Anda di halaman 1dari 12

P3 : KOEFISIEN KEKENTALAN ZAT CAIR

Nama : Harits Abdullah


NIM : 1308620076
Jurusan / Prodi : S1 Biologi / Biologi
Kelompok :2
Nama Percobaan : Koefisien Kekentalan Zat Cair
Tanggal Percobaan : Kamis, 15 Oktober 2020
Tanggal Pengumpulan : Sabtu, 17 Oktober 2020
Nama Asisten : Rakha Aditria Pratama - 1302618034

Nur Fadhilah Syahidah - 1302618011

Jayanti Eka Sari Ningsih - 1302618051

Andi Nisfananda Ekayanti- 1302618007

Pre-Test Laporan Awal Laporan Akhir

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
A. Tujuan
1. Memahami bahwa benda yang bergerak di dalam fluida (zat cair atau gas) akan mendapatkan
gesekan yang disebabkan oleh kekentalan fluida tersebut.
2. Menentukan koefisien kekentalan (coefficien of viscosity) dari zat cair, dalam hal ini gliserin,
dengan mengukur waktu jatuh bola-bola di dalam fluida.
3. Mengetahui viskositas zat cair berdasarkan hukum Stokes.
4. Mengetahui hubungan fluida dan viskositas atau koefisien kekentalan zat cair.
5. Memahami hubungan antara diameter bola dengan koefisien kekentalan zat cair.

B. Alat dan Bahan

1. Tabung yang berisi zat cair


2. Bola-bola kecil dari zat padat
3. Mikrometer sekrup, jangka sorong, dan mistar
4. Termometer
5. Sendok saringan untuk mengambil bola dari dasar tabung
6. Dua gelang kawat yang melingkari tabung
7. Stopwatch
8. Areometer
9. Timbangan torsi dengan batu timbangan

C. Teori Dasar
Jika benda dijatuhkan pada zat cair tanpa kecepatan awal, maka benda tersebut akan mendapatkan
percepatan karena ada gaya yang bekerja padanya. Gaya yang bekerja pada benda tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:

Gaya yang dialami oleh benda berbanding lurus dengan kecepatan, gaya semacam ini
disebut gaya gesek Newton dan cairan. Dalam hal ini, cairan yang digunakan disebut cairan
Newton. Apabila benda berbentuk bola, menurut Stokes, gaya yang dialami benda dapat
dirumuskan sebagai berikut :

(1)
dimana,
F = gaya gesekan yang bekerja pada bola
 = kofisien kekentalan dari fluida
r = jari-jari bola

v = kecepatan bola relatif terhadap fluida

Pemakaian hukum Stokes memerlukan beberapa syarat, antara lain :


a. Ruang tempat fluida tidak terbatas ukurannya cukup besar/luas dibandingkan
dengan ukuran benda.
b. Tidak ada turbulensi di dalam fluida.
c. Kecepatan v tidak besar,sehingga aliran masih laminar.

Jika sebuah benda padat berbentuk bola dengan rapat massa  dilepaskan pada permukaan
zat cair tanpa kecepatan awal, bola tersebut mula-mula akan mendapat percepatan. Dengan
bertambah besarnya kecepatan bola, maka bertambah besar pula gaya Stokes yang bekerja
pada bola tersebut. Pada akhirnya bola tersebut akan bergerak dengan kecepatan tetap.
Gerakan dengan kecepatan tetap ini terjadi setelah tercapai keseimbangan antara gaya berat,
gaya apung (Archimedes) dan gaya Stokes pada bola tersebut.

Jika kecepatan makin membesar, maka gaya gesek juga akan makin membesar, sehingga
suatu saat akan terjadi keseimbangan dinamis, dimana benda bergerak tanpa percepatan.
Gaya gesek tersebut dirumuskan:

Fr = G – B

Dengan memasukan harga gaya-gaya ini, maka dapat diperoleh

(2)

Dari persamaan (2) dapat diturunkan persamaan:

(3)
T = waktu yang diperlukan bola menempuh jarak d
d = jarak jatuh yang ditempuh
Koreksi : Pada percobaan yang dilakukan, syarat (a) tidak dipenuhi, karena fluida yang akan
ditentukan koefisien kekentalannya di tempatkan dalam tabung yang besarnya terbatas, sehingga
jari-jari bola tidak dapat diabaikan terhadap jari-jari tabung. Dalam hal demikian kecepatan bola
harus dikoreksi dengan:

(4)

karena: v = d/t persamaan (6-4) dapat ditulis sebagai:

(5)

Gerakan fluida sesungguhnya sangat rumit dan belum sepenuhnya dimengerti. Secara
matematis pergerakan dalam sebuah fluida dapat diasumsikan menjadi empat yang kesemuanya
itu berkaitan dengan aliran :(Halliday, Resnick dan Walker, 2010).

1
Viskositas adalah besaran yang mengukur kekentalan fluida. Hingga saat ini, kita anggap
fluida tidak kental. Persamaan Bernolli yang telah kita bahas berlaku untuk fluida yang tidak
kental. Namun, sebenarnya, semua fluida memiliki kekentalan, termasuk gas. Untuk
memeragakan adanya kekentalan fluida, lihat Gambar 10.59. Fluida diletakkan di antara dua
pelat sejajar. Satu pelat digerakkan dengan kecepatan konstan v arah sejajar ke dua pelat.
Permukaan fluida yang bersentuhan dengan pelat yang diap tetap diam sedangkan yang
bersentuhan dengan pelat yang bergerak ikut bergerak dengan kecepatan v juga. Akibatnya
terbentuk gradien kecepatan. Lapisan fluida yang lebih dekat dengan pelat bergerak memiliki
kecepatan yang lebih besar. Untuk mempertahankan kecepatan tersebut, diperlukan adanya gaya
F yang memenuhi

1
Mikrajuddin Abdullah, Fisika Dasar 1, (Bandung : ITB,2016), hlm.795-800
Satuan viskositas adalah N s/m2. Jika dinyatakan dalam satuan CGS, satuan viskositas adalah dyne s/cm2.
Satuan ini disebut juga poise (P). Umumnya koefisien viskositas dinyatakan dalam cP (centipoises = 0,001
P). Tabel 10.4 adalah koefisien viskositas beberapa jenis fuida.

Hukum Stokes bisa pula digunakan untuk menentukan koefisien viskositas fluida. Benda yang
bergerak dalam fluida mendapat gaya gesekan yang arahnya berlawanan dengan arah gerak benda
(Gambar 10.60). Besarnya gaya gesekan bergantung pada kecepatan relatif benda terhadap fluida serta
bentuk benda. Untuk benda yang berbentuk bola, besarnya gaya gesekan memenuhi hukum Stokes

dengan F gaya gesekan pada benda oleh fluida, r jari-jari bola, v laju bola relatif terhadap fluida.

Jika benda berbentuk bola dijatuhkan dalam fluida maka mula-mula benda bergerak turun dengan
kecepatan yang makin besar akibat adanya percepatan gravitasi. Pada suatu saat kecepatan benda tidak
berubah lagi. Kecepatan ini dinamakan kecepatan terminal. Gaya yang bekerja pada benda selama
bergerak jatuh adalah gaya berat ke bawah, gaya angkat Archimedes ke atas, dan gaya Stokes yang
melawan arah gerak (ke atas juga). Saat tercapat kecepatan terminal, ketiga gaya tersebut seimbang.
Berdasarkan kecepatan terminal bola maka kita dapat menentukan viskositas fulida.

Berdasarkan gaya angkat archimedes

Besaran gaya stokes :

Ketika benda mencapai kecepatan terminal, ke tiga gaya di atas memenuhi persamaan :

Massa jenis bola, massa jenis fluida, dan jari-jari bola sudah tertentu. Maka dengan
mengukur kecepatan terminal, koefisien viskositas fluida dapast dihitung. Jadi kita memiliki dua
cara menentukan viskositas fluida. Pertama dengan mengalirkan pada pipa dan menghitung
menggunakan hukum Poiseuille atau menjatukna bola yang sudah diketahui massa jenis dan
dimensinya kemudian mengukur kecepatan terminal bola. Kecepatan terminal akan dicapai jika
bola sudah cukup jauh dari lokasi awal dilepaskan dalam fluida.

