Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRATIKUM

SEISMOLOGI TG 3111

MODUL KE – 05
PERHITUNGAN MAGNITUDE
Oleh:

INDAH NAOMI PAKPAHAN 118120063


Asisten :
Rizki Wulandari
M. Wahid Khoirun Nahar 12117113
Rafiqh Perdana Latif 12117118
Agnez Ridha Zatafatila 12117130
Novia Purnama Suci 12117035

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN TEKNIK MANUFAKTUR DAN
KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2020
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
Jalan Terusan Ryacudu, Desa Way Hui, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan 35365

Telepon : (0721) 8030188, Email: pusat@itera.ac ,Website: http://www.itera.ac.id

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM

Yang bertanda tangan di bawah ini, Asisten pembimbing mata kuliah Seismologi
menerangkan bahwa mahasiswa di bawah ini :

NAMA : INDAH NAOMI PAKPAHAN

NIM : 118120063

JURUSAN : TEKNIK MANUFAKTUR DAN KEBUMIAN

PROGRAM STUDI : TEKNIK GEOFISIKA

JUDUL MODUL : PERHITUNGAN MAGNITUDE

Telah menyelesaikan Laporan Praktikum sebagai syarat kelulusan Praktikum Mata

Kuliah Seismologi dengan baik dan benar.


Lampung Selatan, 25 Desember 2020

Disetujui Oleh, Asisten


Pembimbing

M. Wahid Khoirun Nahar

12117113
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................................................................................................... 3


BAB I ................................................................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................................................................... 4
1.2 Tujuan ..................................................................................................................................................................................... 8
BAB II .................................................................................................................................................................................................. 9
PENGOLAHAN DA TA ........................................................................................................................................................................ 9
2.1 Langkah Kerja......................................................................................................................................................................... 9
3.2 Pembahasan ........................................................................................................................................................................24
BAB IV...............................................................................................................................................................................................26
PENUTUP .........................................................................................................................................................................................26
4.1 Kesimpulan ...........................................................................................................................................................................26
4.2 Saran......................................................................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................................................................................27
Lampiran..........................................................................................................................................................................................28
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gempa bumi merupakan peristiwa bergetarnya bumi karena pergeseran batuan pada kulit
bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik. Pergerakan tiba-tiba pada kulit bumi
menghasilkan energi ke segala arah berupa gelombang gempa. Ketika gelombang gempa sampai
ke permukaan maka getarannya dapat merusak segala sesuatu yang ada di atas permukaan
seperti bangunan dan dapat menimbulkan korban jiwa dan harta. Indonesia merupakan daerah
yang memiliki potensi gempa gempa besar karena terletak pada titik temu 4 lempeng utama
bumi yakni Lempeng Eurasia di sebelah utara, Lempeng Pasifik di sebelah timur, Lempeng
Indo-Australia di sebelah selatan dan Lempeng Filipina di sekitar Sulawesi dan Maluku
(Sunarjo dkk, 2010). Bencana alam khususnya bencana alam kebumian di Indonesia, sangat erat
kaitannya dengan posisi tektonik Indonesia tersebut.
Kepulauan Mentawai ini termasuk zona seismik aktif yang dapat menghasilkan gempa
besar, sehingga perlu memahami keadaan tatanan tektonik di wilayah ini, dan dari informasi
keadaan tektonik tersebut dapat diketahui daerah mana yang memiliki potensi gempa-gempa
besar. Salah satu cara untuk mempelajari kondisi tektonik suatu daerah adalah dengan
menganalisis mekanisme fokus gempa. Mekanisme fokus gempa merupakan istilah yang
digunakan untuk menunjukkan jenis sesar dengan cara menentukan parameter sesar yang terjadi
berupa nilai strike, dip dan rake. Penentuan mekanisme fokus gempa dapat ditentukan dengan
beberapa cara, diantaranya dengan menggunakan prosedur grafis, dan gerakan awal gelombang
P. Penentuan mekanisme sumber dengan metode grafis membutuhkan prosedur yang panjang
untuk bisa menghasilkan diagram mekanisme fokus gempa dan dalam penentuannya masih
dilakukan secara manual dengan menggunakan kertas Stereogra-phic sehingga hasilnya masih
kurang akurat, sedangkan kekurangan metode polaritas awal gelombang P dalam penentuan
mekanisme sumber yaitu terkadang memberikan hasil yang tidak sesuai dengan data-data
lapangan yang telah ada. Kemungkinan kesalahan yang dimaksud dapat timbul dari data yang
digunakan, misalnya ketidakkonsistenan dalam interprestasi arah gerakan pertama gelombang,
tidak memadainya jumlah data observasi dalam suatu set data dan jarak distribusi stasiun
pencatat gempa bumi (Waluyo, 1992).

