Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah kopi di Indonesia dimulai pada tahun 1696 ketika Belanda membawa kopi dari
Malabar, India, ke Jawa. Mereka membudidayakan tanaman kopi tersebut di Kedawung,
sebuah perkebunan yang terletak dekat Batavia. Namun, upaya ini gagal kerena tanaman
tersebut rusak oleh gempa bumi dan banjir. Upaya kedua dilakukan pada tahun 1699 dengan
mendatangkan stek pohon kopi dari Malabar. Pada tahun 1706 sampel kopi yang dihasilkan
dari tanaman di Jawa dikirim ke negeri Belanda untuk diteliti di Kebun Raya Amsterdam.
Hasilnya sukses besar, kopi yang dihasilkan memiliki kualitas yang sangat baik. Selanjutnya,
tanaman kopi ini dijadikan bibit bagi seluruh perkebunan yang dikembangkan di Indonesia.
Belanda pun memperluas areal budidaya kopi ke Sumatera, Sulawesi, Bali, Timor dan pulau-
pulau lainnya di Indonesia. Pada tahun 1878, hampir seluruh perkebunan kopi yang ada di
Indonesia terutama di dataran rendah rusak terserang penyakit karat daun atau Hemileia
vastatrix (HV). Pada saat itu semua tanaman kopi yang ada di Indonesia merupakan jenis
arabika (Coffea arabica). Untuk menanggulanginya, Belanda mendatangkan spesies kopi
liberika (Coffea liberica) yang diperkirakan lebih tahan terhadap penyakit karat daun. Sampai
beberapa tahun lamanya, kopi liberika menggantikan kopi arabika di perkebunan dataran
rendah. Di pasar Eropa kopi liberika saat itu dihargai sama dengan arabika. Namun, tanaman
kopi liberika juga mengalami hal yang sama, rusak terserang karat daun. Kemudian pada
tahun 1907, Belanda mendatangkan spesies lain yakni kopi robusta (Coffea canephora).
Usaha kali ini berhasil, hingga saat ini perkebunan-perkebunan kopi robusta yang ada di
dataran rendah bisa bertahan. Pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1945, seluruh perkebunan
kopi Belanda yang ada di Indonesia di nasionalisasi dan sejak itu Belanda tidak lagi menjadi
pemasok kopi dunia (Nasution, 2006).

Saat ini perkembangan kopi di Indonesia terus mengalami kemajuan yang cukup signifikan
(Nuril, 2003). Beberapa daerah di Indonesia dikenal sebagai penghasil kopi terbaik dunia.
Lampung dikenal sebagai penghasil kopi terbesar di Indonesia yang memiliki jenis kopi
robusta. Di Pulau Sumatera saja misalnya banyak jenis kopi berkualitas yang juga sudah
dikenal hingga ke mancanegara.Seperti kopi sidikalang dari Sumatera Utara, kopi mandailing
dan kopi gayo dari Aceh dan sebagainya. Di Jawa misalnya juga dikenal kopi malang yang
mirip dengan yang ada di Lampung, kopi bali dan masih banyak lagi jenis kopi yang lainnya.
Indonesia sebagai negara kepulauan nusantara memiliki pesona rasa kopi nusantara yang
sangat beragam dan rasanya pun merupakan rasa yang berstandar kualitas ekspor. Salah satu
keistimewaan kopi yang ada di Indonesia, seperti kopi sumatera adalah perawatan dan
pengelolaanya dilakukan dengan sangat intensif sehingga rasa dan aroma yang dihasilkan
bisa lebih baik. Selain itu, beberapa daerah di Indonesia juga sudah mulai mengembangkan
teknik budidaya tanaman kopi secara organik. Saat ini jenis tanaman organik yang lebih sehat
ternyata lebih diminati oleh para pecinta kopi di tingkat dunia. Hal ini merupakan cara yang
dilakukan oleh para petani kopi di Indonesia untuk mempertahankan daya jual kopi Indonesia
di tingkat dunia. Kopi nusantara yang tersebar di beberapa kawasan di Indonesia umumnya
memiliki kualitas rasa yang cukup baik. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan
negara beriklim tropis dimana tanaman kopi akan sangat cocok tumbuh di kawasan yang
beriklim tropis. Kawasan pegunungan di Indonesia dengan curah hujan yang cukup serta
penetrasi cahaya matahari yang baik dan suhu tropis yang mendukung membuat tanaman
kopi yang ada di Indonesia bisa tumbuh dengan kualitas yang baik.