2
Kecepatan fluida viskos dalam pipa silinder memperlihatkan laju pola aliran untuk laminer
fluida viskos dalam pipa yang panjang. Kecepatan terbesarnya adalah sepanjang sumbu dan
menjadi nol pada dinding pipa. Gerakan ini adalah menyerupai sejumlah tabung konsentrik yang
meluncur relatif satu terhadap yang lain, dengan tabung yang berada dipusat bergerak paling cepat,
sementara tabung bagian luar diam. Dengan menerapkan persamaan sebelumnya untuk elemen
fluida berbentuk silinder, kita bisa mendapatkan persamaan yang menggambarkan profil laju. Laju
aliran v pada jarak r dari sumbu pipa yang berjari – jari R adalah :(Young, Hugh D dkk., 2002)

Dimana 𝑃1 dan 𝑃2 adalah tekanan pada kedua ujung pipa dengan panjang L. Laju pada setiap titik
sebanding dengan perubahan tekanan per satuan panjang (𝑃1 - 𝑃2 )/ L atau dp/dx disebut gradien
tekanan Untuk mendapatkan total laju aliran volume, kita perhatikan cincin dengan diameter dalam
r, diameter luar r + dr, dan luas penampang dA = 2 πr dr. Laju aliran volume melalui elemen ini
adalah vdA; total aliran volume didapat dengan melakukan integrasi dari r = 0 sampai dengan r =
R. hasilnya :(Young, Hugh D dkk., 2002)

Hubungan ini pertama kali didapatkan oleh Poiseillue dan disebut persamaan Poiseillue. Laju aliran
volume berbanding terbalik dengan viskositas. Laju juga sebanding dengan beda tekanan(𝑃1 - 𝑃2 )/
L, dan berubah pangka empat jari – jari R. Jika kita menggandakan R, laju aliran akan bertambah
sesuai dengan faktor 16. Hubungan yang lebih berguna pada aliran fluida viskos adalah pernyataan
untuk gaya F yang diberikan pada bola jari – jari yang bergerak dengan kecepatan v melalui fluida
dengan viskositas η. Ketika aliran laminar hubungannya sederhana:(Young, Hugh D dkk., 2002)
F = -6πηrv
Persamaan diatas disebut hukum Stokes dan dalam penerapannya memerlukan beberapa
syarat sebagai berikut:(Herman dan asisten, 2014)
1. Ruang tempat fluida tidak terbatas (ukurannya jauh lebih besar dibandingkan ukuran bola)
2. Tidak terjadi aliran turbulensi di dalam fluida
3. Kecepatan v tidak besar

2
Bucche, Frederick J. Dan Eugene Hecht. 2006. Schaum’s Outline of Theory and Problems of Collage Physics Tenth
Edition. Jakarta : Erlangga
3
Fluida Ideal dalam Gerakan
Gerakan fluida sesungguhnya sangat rumit dan belum sepenuhnya dimengerti. Secara matematis
pergerakan dalam sebuah fluida dapat diasumsikan menjadi empat yang kesemuanya itu berkaitan
dengan aliran :
1. Aliran tunak ( Steady Flow )
Dalam aliran yang tunak ( atau berlapis – lapis / laminar ), laju fluida yang bergerak pada titik
tertentu mana pun tidak berubah seiring waktu, baik dalam besar maupun arahnya. Aliran air yang
pelan di dekat pusat arus diam bersifat tunak ; aliran yang berjalan cepat tidak demikian. Ketika
diujung atas sebuah mangkuk yang berisi air ditaruh dua batang rokok yang telah dibakar, maka
keadaan ini menunjukkan transisi dari aliran tunak menjadi turbulen ( atau nonlaminar ) karena
meningkatnya aliran asap. Laju partikel asap meningkat seiring kenaikannya dan pada laju kritis
tertentu, aliran berubah dari tunak menjadi turbulen.
2. Aliran yang tak termampatkan ( Incompressible flow )
Kita berasumsi, seperti fluida diam, bahwa fluida ideal kita tidak dapat dimampatkan, yaitu,
densitasnya memiliki nilai yang konstan dan seragam.
3. Aliran tidak viskos (Nonviscous flow )
Pada dasarnya, kekentalan sebuah fluida merupakan ukuran tingkat sifat resesif fluida untuk
mengalir.Contohnya, madu kental lebih resistif untuk mengalir daripada air, maka madu dikatakan
lebih viskos dari air.Kekentalan adalah analogi gesekan diantara zat – zat padat; keduanya adalah
mekanisme yang membuat energi kinetik pada objek yang bergerak dapat dipindahkan ke energi
panas.Ketika gesekan tidak ada, sebuah balok dapat meluncur pada laju konstan sepanjang
permukaan horizontal.Dengan cara yang sama, sebuah objek yang bergerak melalui fluida yang
tidak viskos tidak akan mengalami gaya hambat viskos-artinya, tidak ada gaya resistif yang
disebabkan oleh kekentalan; gaya tersebut dapat bergerak pada laju konstan melalui fluida.
4. Aliran tidak berotasi ( Irrotatonal flow )
Walaupun tidak perlu dipertimbangkan lebih jauh, kita juga berasumsi bahwa aliran tidak
berotasi.Untuk menguji sifat tersebut, biarkan butiran debu bergerak bersama dengan fluida.
Walaupun butiran tersebut mungkin ( atau mungkin tidak ) bergerak dalam pola berputar, dalam
aliran yang tidak berotasi, butiran tersebut tidak akan berotasi disekitar sumbu melalui pusat
massanya sendiri. Untuk analogi yang mudah dipahami, kincir raksasa ditaman hiburan adalah
benda yang berotasi, sedangkan penumpangnya tidak ikut berotasi.

Viskositas
Viskositas adalah gesekan internal fluida.Viskositas adalah alasan diperlukannya usaha untuk
mendayung perahu melalui air yang tenang, tetapi juga merupakan alasan mengapa dayung bisa

3
Dewi Nursoliha,dkk.”KOEFISIEN KEKENTALAN ZAT CAIR”
(https://www.academia.edu/38106657/PRAKTIKUM_FISIKA_DASAR_KOEFISIEN_KEKENTALAN_ZAT_CAIR_Asisten_
1_Dewi_Nursholiha_2)
bekerja.Efek viskositas merupakan hal yang penting di dalam aliran fluida dalam pipa, aliran darah,
pelumasan bagian dalam mesin, dan contoh keadaan lainnya.
Istilah viskositas umumnya digunakan untuk menjelaskan aliran fluida untuk menandakan derajat
gesekan internal pada fluida. Gesekan internal, atau gaya viskos, berkaitan dengan hambatan yang
dialami oleh dua lapisan fluida yang bersebelahan untuk bergerak relatif satu terhadap yang lain.
Viskositas menyebabkan sebagian energi kinetik dari fluida berubah menjadi energi internal.
Koefisien kekentalan fluida yang dilambangkan dengan η didefinisikan sebagai perbandingan dari
tegangan geser terhadap laju perubahan regangan geser.
tegangan geser
η=
laju perubahan regangan geser
dv
F=ηA
dy

Satuan SI untuk η adalah Ns/m2 = Pa. S ( pascal. sekon ). Pada sistem cgs, satuan tersebut adalah
dyne.s/cm2dan satuan ini disebut Poise ( P ). Viskositas sering dinyatakan dalam sentipoise ( cP ),
yang besarnya seperseratus poise.
Viskositas air adalah 1,79 cP pada 0℃ dan 0,28 cP pada 100℃. Viskositas minyak pelumas
umumnya dari 1 sampai 10 P, dan viskositas udara pada 20℃ adalah 181 μP.
Fluida yang mengalir dengan mudah seperti air atau minyak tanah, memiliki viskositas yang lebih
kecil daripada cairan kental seperti madu atau oli motor.Viskositas seluruh fluida sangat tergantung
pada suhu, bertambah untuk gas, dan berkurang untuk cairan saat suhu meningkat.

4
Kecepatan fluida viskos dalam pipa silinder memperlihatkan laju pola aliran untuk laminer
fluida viskos dalam pipa yang panjang. Kecepatan terbesarnya adalah sepanjang sumbu dan
menjadi nol pada dinding pipa. Gerakan ini adalah menyerupai sejumlah tabung konsentrik yang
meluncur relatif satu terhadap yang lain, dengan tabung yang berada dipusat bergerak paling cepat,
sementara tabung bagian luar diam. Dengan menerapkan persamaan sebelumnya untuk elemen
fluida berbentuk silinder, kita bisa mendapatkan persamaan yang menggambarkan profil laju. Laju
aliran v pada jarak r dari sumbu pipa yang berjari – jari R adalah :(Young, Hugh D dkk., 2002)
P1 -P2 2 2
v= (R -r )
4ηL
Dimana P1 dan P2 adalah tekanan pada kedua ujung pipa dengan panjang L. Laju pada setiap titik
sebanding dengan perubahan tekanan per satuan panjang (P1 − P2 ) / L atau dp/ dx disebut gradien
tekanan. Untuk mendapatkan total laju aliran volume, kita perhatikan cincin dengan diameter
dalam r, diameter luar r + dr, dan luas penampang dA = 2𝜋r dr. Laju aliran volume melalui elemen

4
Wahdini Ramli,dkk. “KOEFISIEN KEKENTALAN ZAT CAIR”.(
https://www.academia.edu/11501239/Laporan_Koefisien_Kekentalan_Zat_Cair)
ini adalah vdA; total aliran volume didapat dengan melakukan integrasi dari r = 0 sampai dengan r
= R. hasilnya :(Young, Hugh D dkk., 2002)

dV π R4 P1 -P2
= ( )( ) ( persamaan Poiseillue )
d𝑡 8 η L

Hubungan ini pertama kali didapatkan oleh Poiseillue dan disebut persamaan Poiseillue. Laju aliran
volume berbanding terbalik dengan viskositas. Laju juga sebanding dengan beda tekanan (𝑃1− 𝑃2 )
/ L, dan berubah pangka empat jari – jari R. Jika kita menggandakan R, laju aliran akan bertambah
sesuai dengan faktor 16. Hubungan yang lebih berguna pada aliran fluida viskos adalah pernyataan
untuk gaya F yang diberikan pada bola jari – jari yang bergerak dengan kecepatan v melalui fluida
dengan viskositas η. Ketika aliran laminar hubungannya sederhana:(Young, Hugh D dkk., 2002)
F = -6πηrv
Persamaan diatas disebut hukum Stokes dan dalam penerapannya memerlukan beberapa syarat
sebagai berikut:(Herman dan asisten, 2014)
1. Ruang tempat fluida tidak terbatas (ukurannya jauh lebih besar dibandingkan ukuran bola)
2. Tidak terjadi aliran turbulensi di dalam fluida
3. Kecepatan v tidak besar
Jika sebuah bola bergerak di dalam suatu fluida, maka selain
gaya gesekan zat cair dengan bola, ada gaya lain yang bekerja
yaitu gaya berat dan gaya Archimedes. Dengan demikian,
maka pada sebuah bola pejal yang bergerak dalam zat cair yang
kental akan mengalami tiga gaya tersebut yaitu:(Herman dan
asisten, 2014)
∑F=W+FA +FS
Bila bola pejal telah mencapai kecepatan tetap, maka resultan
gaya tersebut akan sama dengan nol, sehingga benda bergerak
lurus beraturan. Besar kecepatannya pada keadaan itu
adalah:(Herman dan asisten, 2014)

2r2 g(ρ-ρ0 )
v=

Dengan, g = percepatan gravitasi (m/s2)


ρ = massa jenis bola pejal (kg/m3)
ρ0 = massa jenis zat cair (kg/m3)
Bila selama bergerak lurus beraturan bola memerlukan waktu selama t untuk bergerak sejauh y,
dimana y adalah jarak yang ditempuh bola mulai saat bergerak dengan kecepatan konstan hingga
berhenti, dan t adalah waktu yang ditempuhnya, maka persamaan untuk kecepatan di atas dapat
diubah menjadi: (Herman dan asisten, 2014)

9ηy 2gr 2 ρ  ρ 0 
t y
2gr ρ  ρ 0 
2
atau 9η

5
Salah satu sifat yang berhubungan dengan zat cair adalah kental (viscous), dimana setiap
zat cair memiliki koefisen kekentalan yang berbeda-beda. Dalam dunia otomotif pengetahuan
tentang nilai viskositas dari berbagai jenis pelumas sangat dibutuhkan karena tiap-tiap mesin
membutuhkan kekentalan pelumas yang berbeda. Pada saat ini sangat jarang ditemukan alat untuk
menentukan nilai viskositas suatu cairan, yaitu viskometer. Kekentalan adalah sifat suatu zat cair
(fluida) disebabkan adanya gesekan antara molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat
cair tersebut. Gesekangesekan inilah yang menghambat aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat
cair (viskositas) dinyatakan dengan suatu bilangan yang menentukan kekentalan suatu zat cair.
Viskositas suatu fluida merupakan daya hambat yang disebabkan oleh gesekan antara molekul-
molekul cairan, yang mampu menahan aliran fluida sehingga dapat dinyatakan sebagai indikator
tingkat kekentalannya. Nilai kuantitatif dari viskositas dapat dihitung dengan membandingkan
gaya tekan per satuan luas terhadap gradien kecepatan aliran fluida.Metode yang sudah dikenal
sejak lama untuk mendapatkan nilai viskositas adalah metode bola jatuh (falling ball method)
dengan prinsip Hukum Stokes.

5
Soebyakto,dkk. “NILAI KOEFISIEN VISKOSITAS DIUKUR DENGAN
METODE BOLA JATUH DALAM FLUIDA VISKOS”
(https://www.academia.edu/37421264/NILAI_KOEFISIEN_VISKOSITAS_DIUKUR_DENGAN_METODE_BOLA_JATUH_
DALAM_FLUIDA_VISKOS)
D. Cara Kerja
1. Mengukur diameter tiap-tiap bola dengan micrometer sekrup . Lakukan 5 kali
pengukuran untuk tiap-tipa bola.
2. Menimbang tiap-tiap bola dengan neraca torsi.

3. Mengukur diameter bagian dalam dari tabung, sebanyak 5 kali pengukuran.

4. Mencatat suhu zat cair sebelum dan sesudah percobaan

5. Ukurlah rapat massa zat cair sebelum dan sesudah tiap percobaan dengan Areometer.

6. Menempatkan gelang kawat yang melingkar tabung kira-kira 5 cm di bawah


permukaan zat cair dan yang lain kira-kira 5 cm dari dasar tabung.
7. Mengukur jarak jatuh d (Jarak kedua gelang kawat).

8. Memasukkan sendok saringm sampai dasar tabung dan tunggu beberapa saat hingga zat
cair diam.
9. Mengukur waktu jatuh T untuk tiap-tiap bola masing-masing 5 kali pengulangan

10. Mengubah letak letak kawat sehingga jarak d berubah juga. Ukurlah d dan T seperti langkah
pada nomor 7 dan 9. (Pengulangan jarak d sebanyak 3 perubahan)

11. Mengubah suhu zat cair dengan memasukkan tabung zat cair ke dalam air es (dingin) atau
ke dalam bak air hangat (panas)

12. Mengulangi langkah percobaan nomor 4,5,6,7,8,9, dan 10, untuk suhu yang tidak sama
dengan suhu semula

Anda mungkin juga menyukai