Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH GEOGRAFI

“Kerja Sama Multilateral di dalam Organisasi International Monetary Fund”

Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas semester 2 mata pelajaran Geografi

Guru Pembimbing : Cicilia Trihartanti, S.Pd

Disusun Oleh :
David Patar Parulian - 06
Kevin Hermawan - 12
XIID – IPS

SEKOLAH MENEGAH ATAS SANTO ALOYSIUS II


BANDUNG 40267
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Allah yang Mahakuasa,
karena atas berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makala ini yang berjudul
KERJA SAMA MULTILATERAL DI DALAM ORGANISASI INTERNATIONAL
MONETARY FUND.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Namun,
kami berharap makalah ini tetap bisa meberikan manfaat. Kami mengharapkan segala
bentuk saran serta masukan dan juga kritik yang membangun untuk menjadi senjata bagi
kami kedepannya. Penyusunan makalah ini, tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
selalu memberikan dukungan dan b imbingannya kepada kami sehingga makalah ini dapat
terslesaikan tepat waktu

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga tujuan dari pembuatan makalah ini
dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Kami

Bandung, 5 Februari 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ 5

BAB I .............................................................................................................. 6

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 6

1.2 Identifikasi Makalah ................................................................................. 7

1.3 Rumusan Masalah .................................................................................... 7

1.4 Tujuan Makalah ....................................................................................... 7

1.5 Manfaat Makalah ..................................................................................... 7

BAB II ............................................................................................................ 9

2.1 Pengertian Krisis Ekonomi ....................................................................... 9


2.1.1 Faktor Penyebab Terjadinya Krisis Ekonomi ...................................................... 9
2.1.2 Pendekatan Krisis Ekonomi ................................................................................. 11
2.1.3 Penyebab Krisis Ekonomi..................................................................................... 12
2.1.4 Krisis Ekonomi Indonesia 1997 - 1998 ................................................................ 13

2.2 Negara dan Kondisi Perekonomiannya ................................................... 14

2.3 Sejarah International Monetary Fund (IMF) ........................................... 16


2.3.1 Tujuan IMF ........................................................................................................... 17
2.3.2 Fungsi IMF............................................................................................................. 18
2.3.3 Anggota IMF .......................................................................................................... 19

2.3.4 Cara IMF Menolong Anggotanya ........................................................... 19


2.3.5 Persyaratan Pinjaman IMF .................................................................................. 20
2.3.6 Sumber Dana IMF................................................................................................. 21
2.3.7 Latar Belakang Hubungan Indonesia – IMF ...................................................... 22
2.3.8 Kerja Sama Indonesia dengan IMF ..................................................................... 23

2.4 Peran Indonesia dan IMF dalam Hubungan Kerja Sama ....................... 24
2.4.1 Peran IMF Bagi Indonesia .................................................................................... 24
2.4.2 Peran Indonesia dalam IMF ................................................................................. 24

3
2.5 Dampak Positif dan Negatif dalam Hubungan Kerja Sama Indonesia dan
28

BAB III ......................................................................................................... 31

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 31

3.2 Saran ............................................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 32

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tabel Indikitar Krisis Ekonomi Indonesia tahun 1997-1998 ............. 14


Gambar 2. Ilustrasi Mata Uang Zimbabwe yang Tidak Bernilai ......................... 16
Gambar 3. Pertemuan di Bretton Woods ............................................................. 17
Gambar 4. Grafik Pertumbuhan Keanggotaan IMF ............................................. 19
Gambar 5. Presiden Soeharto menandatangi perjanjian dengan IMF. Michel
Camdessus terlihat memandanginya dengan bersedekap. .................................... 23
Gambar 6. Annual Meeting IMF-WB di Bali ...................................................... 25

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu
membutuhkan bantuan orang lain. Hal ini juga berlaku bagi sebuah negara. Suatu negara
tidak dapat hidup sendirian tanpa adanya bantuan atau dukungan dari negara – negara
lainnya karena salah satu persyaratan berdirinya sebuah negara adalah adanya pengakuan
dari negara lain. Selain itu negara lain juga berperan sebagai teman yang bisa membantu
dan bekerja sama agar bisa sama – sama mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Setiap negara mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing – masing baik di
dalam bidang Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), maupun di bidang lainnya. Setiap negara saling
membutuhkan negara lain agar dapat memenuhi kebutuhannya. Misalnya seperti Indonesia
yang memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah namun tidak memiliki Sumber
Daya Manusia (SDM) dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang memadai. Hal
ini mendorong negara Indonesia untuk melakukan kerja sama dengan negara – negara lain
yang lebih unggul SDM dan IPTEK nya.
Maka dari itu Indonesia menjalin berbagai macam kerja sama internasional dengan
negara – negara lain guna mengembangkan negara Indonesia ini. Bentuk kerja sama yang
dijalin oleh Indonesia dapat berupa tiga macam bentuk, yaitu kerja sama multilateral, kerja
sama bilateral, dan kerja sama regional. Kerja sama multilateral merupakan kerja sama
yang dijalin antara beberapa negara dan kerja sama bilateral merupaka kerja sama yang
dijalin antara dua negara. Sedangkan kerja sama regional merupakan kerja sama yang
dijalin oleh negara yang berada di kawasan tertentu.
Saat ini Indonesia menjalin kerja sama dengan banyak organisasi dunia, salah
satunya dengan International Monetary Fund atau IMF. IMF ini merupakan suatu
organisasi internasional yang bergerak di bidang keuangan, khususnya di bidang
pendanaan. Keberadaan IMF ini tentu sangat berguna bagi negara Indonesia sebagai negara
berkembang yang membutuhkan banyak dana dalam jumlah besar untuk memajukan
negaranya. IMF sendiri di bentuk di Amerika Serikat sebagai bentuk upaya untuk
mencegah kembali terjadinya permasalahan ekonomi di dunia akibat adanya perang dunia
ke dua.
Maka dari itu, di dalam makalah yang berjudul “Kerja Sama Multilateral di dalam
Organisasi International Monetary Fund” ini kami akan menjelaskan dan menjabarkan

6
secara lebih lengkap mengenai hubungan antara Indonesia dengan International Monetary
Fund atau IMF ini.

1.2 Identifikasi Makalah


1. Krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia.
2. Kondisi perekonomian suatu negara
3. Hubungan kerja sama antara Indonesia dengan IMF
4. Peran serta dampak dari kerja sama yang dijalin antara Indonesia dengan IMF

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan dari latar belakang, akan kami sebagai penulis telah merumuskan
beberapa pertanyaan, yaitu :

1. Apa itu krisis ekonomi dan apa penyebabnya?


2. Bagaimana sejarah terbentuknya IMF?
3. Apa tujuan didirikannya IMF?
4. Apa bentuk hubungan kerja sama antara Indonesia dengan IMF?
5. Apa saja pernanan dan keikutsertaan Indonesia di IMF?
6. Apa dampak dari kerja sama Indonesia dengan IMF?

1.4 Tujuan Makalah


Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan dari peneulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang krisis ekonomi dan apa penyebabnya.
2. Untuk mengetahui sejarah atau latar belakang didirikannya IMF.
3. Untuk mengetahui apa saja peranan Indonesia di dalam IMF.
4. Untuk mengetahui apa saja tujuan dari didirikannya IMF.
5. Untuk mengetahui apa saja dampak yang ditimbulkan dari keberadaan IMF ini.

1.5 Manfaat Makalah


Penulis berharap makalah ini bisa memberikan informasi baru kepada pembaca,
khususnya mengenai krisis ekonomi dan International Monetary Fund (IMF). Karena
pada nyatanya, masih banyak yang belum mengetahui mengenai hubungan kerja sama
antara Indonesia dengan IMF. Dengan adanya makalah ini diharapkan akan ada
semakin banyak orang yang menjadi tau lebih dalam mengenai IMF. Terutama karena

7
IMF sendiri juga tidak seutuhnya baik bagi bangsa Indonesia. Dengan adanya
pengetahuan mengenai IMF, masyarakat menjadi bisa mempelajari dan mencegah atau
menghindari hal – hal yang tidak diinginkan dari keberadaan IMF ini sendiri.

8
BAB II
PEMBAHASAN

A. Krisis Ekonomi
2.1 Pengertian Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi dapat diartikan sebagai suatu keadaan atau peristiwa dimana
seluruh sektor ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan hal
ini memperngaruhi sektor lainnya diseluruh dunia. Akibat dari krisis ekonomi ini akan
sangat terasa apabaila krisis ini diawali di negara negara maju seperti Amerika Serikat,
maka hal tersebut memberi dampak besar pada negara-negara Asia yang sedang
berkembang dan masih sangat ketergantungan, salah satunya adalah Indonesia.

Menurut Market Buisness News, krisis ekonomi adalah keadaan di mana


perekonomian di suatu negara mengalami penurunan secara drastic

Pada umumnya, krisis ekonomi ditandai dengan penurunan Produk Domestik


Bruto (PDB), anjloknya harga properti dan saham, serta naik turunnya harga yang
terjadi karena adanya inflasi. Selain itu akan terjadi penurunan belanja dari pemerintah
dan meningkatnya angka pengangguran hingga melebihi 50% dari jumlah tenaga kerja.
Terjadi juga kenaikan harga barang – barang pokok serta penurunan angka konsumsi.
Selaini tu, krisis juga biasanya di tandai dengan keadaan rakyat yang tidak
mempercayai lagi pemerintahnya, khususnya karena masalah finansial. Biasanya
rakyatnya tidak mau lagi menyimpan uang di bank-bank yang ada, sehingga perbankan
mengalami kesulitan. Jika itu terjadi maka bank sentral akan mencairkan asetnya untuk
menalangi administrasi dan biaya lain yang dibutuhkan bank-bank itu. Setelah itu maka
harga-harga barang konsumsi naik seiring dengan banyaknya uang tunai di masyarakat
akibat bank kelebihan uang tunai. Jika keadaan itu terjadi maka negara memasuki masa
krisis. Negara tidak mampu membayar hutangnya sehingga hutangnya sudah jauh
diatas PDB-nya karena jika sudah terjadi krisis ekonomi maka akan terjadi penurunan
PDB seperti yang dijelaskan diatas.

2.1.1 Faktor Penyebab Terjadinya Krisis Ekonomi


Secara teori kemungkinan bisa ada lebih dari satu faktor yang secara bersamaan
menyebabkan krisis tersebut terjadi. Adapun berdasarkan studi yang dilakukan IMF
pada tahun 1998 menyatakan bebearap faktor yang memicu terjadinya krisis ekonomi

9
adalah hutang luar negeri, sector keungan tanpa regulasi yang jelas, dan kebijakan
moneter yang menetapkan suku bunga yang tinggi. Di bawah ini bebearapa faktor
lainnya mengenai penyebab terjdainya krisis ekonomi:
1. Utang negara yang berlebihan
Suatu negara tentu meembutuhkan dana yang besar untuk melakukan
pembangunan nasional guna meemajukan dan menciptakan kesejahteraan.
Faktanya, mayoritas negara di dunia ini memiliki hutang kepada IMF maupun
neegara lain. lonjakan hutang pemerintah bisa berpotensi memicu aliran modal
asing keluar (capital outflow) hingga krisis ekonomi. Jika hutang ini tidak dapat
ditutup dan pendapatan mayoritas masyarakat dan perusahaan rendah maka krisis
ekonomi tidak dapat dihindari.
2. Laju inflasi yang tinggi
Inflasi merupakan sebuah peristiwa di mana harga barang dan jasa mengalami
kenaikan dalam waktu yang panjang. Sebenarnya, inflasi tidak selalu menjadi hal
yang negatif, bergantung pada tinggi rendahnya tingkat presentase inflasi. Akan
tetapi, jika inflasi terjadi dalam waktu yang lama serta mengalami laju yang tinggi,
hal ini bisa mengakibatkan nilai uang turun dan membuat perekonomian di suatu
negara semakin memburuk.
3. Pertumbuhan ekonomi yang terhambat
Penyebab lainnya dari krisis ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi di suatu
negara tidak berkembang atau macet. Semakin buruk pertumbuhannya, maka ada
kemungkinan negara tersebut masuk ke jurang krisis perekonomian. Contoh nyata
karena suatu negara mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat adalah karena
adanya virus corona seperti saat ini. Beberapa negara ada yang sudah mengalami
resesi karena adanya pandemi virus corona. Seperti yang sudah dijelaskan di atas,
pada kuartal II dan III, pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami hasil yang
negatif sehingga terancam akan mengalami resesi.
4. Perdagangan luar negeri (ekspor) yang lemah
lemahnya suatu negara dalam mengembangkan ekspor, sementara negara
tersebut masih sangat tergantung pada impor produk-produk bernila tinggi dapat
dianggap sebagai penyebab utama kurangnya cadangan devisa suatu
negara(khususnya dolar AS). Kegiatan ekspor dapat menjadi penopang dan
pembangkit ekonomi suatu negara, jika nilai ekspor sangat kecil dan impor lebih
besar maka tentu saja hal ini dapat menyebabkan krisis ekonomi.

10
2.1.2 Pendekatan Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi dapat terjadi bukan hanya bersumber dari salah satu penyebab atau
faktor. Namun, bisa kombinasi dari faktor-faktor tersebut yang saling bersinergi dan
berkaitan. Dilihat dari segi perkembangan krisis ekonomi dapat dikelompokkan
menjadi 4 (empat) bagian yaitu teori generasi pertama, generasi kedua, generasi ketiga.
a. Pendekatan Generasi Pertama
Pendekatan Generasi Pertama merupakan pendekatan yang dikembangkan
oleh Krugman dan Flood & Garber. Pendekatan generasi pertama ini mendasarkan
analisisnya pada kondisi ketidakseimbangan fiskal yang cenderung tidak stabil
sehingga menjadi pemicu terhadap mata uang. Pendekatan ini mengasumsikan
bahwa Bank Sentral cenderung melakukan monetisasi defisit fiskal dengan cara
pemberian kredit dalam negeri dan berupaya mempertahankan nilai tukar agar
tetap. Hal ini berdampak pada terbatasnya cadangan devisa.
b. Pendekatan Genarasi Kedua
Pendekatan Generasi Kedua merupakan pendekatan yang dikembangkan oleh
Diamond dan Dybvig. Pendekatan generasi kedua ini mendasarkan analisisnya
pada kondisi trade – off yang dihadapi pemerintah, yaitu antara mempertahankan
nilai tukar tetap (fixed exchange rate system) dan menetapkan kebijakan moneter
ekspansif untuk mempertahankan nilai tukar tetap. Berdasarkan pendekatan ini,
krisis ekonomi dipicu oleh memburuknya kondisi fundamental perekonomian
seperti pertumbuhan yang multiple equilibirium. Biasanya negara dengan ekonomi
yang lemah cenderung mengalami krisis berbeda dengan negara yang memiliki
fundamental ekonomi yang kuat akan terhindar dari krisis.
c. Pendekatan Generasi Ketiga
Pendekatan Generasi Ketiga merupakan pendekatan yang dikembangkan oleh
Krugman dan Corsetti, dkk. Mereka memasukkan peran moral hazard induced
investment dalam menganalisis faktor – faktor penyebab terjadinya krisis. Moral
hazard terjadi karena adanya pandangan bahwa pemerintah selalu siap menjamin
atau menalangi perusahaan swasta yang sedang mengalami masalah. Hal inilah
yang membuat terjadinya excessive investment atau lending dan excessive
borrowing. Dampaknya adalah terjadinya akumulasi utang sektor swasta dalam
jumlah yang cukup besar. Keadaan ekonomi yang buruk ini membuat pemerintah
tidak bisa lagi mengandalkan pajak untuk membiayai krisis yang terjadi sehingga
akhirnya pemerinta menutupi kekurangan yang ada tersebut dari seignorage

11
revenues. Hal ini akan membentuk expectations of future inflanationary yang
memicu serangan yang spekulatif terhadap mata uang.

2.1.3 Penyebab Krisis Ekonomi


Menurut Bob Sugeng Hadiwinata dalam bukuny yang mengutip dari pendapat para
pakar ekonomi mengidentifikasikan ada tiga hal yang dapat menyebabkan terjadinya
krisis ekonomi, yaitu :
a. Fenomena Productivity Gap (Kesenjangan Produktivitas)
Negara – negara di Asia termasuk Indonesia mengalami kesenjangan
produktivitas karena lemahnya pengalokasian aset – aset akibat dari
mekanisme pasar yang tidak berfungsi dengan baik. Pada umumnya negara –
negara di Asia lebih mementingkan pengontrolan harga produk daripada
mementingkan penguasaan teknologi. Hal ini juga disebabkan oleh adanya
keterbatasan teknologi di negara – negara Asia yang mayoritas masih negara
berkembang. Negara – negara di Asia ini cenderung menganut prinsip
economies of scale (skala ekonomi), yaitu peningkatan produksi dan daya
ekspor untuk menguasai pasar dunia.
b. Fenomena Disequilibrium Trap (Jebakan Ketidakseimbangan)
Fenomena disequilibrium trap merupakan situasi dimana negara – negara
terjebak kedalam ketidakseimbangan antara pertumbuhan kuantitatif dan
perkembangan kualitatif proses produksi. Ketidakseimbangan dalam proses
produksi ini mengakibatkan adanya pemborosan dana untuk membiayai pola
hidup yang konsumtif sehingga pengadaan modal dalam negeri menjadi
terbatas.
c. Fenomena Loan Addiction (Ketergantungan Kepada Hutang Luar Negeri)
Menurut fenomena load addiction, kecenderungan para pelaku bisnis untuk
meminjam dalam bentuk valuta asing kepada lembaga – lembaga keuangan
asing menjadi pendorong terjadinya krisis ekonomi. Kecenderungan loan
addiction ini akan menimbulkan fenomena non – performing loan atau
pinjaman yang tidak digunakan untuk kegiatan produktif dan ketika mata uang
lokal mengalami krisis nilai tukar, maka beban hutang valuta asing akan
membengkak.

Menurut Miranda S. Goeltom, krisis yang terjadi di negara Indonesia dan


negara – negara Asia Timur masuk kedalam pendekatan generasi ketiga yang

12
dikembangkan oleh Krugman dan Corsetti. Miranda mengklasifikasikan negara
Indonesia dan negara – negara di Asia Timur masuk kedalam pendekatan generasi
ketiga karena adanya unsur kesengajaan oleh pihak – pihak yang melakukan kejahatan
di pasar modal, pada nilai tukar mata uang asing (valas), dan pada instrumen keuangan.
Krisis ekonomi menjadi salah satu permasalahan yang cukup besar bagi setiap
negara di dunia termasuk Indonesia. Indonesia merupakan negara berkembang yang
kaya akan sumber daya alam, namun memiliki keterbatasan sumber daya manusia,
teknologi, dan pendanaan. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan bagi Indonesia
untuk menjalin kerja sama multilateral dengan International Monetary Fund (IMF).

2.1.4 Krisis Ekonomi Indonesia 1997 - 1998


Hingga saat ini Indonesia sebenarnya telah melewati 3 (tiga) kali krisis ekonomi
dan 2 (dua) kali resesi. Krisis ekonomi pertama terjadi pada 1998, 2008, dan 2020.
Krisis ekomi Indonesia pada tahun 1998 merupakan titik awal dari hubungan kerja
sama Indonesia dengan IMF.
Krisis ini diperberat oleh berbagai musibah nasional yang datang secara bertubi-
tubi di tengah kesulitan ekonomi sepertikegagalan panen padi di banyak tempat karena
musim kering yang panjang dan terparahselama 50 tahun terakhir, hama, kebakaran
hutan secara besar-besaran di Kalimantan dan peristiwa kerusuhan yang melanda
banyak kota pada pertengahan Mei 1998 lalu dan kelanjutannya. Krisis ekonomi ini
dapat terjadi, meskipun fundamental ekonomi Indonesia di masa lalu dipandang cukup
kuat dan disanjung-sanjung oleh Bank Dunia. Yang dimaksud dengan fundamental
ekonomi yang kuat adalah pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, laju inflasi
terkendali, tingkat pengangguran relatif rendah, neraca pembayaran secara keseluruhan
masih surplus meskipun defisit neraca berjalan cenderung membesar namun jumlahnya
masih terkendali, cadangan devisa masih cukup besar, realisasi anggaran pemerintah
masih menunjukkan sedikit surplus. Namun di balik ini terdapat beberapa kelemahan
struktural seperti peraturan perdagangandomestik yang kaku dan berlarut-larut,
monopoli impor yang menyebabkan kegiatan ekonomitidak efisien dan kompetitif.
Pada saat yang bersamaan kurangnya transparansi dankurangnya data menimbulkan
ketidak pastian sehingga masuk dana luar negeri dalamjumlah besar melalui sistim
perbankan yang lemah. Sektor swasta banyak meminjam dana dari luar negeri terutama
AS yang sebagian besar tidak di hedge. Dengan terjadinya krisis moneter, terjadi juga
krisis kepercayaan.

13
Di saat ini lah IMF muncul bak pahlawan dengan program – program reformasi
ekonomi yang diusulkan. Menurut IMF, krisis ekonomi yang berkepanjangan di
Indonesia disebabkan karena pemerintah baru meminta bantuan IMF setelah rupiah
sudah sangat terdepresiasi. Strategi pemulihan IMF dalam garis besarnya adalah
mengembalikan kepercayaan pada mata uang, yaitu dengan membuat mata uang itu
sendiri menarik. Sementara itu pemerintah Indonesia telah 6 (enam) kali
memperbaharui persetujuannya dengan IMF, Second Supplementary Memorandum of
Economic and Financial Policies (MEFP) tanggal 24 Juni, kemudian 29 Juli 1998, dan
yang terakhir adalah review yang keempat, tanggal 16 Maret 1999. Program bantuan
IMF pertama ditanda-tangani pada tanggal 31 Oktober 1997.

Gambar 1. Tabel Indikitar Krisis Ekonomi Indonesia tahun 1997-1998

Tabel diatas mernunjukan konsekuensi dari krisis ekonomi ini, Nilai tukar
rupiahkemudian merosot dengan cepat dan tajam dari rata-rata Rp 2.450 per dollar AS
Juni 1997menjadi Rp 13.513 akhir Januari 1998, namun kemudian berhasil menguat
kembali menjadisekitar Rp 8.000 awal Mei 1999.

2.2 Negara dan Kondisi Perekonomiannya


Maju dan berkembangnya suatu negara bisa dilihat bagaimana keadaan roda
ekonomi yang berjalan di negara tersebut. Ekonomi sendiri sebenarnya bisa menjadi
suatu pemicu yang membuat suatu negara bisa dikatakan maju, stabil atau bahkan

14
dikategeorikan sebagai bangkrut di dunia. Pada hakikatnya, tidak mudah bagi negara
untuk mengelola ekonomi negaranya. Faktor ekspor impor seperti yang sudah
dijelaskan diatas, hingga kebijakan pemerintah dalam membatasi investor asing pun
bisa berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi negara. Membahas mengenai
kebangkrutan ekonomi, terdapat beberapa negara yang diklaim sebagai negara
bangkrut di dunia yaitu Yunani, Zimbawe, Jamaika, dan Ekuador.
Sejumlah negara di dunia dinyatakan bangkrut dikarenakan faktor jumlah hutang
yang besar. Hal ini diperparah karena negara – negara yang beresangkutan tidak dapat
membayar utang - utangnya, hal ini termasuk ke dalam pembahasan faktor terjadinya
krisis ekonomi diatas. Jika hutang suatu negara semakin banyak dan kemampuan dalam
membayar tidak seimbang, maka negara pemilik hutang akan dibebani oleh jumlah
utang pokok dan juga bunga ditambah tingkat inflasi. Akhirnya, jumlah hutang
semakin banyak dan jika hal itu tidak diimbangi dengan kemampuan menghasilkan
kekayaan dan dana yang cukup, maka suatu negara bisa terancam bangkrut.
Saat suatu negara dinyatakan bangkrut, maka lembaga keuangan didalamnya akan
mengalami kekacauan serta tentu saja program pendanaan pemerintah akan berakhir,
sehingga tidak ada lagi jaminan bagi masyarakat, seperti halnya jaminan kesehatan,
keamanan, pendidikan, dukungan infrastruktur, dan lainnya. Dengan kondisi seperti
ini, maka rakyat akan ditimpa kemiskinan dan peluang – peluang usaha pun akan
hilang. Ketika suatu negara meenegalami keebangkrutan, maka berbagai sistem yang
menjadi gantungan rakyatnya akan hilang, misalnya pasokan listrik, pompa bensin,
stok makanan, dinas pos, dan banyak lainnya. Masing-masing layanan itu akan tutup,
karena tidak dapat lagi beroperasi akibat tidak adanya dana, sementara rakyat juga tidak
lagi memiliki daya beli.
Indikator dari negara yang dinyatakan bangkut adalah tingginya tingkat
pengangguran. Hal itu terjadi karena perusahaan atau investor tidak akan
mempercayakan masa depan mereka ke negara yang dinilai tidak stabil, dengan
keuangan yang lemah. Dampak selanjutnya adalah kesulitan produksi dan ekspor.
Karena tidak ada usaha yang beroperasi, maka tidak ada hasil yang diproduksi.
Sementara barang yang bisa diproduksi pun sulit untuk diekspor, karena negara-negara
lain akan khawatir mengenai kualitas produknya.

15
Gambar 2. Ilustrasi Mata Uang Zimbabwe yang
Tidak Bernilai

B. International Monetary Fund (IMF)

2.3 Sejarah International Monetary Fund (IMF)


IMF merupakan suatu organisasi internasional yang memiliki 189 negara anggota.
Organisasi ini bertujuan unyuk mempererat kerja sama moneter global, memperkuat
kestabilan keuangan, mendorong perdagangan internasional, memperluas lapangan
pekerjaan sekaligus pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dan mengatasi kemiskinan
di seluruh dunia, serta menyalurkan sumber daya kepada negara anggota yang
mengalami kesulian neraca pembayaran. IMF dibentuk pada bulan Juli tahun 1944
dalam Konferensi Bretton Woods di New Hampspshire, Amerika Serikat. Namun IMF
baru diresmikan pada tanggal 27 September 1945 dengan 29 negara anggota. IMF ini
bermarkas di Washington, D.C., Amerika Serikat.
Latar belakang dibentuknya IMF adalah karena adanya depresi ekonomi besar
setelah perang dunia kedua yang membuat perekonomian banyak negara menjadi
hancur dan pada waktu itu Amerika memiliki cadangan emas 65 persen dari cadangan
emas seluruh dunia (pada waktu itu emas dijadikan patokan tertinggi setelah mata
uang). Hal inilah yang membuat diadakannya pertemuan di Kota Bretton Wood pada
tahun 1944. Pertemuan ini diikuti oleh 44 negara dan membahas mengenai kerja sama
ekonomi yang diharapkan bisa mencegah atau menghindari terjadinya bencana
ekonomi kembali seperti yang terjadi selama great depression pada tahun 1930 - an.
Hasil dari pertemuan Bretton Woods ini dikenal dengan perjanjian Bretton Woods atau
Breton Woods Agreements yang mengarah kepada pembangunan organisasi bernama
International Monetary Fund (IMF). Selain itu perjanjian ini juga menetapkan dollar
Amerika menjadi mata uang internasional. Alasan dijadikannya dollar Amerika
sebagai mata uang internasional adalah karena Amerika memiliki kekuatan ekonomi

16
yang kuat serta kondisi politik dan keamanan yang stabil sehingga bisa menjaga dollar
sebagai mata uang yang kuat.

Gambar 3. Pertemuan di Bretton Woods

2.3.1 Tujuan IMF


IMF mempunyai dua tujuan utama yaitu untuk menjaga keseimbangan neraca
perdagangan dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Namun seiring dengan
perkembangan zaman dan semakin kompleksnya masalah – masalah yang terjadi di
dunia membuat IMF memiliki tujuan – tujuan lain yang ingin dicapai. Berikut adalah
tujuan – tujuan dari didirikannya IMF :
1. Untuk mendorong kerjasama moneter internasional melalui sebuah lembaga
yang permanen yang menyediakan mekanisme untuk konsultasi dan kerja
sama dalam pemecahan permasalahan moneter internasional.
2. Untuk membantu tercapainya perluasan dan keseimbangan pertumbuhan
perdagangan internasional, dan untuk menyumbang tercapainya tingkat
pendapatan nasional yang tinggi serta untuk pengembangan sumber daya
produktif dari semua negara anggota sebagai tujuan utama kebijakan ekonomi
3. Untuk mendorong stabilitas nilai tukar, mempertahankan sistem nilai
tukaryang teratur antar negara anggota serta untuk mencegah terjadinya
persainganuntuk melakukan depresiasi mata uang.
4. Untuk membantu penciptaan dari sistem pembayaran multilateral antar
negaraanggota dan penghapusan hambatan transaksi valuta asing, yang
menghambatpertumbuhan perdagangan dunia.
5. Untuk menciptakan kembali kepercayaan di negara anggota
denganmemberikan bantuan keuangan secara temporer dengan tetap
memperhatikanunsur keamanan dana tersebut, sehingga dapat memberikan
kesempatan untukmemperbaiki ketidakseimbangan neraca pembayaran tanpa

17
harusmenggunakan cara-cara yang merusak kemakmuran nasional
atauinternasional.

2.3.2 Fungsi IMF


IMF berusaha untuk mendorong pertumbuhan dan menjaga kestabilan
perekonoian global dengan cara mengeluarkan kebijakan, saran, dan juga dana kepada
negara – negara anggotanya serta bekerja sama dengan negara – negara berkembang
untuk membantu mereka mencapai kestabilan ekonomi makro dan berusahan
mengurangi angka kemiskinan di negara – negara tersebut.
Yang mendorong IMF untuk memberikan pendanaan kepada negara – negara
anggotanya karena pasar modal swasta internasional tidak sempurna serta banyak
negara yang tidak mampu untuk mengakses pasar keuangan. Ketidaksempurnaan
pasar inilah yang menjadi salah satu alasan IMF menjadi penadana resmi. Karena
tanpa adanya pendanaan resmi, negara – negara tersebut akan menerapkan kebijakan
ekonomi yang buruk guna menutupi ketidakseimbangan neraca pembayarannya.
Berikut adalah fungsi – fungsi dari didirikannya IMF :

a. Pemantauan
IMF bertanggung jawab untuk mengawasi sistem keuangan internasional dan
mengawasi kepatuhan setiap negara anggotanya dalam memenuhi kewajiban
untuk mengimplementasikan kebijakan yang kondusif bagi pertumbuhan yang
terarah seperti stabilitas harga, membantu memajukan pengaturan pertukaran
yang stabil serta menghindari manipulasi nilai tukar, serta memberikan data
perekonomian kepada IMF agar bisa dipantau kondisi ekonomi dan
keuangannya apakah sudah sesuai atau belum. Selain itu IMF juga bertugas
untuk meperingatkan negaa anggotanya untuk mewaspadai bahaya yang akan
datang agar pemerintah bisa melakukan tindakan pencegahan.
b. Peminjaman
IMF berfungsi sebagai organisasi yang memberikan pinjaman kepada negara
– negara anggotanya yang sedang mengalami permasalahan perekonomian.
peminjaman ini dilakukan dengan tujuan untuk menumbuhkan perekonomian
dan pengurangan angka kemiskinan di negara – negara yang memiliki
pendapatan rendah.
c. Bantuan teknis dan pelatihan

18
IMF berfungsi sebagai pihak yang memberikan saran – saran yang baik agar
negara – negara anggotanya bisa membuat kebijakan yang baik untuk
kelangsungan perekonomian negaranya.

2.3.3 Anggota IMF


IMF merupakan salah satu bentuk kerja sama multilateral (banyak negara)
yang ada di dunia ini. Anggota IMF terdiri dari negara – negara yang sudah berdaulat
dan ada pula yang belum berdaulat seperti Aruba, Curacao, Hong Kong, Makau, dan
Kosovo.
Ada beberapa negara yang pernah bergabung menjadi anggota dari IMF,
namun akhirnya mereka keluar dari keanggotaan IMF karena mengeluarkan diri
ataupun karena dikeluarkan. Misalnya seperti Kuba yang mengeluarkan diri pada tahun
1964 dan Cekoslowakia yang dikeluarkan pada tahun 1954 karena tidak menyediakan
data yang diperlukan namun pada akhirnya diterima kembali pada tahun 1990 setelah
Revolusi Beludru. Selain Kuba dan Cekoslowakia, Polandia juga pernah keluar padan
tahun 1950 karena di bawah tekanan Uni Soviet. Namun akhirnya diterima kembali
menjadi anggota IMF pada tahun 1986.

Gambar 4. Grafik Pertumbuhan Keanggotaan IMF

2.3.4 Cara IMF Menolong Anggotanya


Adapun Tindakan IMF untuk menolong negara anggotanya adalah dengan cara
breikut :
1. Meninjau dan memonitor perkembangan keuangan dan ekonomi global dan
nasional dan menasihatkan anggota tentang kebijakan ekonomi mereka;
2. Memberikan pinjaman mata uang keras kepada mereka untuk mendukung
penyesuaian dan kebijakan reformasi yang ditetapkan untuk mengoreksi

19
masalah neraca pembayaran dan mempromosikan pertumbuhan yang
berkelanjutan.
3. Menawarkan berbagai macam bantuan teknis, juga pelatihan bagi para pejabat
bank pemerintah dan sentral, di dalam bidang keahliannya.

2.3.5 Persyaratan Pinjaman IMF


Untuk bisa memperoleh pinjaman berupa dana dari IMF, ada beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi oleh negara anggotanya yang ingin melakukan pinjaman.
Persyaratan pinjaman IMF yaitu serangkaian kebijakan atau syarat yang diajukan IMF
sebelum mencairkan pinjaman kepada negara peminjam. Bila syarat tersebut tidak
dapat dipenuhi, maka IMF tidak akan mencairkan pinjaman tersebut. persyaratan ini
dikenal dengan Konsep Kondisionaltias yang diperkenalkan melalui keputusan Dewan
Eksekutif tahun 1952 dan disertakan dalam Pasal Perjanjian IMF. Konsep
Kondisionalitas ini berkaitan dengan teori ekonomi dan penerapan mekanisme
pelunasan utang yang diturunkan dari pemikiran Jacques Polak. Menurutnya, dasar
teoretis dari kondisionalitas adalah “pendekatan moneter terhadap neraca
pembayaran”. IMF memusatkan diri pada tiga macam kegiatan, yaitu :

1. Surveillance
Suatu kegiatan dimana IMF melakukan pengawasan dan penilaian secara
reguler terhadap kinjerja dan kerangka kebijakan nilai tukar mata uang antar
negara anggotanya.
2. Final Assistance
IMF memberikan bantuan keuangan berupa pemberian kredit dengan bunga
yang sangat rendah dan dengan jangka waktu pengembalian yang sangat
panjang kepada negara – negara yang sedang mengalami krisis keuangan.
Bantuan ini bertujuan untuk mencegah penyebaran krisis ekonomi
internasional dan untuk membantu negara tersebut memulihkan
perekonomiannya pasca depresi ekonomi besar dan perang dunia
3. Techinal Assistance
IMF memberikan bantuan teknis berupa penyediaan tenaga ahli dan berbagai
dukungan lainnya kepada negara – negara yang melakukan pembenahan
kebijakan moneter dan fiskal, pengumpulan data statistik, pengembangan
lembaga keuangan, penyempurnaan auditing neraca pembayaran, dan lain –
lain.

20
Persyaratan pinjaman IMF dituangkan melalui syarat penyesuaian struktural yang
dikenal dengan Konsesnsus Washington, yang meliputi :

1. Pemangkasan belanja atau biasa dikenal dengan istilah austeritas atau


pengetatan anggaran
2. Mengutamakan ekspor langsung dan ekstrasi sumber daya
3. Devaluasi mata uang asing
4. Liberalisasi perdagangan atau penghapusan hambatan impor dan ekspor
5. Meningkatkan kestabilan investasi (membantu investasi asing langsung
dengan membuka bursa saham dalam negeri)
6. Menyeimbangkan anggaran dan tidak belanja berlebihan
7. Menghapus pengendalian harga dan subsidi negara
8. Swastanisasi atau divestasi seluruh atau sebagian BUMN
9. Memperluas hak investor asing dalam perundang – undangan nasional
10. Memperbaiki tata kelola pemerintahan dan memberantas korupsi

2.3.6 Sumber Dana IMF


Sumber dana (pendanaan) IMF terutama berasal dari pembayaran iuran kuota
(atau modal) dari negara-negara anggota ketika mereka bergabung dengan IMF, atau
melalui tinjauan berkala dari kenaikan kuota. Negara membayar 25 persen dari
pembayaran iuran kuota mereka dalam bentuk Hak Penarikan Khusus (Special
Drawing Rights— SDR) atau dalam bentuk mata uang utama, seperti dolar A.S. atau
yen Jepang. IMF dapat meminta sisa 75 persen pembayaran kuota dalam bentuk mata
uang negara anggota sendiri, yang dapat disediakan untuk pinjaman sesuai kebutuhan.
Kuota tidak hanya menentukan jumlah pembayaran iuran sebuah negara, tetapi juga
kekuasaaan hak pilihnya seperti, jumlah pembiayaan/pinjaman yang dapat diterima
dari IMF, dan bagiannya dalam alokasi SDR. Amerika Serikat, sebagai perekonomian
terbesar di dunia, menyumbang IMF paling banyak yaitu 17,6 persen dari total kuota
dan Palau, terkecil di dunia, menyumbang sebesar 0,001 persen. Kuota selalui ditinjau
secara berkala. Tinjauan kuota paling akhir (ke sebelas) dimulai pada bulan Januari
1999, menghasilkan keputusan. Dari Mana Kuota menetapkan kekuasaan hak memilih
negara san peningkatan kuota IMF (untuk pertama kalinya sejak tahun 1990) dengan
hampir 45 persen hingga mencapai 212 miliar SDR (sekitar $290 miliar). Dalam

21
kondisi yang diperlukan, IMF bisa meminjam dana untuk menambah sumber daya
yang tersedia dari kuotanya.

2.3.7 Latar Belakang Hubungan Indonesia – IMF


Tahun 1950-an, masa-masa awal kemerdekaan Indonesia. Di saat pemerintah
Soekarno mengalami kesulitan menanggulangi masalah ekonomi yang rusak akibat
perang kemerdekaan. Pada akhir 1945, 35 negara yang dianggap founding fathers,
menandatangani anggaran dasar Dana Moneter Internasional (International Monetary
Fund, IMF). Setelah melalui persiapan, termasuk ratifikasi di DPR/Kongres masing-
masing negara anggota, akhirnya IMF dinyatakan berdiri dan beroperasi pada 1 Maret
1947.
Indonesia, yang baru bangkit dari krisis akibat perang melawan Belanda
selama masa revolusi, mengajukan permintaan menjadi anggota IMF dan Bank
Internasional untuk Rekonstruksi dan Pembangunan (IBRD) kemudian menjadi Bank
Dunia pada 24 Juni 1950. Dewan Gubernur IMF kemudian menyerahkan draft resolusi
melalui Kedutaan Besar Indonesia di Washington pada 15 Agustus 1952. Indonesia
membalasnya dalam surat yang ditandatangani Sutikno Slamet, bendahara umum
Kementerian Keuangan dan kemudian menjadi menteri keuangan Kabinet
Djuanda/Karya (1957-1959).
Pada 10 September 1952, dalam sidangnya di Mexico City, Dewan Gubernur
IMF dan Dewan Gubernur IBRD menyetujui resolusi-resolusi yang memuat peraturan
dan syarat-syarat Indonesia menjadi anggota IMF. Indonesia menerima dan
menandatangani. Pada pertengahan 1953, Indonesia resmi menjadi anggota. Secara
legal, keanggotaan itu disahkan dengan UU No 5/1954.
Menurut Hadi Soesastro dan Aida Budiman dalam Pemikiran dan
Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir 1945-1959, pada
Agustus 1956 pemerintah Indonesia memperoleh pinjaman IMF sebesar US$55 juta
karena inflasi kembali berkecamuk disebabkan defisit anggaran yang meningkat dan
cadangan devisa menurun cepat.Pinjaman besar dari IMF tersebut, tulis Jan Luiten van
Zanden dan Daan Marks dalam Ekonomi Indonesia 1800-2010, jelas tak mencukupi
untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh negara baru yang menghadapi
persoalan besar dalam pembangunan infrastruktur dan membutuhkan banyak investasi
baru. Apalagi defisit anggaran tahun 1957 tiga kali lipat, dan pada 1958 dan 1959
menjadi dua kali lipat lagi.

22
2.3.8 Kerja Sama Indonesia dengan IMF
Sebagai organisasi kerja sama internasional yang bergerak di bidang ekonomi, IMF
menyatakan tujuannya untuk dapat mendominasi dan mendikte ekonomi dan politik
negara – negara anggotanya dengan cara :
1. letters of intent/LOIs
LOIs, yang merupakan sekumpulan unsurutama daiam kebijakan pemerintah
daiam perekonomian dan keuangan secara keseluruhan. LOIs dimasukkan
daiam berbagai dokumen kebijakan domestik pemerintah seperti PROPENAS
(program pembangunan nasional 5 tahunan), REPETA (rencana pembangunan
tahunan) dan anggaran/APBN. LOIs ini dapat dilakukan penyesualan jika
diperlukan sehingga Indonesia melakukan'revisi berulangkali (selama 4
tahun).

Gambar 5. Presiden Soeharto menandatangi perjanjian


dengan IMF. Michel Camdessus terlihat memandanginya
dengan bersedekap.

2. Pemberian pinjaman dengan skema Stand-by Arrangement/SBA


Saat Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997, IMF menawarkan
opsi pinjaman dalam skema pinjaman SBA yaitu untuk mengatasi masalah
atau potensi masalah neraca pembayaran jangka pendek 1-2 tahun.

3. Pemberian pinjaman dengan skema Extended Fund Faciiity/EFF


Pinjaman dengan skema EFF ini merupakan pinjaman jangka menengah 3
tahun dengan peninjauan sasaran setiap tahun. IMF menyetujui pemberian
pinjaman jenis EFF ini yang berjangka waktu tiga tahun sebesar SDR 3,638
milyar (sekitar US$5 milyar) untuk mendukung program reformasi ekonomi
dan struktural Indonesia. Dari jumlah tersebut, SDR 260 juta (sekitar US$49
juta) diberikan pada hari itu juga dan sisanya akan diberikan setelah dilakukan
peninjauan kinerja sasaran dan program pada periode berikutnya.

23
2.4 Peran Indonesia dan IMF dalam Hubungan Kerja Sama
2.4.1 Peran IMF Bagi Indonesia
1. Ketika Indonesia sedang mengalami krisis, IMF memberikan saran untuk
menaikkan tingkat suku bunga hingga 70% untuk mencegah adanya pelarian
modal ke luar negeri. Saran yang diberikan oleh IMF ini ternyata memang
terbukti ampuh dan berhasil meredam inflasi pada waktu itu
2. Ketika Indonesia sedang mengalami krisis yang mengakibatkan daya beli
masyarakat menjadi turun drastis, IMF memberikan saran untuk melakukan
pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar listik (TDL)
berdasarkan sudut pandang ekonomi. Kebijakan yang diterapkan ini akhirnya
berhasil karena masyarakat menjadi mampu menggunakan bahan bakar
minyak (BBM) dan listrik karena harganya lebih terjangkau untuk sementara
waktu,
3. IMF menyarankan Indonesia untuk melakukan privatisasi berbagai
perusahaan.
4. Memberikan bantuan berupa dana sebesar lima miliar dolar selama kontrak 5
tahun dalam rangka membantu krisis di Indonesia. Namun sayangnya menurut
analisis dari para pakar ekonomi seperti Josep Stiglitz dan Paul Krugman,
kebijakan yang diusulkan oleh IMF ini hanya memberikan dampak positif
untuk sementara waktu saja. Bahkan malah memberikan bumerang karena
implementasinya yang salah. Analisis para pakar ekonomi ini akhirnya
terbukti ketika Indonesia mengalamii dampak krisis ekonomi dunia yang
membuat Indonesia hampir bangkrut.

2.4.2 Peran Indonesia dalam IMF


1. Menjadi tuan rumah pertemuan IMF-WB 2018
Indonesia menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan Annual Meetings
bersama anggota delegasi International Monetary Fund (IMF) dan World Bank di
seluruh dunia yang dilaksanakan di Nusa Dua, Bali, pada tanggal 12 – 14 Oktober
2018.

24
Gambar 6. Annual Meeting IMF-WB di Bali

Annual Meetings atau disebut juga event IMF-WB merupakan salah satu
event terbesar yang dihadiri oleh para prominent person di bidang keuangan.
Meeting ini diprakarsai oleh IMF, dan Dewan Gubernur World Bank. Selain itu,
akan dihadiri oleh 189 negara anggota IMF, Menteri Keuangan, Gubernur Bank
Sentral, CEO industri keuangan, akademisi terkemuka, lembaga Internasional,
perwakilan LSM, dan anggota parlemen.
Dalam pertemuan IMF-WB pada tahun 2018 Indonesia harus
mempersiapkan semuanya secara matang. Pertemuan tersebut merupakan
momentum terbaik dan terbesar bagi Indonesia untuk mempromosikan dan
menunjukkan kepada dunia, bahwa Indonesia mempunyai hal-hal yang bisa
dibanggakan. Selain itu, Indonesia juga mempunyai voice to Indonesia yang
berlogo seperti kapal ada batik Mega Mendung. Tujuannya untuk memperkenalkan
ekonomi Indonesia, bahwa Indonesia mempunyai ekonomi digital, inklusif glud,
ekonomi syariah, dan pemberdayaan wanita.ialah negara yang besar. Saat ini
Indonesia telah menjadi negara dengan ekonomi terbesar di ASEAN dan anggota
G20 yang merupakan gabungan dari 20 ekonomi terbesar di dunia. Diperkirakan,
dalam 20 tahun ke depan, Indonesia akan menjadi bagian dari lima negara terbesar
di dunia berdasarkan ukuran ekonominya. Indonesia juga mempunyai kemampuan
untuk memengaruhi kebijakan di dunia internasional. Sebagai contoh terkini, untuk
mengurangi defisit transaksi berjalannya, India beberapa waktu yang lalu telah
meniru Indonesia dengan melakukan pembatasan impor untuk barang yang tidak
penting.

25
Dengan menjadi tuan rumah pertemuan tersebut, tentunya Indonesia
mendapatkan beberapa dampak positif sebagai berikut :

1. Sektor pariwisata makin terangkat


Bagi sebagian wisatawan asing, Bali merupakan salah satu destinasi wisata
tujuan yang paling dicari dari sekian tempat wisata dunia. Sebab, pamor Bali
menyuguhkan beragam eksotika yang banyak mencuri perhatian wisatawan.
Dengan digelarnya ajang tersebut, maka keuntungan pertemuan IMF dan Bank
Dunia di Bali adalah membuat pamor Pulau Dewata itu makin terangkat. Tak
terkecuali nama Indonesia sebagai negara yang menaungi ribuan pulau termasuk
Bali. Pihak penyelenggara mengestimasikan jumlah tamu undangan yang hadir ke
ajang bergengsi tersebut mencapai 34.000 orang dari seluruh dunia. Para tamu
yang hadir tersebut berasal dari para menteri keuangan, gubernur bank, ekonom,
pengusaha hingga kalangan akademisi dunia. Secara otomatis, jumlah kunjungan
wisatawan asing dan domestik ke Bali pada bulan ini mengalami peningkatan.
Sekedar informasi, pada 2017 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali
mencapai sekitar 5,7 juta orang atau mengalami peningkatan dibandingkan pada
2013 yang mencapai 3,28 juta orang. Hingga Agustus 2018 saja, tercatat wisatawan
asing yang berkunjung ke Bali mencapai sekitar 4 juta orang. Adapun, khusus
untuk jumlah wisatawan lokal pada 2017 yang berkunjung ke Bali mencapai 8,74
juta orang atau meningkat dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 6,98
juta orang.

2. Peningkatan Perekonomian Bali


Membincang peningkatan sektor pariwisata di Bali dari dampak positif ajang
pertemuan IMF dan Bank Dunia, tentu berkaitan dengan peningkatan ekonomi di
pulau tersebut. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mengestimasikan
ajang pertemuan IMF dan Bank Dunia tersebut diprediksi bakal memberikan nilai
tambah terhadap ekonomi Bali yang mencapai sekitar Rp6 triliun. Ketua DPR RI
Bambang Soesatyo bahkan mengklaim perhelatan tersebut berdampak secara
langsung terhadap perekonomian Bali sekitar Rp1,1 triliun. Nilai estimasi tersebut
berasal dari sektor hotel, makan dan minum, tranportasi, belanja, hingga
penyelenggaraan Pertemuan Tahunan IMF-WBG. Bukan hanya keuntungan
ekonomi secaralmakro, dampak positif dari perhelatan tersebut juga berimbas

26
terhadap ekonomi skala kecil dan menengah. Pelaku usaha mikro kecil dan
menengah hingga pengrajin pernak-pernik di Bali juga bakal ketiban untung.
Pasalnya, selain wisatawan reguler yang datang ke Bali, para delegasi pertemuan
IMF dan Bank Dunia juga diperkirakan akan banyak memborong oleh-oleh khas
kerajinan Bali yang diproduksi oleh masyarakat setempat.

3. Buktikan Kondisi Ekonomi Negara

Pro dan kontra terhadap pertemuan IMF dan Bank Dunia di Bali memang
terus mengemuka. Tudingan bahwa Indonesia terus bertekuk lutut terhadap IMF
dan Bank Dunia juga seringkali terdengar. Namun, ajang tersebut justru
mengkonfirmasi bahwa meski Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan IMF dan
Bank Dunia 2018, bukan berarti Indonesia akan mengutang terhadap IMF.
Christine Lagarde, Direktur Pelaksana IMF justru menuturka kondisi
perekonomian Indonesia dinilai dalam kondisi stabil karena dikelola secara baik
oleh pemerintah. Meskipun kabar duka seperti bencana alam melanda di beberapa
wilayah Indonesia. Lagarde bahkan mengklaim Indonesia merupakan tempat
terbaik diselenggarakannya ajang tahunan tersebut. Padahal-tiga tahun sebelumnya
ia tidak membayangkan bahwa Indonesia akan dilanda bencana alam seperti di
Lombok dan Palu. Meski demikian, ajang pertemuan IMF dan Bank Dunia tetap
berjalan. Pernyataan Lagarde tersebut diperkuat oleh Menteri Keuangan Sri
Mulyani yang menyatakan bahwa ajang pertemuan IMF dan Bank Dunia di Bali
bukanlah kesempatan Indonesia untuk berutang. Sebaliknya, ia menyatakan bahwa
IMF hanya akan memberikan pinjaman terhadap negara -negara yang mengalami
krisis keuangan. Misalnya, pada 1997-1998 ketika Indonesia mengalami krisis
yang berutang pada IMF mencapai 9,1 miliar dolar AS. Adapun, Indonesia sudah
tidak berutang kepada IMF sejak 2006.

4. Diyakini Banjir Investasi

Banyak keuntungan pertemuan IMF dan Bank Dunia di Bali. Dari sekian
ratusan negara dan puluhan ribu delegasi termasuk para pengusaha dunia,
pemerintah meyakini bakal banyak investasi masuk. Tak tanggung-tanggung,
pemerintah menawarkan investasi senilai Rp522 triliun kepada para tamu
undangan ajang tersebut. Adapun, investasi yang ditawarkan berasal dari sector

27
infrastruktur seperti proyek pembangunan bandara dan jalan tol serta sektor
pariwisata dan perkebunan.

5. Solidaritas untuk korban bencana

Pertemuan IMF dan Bank Dunia di Bali ini banyak dicibir oleh sebagian
masyarat para tokoh politik yang menilai ajang tersebut tidak pantas digelar di
Indonesia karena sedang berduka. Ajang tersebut juga dinilai tidak memberikan
rasa empati terhadap korban bencana. Namun, pihak penyelenggara membuktikan
bahwa ajang pertemuan IMF dan bank dunia justru tidak melupakan tragedi
bencana Tanah Air. Misalnya, di salah satu venue terdapat kedai kopi solidaritas
untuk korban bencana. Hal itu menjadi keuntungan pertemuan IMF dan Bank
Dunia di Bali. Setiap kopi yang diminum akan dihargai senilai Rp100.000 per
cangkir. Kemudian total dana dari kopi tersebut akan diberikan kepada korban
bencana di Lombok dan Palu. Diperkirakan selama ajang tersebut digelar, tersedia
sekitar 10.500 cangkir kopi solidaritas yang akan habis untuk donasi korban
bencana.

Jika diakumulasikan, akan terkumpul lebih dari Rp1 miliar donasi dari kopi
tersebut. Hal itu akan sangat membantu bagi para korban bencana. Selain menjadi
ajang untuk solidaritas, adanya kedai kopi di venue pertemuan IMF dan Bank
Dunia di Bali juga sekaligus mengenalkan kopi nusantara terhadap dunia. Sebab
para tamu yang hadir berasal dari berbagai penjuru dunia dan banyak dari mereka
yang pecintakopi.

2.5 Dampak Positif dan Negatif dalam Hubungan Kerja Sama Indonesia dan

a. Dampak Positif
Sebagai organisasi yang bergerak untuk membantu negara – negara yang
sedang mengalami kesulitan atau krisis ekonomi, IMF tentu berperan sangat besar
bagi negara – negara yang sedang mengalami krisis ekonomi. IMF memberikan
bantuan kepada negara negara tersebut berupa bantuan dana yang ditujukan untuk
memulihkan keadaan ekonomi yang sedang kacau. Bantuan ini kemudian akan
dikelola oleh negara penerima agar bisa mengembalikan keadaan ekonominya
menjadi stabil kembali.

28
b. Dampak Negatif
Pinjaman yang diberikan oleh IMF bukanlah pinjaman secara cuma – cuma.
Negara peminjam harus mengembalikan bantuan tersebut kepada IMF dalam
jangka waktu yang sudah ditentukan sejak awal. Hal ini berarti bantuan dari IMF
ini merupakan utang. Berikut adalah beberapa dampak negatif dari keberadaan
IMF :
1. Menghancurkan lembaga sosial-ekonomi melalui program 4 langkah yaitu :
a. Program privatisasi
Privatisasi berarti penyuapan. Perusahaan – perusahaan milik negara yang
mendapatkan bantuan dana dari IMF diharuskan untuk dijual kepada pihak
swasta dengan alasan untuk mendapatkan dana tunai segar.
b. Program liberalisasi pasar modal
Liberalisasi pasar modal menyebabkan pengurasan dana devisa negara dengan
cara mendatangkan aset melalui impor dari negara – negara yang ditunjuk oleh
IMF.
c. Pricing atau penentuan harga sesuai dengan pasar
Pricing adalah program untuk menaikkan harga – harga dari komoditas yang
strategis seperti air bersih, pangan, dan BBM. Akibatnya akan terjadi banyak
kerusuhan dan demonstrasi yang pada akhirnya menyebabkan pelarian modal
(capilat flight) dan kebangkrutan pemerintah setempat.
d. Strategi pengentasan kemiskinan
Program ini dikenal dengan pasar bebas. Program ini membuat para penguasa
kapitalis lokal kalah bersaing dengan barang – barang impor dari Amerika
Serikat dan Eropa
.
2. Adanya penekanan dari kepentingan G-7 dan TNC (Transnasional
Corporation)
G-7 merupakan kelompok tujuh negara industri maju yang terdiri dari AS,
Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Canada, dan Perancis. G-7 dan TNC memiliki
kepentingan – kepentingan tersendiri yang kemudian dituangkan kedalam
program ekonomi IMF dalam berbagai penekanan seperti :
a. Pengetatan anggaran negara untuk menjamin kelancaran pembayaran
hutang
b. Liberalisasi sektor keuangan untuk memberikan keleluasaan kepada pada
pemodal internasional untuk datang dan pergi sesuka hati mereka

29
c. Liberalisasi sektor perdagangan untuk mempermudah penetrasu produk
negara – negara industri maju
d. Privatisasi BUMN untuk memperlembah intervensi negara ndan
memperkuat dominasi TNV di negara – negara yang bersangkutan dengan
harga murah

3. Lebih menekankan impor daripada ekspor


Seharusnya IMF menyarankan negara – negara peminjam untuk mendorong
atau meningkatkan ekspor dan menekan impor. Namun justru sebaliknya IMF
malah menganjurkan agar negara peminjam meningkatkan impor. Masuknya
arus impor ini berdampak dan membahayakan keberadaan perusahaan –
perusahaan dalam negeri. Mereka kemungkinan akan kalah bersaing dengan
barang – barang impor yang berkualitas lebih baik dan harga yang lebih
terjangkau.

4. Membuat Indonesia menjadi ketergantungan


MF tidak mendidik negara – negara berkembang untuk menjadi maju
melainkan membuatnya menjadi bergantung pada IMF dan negara – negara
maju.

5. Terjadinya penjajahan ekonomi dari negara – negara maju


Bantuan yang diberikan oleh negara – negara maju ini sebenarnya secara tidak
langsung merupakan bentuk dari penjajahan ekonomi negara maju terhadap
negara berkembang.

30
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Krisis ekonomi menjadi salah satu masalah utama bagi setiap negara di dunia
termasuk negara Indonesia. Biasanya krisis ekonomi lebih banyak terjadi pada negara –
negara berkembang karena mereka masih memiliki perekonomian yang belum cukup
stabil. Krisis ekonomi bisa terjadi karena banyak faktor misalnya seperti terjadinya
perang.
Untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang ada, Indonesia bergabung dengan
organisasi internasional yang bergerak di bidang perekonomian, khususnya dalam hal
peminjaman dana yaitu International Monetary Fund atau IMF. IMF merupakan
organisasi internasional yang memberikan bantuan pinjaman berupa dana kepada
negara – negara yang sedang mengalami krisis ekonomi.
IMF berperan cukup besar dalam membantu Indonesia keluar dari berbagai
permasalahan ekonomi yang pernah terjadi. IMF meberikan bantuan kepada Indonesia
berupa dana serta saran – saran yang digunakan untuk memperbaiki perekonomian di
Indonesia. Harus diakui IMF punya andil dalam "kestabilan ekonomi" hingga Indonesia
dapat menjadi seperti saat ini.

3.2 Saran
Keberadaan IMF di Indonesia tidak hanya memberikan dampak positif saja
melainkan menimbulkan beberapa dampak negatif seperti membuat Indonesia menjadi
ketergantungan dan terjadinya penjajahan ekonomi. Maka dari itu pemerintah harus
mengatasi dampak – dampak negatif ini agar tidak menimbulkan masalah baru di
Indonesia.
Cara atau langkah yang bisa dilakukan guna mengatasi dampak negatif diantaranya
dengan meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia di Indonesia dan
meningkatkan teknologi yang ada agar Indonesia bisa lebih berkembang dan tidak
bergantung terus menerus terhadap negara lain. Pemerintah juga bisa memberikan
edukasi lebih dalam mengenai kegiatan ekspor kepada pengusaha – pengusaha di
Indonesia karena sebenarnya Indonesia memiliki banyak komoditas yang berpotensi
untuk di ekspor.

31
DAFTAR PUSTAKA

Krisis ekonomi melalui ;


https://glints.com/id/lowongan/krisis-ekonomi/#.YA7EL-kzaEs
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200907215957-532-543795/ekonom-sebut-
utang-pemerintah-picu-krisis-ekonomi
https://economy.okezone.com/read/2015/08/10/20/1193696/krisis-ekonomi-tiga-
penyebabnya

Indonesia dan IMF ;


https://historia.id/politik/articles/awal-mula-indonesia-mengutang-pada-imf-
vQXVZ/page/2
https://www.cekaja.com/info/5-keuntungan-pertemuan-imf-dan-bank-dunia-di-bali

32

Anda mungkin juga menyukai