Perkembangan kopi di Indonesia mengalami kenaikan produksi yang cukup pesat, pada
tahun 2007 produksi kopi mencapai sekitar 676.5 ribu ton dan pada tahun 2013 produksi
kopi sekitar 691.16 ribu ton. Sehingga produksi kopi di Indonesia dari tahun 2007-2013
mengalami kenaikan sekitar 2.17 % (Badan Pusat Statistik, 2015). Dari total luas perkebunan
kopi di seluruh Indonesia 1.227.787 Ha, sekitar 92% perkebunan kopi atau sebesar 1.179.769
Ha dikelola oleh perkebunan rakyat dan 8% sisanya atau sebesar 48.018 Ha dikelola oleh
perkebunan besar. Dari total luas perkebunan tersebut 898.145 Ha atau sekitar 73%
perkebunan kopi ditanami kopi dengan jenis Robusta. (Direktorat Jendral Perkebunan,
2017).

Total produksi kopi di Indonesia mulai dari tahun 2011 sebesar 638.646 ton yang kedua
terbesar ada pada tahun 2012, yaitu sebesar 691.163 ton lalu setelah tahun 2012 tingkat
produksi kopi mengalami penurunan. Penurunan produksi tersebut didasarkan oleh faktor
cuaca dimana sering terjadi hujan. Namun pada tahun 2015 Indonesia kembali mampu
meningkatkan produktivitas kopinya dengan total produksi yang mencapai 739.005 ton, jauh
lebih besar daripada total produksi kopi tahun 2012 (Kementerian Pertanian, 2015).

Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sektor perkebunan
Indonesia.Kopi secara umum dibagi menjadi dua jenis yang dihasilkan di Indonesia, yaitu
kopi robusta dan kopi arabika. Kopi jenis arabika dapat tumbuh dengan baik didaerah yang
memiliki ketinggian diatas 1.000 – 2.100 meter di atas permukaan laut, sedangkan kopi
robusta dapat tumbuh di ketinggian yang lebih rendah daripada ketinggian penanaman kopi
arabika, yaitu pada ketinggian 400-800m di atas permukaan laut. Kopi di Indonesia memiliki
luas areal perkebunan yang mencapai 1,2 juta hektar. Dari luas areal tersebut, 96%
merupakan lahan perkebunan kopi rakyat dan sisanya 4% milik perkebunan swasta dan
Pemerintah (AEKI, 2015).

Minuman yang juga sering dikonsumsi oleh masyarat adalah kopi. Sama halnya dengan teh,
kopi yang diminum biasanya juga menyisakan ampas yang hanya dibuang begitu saja setelah
digunakan. Ampas kopi mempunyai banyak manfaat. Ampas kopi ternyata, mempunyai
kandungan-kandungan yang baik untuk kulit seperti zat antioksidan yang cukup tinggi
diantaranya flavonoid dan polifenol.

Kopi dapat digolongkan sebagai minuman psikostimulant yang akan menyebabkan


orang tetap terjaga, mengurangi kelelahan, dan membuat perasaan menjadi lebih bahagia.
Oleh karena itu, tidak mengherankan di seluruh dunia kopi menjadi minuman favorit,
terutama bagi kaum pria.
Namun seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di daerah
perkotaan banya lahan pertanian dan perkebunan yang sekarang beralih fungsi menjadi
kawasan industri, perumahan dan gedung- gedung. Dengan adanya fenomena-fenomena
tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa akan berakibat pada Pemanfaatan Ampas Teh dan
Ampas Kopi Sebagai. makin sempitnya lahan pertanian dan perkebunan di Indonesia.
Padahal apabila ditinjau dari segi ekonomi, pertanian dan perkebunan dapat meningkatkan
penghasilan penduduk. Apabila ditinjau dari segi manfaatnya pertanian dan perkebunan juga
merupakan suatu upaya untuk mencegah terjadinya pemanasan global.

Dalam penelitian ini, ampas kopi yang dihasilkan akan di upcycling dan diolah kembali
menjadi produk yang memiliki nilai jual yaitu pasir kucing.

Pasir kucing adalah produk pasir yang digunakan oleh rumah tangga yang memiliki hewan
peliharaan kucing. Pasir itu oleh kucing atau anjing menjadi pilihan utama untuk kencing atau
buang kotoran. Begitu kucing menyelesaikan hajatnya, cairan kencing bereaksi dengan pasir
menimbulkan bau wangi, misalnya jeruk, apel, lavender, atau bau lain sesuai selera. Pasir
kucing, bukan hanya menjaga kebersihan rumah, tetapi juga dapat digunakan sebagai ‘pupuk’
untuk tanaman (Nugroho, 2014)

Dengan kandungan unsur kimia limbah kopi yang cukup tinggi, maka penulis tertarik
untuk membuat suatu penelitian yang semoga akan berguna bagi masyarakat ke depannya,
dengan judul “Pemanfaatan Limbah Kopi Majalengka Sebagai Bahan Pembuatan Pasir
Kucing yang Ramah Lingkungan”.

1.2 Rumusan Masalah

Usulan Program Kreatifitas Mahasiswa dalam bidang pengembangan teknologi dengan judul
di atas dalam rangka memecahkan permasalahan:

1. Bagaimana penerapan teknologi penggunaan bentonite sebagai bahan utama pembuat


pasir kucing dalam memanfaatkan limbah Kopi ?
2. Bagaimana dampak social dan ekonomi penerapan dalam pembuatan pasir kucing ?

1.3 Tujuan

Penulisan Program Kreativitas Mahasiswa dalam bidang pengembangan teknologi ini


bertujuan untuk:

1. Mengintroduksi pengolahan ampas kopi menjadi pasir kucing sehingga dapat


diberdayakan oleh para pemilik usaha kedai kopi untuk meningkatkan produk yang
memilki nilai jual yang cukup tinggi.
2. Mengurangi pencemaran yang diakibatkan oleh ampas kopi.

1.4 Manfaat

Program pengabdian masyarakat ini bermanfaat bagi beberapa pihak, antara lain :
1. Bagi Mahasiswa Pelaksana Program

Menambah pengetahun penelitian serta wadah untuk mengaplikasikan ilmu yang telah
diperoleh dari kegiatan perkuliahan khususnya mengenai pemanfaatan ampas kopi sebagai
bahan yang memiliki nilai guna yang tinggi.

2. Bagi Mitra yang dituju

Sasaran Program memberikan informasi mengenai kandungan ampas kopi serta


pemanfaatannya.

3. Bagi Pemerintah

Membantu pemerintah dalam mengatasi kasus ekonomi nasional dan mengurangi limbah
penduduk serta merealisasikan program pemerintah untuk mendaun ulang limbah untuk
meminimalisir sampah.

1.5 Luaran Yang Diharapkan

Dari limbah kopi ini diharapkan dapat diolah sebagai :

1. Produk yang dihasilkan

Dari usulan program ini didapatkan produk berupa Pasir kucing yang berbahan dasar ampas
kopi.

2. Publikasi ilmiah

Publikasi ilmiah tentang hasil produk kepada masyarakat luas agar dapat menunjang
keberhasilan serta keberlanjutan program ini dan diharapkan dapat dijadikan contoh dan
diadopsi oleh kedai kopi yang terletak di Majalengka.

3. Lapangan Pekerjaan

Terciptanya produk baru bernilai jual tinggi yang dapat dikonsumsi masyarakat luas,
sehingga mampu menambah penghasilan dengan menghasilkan suatu produk.

DAPUS

AEKI. 2015. Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi di Indonesia. http://aeki.aice.org. Diakses
pada tanggal 22 Desember 2020.

Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Kopi Di Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Direktorat Jenderal Perkebunan (2017). Pedoman pemanfaatan limbah dari pembukaan


lahan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Departemen Pertanian.
Kementerian Pertanian. 2015. Basis Data Ekspor-Impor Komoditi Pertanian.
http://www.pertanian.go.id. Diakses pada tanggal 22 Desember 2020.

Nasution, H. S. P. 2006. Prospek Tinggi Bertanam Kopi Pedoman Meningkatkan Kualitas


Perkebunan Kopi. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Nugroho, I. dan P. D. Negara. 2014. Pengembangan Desa Wisata Mengantisipasi


Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Prosiding Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat. Surabaya: Kopertis Wilayah VII.

Nuril, E. 2006. Pengolahan Produk Primer dan Sekunder Kopi. Jember: Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai