kewenangan dari tingkatan
jukkan bahwa pelaksanaan kewenangan desa pemerintahan. Jadi jika terjadi transfer
di Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, kewenangan antar tingkatan pemerintahan,

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6, Hal. 1239-1246 | 1240


maka konsekuensinya adalah otonomi. desa. Adapun pengertian yang dimaksud
Sedangkan otonomi pada dasarnya adalah adalah haknya untuk mengatur rumah tangga
hak, wewenang, dan kewajiban untuk me- daerah dalam batas wilayah kekuasaan
ngatur dan mengurus rumah tangganya bersama dengan DPRD.
sendiri. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa
72 Tahun 2005 tentang Desa. Urusan peme- dijelaskan bahwa walaupun desa memiliki
rintahan yang menjadi kewenangan desa otonomi, namun desa tidak menjadi daerah
mencakup: a) urusan pemerintahan yang otonom karena berdasarkan pasal 3 Undang-
sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa, b) Undang Nomor 5 Tahun 1979 hanya terda-
urusan pemerintahan yang menjadi kewe- pat dua tingkat daerah otonom yaitu Daerah
nangan kabupaten atau kota yang diserahkan Tingkat II dan Daerah Tingkat I. Apabila di-
pengaturannya kepada desa, c) tugas pem- lihat dari kewenangannya, kebijakan ini ti-
bantuan dari Pemerintah, Pemerintah Pro- dak menjelaskan secara tegas sehingga yang
vinsi,dan Pemerintah Kabupaten atau Kota, menonjol adalah tugas-tugas pembantuan.
d) urusan pemerintahan lainnya yang oleh Dikeluarkannya Undang-Undang No-
peraturan perundang-undangan diserahkan mor 22 Tahun 1999 yang kemudian disem-
kepada desa. purnakan menjadi Undang-Undang Nomor
Zakaria dalam Eko (2005, h.58) menye- 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Da-
butkan beberapa jenis kewenangan asal-usul, erah memberikan landasan kuat bagi desa
antara lain: 1) kewenangan membentuk dan GDODP PHZXMXGNDQ ³Development Com-
mengelola sistem pemerintahan sendiri; 2) munity´ yang memposisikan desa tidak lagi
kewenangan mengelola sumber daya lokal sebagai level administrasi atau bawahan da-
(tanah bengkok, tanah ulayat, hutan adat, HUDK WHWDSL VHEDOLNQ\D VHEDJDL ³Independent
dll); 3) kewenangan membuat dan menja- Com-munity´ \DLWX GHVD GDQ PDV\DUDNDWQ\D
lankan hukum adat setempat; 4) kewenang- berhak berbicara atas kepentingan masya-
an mengelola dan merawat nilai-nilai dan rakat sendiri. Desa diberi kewenangan untuk
budaya lokal (termasuk adat istiadat); 5) ke- me-ngatur desanya secara mandiri termasuk
wenangan yudikatif atau peradilan komuni- bidang sosial, politik dan ekonomi. Dengan
tas. Urusan pemerintahan yang menjadi ke- adanya kemandirian ini diharapkan akan
wenangan kabupaten atau kota yang diserah- dapat meningkatkan partisipasi masyarakat
kan pengaturannya kepada desa tercantum desa dalam pembangunan sosial dan politik.
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No- Widjaja (2003, h.166) berpendapat bah-
mor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pe- wa pelaksanaan hak, kewenangan dan kebe-
nyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/ basan dalam penyelenggaraan otonomi desa
Kota Kepada Desa. harus tetap menjunjung nilai-nilai tanggung
Otonomi desa hingga saat ini masih jawab terhadap Negara Kesatuan Republik
menjadi isu perdebatan baik ditinjau dari Indonesia dengan menekankan bahwa desa
pengertiannya maupun hakekatnya. Jika adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
dilihat dari berbagai kebijakan pengaturan bangsa dan negara Indonesia. Pelaksanaan
tentang desa yang ada hingga saat ini maka hak, wewenang dan kebebasan otonomi desa
otonomi desa tidak secara eksplisit memiliki menuntut tanggung jawab untuk memelihara
pengertian yang jelas dan dapat diterima integritas, persatuan dan kesatuan bangsa
secara umum. Saparin (1986, h.42) dijelas- dalam ikatan Negara Kesatuan Republik In-
kan bahwasanya pengertian mengenai hak/ donesia dan tanggung jawab untuk mewu-
wewenang otonomi yang dimiliki oleh desa judkan kesejahteraan rakyat yang dilak-
atau pemerintah desa tidak dapat disamakan sanakan dalam koridor peraturan perundang-
dengan pengertian hak/wewenang otonomi undangan yang berlaku.
yang dimiliki oleh provinsi atau kabupaten.
Apabila dibandingkan dengan pengertian Metode Penelitian
hak otonomi dalam ilmu ketatanegaraan Penelitian ini menggunakan penelitian
pada umumnya, maka perbedaannya terletak kualitatif. Fokus dari penelitian ini adalah
pada sempitnya pengertian hak otonomi pelaksanaan kewenangan desa dalam rangka

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6, Hal. 1239-1246 | 1241


mewujudkan otonomi desa di Desa Sumber, nangan asal-usul, Fakta di lapangan menun-
Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora ter- jukkan bahwa dari kelima jenis kewenangan
kait dengan: a) urusan pemerintahan yang generik yang disebutkan oleh Zakaria dalam
sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa, b) Eko (2005, h.69), hanya dua yang masih
urusan pemerintahan yang menjadi kewe- terlaksana dengan model yang mengikuti
nangan kabupaten atau kota yang diserahkan perkembangan jaman. Kedua jenis kewe-
pengaturannya kepada desa, c) tugas pem- nangan generik yang masih terlaksana di
bantuan dari Pemerintah, Pemerintah Pro- Desa Sumber adalah kewenangan mengelola
vinsi, dan Pemerintah Kabupaten atau Kota, sumber daya lokal serta kewenangan menge-
d) urusan pemerintahan lainnya yang oleh lola dan merawat nilai-nilai budaya lokal.
peraturan perundang-undangan diserahkan Dalam pelaksanaannya, pemerintah
kepada desa. Situs penelitian ini yaitu balai Desa Sumber masih mengelola dengan baik
Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabu- sumber daya lokal yang dimliki berupa
paten Blora. Melalui situs tersebut, peneliti tanah kas desa yaitu tanah bengkok serta
dapat memperoleh data primer maupun data pasar desa. Kewenangan asal-usul lainnya
sekunder. yang pelaksanaannya masih dikelola dengan
Data yang diperoleh di lapangan diana- baik oleh masyarakat Desa Sumber adalah
lisis menggunakan metode analisis Coding kewenang-an mengelola dan merwat nilai-
dari Bogdan Biklen dalam Emzir (2010, nilai budaya lokal. Budaya lokal adalah
h.112) yaitu merupakan pengembangan kebiasaan masyarakat Desa Sumber untuk
suatu sistem pengkodean untuk menganalisis melaksanakan adat istiadat yang masih
dan menyusun data setelah tahap pengum- mereka terapkan. Budaya lokal yang masih
pulan data dilakukan, yaitu: melalui wawan- dilestarikan di Desa Sumber ini hampir sama
cara, observasi, dan dokumentasi, meskipun dengan desa-desa kebanyakan di Jawa
cara tersebut lebih sulit, latarnya lebih kom- karena adat yang digunakan juga adat Jawa.
pleks, namun pengkodean ini dianggap lebih Seperti adat kelahiran mulai dari brokohan,
spesifik. Kode-kode tersebut, antara lain: sepasar, selapan, dan juga adat kematian
kode latar/konteks, kode situasi, cara subjek seperti pitung dino, nyatos, nyewu, dan
berpikir tentang objek, kode proses, kode pendak.
aktivitas, kode peristiwa, kode strategi, kode Tidak ada pelestarian secara khusus
hubungan dan struktur sosial, kode naratif, yang dilakukan oleh pemerintah Desa
kode metode. Sumber. Keberadaan adat istiadat hingga
saat ini berjalan begitu saja karena suatu
Pembahasan kebiasaan atau tradisi. Dalam Undang-
Kewenangan desa merupakan hak yang Undang Nomor 32 Tahun 2004 sudah jelas
dimiliki oleh sebuah desa untuk dapat disebutkan bahwa sebuah desa mempunyai
mengatur rumah tangganya sendiri. Di ber- kewenangan untuk mengurus urusan peme-
bagai daerah, banyak sekali permasalahan rintah yang sudah ada berdasarkan asal-usul.
yang muncul terkait dengan kewenangan Namun dalam kenyataannya pemerintah de-
desa. Hal ini terjadi karena disatu sisi ba- sa lebih mendahulukan urusan-urusan yang
nyak sekali ragam budaya dan tradisi yang berasal dari pemerintah supra desa sehingga
berbeda antara satu daerah dengan daerah untuk urusan mengenai asal-usul desa sudah
lain, sedangkan di sisi lain daerah-daerah tidak diperhatikan lagi.
tersebut masuk dalam lingkup Negara Kesa- Desa Sumber juga merupakan desa
tuan Republik Indonesia yang memiliki atu- yang masih mempunyai masyarakat adat di
ran hukum positif dan berlaku secara nasi- dalamnya yaitu sedulur sikep. Sedulur sikep
onal sehingga membatasi daerah-daerah un- berada di beberapa RT yang berkumpul
tuk mengembangkan potensi lokal, terma- dalam satu dukuhan. Keberadaan sedulur
suk juga dengan otonomi desa. sikep ini tidak mempengaruhi kehidupan
Dalam pelaksanaan kewenangan desa di masyarakat biasa di sehari-harinya. Adanya
Desa Sumber, Kecamatan Kradenan, Kabu- sedulur sikep juga tidak mempengaruhi pro-
paten Blora, masih ditemukan beberapa ken- ses berjalannya pemerintahan Desa Sumber
dala di lapangan. Pertama, dalam kewe-