Menurut Kayal (2008) dan Sokos & Zahradnick (2008) metode lain untuk menentukan mekanisme
fokus gempa yaitu dengan menggunakan metode inversi waveform. Untuk memahami mekanisme
fokus gempa dapat dilakukan melalui penentuan Centeroid Moment Tensor (CMT). Pada moment
tensor terdapat enam komponen yang independent untuk menggambarkan arah terjadinya gempa
(Madlazim, 2015). CMT merupakan solusi yang digunakan untuk menentukan lokasi pusat dan
waktu untuk menghasilkan data yang akurat menggunakan inversi waveform lokal tiga komponen.
Karena gelombang seismik merambat dari sumber menuju stasiun observasi dalam ruang tiga
dimensi, sehingga penentuan CMT gempa bumi ditentukan menggunakan fungsi green tiga
komponen. Selain komponen Z, komponen X dan komponen Y juga diakomodasi pada koordinat
kartesian. Inversi waveform tiga komponen memiliki keunggulan yaitu tidak memerlukan
pembacaan arah gerakan awal gelombang secara cepat, dapat ditentukan secara langsung bidang
patahan gempa dan memerlukan lebih sedikit data gelombang seismik jika dibandingkan polaritas
awal gelombang P. Proses inversi yang baik didasarkan pada hasil pencocokan data observasi dan
data sintetik saling tumpah tindih/berhimpit (Sokos and Zahradnik, 2008).
Seismologi sendiri merupakan sebuah ilmu yang mampelajari bagaimana sebuah
penjalaran gelombang dan jug aperekaman gelombang elastic yang ada di dalam permukaan
bumi serta dapat melakukan kajian pada permukaan bumi saat atau sedang terjadi sebuah
gempa bumi. Seismologi ini pula sejak dahulu dapat berperan bagaimana kita melakukan
sebuah penentuan struktur yang ada didalam bumi akan tetapi dulu hingga sekarang telah
banyak ilmuan yang membuat seismologi ini menjadi multifungsi dimana digunakan sebagai
eksplorasi dari sumber daya alam yang ada dibumi iini khususnya pada minyak dan gas bumi.
Dimana menggunakan pula sebuah metode seismic untuk mengetahui bagaimana atau dimana
tempat sebuah tempat yang terdapat sumber daya alam hal ini dilakukan dengan menggunakan
sebuah gelombang buatan.
Dalam metode seismic ini ada gelombang seismic dimana gelombang yang mengalami
penjalaran dibawah permukaan dengan medium yang elastis dengan arah nya yang kesegala
arah. Dalam gelombang ini dibedakan menjadi dua yaitu Gelombang P dan gelombang S.
Dimana gelombang P ini merupakan gelombang yang memiliki kecepatan yang besar dan
merupakam gelombang yang pertama kali datang, sedangkan gelombang S merupakan
gelombang yang memiliki kecepatan yang lebih kecil akam tetapi memiliki nilai amplitut yang
lebih besar dari gelombang P. Adapun .Mekanisme Penjalaran geolombang seismik yaitu :

Mekanisme penjalaran gelombang ini didasarkan pada Hukum Snellius, Prinsip Huygens dan
Prinsip Fermat.

1. Prinsip Huygens
Prinsip ini menyatakan bahwa setiap titik pada muka gelombang merupakan sumber
bagi gelombang baru. Prinsip Huygens mengungkapkan sebuah mekanisme dimana
pada sebuah pulsa seismic akan kehilangan energy seiring dengan bertambahnya
kedalaman. (Asparini, 2011)
2. Hukum Snellius
Hokum ini menjelaskan bahwa ketika gelombang seismic melalui lapisan batuan
dengan impedansi akustik yang berbeda dari lapisan batuan yang dilalui sebelumnya,
maka selanjutnya gelombang akan terbagi.
3. Asas Fermat
Prinsip ini adalah prinsip yang paling lengkap disbanding prinsip lainnya, dan juga
dinyatakan pertama kali oleh ahli matematika Perancis Pierre de Fermat pada abad ke
17. Asas fermat menyatakan bahwa jika sebuah gelombang merambat dari suatu titik
ke titik lain, maka gelombang tersebut akan memilih jejak yang tercepat.
(Firnanza.2017).
a. Velocity Amplitude Magnitude

Skala magnitude diestimasi berdasarkan perpindahan tanah. Namun semenjak


penggunaan velocity seismograph menjadi umum digunakan, maka estimasi magnitude
beralih dihitung dari amplitude kecepatan gerakan tanah. Watanabe (1971) merumuskan
persamaan untuk mendapatkan nilai magnitude dengan menggunakan amplitude kecepatan
tanah

= 1,18 + 2,04 + 2,94 untuk D < 200 km

dimana dan adalah maksimum amplitude dari seismograph vertikal dalam kine dan jarak
hiposenter dalam kilometer.

b. Episenter

Episenter adalah gempa yang terjadi di permukaan bumi. Episentrum dapat dikatakan
sebagai gelombang hasil dari rambatan dari hiposentrum. Saat hiposentrum menghasilkan
satu titik gempa, gempa itu memiliki gelombang yang membentuk melingkar. Gelombang
tersebut semakin lama akan meleber dan menghilang. Episentrum adalah gelombang, hasil
dari titik hiposentrum. Hal ini dapat diumpamakan pada air yang tenang. Saat air tenang,
mendapatkan tekanan pada satu titik, maka timbul gelombang yang melebar dan semakin
jauh dari pusat atau titik tekanan, gelombang tersebut akan semakin melebar, dan kemudia
menghilang.

c. Hiposenter

Gempa bumi adalah salah satu tenag di bumi yang dapat memberikan akibat pada
kehidupan manusia.semakin kuat dan semakin dekat dengan titik gempa maka kerusakan
yang ditimbulkan akan semakin besar. Hiposenter adalah pusat titik gempa yang ada di dalam
bumi. Hiposenter diukur melalui gelombang seismik. Gelombang seismik adalah gelombang
elastik yang memancarkan getaran didalam dan dipermukaan bumi. Lokasi hiposenter yaitu
berada di lokasi awal dari gempa bumi itu terjadi. Hiposenter adalah pusat gempa atau dapat
dikatakan sebagai titik pusat gempa

d. F-P Magnitude

Metode ini juga menyertakan durasi sebagai parameter estimasi magnitude gempa.
Persamaan untuk menghitung magnitude adalah sebagai berikut

= ( − )+

dimana M adalah magnitude, F adalah waktu selesainya gelombang gempa terekam, F-P
adalah durasi total gempa, dan adalah koefisien yang bergantung pada sistem rekaman dan
kondisi site.

Pada pratikum kali ini kita melakukan picking dengan mengidentifikasi tiga komponen
gelombang yaitu gelompang P , Amax dan Time Final yang kemudian akan dilakukan
pengolahan data untuk melakukan penentuan magnitude.

1.2 Tujuan

Tujuan pada praktikum kali ini adalah:


1. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan Magnitude gempa
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi gelombnag guna pengolahan
data selanjutnya
3. Mahsiswa dapat mengetahui serta menghitung dari nilai estimasi Magnitude
dengan berdasarkan amplitude kecepatan dari gerakan tanah
BAB II

PENGOLAHAN DATA

2.1 Langkah Kerja

Berikut langkah-langkah kerja dalam pratikum kali ini tentang “Penentuan Magnitude”
yaitu :

- Buka software SEISGRAM dimana membukanya melalui Java


- Open file pada tab menu file

- Pilih data gempa sesuai dengan absensi yaitu jam 07.00 – 07.59 kemudian open
- Kemudian muncul gelombang dari banyak stasiun
- Lalu kita lakukan picking dengan cara melihat gelombang kemenerusan, pada kali
ini kita mempicking gelombang P pada komponen vertiakal serta Amax dan Time
Final. dengan cara klik pada menu pick.
- Sebelum itu kita klik terlebih dahulu menu expand untuk memperbesar stasiun
yang akan dilakukn picking, lalu akan mumcul seperti dibawah ini, sebelum
picking kita lakukan terlebih dahulu identifikasi.

-
- Setelah kita identifikasi dari masing-masing gelombnag tidak lupa untuk
memberi nama, dan untuk polarisasinya kita beri informasi pada gelombang P
dan S, yaitu apakah polarisasinya dilatasi atau compresi.

- Berikut hasil stasiun


- Setelah kita melakukan picking akan tersimpan pada file seisgram dalam bentuk text,
dimana sebuah data yang dihasilkan dari kita melakukan proses picking diatas. Dalam file
tersebut sudah memuat semua stasiun yang kita pick. Guna file sebagai pengolahan data
selanjutnya.

- Masukkan nilai-nilai hasil pickingan tersebut dalam Excel

- Masukkan nilai jarak hiposenter (D) yang sudah didapatkan pada modul sebelumnya

- Hitunglah R dan AGV (Kecepatan Tanah)

- Kemudian hitunglah nilai magnitude dengan Velocity Amplitude Magnitude

M= 1,18 LOG AV + 2,04 LOG D+ 2,94 untuk D < 200 km

dimana dan adalah maksimum amplitude dari seismograph vertikal dalam kine dan jarak
hiposenter dalam kilometer.
2.2 Alat dan Bahan Pratikum

Pada Pratikum kali ini alat dan bahan yang digunakan yaitu:
- Laptop
- Software Seisgram
- Java
- Notepad
- Mouse
- Ms. Excel
- Ms. Word
- Data Gempa
- Pena
- HVS
- Kalkulator

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Data Gempa


3.1.2 Tabel Perhitungan
3.2 Pembahasan
Setelah melakukan pratikum yang dilaksanakan pada 13 Desember 2020
dimana tengantang pennetuan magnitude, sama seperti pada sebelumnya kita
akan melakukan picking terlebih dahulu untuk mencari waktu tiba gelombang P
Amax dan juga final time dimana yang kita lakukan identifikasi berada pada
komponen vertikal, yang mana nantinya akan diolah lanjutan pada excel.
Dimana pada pratikum ini dengan menggunakan tujuh stasiun dengan
mempicking gelombnag P yang pertama kali gelombang datang, dimana kita
melakukan identifikasi ini pada komponen yang vertikal dimana arah gerak dari
partikel gelombnagnya yang searah dengan arah rambat dari gelombnagnya,
dimana kita juga menentukan polarisasi yang terbentuk pada gelombang P jika
lembah maka ia dilatasi sedangkan kompresi bentuk dari polarisasinya yaitu
bukit. Selain itu kita juga akan menghitung nilai magnitude diestimasi dimana
dengan berdasarkan dari perpindahan tanah dengan seiring dengan
perkembangan dimana sekarang berdasarkan dari kecepatan gerakan tanah yang
mana nilai dari kecepatan yang secara lateral di perlapisan tanha,
dengan parameter yang digunakan ialah nilai dari amplitudo maksimum yang
ada pada gelombnag P dikomponen vertikal.
Kita akan mencari nilai R dengan melakukan perhitungan perbandingan
nilai dari gelombnag P dengan sensitivity digrizer yang mempunyai nilai yaitu
(1000000), kemudian mencari nilai AGV dengan membagi nilai dari R dengan
sensitivity seismoter ynag mana memiliki nilai (170), dengan niali D merupakan
nilai dari jarak hiposenter dalam kilometer, lalu kita lakukan perhitungan
magnitude dengan menggunakan sebuah rumus yaitu:

M = 1,18 log Av + 2,04 log D+ 2,94 untuk D < 200 km

Adapun hasil dari perhitungan kali ini adalah terkait menentukan


seberapa teliti terhadap dengan harus speakup
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah melakukan pratikum dapat disimpulkan bahwa :

1) Dimana nilai velocity amplitude magnitude dalam estimasi amplitude yang diestimasi
dengan berdasarkan kecepatan pergerakan dari tanah
2) Pada nilai kecepatan tanah ynag dihasilkan secara lateral
3) Pada penentuan nilai magnitude dengan mengindentifikasi gelombang P, Amplitudo
Maksimum, dan Time Final
4) F-P Magnitude menampilkan nilai durasi sebagai parameter estimasi magnitude
gempa

4.2 Saran

Adapun saran pada pratikum kali ini yaitu :

Dalam melakukan picking kita harus bisa dan lebih teliti dalam mengidentifikasi
komponen yang akan kita lakukan picking, saat melakukan picking kita harus pada tepat di
bagian yang telah kita indentifikasi, tidak lupa pula untuk memberikan informasi pada tiap
gelombang yang kita pick. Bila terlalu banyak noise pada gelombang pada stasiun dan jika tidak
meiliki kemenerusan pada beberapa stasiun boleh diabaikan saja.
DAFTAR PUSTAKA

Elnashai, S.A. dan Sarno, D.L. 2008. Fundamental of Earthquake Engineering. Wiley.
Hongkong

Susilawati. 2008. Penerapan Penjalaran Gelombang Seismik Gempa pada Penelaahan Struktur
Bagian dalam Bumi. Sumatra Utara. Universitas Sumatra Utara

Asparini Dewi. 2011. Penerapan Metode Stacking dalam Pemrosesan Sinyal Seismik Laut di
Perairan Barat Aceh. Bogor. IPB

Hutabarat, R.G. 2009. Integrasi Inversi Seismik dengan Atribut Amplitudo Seismik untuk
Memetakan Distribusi Reservoar pada Lapangan Blackfoot. Jakarta. Universitas Indonesia

Tim Penyusun. 2020. Modul 5 Seismologi. Perhitungan Magnitude. Institut Teknologi


Sumatera: Lampung.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai