PENDAHULUAN
yang paling sering ditemukan pada neonatus/bayi baru lahir (BBL), sehingga
sebagai kadar bilirubin serum total ≥5 mg/dL (86 μmol/L). Ikterus atau jaundice
adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan mukosa akibat penumpukan
patologis yaitu ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama, dengan peningkatan
bilirubin serum >5 mg/dL/24 jam, kadar bilirubin terkonjugasi >2 mg/dL, dan
Ikterus yang menetap >2 minggu (IDAI, 2011). Pada sebagian besar neonatus,
Namun, pada beberapa neonatus, tingkat serum bilirubin akan naik, sehingga
neurotoksik dan bisa menyebabkan kematian pada bayi baru lahir dan gejala sisa
neurologis seumur hidup pada anak yang bertahan hidup yang dikarenakan kern
ditemukan pada bayi baru lahir dalam minggu pertama dalam kehidupannya.
(Siska, 2017: 1). Di Propinsi Jawa Timur tahun 2018, bayi baru lahir
terkena ikterus sebanyak (26,75%) atau 268/1000 kelahiran bayi baru lahir
1
2
(Dinkes Jatim, 2019). Berdasarkan data RSIA Fatma Bojonegoro, pada tahun
(6,12%) dari jumlah 1.323 neonatus. Sedangkan pada tahun 2019 sebanyak 90
neonatus (7,52%) dari jumlah 1.196 neonatus. Hal ini menunjukkan prevalensi
Salah satu masalah yang sering timbul pada bayi baru lahir adalah ikterus
inkompabilitas golongan darah ABO atau defisiensi enzim G6PD. Hemolisis ini
kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik. Dan salah satu penyebab
mortalitas pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin (lebih dikenal sebagai
yang paling berat. Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi, juga dapat
menyebabkan gejala sisa berupa cerebral palsy, tuli nada tinggi, paralisis dan
displasia dental yang sangat mempengaruhi kualitas hidup (Fida dan Maya, 2012).
Penatalaksanaan awal ikterus yaitu mulai dengan terapi sinar bila ikterus
sampel darah bayi dan periksa kadar bilirubin, bila memungkinkan tentukan
apakah bayi memiliki salah satu faktor risiko (berat lahir <2500 gram atau
3
dengan indikasi: pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek ≥ 20 mg/dL,
kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat yaitu 0,3-1 mg/dL per jam, anemia
berat pada bayi baru lahir dengan gejala gagal jantung, kadar HB tali pusat < 14
peningkatan serum bilirubin dan mencegah penumpukan di dalam otak yang dapat
sinar. Intensitas sinar sendiri dipengaruhi oleh keadaan jarak sinar dengan pasien,
luas permukaan tubuh, jenis dan panjang gelombang sinar, serta penggunaan
Sekitar 60% bayi yang lahir normal menjadi ikterik pada minggu pertama
dari pembentukan bilirubin yang berlebihan karena hati neonatus belum dapat
membersihkan bilirubin cukup cepat dalam darah. Walaupun sebagian besar bayi
lahir dengan ikterik normal, tapi mereka butuh monitoring karena bilirubin
yang mungkin jarang terjadi, namun sering dapat berkembang menjadi kernikterus
yaitu suatu kondisi yang dapat melumpuhkan dan menimbulkan kerusakan kronis
pendengaran saraf pusat, saraf penglihatan vertikal, dan hypoplasia enamel gigi
kadar bilirubin tak terkonjugasi yang tinggi atau hiperbilirubinemia. Uji klinis
ketika fototerapi belum dilakukan, 36% bayi dengan berat kelahiran kurang dari
Bojonegoro
5
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan lebih luas untuk hasil
dalam kegiatan proses belajar mengajar bagi mahasiswa, dan dapat dipakai
berikutnya.
terhadap keputusan terapi pengobatan yang diberikan oleh dokter dan tentang
strategi yang efisien sebagai upaya menurunkan angka kesakitan dan angka
dilakukan :
1) Ira Silvia (2013) dengan jenis penelitian studi randomized controlled trial
dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai Oktober 2012 di unit Perinatologi
RS.H. Adam Malik Medan dan RS. Dr. Pirngadi Medan. Sampel dipilih secara
2) Rina Triasih (2003), dengan jenis penelitian analitik dengan melakukan uji