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6, Hal. 1239-1246 | 1242


karena posisi sedulur sikep ini berada di desa, dan juga penetapan Anggaran Penda-
bawah pemerintahan Desa Sumber. patan Belanja Desa (APBDes). Sedangkan
Selain kedua kewenangan yang telah masih banyak bidang lainnya yang harus
disebutkan, fakta di lapangan tidak ditemu- digali dan dikaji oleh pemerintahan desa
kan kewenangan generik lainnya yaitu ke- untuk dapat lebih mensejahterakan masya-
wenangan membentuk dan mengelola sistem rakat, mewujudkan pemerataan dan keadilan
pemerintahan sendiri, kewenangan membuat serta menumbuhkan jiwa demokratisasi ma-
dan menjalankan hukum adat setempat, dan syarakat Desa Sumber.
kewenangan yudikatif atau peradilan komu- Ketiga, kewenangan desa berupa tugas
nitas. Ketiga kewenangan tersebut sudah pembantuan dari pemerintah, pemerintah
tidak berlaku lagi karena keberadaan desa provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.
yang diakui sebagai masyarakat hukum yang Tugas pembantuan ini dilaksanakan oleh
otonom tetapi masih dalam naungan Negara desa karena menurut undang-undang posisi
Kesatuan Republik Indonesia yang harus desa berada di bawah kabupaten. Tugas
mentaati hukum positif yang berlaku secara pembantuan yang ada di desa tidak dapat
nasional. lepas dari urusan pemerintahan yang men-
Selain terkait dengan kewenangan- jadi kewenangan kabupaten/kota yang
kewenangan desa yang termasuk dalam diserahkan pengaturannya kepada desa. Dari
kewenangan asal-usul, fakta di lapangan beberapa bidang urusan tersebut juga
menunjukkan bahwa dalam pemerintahan termasuk dalam tugas pembantuan, tergan-
desa yang sudah disusun secara modern, tung dari kemampuan desa dan biaya yang
tetapi penggunaan istilah adat masih saja ada karena dalam pelaksanaan tugas
digunakan dan masyarakat lebih nyaman pembantuan harus disertai dengan pembi-
menggunakannya karena kebiasaan dari dulu ayaan. Jika tidak disertai dengan pembi-
sampai sekarang. Istilah tersebut misalnya ayaan, maka desa berhak untuk menolaknya.
penyebutan sekretaris desa yang lebih Tugas pembantuan yang ada di Desa Sum-
dikenal dengan sebutan carik, kepala dusun ber bersifat umum hampir sama dengan
yang lebih dikenal dengan sebutan kami- desa-desa pada umumnya yaitu bidang
tuwa, serta perangkat-perangkat lainnya kesehatan, pertanian, pendidikan, dan la-
seperti kebayan, modin, dan petengan. Hal innya.
ini menunjukkan bahwa walaupun Desa Keempat, Kewenangan desa berupa
Sumber merupakan desa yang menuju ke- urusan pemerintahan lainnya yang oleh
arah modern, tetapi Desa Sumber masih peraturan perundang-undangan diserahkan
mempertahankan ciri khas tradisionalnya kepada desa. Data di lapangan menunjukkan
dengan tetap mempertahankan istilah-istilah bahwa di Desa Sumber tidak ditemukan
adat dalam pengorganisasian pemerintahan- kewenangan desa berupa urusan pemerintah-
nya. Jadi struktur organisasi disusun secara an lainnya yang oleh peraturan perundang-
modern tetapi untuk perangkat desa lainnya undangan diserahkan kepada desa. Urusan
masih menggunakan istilah-istilah secara yang dilaksanakan di Desa Sumber merupa-
adat agar masyarakat juga lebih mudah kan urusan pemerintah yang menjadi kewe-
untuk memahaminya. nangan kabupaten/ kota yang pengaturannya
Kedua, kewenangan desa berupa urusan diserahkan kepada desa serta tugas pemban-
pemerintahan yang menjadi kewenangan tuan dari pemerintah, pemerintah provinsi
kabupaten/kota yang diserahkan penga- dan pemerintah kabupaten.
turannya kepada desa. Di setiap desa berhak Secara keseluruhan, pelaksanaan kewe-
mengevaluasi dan menetapkan urusan apa nangan desa di Desa Sumber berupa urusan
saja yang akan dilaksanakan dan tentunya pemerintah yang sudah ada berdasarkan hak
disertai dengan dana yang mendukung. asal-usul, urusan pemerintah yang menjadi
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa di kewenangan kabupaten/kota yang penga-
Desa Sumber didominasi oleh bidang oto- turannya diserahkan kepada desa, tugas
nomi desa yang berupa mekanisme penye- pembantuan dari pemerintah, pemerintah
lenggaraan pemilihan kepala desa, peneta- provinsi dan pemerintah kabupaten. Dari ke-
pan perangkat desa, penetapan peraturan tiga kewenangan tersebut yang mendomi-

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6, Hal. 1239-1246 | 1243


nasi dilaksanakan di Desa Sumber adalah terjadi penumpukan dan penyalahgunaan
urusan pemerintah yang menjadi kewenang- kekuasaan, memberi ruang kepada Desa
an kabupaten/kota yang pengaturannya untuk berbuat sesuai dengan kebutuhan
diserahkan kepada desa, tugas pembantuan lokal, serta membuat kekuasaan bisa dibawa
dari pemerintah, pemerintah provinsi dan lebih dekat pada masyarakat dan mudah
pemerintah kabupaten. dikontrol oleh rakyat setempat.
Hal ini berbeda dengan definisi desa Nurcholis (2011, h.65) membedakan
yang tertuang dalam Undang-Undang No- desa dalam empat tipe, yaitu desa adat, desa
mor 32 Tahun 2004 dimana yang dimaksud administrasi, desa otonom, dan desa cam-
dengan desa adalah kesatuan masyarakat puran. Menurut Nurcholis, desa di bawah
hukum yang memiliki kewenangan untuk Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
mengatur dan mengurus kepentingan masya- adalah tipe desa campuran yaitu tipe desa
rakat setempat berdasarkan asal-usul dan yang mempunyai kewenangan campuran an-
adat istiadat setempat yang diakui dalam tara otonomi asli dan semi otonomi formal.
sistem pemerintahan nasional dan berada di Disebut campuran karena otonomi aslinya
daerah kabupaten. Dalam definisi tersebut diakui oleh undang-undang dan juga diberi
kata mengatur dan mengurus berarti bahwa penyerahan kewenangan dari kabupaten/ ko-
desa mempunyai wewenang untuk menge- ta. Disebut semi otonom karena model pe-
lola kehidupan rumah tangganya sendiri nyerahan urusan pemerintahan dari daerah
sehingga desa mempunyai otonomi. Otono- otonom kepada satuan pemerintahan diba-
mi yang dimiliki oleh desa bukanlah otono- wahnya ini tidak dikenal dalam teori desen-
mi formal seperti yang dimiliki pemerintah tralisasi. Menurut teori desentralisasi atau
provinsi dan/kabupaten, akan tetapi otono- otonomi daerah, penyerahan urusan peme-
mi asal-usul dan adat istiadat. Otonomi asal- rintahan hanya dari pemerintah pusat.
usul dan adat istiadat adalah otonomi yang Wasistiono (2007, h.127) menyebutkan pe-
telah dimiliki sejak dulu kala dan telah nyerahan urusan pemerintahan tersebut
menjadi adat istiadat yang melekat dalam dengan istilah desentralisasi teknik dimana
masyarakat desa yang bersangkutan. Fakta kewenangan yang didesentralisasikan kepa-
di lapangan menunjukkan bahwa otonomi da pemerintah tingkat bawahnya adalah tek-
asli yang dimiliki oleh Desa Sumber sudah nis pelaksanaannya semata, sedangkan subs-
mulai luntur dengan perkembangan zaman. tansi kewenangannya sendiri tetap menjadi
Hal itu terbukti dengan pelaksanaan budaya kewenangan pemerintah tingkat atasnya.
dan adat istiadat yang sudah diwarnai Maka dari itu, Desa Sumber merupakan
dengan budaya modern. Fakta lain adalah jenis desa campuran yang memiliki kewe-
masih bergantungnya Desa Sumber dengan nangan campuran antara otonomi asli dan
pemerintah supra desa dalam hal finansial. semi otonomi formal. Kewenangan berupa
Pendapatan asli desa tidak cukup untuk urusan pemerintahan yang menjadi kewe-
mebiayai kegiatan operasional pemerintahan nangan kabupaten/kota yang diserahkan pe-
Desa Sumber. Sumber pendapatan desa ma- ngaturannya kepada desa serta tugas pem-
sih didominasi dengan bantuan dari peme- bantuan dari pemerintah, pemerintah provin-
rintah pusat maupun pemerintah daerah. si, dan pemerintah kabupaten lebih dominan
Selain itu, mengacu pada Undang-Un- di Desa Sumber. Tugas pembantuan yang
dang Nomor 32 Tahun 2004 ini, Wasisiti- menjadi rutinitas tiap tahun pemerintah desa
ono (2007, h.31) menyebutkan bahwa desa membuat kurangnya pemerintah desa untuk
selain mempunyai wewenang untuk menga- menggali potensi lain yang menjadi kewe-
tur dan mengurus kepentingan rumah tang- nangan desa. Fokus pemerintah desa yang
ganya sendiri juga memposisikan desa di sama tiap tahunnya membuat urusan lain
bawah kabupaten. Eko (2005) mendefini- yang menjadi kewenangan desa terabaikan.
sikan otonomi desa dengan melandaskan Masih banyak urusan yang menjadi kewe-
pada prinsip desentralisasi. Menurut Eko nangan desa perlu digali lebih dalam oleh
(2005) diperlukan juga adanya pembagian pemerintah desa. Sumber daya alam serta
kekuasaan dan kewenangan dari pusat ke sumber manusia yang ada dapat diman-
kabupaten dan desa. Tujuannya agar tidak faatkan lagi lebih maksimal agar tercapainya

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6, Hal. 1239-1246 | 1244


kehidupan masyarakat Desa Sumber yang perundang-undangan diserahkan kepada
sejahtera. desa tidak terdapat di Desa Sumber.
Temuan di lapangan menunjukkan kebe-
Kesimpulan radaan masayarakat adat yaitu sedulur sikep
Otonomi desa di Desa Sumber, tidak mempengaruhi jalannya pelaksanaan
Kecama-tan Kradenan, Kabupaten Blora pemerintahan Desa Sumber. Kebiasaan yang
sudah berlangsung dilihat dari pelaksanaan dianut oleh sedulur sikep tidak mempenga-
kewe-nangan desanya yang terdiri dari: a) ruhi masyarakat Desa Sumber pada umum-
urusan pemerintahan yang sudah ada nya sehingga Desa Sumber tidak terkesan
berdasarkan hak asal usul desa di Desa desa adat melainkan desa transisi dari tradi-
Sumber meliputi pengelolaan sumber daya sional menuju ke modern.
lokal yaitu berupa tanah bengkok dan pasar
desa serta pengelolaan dan merawat nilai- Saran
nilai budaya lokal berupa sedekah bumi, Saran-saran yang dapat diberikan dari
slametan kepaten, sinoman dan buwoh, hasil penelitian ini adalah peraturan yang
tironan, tingkepan, serta slametan lairan. b) mengatur mengenai otonomi desa harusnya
urusan pemerintahan yang menjadi kewe- diatur dalam undang-undang tersendiri agar
nangan kabupaten/kota yang diserahkan status, tugas, dan wewenang desa jelas dan
pengaturannya kepada desa tidak semuanya tidak tumpang tindih dengan wewenang ka-
terlaksana, dominan pada bidang otonomi bupaten. Perlu adanya dukungan dari peme-
desa berupa mekanisme penyelenggaraan rintah, pemerintah provinsi maupun peme-
kepala desa, penetapan perangkat desa, rintah kabupaten untuk memberikan hak
penetapan APBDes, dan juga penetapan desa atas wewenang yang telah dilimpahkan
peraturan desa. c) tugas pembantuan dari kepada desa.
pemerintah, pemerintah provinsi, dan Dalam pelaksanaan kewenangan asal-
pemerintah kabupaten/kota belum seutuhnya usul terutama pada aspek budaya, sebaiknya
dilaksanakan oleh pemerintah Desa Sumber pemerintah desa lebih memperhatikan de-
dengan baik. Tugas pembantuan yang ada ngan membuat peraturan sebagai payung
masih bersifat umum seperti desa-desa pada hukum yang bertujuan untuk merawat dan
umumnya yaitu berupa pe-milihan umum, mempertahankan budaya yang ada agar
sensus penduduk, pendidikan, kesehatan, warga tetap melestarikan budaya tersebut
dan lainnya. sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung di
Selain itu juga terdapat beberapa urusan dalamnya.
yang belum terlaksana di Desa Sumber Dalam pelaksanaan kewenangan berupa
yaitu: a) urusan pemerintahan yang sudah urusan pemerintahan yang menjadi kewe-
ada berdasarkan hak asal usul desa di Desa nangan kabupaten/kota yang diserahkan
Sumber meliputi pengelolaan sistem peme- pengaturannya kepada desa harus dapat
rintahan sendiri, menjalankan hukum adat dimaksimalkan lagi. Perlu adanya identifi-
setempat, serta peradilan komunitas. Urusan kasi lebih mendalam dan inisiatif dari peme-
ini sudah tidak ditemui dan tidak dilaksa- rintah daerah yang bekerjasama dengan pe-
nakan di Desa Sumber karena budaya merintah desa untuk lebih mengidentifikasi
tersebut luntur dengan sendirinya seiring secara mendalam urusan pemerintahan lain-
berjalannya waktu. b) urusan pemerintahan nya yang tercantum dalam pasal 2 ayat 1
yang menjadi kewenangan kabupaten/kota Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30
yang diserahkan pengaturannya kepada desa Tahun 2006.
diluar bidang otonomi desa yang tercantum Dalam pelaksanaan tugas pembantuan
dalam pasal 2 ayat 1 Peraturan Menteri dari pemerintah, pemerintah provinsi, mau-
Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 ten- pun pemerintah kabupaten harus dimak-
tang Tata Cara Penyerahan Urusan Peme- simalkan lagi dengan meningkatkan pola
rintahan Kabupaten/Kota Kepada Desa. c) komunikasi dan koordinasi pemerintah Desa
pelaksanaan kewenangan desa berupa urusan Sumber dengan pemerintah supra desa untuk
pemerintahan lainnya yang oleh peraturan dapat memperlancar program-program na-
sional. Selain itu juga pola komunikasi antar

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6, Hal. 1239-1246 | 1245


warga Desa Sumber dengan sedulur sikep lebih memberikan perhatiannya untuk
harus tetap dipertahankan dengan baik agar sedulur sikep karena mereka merupakan ciri
satu sama lain tetap saling bertoleransi. khas dari Desa Sumber.
Pemerintah Desa Sumber sebaiknya dapat

DAFTAR PUSTAKA
Eko, Sutoro dkk. (2005) Prakarsa Desentralisasi & Otonomi Desa. Yogyakarta, IRE Press.
Emzir. (2010) Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta, Rajawali Press.
Nurcholis, Hanif. (2011) Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta, Erlangga.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa [Internet] Available from: <
http://www.kemendagri.go.id/produk-hukum/2005/12/30/peraturan-pemerintah-nomor-72-tahun-
2005> [Accessed: 22 Agustus 2013].
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah [Internet] Available from: <
http://www.bappenas.go.id/node/123/19/uu-no-32-tahun-2004-tentang-pemerintahan-daerah-/>
[Accessed: 22 Agustus 2013].
Wasistiono, Sadu dan M. Irwan Tahir. (2007) Prospek Pengembangan Desa. Bandung, Fokusmedia.
Widjaja, HAW. (2003) Otonomi Desa: Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh. Jakarta, Raja
Grafindo Persada.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6, Hal. 1239-1246 | 1246

Anda mungkin juga menyukai