Anda di halaman 1dari 2

BAHAN SERMON 06 OKTOBER 2019 HKBP AIR BATU (KIS.

20:21-31)
“Hidup untuk Melayani Tuhan”
Pendahuluan
Dalam Kisah 20:17-38 ini, kita bertemu dengan hidup Rasul Paulus sebagai pelayan Tuhan pada masa akhir tiga tahun
pelayanannya di Jemaat Efesus. Melalui teladan rasul Paulus, kita akan belajar prinsip-prinsip bagaimana kita
seharusnya hidup sebagai seorang pelayan Tuhan. Jemaat Efesus adalah jemaat yang sangat beruntung karena tiga tahun
lamanya Paulus tinggal disana (Ay.31). Sekarang sudah tiba waktunya bagi Paulus untuk meninggalkan kota Efesus
menuju Yerusalem untuk menghadiri Pentakosta. Tentunya, ini adalah perpisahan yang sangat mengharukan antara sang
Rasul dengan jemaat Efesus yang diwakili oleh para penatua Jemaat (Ay.17). Perpisahan ini terasa begitu mengharukan,
selain karena hubungan yang sangat erat terjalin selama bertahun-tahun, juga dikarenakan sang Rasul mengatakan
bahwa mereka tidak akan melihat muka Paulus lagi (Ay.38). Betapa mengharukan dan kejadian itu dan dukacita
memenuhi mereka. Ada beberapa hal yang menjadi kunci motivasi dari pelayanan Rasul Paulus yang perlu kita teladani.
Penjelasan Teks
Pertama, pelayanan yang berorientasi jiwa atau Man Oriented. Hal pertama yang menjadi rahasia pelayanan dari
sang rasul adalah pelayanan yang berorientasi dan mencintai setiap jiwa yang dipercayakan Allah. Terkait dengan hal ini
Paulus mengatakan, “Kamu tahu bagaimana aku hidup di antara kamu sejak aku pertama tiba di Asia ini” (Ay.18b).
Pernyataan tersebut baru bisa benar apabila orang yang melayani bergaul akrab dengan orang yang dilayani.
Keterbukaan model seperti ini hanya bisa terjadi bila orang yang melayani mempunyai orientasi kepada jiwa (man
oriented), bukan sekedar berorientasi menjalankan program (program oriented), yang penting programnya berjalan,
beres. Orientasi kepada jiwa bisa dilakukan bila kita melayani jemaat Allah dengan segala kerendahan hati (Ay.19a).
Saudara, siapakah Paulus? Dia orang yang luar biasa terpandang dari segi martabat dan dari segi intelektual, tapi ia
melupakan semua itu demi orang yang dilayaninya. Bahkan, demi orang-orang yang dilayani ini, Paulus rela bekerja
dengan tiada henti menasihati mereka. Dan, seringkali dalam menghadapi mereka, tanpa terasa air matanya berjatuhan
(Ay.31). Air mata sang rasul adalah tanda dari ungkapan hati yang terdalam akan jemaat (meskipun bukan satu-satunya
tanda). Air mata tersebut kadang adalah air mata sukacita karena melihat jemaat yang bertobat. Kadangkala juga
merupakan air mata kesedihan melihat jemaat yang hidupnya tetap cemar walaupun mengaku jemaat Allah. Dalam
tantangan yang ada, Paulus tetap bertahan melayani jemaat tersebut karena ia sangat menghargai setiap jiwa yang
percayakan Allah kepadanya. Oleh karena itu, Paulus tidak melalaikan (I have not hesitated) apa yang berguna bagi
jemaat, yaitu seluruh maksud Allah kepada jemaat (Ay.20a & 27). Agar setiap orang dapat mendengar injil Allah,
berbagai cara dilakukan oleh Paulus (Ay.20b). Baik melalui pelayanan publik (khotbah ditempat umum atau rumah
ibadat), juga dalam pelayanan pribadi (NIV: from house to house). Pelayanannya juga tidak memandang status atau
kedudukan orang yang dilayani. Setiap orang yang bisa dilayani, akan dilayani. Hal ini terangkum dalam ayat 21, baik
orang Yahudi maupun orang Yunani diinjili supaya mereka berbalik kepada Allah dengan pertobatan dan beriman
kepada Tuhan Yesus. Pendeknya, segala cara dilakukan untuk menjangkau segala macam orang oleh Paulus. Sehingga
pada akhir pelayanannya di Efesus, ia bisa menghadapinya tanpa penyesalan (Ay.26, 27).
Kedua, pelayanan yang berpusat pada Allah atau God Centered. Betapa pun kita mencintai suatu jemaat atau
pelayanan yang telah Tuhan percayakan, bagian kita tetaplah pelayan. Arti sederhana dari pelayan adalah siap ketika
sang tuan memberi perintah dan melakukan tugas yang baru. Bahkan walaupun demi melakukan tugas tersebut,
kenyamanan atau pun jiwa kita dipertaruhkan. Inilah rahasia kedua dari pelayanan sang Rasul. Hidupnya adalah untuk
menuruti kehendak Allah dan nyawanya tidak dihiraukan sedikit pun demi menyenangkan sang Tuan, “Bagiku hidup
adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” itulah ucapan yang pernah sang rasul keluarkan dalam suratnya kepada
jemaat Filipi. Inilah juga teladan yang telah dengan sempurna diperagakan oleh sang Allah sendiri dalam rupa Yesus
Kristus “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-
Nya” (Yoh.4:34). Walaupun Paulus sangat mencintai jemaat Efesus, ada waktunya ia harus siap melakukan tugas baru
yang dipercayakan Allah kepadanya. Setelah tiga tahun melayani di Efesus, selesailah tugasnya (Ay.25) dan tibalah
saatnya Allah mengutus Paulus kepada pelayanan di tempat lain. Inilah tugas baru yang diberikan Allah kepada sang
rasul. Bagi Paulus, arti hidupnya adalah melakukan kehendak Allah sehingga keinginannya adalah menyenangkan
Allah. Walaupun ia punya kehendak bebas, ia mengatakan dirinya adalah 'tawanan Roh' (Ay.22). Dengan step-by-
step, Paulus berusaha taat kepada Allah, dia tahu bahwa penjara dan sengsara sedang menunggunya (Ay.23).
Ketiga, kesadaran bahwa pelayanan adalah milik Allah atau God’s Ministry. Paulus sangat menyadari bahwa
setelah ia pergi akan muncul serigala-serigala ganas yang akan mengacaukan jemaat, yaitu pengajar-pengajar palsu yang
akan menarik orang dari ajaran yang benar  (Ay.29, 30). Lalu mengapa Paulus tetap memutuskan untuk pergi? Sebab,
Paulus menyadari bahwa pelayanan adalah milik Allah. Allah yang akan memelihara jemaat-Nya. Allah yang akan terus
memanggil generasi-generasi baru untuk melayani dia. Bahkan untuk kota Efesus, Allah telah memanggil dan
meneguhkan para penatua menjadi gembala yang baru untuk pelayanan di Efesus (Ay.28). Allah melalui Roh Kudus
menetapkan penilik untuk menjaga kawanan domba-Nya. Bagian kita adalah mengerjakan pelayanan Allah sebaik-
baiknya bila dipercayakan suatu jemaat, menjaga mereka dari serigala-serigala jahat, dan memberi mereka Firman agar
terus bertumbuh (Ay.31). Tugas mulia yang dahulu dipercayakan kepada Paulus, pada saatnya akan diregenerasikan
kepada orang lain yang telah Allah panggil. Pada akhirnya kita harus menyadari bahwa pelayanan bukanlah milik kita,
Allah lah sang pemilik pelayanan (Ay.32).
BAHAN SERMON 13 OKTOBER 2019 HKBP AIR BATU (PSALMEN 25:8-15)
“Mangolu di Dalan ni Jahowa”
Pendahuluan
 “Di dalam dunia ada dua jalan, lebar dan sempit mana ‘kau pilih?” merupakan suatu potongan lirik yang
mengisyaratkan pemilihan yang tepat dan pasti mengenai jalan mana yang harus kita jalani dalam kehidupan
ini. Setiap jalan ada ujungnya. Jalan lebar dan jalan sempit sama-sama memiliki ujung, tetapi apa yang
terdapat di ujung jalan tersebut sangatlah berbeda. Di dalam kesesakan, di dalam pergumulan, begitu
banyaknya tawaran atau jalan yang diperkenalkan agar kita bebas atau lepas dari kesesakan atau
pergumulan, tetapi kita tidak tahu ke mana ujung jalan yang diperkenalkan itu. Pada nas khotbah ini, Daud
memohon suatu jalan yang akan dijalaninya di tengah-tengah pergumulan yang sedang ia alami. Melalui
nats ini akan menghantarkan kita kepada penjelasan agar kita dapat melihat dan mengimani jalan yang akan
diperkenalkan kepada kita. Teks khotbah minggu ini merupakan suatu doa dari Daud, dimana ia dalam
doanya memohon suatu pertolongan di dalam pergumulan hidupnya. Kepada siapakah ia memohon
pertolongan, dan apa yang terjadi kepadanya sehingga ia memohon pertolongan? Mari kita saudara/i
memasuki penjelasan nas khotbah.

