PENDAHULUAN
1.3Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum Agar mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan plasenta previa
1.3.2 Tujuan khusus
1) Agar mahasiswa mengetahui tinjauan teoritis dari plasenta previa
2) Agar mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada plasenta 3 previa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis
A. Definisi
Plasenta previa yaitu plasenta yang berimplitasi rendah sehingga menutupi sebagian
atau seluruh ostium uteri internum (Sulaiman Sastrawinata, 2005).
Plasenta previa yaitu plasenta yang terletak menutupi atau sangat dekat dengan os
interna. Insidennya 1:200 kehamilan (William.R., 2010).
Plasenta previa yaitu suatu kehamilan dimana plasenta berimplantasi abnormal pada
sigmen bawah rahim, menutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum, sedangkan
kehamilan tersebut sudah vilable atau mampu hidup di luar rahim (usia kehamilan 22
minggu atau berat janin >500 gram) (Achadiata, 2004, dalam buku Yulianingsih, 2009; h.
66).
Dari berbagai pengartian dan dari berbagai sumber yang telah diambil, penulis dapat
mengambil kesimpulkan bahwa pengertian dari plasenta previa, yaitu plasenta yang
berimplantasi pada sigmen bawah uterus atau berimplitasi rendah sehingga letaknya
menutupi internum atau tidak menutupi osteium uteri internum.
B. Klasifikasi
Klasifikasi Menurut Browne, klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya
jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu :
a. Plasenta Previa Totalis
Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir pada tempat implantasi, jelas tidak
mungkin bayi dilahirkan in order to vaginam (normal/spontan/biasa), karena risiko
perdarahan sangat hebat.
C. Etiologi
Plasent previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya
kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vasikularisasi desidua
pada sigmen atas uterus. maka placenta akan meluas dalam upanyanya untuk mendapatkan
suplai darah yang lebih memadai.
Menurut (Sulaiman Sastrawinata, 2005 dalam Anggreni 2011) Keadaan ini bisa di temukan
pada:
1) Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek serta kalau placentanya
lebar serta tipis. Jumlah kehamilan sebelumnya (multiparitas). Plasenta previa terjadi
pada 1 dari 1500 wanita yang baru pertama kali hamil. Pada wanita yang telah 5 kali
hamil atau lebih, maka resiko terjadinya plasenta previa adalah 1 diatra 20
kehamilan.
2) Usia kehamilan ( umur lanjut >35th) diantara wanita-wanita yang berusia kurang
dari 19 th, hanya 1 dari 1500 yang mengalami plasenta previa. Pada wanita yang
berusia lebih dari 35 th, 1 dari 100 wanita hamil akan mengalami plasenta previa
3) Riwayat tindakan medis yang dilakukan pada uterus seperti dilatasi dan Kuretase
atau aborsi medialis yang berulang.
4) Bekas seksio sesaria (yang dapat menyebabkan cacat atau jaringan parut pada
endometrium pada ibu atau wanita yang pernah menjalanai oprasi cesar dan riwayat
operasi SC sebelumnya juga akan mengakibatkan proses peradangan dan kejadian
atrofi di endometrium), Peningkatan 3x lipat dari 150 ribu wanita yang mengalami
plasenta previa dengan riwayat seksio sesarea. Insiden meningkat seiring dengan
jumlah seksio sesarea yang pernah dijalani sebanyak 1,9 persen pada riwayat seksio
sesarea dua kali, dan 1,4 persen pada riwayat seksio sesarea tiga kali atau lebih
(Cuningham, 2002; dalam Anggreni, 2011).
5) Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain
hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan
hiperterofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20 batang
sehari). Palsenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang besar dan yang luas,
seperti pada eritroblastosis, diabetes militus, atau kehamilan multipel (Sulaiman
Sastrawinata, 2005; dalam Anggreni, 2011).
6) Riwayat plasenta previa sebelumnya.
7) Kehamilan ganda
D. Patofisiologi
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat
segman bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Umumnya terjadi
pada terimester ketiga karena segmen bawah uterus mengalami banyak perubahan
Pelebaran sigmen bawah uterus dan pembukaan servik menyebabkan sinus robek
karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dan
plasenta. Perdarahan tidak dapat diarahkan karena ketidak mampuan serabut otot segmen
bawah uterus untuk berkontraksi seperti plasenta letak normal. Keadaan endometrium yang
kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan
janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati atau menutup ostium uteri internum.
Endomertium yang kurang baik juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi
yang lebih baik, yaitu di tempat yang rendah dekat ostium uteri internum (Sulaiman
Sastrawinata, 2005 dalam Anggreni, 2011).
Dengan berkembangnya segmen bawah uterus dan dengan menipisnya serta
membukanya servik, plasenta terlepas dari dinding uterus. Keadaan ini disertai ruptura
pembuluh-pembuluh darah yang terletak di bawahnya. Jika pembuluh darah yang pecah
berukuran bersar, perdarahan akan banyak sekali (oxcron, 2010; dalam Anggreni, 2011).
F. Komplikasi
Meliputi syok hipovolemik, kelahiran prematur dan plasenta akreta. Pada ibu dapat
terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena perdarahan, plasentitis,
dan endometris pasca persalinan. Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan
komplikasinya sepertia asfiksia berat. (Mansjoer,2006 dalam Sekarningsih, 2013)
G. Penatalaksanaan
a. Terapi spesifik
1) Terapi ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif ialah agar janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat
tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan
secara noninvasif.
Syarat-syarat terapi ekspektatif: ∙
(1) Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti. ∙
(2) Belum ada tanda-tanda in partum. ∙
(3) Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal). ∙
(4) Janin masih hidup.
H. Pemeriksaan Diagnostik
a) Hitung darah lengkap harus dilakukan terhadap setiap pasien dengan tujuan menilai
derajat anemia.
b) Urinalis biasanya normal.
c) Golongan darah dan rhesus: 2-4 unit darah harus dipersiapkan untuk kemungkinan
transfusi. Kecepatan dan luasnya perdarahan menentukan perlunya penggantian
darah
d) Pemeriksaan ultrasonografi : dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi
plasenta terhadap ostium.
e) Pemeriksaandarah: Hemoglobin, Hematokrit. (Taber,1994 dalam Sekarningsih,
2013).
WOC PLASENTA PREVIA
Vaskularisasi
Vaskularisasi uterus tempat blastosit plasenta menurun
biasa berimplantasi menurun
Plasenta memperluas
Blastosit implantasi di dekat segmen permukaannya
bawah uterus
PLASENTA PREVIA
Servix membuka
COP menurun
MK: PERUBAHAN PERFUSI
JARINGAN
Perfusi jaringan menurun MK: INTOLERASI AKTIVITAS
A. Pengkajian
1. Usia
Ibu saat hamil dengan usia 35 tahun atau lebih, makin besar kemungkinan
kehamilan plasenta previa, dibanding dengan usia dibawah 25tahun.
2. Keluhan utama
Perdarahan berwarna segar tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri saat tidak
beraktifitas. (Anik Maryunani, 2009 dalam Sekarningsih, 2013).
4. Riwayat obstetric
Pada riwayat obstetri yang lalu perlu dikaji pada kasus plasenta previa yaitu
riwayat operasi rahim atau memiliki kelainan rahim, riwayat kehamilan kembar
dan riwayat plasenta previa sebelumnya.
5. Riwayat Haid/Menstruasi
Pada riwayat menstruasi yang perlu ditanyakan atau diketahui yaitu menarche
(untuk mengetahui usia pertama haid. Usia menarche dipengaruhi oleh keturunan,
keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim dan keadaan umum), siklus (untuk
mengetahui klien mempunyai siklus 15 normal atau tidak), lamanya (jika lama
haid ≥15 hari berarti abnormal dan kemungkinan adanya gangguan yang
mempengaruhinya), banyaknya(untuk mengetahui apakah ada gejala kelainan
banyaknya darah haid), nyeri haid (untuk mengetahui apakah klien menderita
nyeri setiap haid).
8. Aktifitas
a) Nutrisi Dirumah: Makan tertatur 3x/sehari, namun terkadang makan
2x/hari karena malaise Dirumah Sakit: Makan dari RS habis, terkadang
makan makanan ringan (puding, roti)
b) Hyigiene Personal Dirumah: Saat dirumah mandi, keramas, ganti baju
dapat dilakukan secara mandiri, terkadang dibantu oleh keluarga Dirumah
Sakit: sebagian dibantu oleh perawat, misal saat keramas
c) Eliminasi Dirumah: Saat dirumah BAB dan BAK dilakukan sendiri dan
teratur Dirumah Sakit: BAB dan BAK terkadang dibantu oleh keluarga
dan perawat
d) Aktifitas istirahat Dirumah: Saat dirumah tidur malam 5-6jam karena,
perdarahan yang tiba-tiba terutama saat tidur malam hari Dirumah Sakit:
tidur siang, Tidur malam juga hanya 6jam.
e) Pemeriksaan fisik
Inspeksi:
(1) Mata: Conjungtiva terlihat pucat dan anemishal ini disebabkan oleh
perdarahan yang banyak (Sofian, 2012 dalam Sekarningsih, 2013).
(2) Genitalia: Perdarahan pervagianam yang keluar banyak, sedikit,
darah beku dan sebagainya (sofian, 2012 dalam Sekarningsih,
2013)
(3) Abdomen
Palpasi Pada klien dengan plasenta previa, hasil pemeriksaan palpasi
abdomenyang didapat yaitu :
o Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
o Sering dijumpai kesalahan letak janin
o Bila cukup pengalaman (ahli), dapat dirasakan suatu bantalan
pada segmen bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus
o Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala,
biasanyakepala masih goyang atau terapung (floating) atau di
atas pintu ataspanggul (sofian,2012)
Auskultasi: Secara auskultasi, kemungkinan dapat terdengar bunyi
jantung janin, frekuensinya teratur atau tidak.Pada klien dengan
plasenta previa, denyut jantung janin dapat bervariasi dari normal
sampai asfiksia dan kematian dalam rahim (Norma, dkk. 2013 dalam
Sekarningsih, 2013)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan voluem darah menurun, COP
menurun
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan perfusi jaringan yang menurun
4. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
DAFTAR PUSTAKA
Sekarningsih, 2013, Asuhan Keperawatan Placenta Previa,
file:///C:/Users/Dell/Downloads/307217593-askep-plasenta-previa-pdf.pdf, waktu
akses jam 23.20 WIB
Definta Anggreni, 2011, Asuhan Keperawatan Placenta Previa,
file:///C:/Users/Dell/Documents/Definita%20Anggereni%20BAB%20II.pdf waktu
akses jam 23.50 WIB
PPNI (2016).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi1.Jakarta DPP PPNI