SEISMOLOGI TG 3111
MODUL KE – 05
PERHITUNGAN MAGNITUDE
Oleh:
Yang bertanda tangan di bawah ini, Asisten pembimbing mata kuliah Seismologi
menerangkan bahwa mahasiswa di bawah ini :
NIM : 118120063
12117113
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Menurut Kayal (2008) dan Sokos & Zahradnick (2008) metode lain untuk menentukan mekanisme
fokus gempa yaitu dengan menggunakan metode inversi waveform. Untuk memahami mekanisme
fokus gempa dapat dilakukan melalui penentuan Centeroid Moment Tensor (CMT). Pada moment
tensor terdapat enam komponen yang independent untuk menggambarkan arah terjadinya gempa
(Madlazim, 2015). CMT merupakan solusi yang digunakan untuk menentukan lokasi pusat dan
waktu untuk menghasilkan data yang akurat menggunakan inversi waveform lokal tiga komponen.
Karena gelombang seismik merambat dari sumber menuju stasiun observasi dalam ruang tiga
dimensi, sehingga penentuan CMT gempa bumi ditentukan menggunakan fungsi green tiga
komponen. Selain komponen Z, komponen X dan komponen Y juga diakomodasi pada koordinat
kartesian. Inversi waveform tiga komponen memiliki keunggulan yaitu tidak memerlukan
pembacaan arah gerakan awal gelombang secara cepat, dapat ditentukan secara langsung bidang
patahan gempa dan memerlukan lebih sedikit data gelombang seismik jika dibandingkan polaritas
awal gelombang P. Proses inversi yang baik didasarkan pada hasil pencocokan data observasi dan
data sintetik saling tumpah tindih/berhimpit (Sokos and Zahradnik, 2008).
Seismologi sendiri merupakan sebuah ilmu yang mampelajari bagaimana sebuah
penjalaran gelombang dan jug aperekaman gelombang elastic yang ada di dalam permukaan
bumi serta dapat melakukan kajian pada permukaan bumi saat atau sedang terjadi sebuah
gempa bumi. Seismologi ini pula sejak dahulu dapat berperan bagaimana kita melakukan
sebuah penentuan struktur yang ada didalam bumi akan tetapi dulu hingga sekarang telah
banyak ilmuan yang membuat seismologi ini menjadi multifungsi dimana digunakan sebagai
eksplorasi dari sumber daya alam yang ada dibumi iini khususnya pada minyak dan gas bumi.
Dimana menggunakan pula sebuah metode seismic untuk mengetahui bagaimana atau dimana
tempat sebuah tempat yang terdapat sumber daya alam hal ini dilakukan dengan menggunakan
sebuah gelombang buatan.
Dalam metode seismic ini ada gelombang seismic dimana gelombang yang mengalami
penjalaran dibawah permukaan dengan medium yang elastis dengan arah nya yang kesegala
arah. Dalam gelombang ini dibedakan menjadi dua yaitu Gelombang P dan gelombang S.
Dimana gelombang P ini merupakan gelombang yang memiliki kecepatan yang besar dan
merupakam gelombang yang pertama kali datang, sedangkan gelombang S merupakan
gelombang yang memiliki kecepatan yang lebih kecil akam tetapi memiliki nilai amplitut yang
lebih besar dari gelombang P. Adapun .Mekanisme Penjalaran geolombang seismik yaitu :
Mekanisme penjalaran gelombang ini didasarkan pada Hukum Snellius, Prinsip Huygens dan
Prinsip Fermat.
1. Prinsip Huygens
Prinsip ini menyatakan bahwa setiap titik pada muka gelombang merupakan sumber
bagi gelombang baru. Prinsip Huygens mengungkapkan sebuah mekanisme dimana
pada sebuah pulsa seismic akan kehilangan energy seiring dengan bertambahnya
kedalaman. (Asparini, 2011)
2. Hukum Snellius
Hokum ini menjelaskan bahwa ketika gelombang seismic melalui lapisan batuan
dengan impedansi akustik yang berbeda dari lapisan batuan yang dilalui sebelumnya,
maka selanjutnya gelombang akan terbagi.
3. Asas Fermat
Prinsip ini adalah prinsip yang paling lengkap disbanding prinsip lainnya, dan juga
dinyatakan pertama kali oleh ahli matematika Perancis Pierre de Fermat pada abad ke
17. Asas fermat menyatakan bahwa jika sebuah gelombang merambat dari suatu titik
ke titik lain, maka gelombang tersebut akan memilih jejak yang tercepat.
(Firnanza.2017).
a. Velocity Amplitude Magnitude
dimana dan adalah maksimum amplitude dari seismograph vertikal dalam kine dan jarak
hiposenter dalam kilometer.
b. Episenter
Episenter adalah gempa yang terjadi di permukaan bumi. Episentrum dapat dikatakan
sebagai gelombang hasil dari rambatan dari hiposentrum. Saat hiposentrum menghasilkan
satu titik gempa, gempa itu memiliki gelombang yang membentuk melingkar. Gelombang
tersebut semakin lama akan meleber dan menghilang. Episentrum adalah gelombang, hasil
dari titik hiposentrum. Hal ini dapat diumpamakan pada air yang tenang. Saat air tenang,
mendapatkan tekanan pada satu titik, maka timbul gelombang yang melebar dan semakin
jauh dari pusat atau titik tekanan, gelombang tersebut akan semakin melebar, dan kemudia
menghilang.
c. Hiposenter
Gempa bumi adalah salah satu tenag di bumi yang dapat memberikan akibat pada
kehidupan manusia.semakin kuat dan semakin dekat dengan titik gempa maka kerusakan
yang ditimbulkan akan semakin besar. Hiposenter adalah pusat titik gempa yang ada di dalam
bumi. Hiposenter diukur melalui gelombang seismik. Gelombang seismik adalah gelombang
elastik yang memancarkan getaran didalam dan dipermukaan bumi. Lokasi hiposenter yaitu
berada di lokasi awal dari gempa bumi itu terjadi. Hiposenter adalah pusat gempa atau dapat
dikatakan sebagai titik pusat gempa
d. F-P Magnitude
Metode ini juga menyertakan durasi sebagai parameter estimasi magnitude gempa.
Persamaan untuk menghitung magnitude adalah sebagai berikut
= ( − )+
dimana M adalah magnitude, F adalah waktu selesainya gelombang gempa terekam, F-P
adalah durasi total gempa, dan adalah koefisien yang bergantung pada sistem rekaman dan
kondisi site.
Pada pratikum kali ini kita melakukan picking dengan mengidentifikasi tiga komponen
gelombang yaitu gelompang P , Amax dan Time Final yang kemudian akan dilakukan
pengolahan data untuk melakukan penentuan magnitude.
1.2 Tujuan
PENGOLAHAN DATA
Berikut langkah-langkah kerja dalam pratikum kali ini tentang “Penentuan Magnitude”
yaitu :
- Pilih data gempa sesuai dengan absensi yaitu jam 07.00 – 07.59 kemudian open
- Kemudian muncul gelombang dari banyak stasiun
- Lalu kita lakukan picking dengan cara melihat gelombang kemenerusan, pada kali
ini kita mempicking gelombang P pada komponen vertiakal serta Amax dan Time
Final. dengan cara klik pada menu pick.
- Sebelum itu kita klik terlebih dahulu menu expand untuk memperbesar stasiun
yang akan dilakukn picking, lalu akan mumcul seperti dibawah ini, sebelum
picking kita lakukan terlebih dahulu identifikasi.
-
- Setelah kita identifikasi dari masing-masing gelombnag tidak lupa untuk
memberi nama, dan untuk polarisasinya kita beri informasi pada gelombang P
dan S, yaitu apakah polarisasinya dilatasi atau compresi.
- Masukkan nilai jarak hiposenter (D) yang sudah didapatkan pada modul sebelumnya
dimana dan adalah maksimum amplitude dari seismograph vertikal dalam kine dan jarak
hiposenter dalam kilometer.
2.2 Alat dan Bahan Pratikum
Pada Pratikum kali ini alat dan bahan yang digunakan yaitu:
- Laptop
- Software Seisgram
- Java
- Notepad
- Mouse
- Ms. Excel
- Ms. Word
- Data Gempa
- Pena
- HVS
- Kalkulator
„
BAB III
3.1 Hasil
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1) Dimana nilai velocity amplitude magnitude dalam estimasi amplitude yang diestimasi
dengan berdasarkan kecepatan pergerakan dari tanah
2) Pada nilai kecepatan tanah ynag dihasilkan secara lateral
3) Pada penentuan nilai magnitude dengan mengindentifikasi gelombang P, Amplitudo
Maksimum, dan Time Final
4) F-P Magnitude menampilkan nilai durasi sebagai parameter estimasi magnitude
gempa
4.2 Saran
Dalam melakukan picking kita harus bisa dan lebih teliti dalam mengidentifikasi
komponen yang akan kita lakukan picking, saat melakukan picking kita harus pada tepat di
bagian yang telah kita indentifikasi, tidak lupa pula untuk memberikan informasi pada tiap
gelombang yang kita pick. Bila terlalu banyak noise pada gelombang pada stasiun dan jika tidak
meiliki kemenerusan pada beberapa stasiun boleh diabaikan saja.
DAFTAR PUSTAKA
Elnashai, S.A. dan Sarno, D.L. 2008. Fundamental of Earthquake Engineering. Wiley.
Hongkong
Susilawati. 2008. Penerapan Penjalaran Gelombang Seismik Gempa pada Penelaahan Struktur
Bagian dalam Bumi. Sumatra Utara. Universitas Sumatra Utara
Asparini Dewi. 2011. Penerapan Metode Stacking dalam Pemrosesan Sinyal Seismik Laut di
Perairan Barat Aceh. Bogor. IPB
Hutabarat, R.G. 2009. Integrasi Inversi Seismik dengan Atribut Amplitudo Seismik untuk
Memetakan Distribusi Reservoar pada Lapangan Blackfoot. Jakarta. Universitas Indonesia