Penjelasan Teks

- Tuhan itu baik dan benar (ay.8)


            Mazmur 25 merupakan salah satu doa Daud yang berisikan suatu permohonan akan
pertolongan TUHAN di dalam hidupnya. Mazmur 25 ini merupakan suatu doa Daud selain ia
memohonkan pertolongan TUHAN, ia juga menyatakan suatu kedekatan dirinya dengan TUHAN
(kedekatan spiritual/ rohani). Daud, seorang penggembala kawanan domba dan ia tidak memiliki
paras untuk menjadi seorang pemimpin atau raja di kerajaan Israel. Ia hanya mampu untuk
menggembala suatu kawanan domba, sambil bernyanyi dengan iringan kecapi (bdk. Mazmur 21, 22,
23). Pribadi Daud adalah pribadi yang dapat disamakan dengan Abraham dan Musa. Ia adalah salah
satu dari orang-orang yang terbesar dalam Perjanjian Lama. Jika Abraham mendapat julukan “kekasih
Allah” atau “sahabat Allah”, dan Musa mendapat karunia, dimana Allah berfirman kepadanya seperti
terhadap sahabat, maka Daud disebut: orang yang sesuai dengan hati Allah. Selaku panglima perang,
ia adalah orang besar, yang membebaskan Israel dari kekuasaan penindas dan membuat Israel
berkuasa atas bangsa-bangsa di sekitarnya. Dalam pemerintahan ia seorang yang besar juga, ia
mengatur pemerintahan negara dan menegakkan persatuan di antara orang Israel. Keberaniannya,
kebijaksanaannya dan kecepatan berpikir untuk mengambil keputusan dalam keadaan yang sulit,
sangat mengagumkan. Daud adalah raja yang tidak ada taranya. Dia dipakai sebagai ukuran untuk
mengukur kecakapan raja-raja sesudah dia. Tetapi sebelum Daud sampai kepada puncak
kekuasaannya, ia banyak mengalami penindasan dan penderitaan dari orang-orang yang membenci
atau yang ingin menjatuhkannya. Banyak orang yang memusuhi dirinya termasuk mertuanya Saul dan
anaknya sendiri Absalom. Meskipun begitu, Daud memahami tidak selamanya ia menghadapi
penganiayaan. Ia tau Tuhan baik dan mengenal dirinya
- Tuhan membimbing orang yang rendah hati (ay. 9)
Daud juga memiliki banyak kekurangan. Salah satu dosanya yang paling menonjol adalah cerita
kehidupannya yang berkaitan dengan Uria dan Batsyeba. Kemungkinan dosa inilah yang membuat
Daud menjadi lemah dalam pendidikan anak-anaknya. Di kemudian hari tingkah laku anak-anaknya
menjadi sumber bencana dalam kehidupan Daud. Daud menyadarinya telah jatuh kedalam dosa. Ia
memohon pengampunan dari Tuhan. Dengan penuh rendah hati ia sujud dan menyadari
kesalahannya. Daud yang kaya dengan pengalaman manis dan pahitnya kehidupan ini membuat ia
menjadi pencipta kebanyakan nyanyian Mazmur, yang sampai sekarang sangat besar artinya bagi
orang beriman. Dalam Mazmur-mazmur ini Daud menyaksikan pengalaman hidupnya, tentang
dosanya, kejatuhannya, pengampunan dosanya oleh Allah, sukacitanya tentang kemenangannya atas
musuh, kesaksian tentang penyertaan Tuhan dalam hidupnya dan lain sebagainya. Sehingga tidak
ada alasan baginya untuk menyombongkan diri atas apa yang dimiliki.
- Takut akan Tuhan membawa kita pada jalan Tuhan (ay. 12-15)
Terkhusus dalam nas ini kita dapat melihat betapa bergumulnya Daud, namun tidak jelas dituliskan
apa yang sedang dipergumulkan sehingga ia menuliskan susunan doanya seperti yang ada sekarang.
Namun yang pasti kita dapat belajar melalui Daud yang menyadari dan mengenal Tuhan. Melalui
pengenalannnya membuat ia selalu tertuju pada apa yang dikehendaki Tuhan dan senantiasa takut
dan taat padaNya (mataku tetap terarah kepada Tuhan , sebab Ia mengeluarkan aku dari jaring…
ay.15).
Namun, seiring waktu berjalan, doa Daud ini dimasukkan dalam suatu liturgi keyahudian pada
perayaan tertentu untuk memeperingati betapa baiknya TUHAN, Allah Israel yang selalu menyertai
dan menolong bangsa Israel. Daud dengan kesetiaannya kepada TUHAN semakin memantapkan
atau memastikan dirinya untuk menyerahkan hidupnya pada pertolongan TUHAN

Anda mungkin juga menyukai