1. Pendahuluan ....................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ............................................................................................... 1
2. Longsoran ............................................................................................................ 2
2.1 Tipe longsoran ............................................................................................... 2
2.2 Penyebab longsoran ...................................................................................... 2
2.3 Letak longsoran ............................................................................................. 3
2.4 Penyelidikan longsoran .................................................................................. 4
2.4.1 Tahapan penyelidikan ........................................................................... 4
2.5 Instrumen pemantau longsoran ..................................................................... 4
2.6 Analisis stabilitas lereng ................................................................................ 8
2.7 Penanggulangan longsor ............................................................................... 8
2.7.1 Penanggulangan darurat/sementara ..................................................... 8
2.7.2 Penanggulangan permanen/jangka panjang ......................................... 8
3. Permasalahan longsoran dan penanggulangannya ............................................. 9
4. Norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) .................................................. 17
4.1 Tata cara perencanaan penanggulangan longsoran ...................................... 17
4.2 Tata cara pengujian di Laboratorium ............................................................. 17
4.3 Standar prosedur tata cara penyelidikan dan pemantauan di lapangan ......... 18
5. Kesimpulan dan saran ......................................................................................... 18
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 18
5.2 Saran-saran ................................................................................................... 18
6 Daftar Pustaka ..................................................................................................... 19
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR FOTO
1 Pendahuluan
Longsoran dapat terjadi pada lereng buatan (timbunan badan jalan) maupun pada lereng
alam dengan luas longsoran sangat kecil (10 m2); kecil (10 - 50 m2); sedang (50 - 100 m2);
agak luas/agak besar 100 - 1000 m2); luas/besar (1000 - 10000 m2); dan sangat luas/sangat
besar (>10000 m2).
Untuk longsoran sangat luas/besar yang mencakup daerah kehutanan, pertanian,
permukiman, pengairan jalan serta prasarana dan sarana lainnya, memerlukan data yang
lengkap, analisis yang teliti, serta memerlukan berbagai bidang keahlian dan koordinasi yang
terpadu dalam penanggulangannya.
Penanggulangan longsoran dalam tulisan ini tidak dimaksudkan untuk longsoran dengan
katagori terakhir tersebut (sangat luas/sangat besar).
Faktor internal : salah satunya yaitu meningkatnya tegangan air pori tanah yang
menyebabkan lemahnya kuat geser tanah. Seperti ilustrasi formula kuat geser tanah berikut
ini :
ôf = c’ + (ó’) tg ö’
= c’ + (ó - u) tg ö’
di mana :
ôf = Kuat geser tanah
c’ = Kohesi tanah efektif (kohesi butir)
ó = Tegangan normal yang bekerja pada bidang gelincir
ö’ = Sudut geser tanah efektif (sudut geser butir)
Lereng atas
Lereng bawah
Letak longsoran baik pada lereng bagian bawah maupun pada lereng bagian atas, dapat
terjadi pada bagian atas atau bagian bawah dari lereng tersebut atau bahkan seluruh
lerengnya.
Longsoran bag.atas
BM.I
Retakan tanah
BM.II A
BM.III
2. Menggunakan - Fellenius L O x
Komputasi - Bishop L,P,B O O
- Janbu dll L,P,B
- Duncan P O O
- Hock&Bray P,B x O
KASUS 1
Konstruksi tembok
penahan tanah yang
terancam longsor
Penyebab Longsoran
adalah air permukaan
yang jatuh ke lembah
didepan Retaining
Wall tersebut dan
mengikis kaki lereng
Saluran
pembuang
tertutup
(pipa), tiap
jarak 25 m
25 m.
Potongan melintang
PENANGGULANGAN
KASUS 2
Untuk mengamankan badan jalan di Km.105+500 Smd / Km.8+650 Bpp. pada ruas jalan
Samarinda - Balikpapan, Kalimantan Timur dari bahaya longsoran, di lakukan upaya
pembuatan bangunan pengaman longsoran berupa tembok penahan tanah. Akan tetapi
tembok penahan tanah tersebut tidak berfungsi dengan baik, roboh/terguling dan terbawa
oleh longsoran seperti Gambar 3.1 berikut ini.
KASUS 3
Analisis & penanggulangan
± 10 m
Penyebab kegagalan.
Penyebab dari kegagalan tembok pengaman di longsoran jalan Km.105 + 500 SMD atau
Km.8 + 650 Bpp pada ruas jalan Samarinda - Balikpapan adalah; oleh karena dasar tembok
pengaman berada di atas bidang gelincir longsoran.
(Seharusnya dasar tembok pengaman berada atau diletakan dibawah bidang gelincir
longsoran tersebut). Oleh karena itu maka tembok penahan yang seharusnya berfungsi
mengamankan longsoran, malah menjadi beban tambahan bagi tanah yang kekuatan
gesernya melemah, akibat dari tegangan air pori yang terus meningkat dan akhirnya menjadi
salah satu faktor pemicu terjadinya longsoran.
Penanggulangan
Upaya penanggulangan kembali longsoran tersebut menggunakan metode kontra beban
timbunan di sekitar kaki lereng serta pembuatan subdrain di dalam areal longsoran dan
perbaikan saluran permukaan di sekitar lokasi longsoran.
Gambar perencanaan penanggulangan dan pelaksanaan pekerjaan penanggulangannya
seperti berikut :
Pelebaran jalan (widening) pada ruas jalan antara Bontang - Sangata di Kalimantan Timur
pada satu segmen jalan sepanjang lebih kurang 200 meter. Di lokasi tersebut untuk
pelebaran jalan diperlukan penimbunan.
Melihat pelaksanaan penimbunan dan cara-cara pelaksanaan pekerjaan yang tidak
mengikuti standar baku, lereng timbunan berpotensi tidak stabil.
(A)
2.00 m
Arah Pemadatan yang salah
1.50 m
(B)
Arah Pemadatan yang benar
Dimulai dari bawah, dari pinggir ke
tengah. Alat pemadat bergerak // jalan
Pemadatan lapis demi lapis
SNI-03-1962-1990.
1) Untuk menanggulangi longsoran jalan yang bersifat permanen / jangka panjang, terlebih
dahulu perlu / harus dilakukan penyelidikan Geoteknik, terutama untuk longsoran sedang
hingga besar / luas.
2) Salah satu faktor pemicu terjadinya longsoran, adalah meningkatnya tegangan air pori
tanah, pada beberapa / bahkan banyak kasus longsoran, faktor tersebut sering
merupakan faktor penyebab yang dominan.
3) Pelaksanaan penimbunan serta cara-cara pemadatan tanah di lapangan yang tidak
benar, berpotensi lereng menjadi tidak stabil.
3) Dalam pembuatan badan jalan yang ditinggikan (timbunan), ataupun pelebaran jalan
pada daerah lereng, bahkan pada penanggulangan longsoran pelaksaanannya agar
betul-betul mengikuti prosedur cara-cara penimbunan dan cara-cara pemadatan yang
benar. (Penimbunan secara bertahap, serta pemadatan tanah lapis demi lapis dengan
tebal lapisan yang disyaratkan).
- Deddi Soeteddi, Agustus 2001, Laporan Identifikasi Longsoran Ruas Jalan Samarinda-
Balikpapan.
- Gerakan Tanah (Longsoran), Juli 2001, Pusat Litbang Prasarana Transportasi, Bandung
- Hary Christiady Hardiyatmo,1994, Mekanika Tanah, Jilid 2, Erlangga, Jakarta
- Jasa Pelayanan dan Produk Teknologi, Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah,
2001, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah ,Badan Penelitian dan
Pengembangan, Jakarta.