POMPA SENTRIFUGAL
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM SEMESTER Genap
2020/2021
POMPA SENTRIFUGAL
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Pipa isap harus dibuat sependek mungkin. Jika terpaksa memakai pipa panjang
gunakan pipa yang berdiameter besar untuk mengurangi kerugian gesek.
3. Sama sekali tidak dibenarkan memperkecil laju aliran dengan menghambat aliran
sisi isap.
4. Head total pompa harus diatur seperti yang dibutuhkan karena head yang
berlebihan akan membuat kapasitas yang berlebihan pula sehingga akan
membuat kemuungkinan terjadinya kavitasi akan semakin besar.
Gambar 2.1 NPSH Bila Tekanan Atmosfer Bekerja Pada Permukan Air Yang
Dihisap.
Sumber: Sularso (2000, p.44)
h = − − h − h …….………….………………………... (2-1)
Keterangan:
h : NPSH yang tersedia (m)
P : Tekanan atmosfer (N/m 2)
P : Tekanan uap jenuh pada temperatur fluida (N/m 2)
γ : Berat jenis cairan (N/m3)
h : Head isap statis (m)
h : Head losses (m)
Dengan hs bertanda positif (+) jika pompa terletak di atas permukaan zat
cair yang dihisap dan negatif (-) jika pompa terletak di bawah permukaan zat
cair yang dihisap.
Gambar 2.2 NPSH bila Tekanan Uap Bekerja di dalam Tangki Air Hisap yang
Tertutup.
Sumber: Sularso (2000, p.44)
Jika zat cair dihisap dari tangki tertutup seperti pada gambar 2.2, maka P a
menyatakan tekanan absolut yang bekerja pada permukaan zat cair di dalam
tangki tertutup tersebut. Jika tekanan di atas permukan zat cair sama dengan
tekanan uap jenuhnya, maka Pa = Pv, sehingga:
h = − h − h .................................................................................(2-2)
Harga hs adalah negatif (-) karena permukaan zat cair dalam tangki lebih
tinggi daripada sisi isap pompa. Pemasangan pompa semacam ini diperlukan
untuk mendapatkan harga ℎ atau NPSH yang positif (+).
Jadi, agar tidak terjadi penguapan zat cair, maka tekanan pada lubang masuk
pompa dikurangi penurunan tekanan di dalam pompa, harus lebih tinggi
daripada tekanan uap zat cair. Head tekanan yang besarnya sama dengan
penurunan tekanan ini disebut NPSH yang diperlukan. Agar pompa dapat
bekerja tanpa mengalami kavitasi, maka harus dipenuhi persyaratan sebagai
berikut:
NPSH yang tersedia > NPSH yang diperlukan
Harga dari NPSH yang diperlukan, diperoleh dari pabrik pompa yang
bersangkutan.
= ………..................................................................................(2-3)
= ………..................................................................................(2-4)
= ………..................................................................................(2-5)
Keterangan:
D : Diameter impeler (m)
Q : Kapasitas aliran (m3/s)
H : Head total pompa (m)
P : Daya poros pompa (kW)
N : Putaran pompa (rpm)
Dan indeks 1 dan 2 menyatakan berturut- turut pompa nomor satu dan pompa
nomor 2. Hubungan yang dinyatakan di atas disebut Hukum Kesebangunan Pompa.
Hukum ini sangat penting untuk menaksir perubahan performansi pompa bila
putaran pompa diubah. Hukum ini juga berguna untuk memperkirakan performansi
pompa yang direncanakan apabila pompa tersebut geometris sebangun dengan
pompa yang sudah diketahui performansinya.
Keterangan:
Q : Kapasitas aliran (m3/s)
H : Head total pompa (m)
n : Putaran pompa (rpm)
Harga ns dapat digunakan sebagai parameter untuk menyatakan jenis pompa.
Jadi jika ns suatu pompa sudah ditentukan maka bentuk impeller pompa tersebut
sudah tertentu pula.
2.1.6 Performansi
Bentuk pompa pada umumnya tergantung pada kecepatan spesifik. Jadi dapat
dimengerti bila karakterisiknya juga akan tergantung pada kecepatan spesifik.
Karakteristik sebuah pompa dapat digambarkan dalam kurva-kurva
karakteristik yang menyatakan besarnya head total pompa, daya poros, dan efisiensi
pompa, terhadap kapasitas. Kurva performansi tersebut, pada umumnya
digambarkan pada putaran yang tetap.
2. Rotary Pump
Tekanan yang dihasilkan dari pompa ini adalah akibat gerak putar dari
elemen-elemennya atau gerak gabungan berputar. Bagian utama dari pompa
jenis ini adalah:
rumah pompa yang stasioner
rotor, yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang berputar dalam
rumah pompa
Prinsip kerjanya adalah fluida yang masuk ditekan oleh elemen-elemen
yang memindahkannya ke sisi buang kemudian menekannya ke pipa tekan.
Karena tidak memiliki katup-katup, maka pompa ini dapat bekerja terbalik,
sebagai pompa maupun sebagai motor. Pompa ini bekerja pada putaran yang
tinggi sampai dengan 5000 rpm atau lebih. Karena keuntungan tersebut,
pompa ini banyak dipakai untuk pompa pelumas dan pada hydraulic power
transmission. Yang termasuk jenis pompa ini adalah:
a. Gear Pump (Pompa Roda Gigi)
Prinsip kerja dari pompa ini adalah berputarnya dua buah roda gigi
berpasangan yang terletak dalam rumah pompa akan menghisap dan
menekan fluida yang dipompakan. Fluida yang mengisi ruang antar gigi
ditekan ke sisi buang. Akibat diisinya ruang antar sisi tersebut maka
pompa ini dapat beroperasi. Aplikasi dari pompa ini adalah pada sistem
pelumasan, karena pompa ini menghasilkan head yang tinggi dan debit
yang rendah. Contoh pompa roda gigi terdapat pada gambar 2.8.
B. Dynamic Pump
Merupakan pompa yang ruang kerjanya tidak berubah selama pompa
bekerja. Untuk merubah kenaikan tekanan, tidak harus mengubah volume aliran
fluida. Dalam pompa ini terjadi perubahan energi, dari energi mekanik menjadi
energi kinetik, kemudian menjadi energi tekanan. Pompa ini memiliki elemen
utama sebuah rotor dengan suatu impeler yang berputar dengan kecepatan
tinggi. Yang termasuk di dalam jenis pompa ini adalah pompa aksial dan pompa
sentrifugal.
1. Pompa Aksial
Prinsip kerja dari pompa ini adalah berputarnya impeler akan menghisap
fluida yang dipompakan dan menekannya ke sisi tekan dalam arah aksial.
Pompa ini cocok untuk aplikasi yang membutuhkan head rendah dan
kapasitas tinggi, seperti pada sistem pengairan. Contoh pompa aksial
terdapat pada gambar 2.9.
2. Pompa Sentrifugal
Elemen pokok dari pompa ini adalah sebuah rotor dengan sudu-sudu
yang berputar pada kecepatan tinggi. Fluida yang masuk dipercepat oleh
impeler yang menaikkan tekanan maupun kecepatannya, dan melempar
fluida keluar melalui volute atau rumah siput. Pompa ini digunakan untuk
memenuhi kebutuhan head medium sampai tinggi dengan kapasitas aliran
medium. Dalam aplikasinya, pompa sentrifugal banyak digunakan untuk
proses pengisian air pada ketel dan pompa rumah tangga. Bagian-bagian dari
pompa sentrifugal adalah stuffling box, packing, shaft, shaft sleeve, vane,
casing, eye of impeller, impeller, casing wear ring dan discharge nozzle.
Impeler dipasang pada satu ujung poros dan pada ujung yang lain dipasang
kopling untuk meneruskan daya dari penggerak. Poros ditumpu oleh dua buah
bantalan. Sebuah paking atau perapat dipasang pada bagian rumah yang ditembus
poros, untuk mencegah air bocor keluar atau udara masuk dalam pompa.
a. Impeler
Merupakan bagian yang berputar dari pompa dan memberikan daya pada
air, sehingga air akan mendapatkan energi spesifik berupa kecepatan dan
tekanan. Di dalam rumah siput, kecepatan air secara berangsur-angsur diubah
menjadi tekanan statis. Jenis-jenis impeler ditunjukkan pada gambar 2.12. Jenis-
jenis impeler yaitu:
• Impeler Tertutup
Disebut sebagai impeler tertutup karena baling-baling pada impeler
tetutupi oleh mantel di kedua sisi. Jenis impeler ini banyak digunakan pada
pompa air dengan tujuan mengurung air agar tidak berpindah dari sisi
pengiriman ke sisi penghisapan. Impeler jenis ini memiliki kelemahan pada
kesulitan yang akan didapat jika terdapat rintangan atau sumbatan.
• Impeler Terbuka dan Semi Terbuka
Dengan kondisinya yang terbuka atau semi terbuka, maka kemungkinan
adanya sumbatan pun jauh berkurang. Hal ini memungkinkan adanya
pemeriksaan impeler dengan mudah. Namun, jenis impeler ini hanya dapat
diatur secara manual untuk mendapatkan setelan terbaik.
• Impeler Pompa Berpusar/Vortex
Pompa yang digunakan untuk memompa bahan-bahan yang lebih padat
ataupun berserabut dari fluida cair, impeler vortex dapat menjadi pilihan yang
baik. Pompa jenis ini 50% kurang efisien dari rancangan konvensionalnya.
b. Rumah Pompa
Desain rumah pompa ditunjukkan oleh gambar 2.13. Rumah pompa
memiliki beberapa fungsi, antara lain:
1. Berfungsi sebagai pengarah fluida yang dilemparkan impeler. Akibat gaya
sentrifugal yang menuju sisi tekan, sebagian energi kinetik fluida diubah
menjadi tekanan.
2. Menutup impeler pada sisi penghisapan dan pengiriman pada ujung pompa
sehingga berbentuk tangki tekanan.
3. Memberikan media pendukung dan bantalan poros untuk batang torak dan
impeler.
c. Poros Pompa
Sebagai penerus putaran pengerak kepada impeler dan pompa. Poros pompa
dibedakan menjadi dua, yaitu:
Poros pompa datar atau horizontal
Poros pompa tegak atau vertikal
d. Cincin Penahan Keausan atau Cincin Perapat (Wearing Ring)
Untuk mencegah keausan rumah pompa dan impeler pada sambungan yang
bergerak (running joint), maka dipasang cincin penahan keausan (waring ring)
yang disebut juga cincin rumah pompa atau cincin perapat.
e. Bantalan Poros
Bantalan yang banyak dipakai pada pompa sentrifugal adalah bantalan anti
gesek, selongsong, rol bola, dan bantalan kingsbury. Bantalan anti gesek dapat
berupa baris tungal atau ganda. Bantalan rol banyak dipakai untuk poros pompa
berukuran besar. Skema bantalan poros ditunjukkan oleh gambar 2.14.
f. Selongsong Poros
Berfungsi utuk mencegah kebocoran udara ke dalam pompa bila beroperasi
dengan tinggi isap (suction lift) dan untuk mendistribusikan cairan perapat
secara merata di sekeliling ruang cincin (anular space) antara lubang peti dan
permukaan selongsong poros. Selongsong poros disebut juga sangkar perapat
atau cincin lantern. Skema selongsong poros pompa ditunjukkan oleh gambar
2.15.
Selongsong poros ini menerima cairan yang bertekanan dari pompa atau
sumber tersendiri lainnya. Kadang-kadang digunakan minyak gemuk sebagai
medium perapat apabila cairan yang bersih tidak tersedia atau tidak dapat
dipakai (pompa air kotor).
g. Peti Gasket
Berfungsi untuk mencegah udara bocor ke dalam rumah pompa bila tekanan
di dalamnya berada di bawah tekanan atmosfer.
m. g. z + P. ∀ + = c ......................................................................(2-7)
m. g. z + P. + = c .......................................................................(2-8)
g. z + + =c ( ) ........................................................................(2-9)
z+ + = c (m)...........................................................................(2-10)
Sebagai contoh adalah aliran air di dalam pipa, pada posisi 1 air mempunyai
tekanan P1, luas penampang A1, dan kecepatan v1. Perubahan bentuk energi akan
terjadi bila pada posisi 2 penampangnya diperkecil. Dengan demikian, kecepatan air
akan naik menjadi v2 dan tekanan P2 akan berkurang. Hal ini dapat terlihat jelas
apabila letak pipa dalam keadaan horizontal (z1=z2).
Jadi, persamaan bernoulli dapat dinyatakan sebagai berikut: “pada tiap saat dan
tiap posisi yang ditinjau dari suatu aliran di dalam pipa tanpa gesekan yang tidak
bergerak akan mempunyai jumlah energi ketinggian tempat, tekanan, dan kecepatan
yang sama besarnya”.
2.3.2 Persamaan Kontinuitas
Disebut juga hukum kekekalan massa, menyatakan bahwa laju perubahan
massa fluida yang terdapat dalam ruang yang ditinjau pada selang waktu t harus
sama dengan perbedaan antara jumlah massa yang masuk dan laju massa yang
keluar ke dan dari elemen fluida yang ditinjau.
Terdapat aliran fluida pada satu saluran dengan perubahan luas penampang
seperti terlihat pada gambar 2.17. Pada fluida tak termampatkan, massa jenis fluida
selalu sama di setiap titik yang dilaluinya. Massa fluida yang mengalir dalam pipa
dengan luas penampang A1 selama selang waktu tertentu:
ρ = .................................................................................................. (2-12)
m = ρV ............................................................................................... (2-13)
m = ρV ............................................................................................... (2-14)
V = A L = A v ∆t .......................................................................... (2-15)
ṁ = ρ A v ......................................................................................... (2-16)
Mengingat bahwa dalam aliran tunak, massa fluida yang masuk sama dengan
massa fluida yang keluar, maka:
ṁ = ṁ ................................................................................................. (2-17)
ρ A v = ρ A v .................................................................................... (2-18)
A v = A v ......................................................................................... (2-19)
Keterangan:
A : Luas penampang 1
A : Luas penampang 2
v : Kecepatan aliran fluida pada penampang 1
v : Kecepatan aliran fluida pada penampang 2
Av : Laju aliran volume V/t atau debit
b. Pompa Paralel
Instalasi pompa yang disusun paralel bertujuan untuk memperoleh fluida
dengan kapasitas yang tinggi namun head tekanan yang diperoleh rendah. Pada
gambar 2.20 didapatkan kapasitas (Q) aliran yang tinggi diperoleh dengan cara
menjumlahkan kapasitas aliran pompa 1 (Q1) dengan kapasitas aliran pompa 2
(Q2).
Qtotal = Q 1 + Q2 ................................................................................(2-21)
Keterangan:
𝑃 : Tekanan buang (N/m2)
𝑃 : Tekanan isap (N/m2)
: berat jenis air = water. g (N)
2. Kapasitas (Q)
0,189 .........................................................................(2-23)
Q h (m 3 / s )
1000
Keterangan:
h = beda ketinggian fluida pada manometer (mmHg)
3. Putaran (n)
Satuan: rpm
4. Torsi (T)
T F L ............................................................................................(2-24)
Keterangan:
W2
100 % .................................................................................. (2-27)
W1
3. Torsi (T)
Berdasarkan persamaan (2-27):
𝑇 =𝐹 ⋅𝐿 (𝑁. 𝑚)
𝑇 =𝐹 ⋅𝐿 (𝑁. 𝑚)
TTotal T1 T2
4. Daya (W)
Daya Poros (W1) :
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA
KELOMPOK 07 72
MODUL DAN LAPORAN PRAKTIKUM SEMESTER Genap
2020/2021
POMPA SENTRIFUGAL
2. Kapasitas (Q)
Berdasarkan persamaan (2-26):
0,189
𝑄= √ℎ (𝑚 /𝑠)
1000
3. Torsi (T)
Berdasarkan persamaan (2-27):
𝑇 =𝐹 ⋅𝐿 (𝑁. 𝑚)
𝑇 =𝐹 ⋅𝐿 (𝑁. 𝑚)
𝑇 =𝑇 +𝑇
4. Daya (W)
Daya Poros (W1) :
Berdasarkan persamaan (2-28):
𝑛
𝑊, =𝐹 ⋅ (𝑊𝑎𝑡𝑡)
𝑘
𝑛
𝑊, =𝐹 ⋅ (𝑊𝑎𝑡𝑡)
𝑘
𝑊 , =𝑊, +𝑊, (𝑊𝑎𝑡𝑡)
Daya Air (W2) :
Berdasarkan persamaan (2-29):
o Jika n sama
W2,1 = (Pd1 – Ps1). (Watt)
BAB III
METODOLOGI PENGUJIAN
Tabel 3.1
Spesifikasi Pompa Sentrifugal
1st Stage 2nd Stage
Driving motor Neco Shunt Neco Shunt
type
Serial no. C 166415.C C 166415.B
Speed Variable 0 to 3000 Variable 0 to 3000
rev/min rev/min
Power 0,75 KW (1 HP) 0,75 KW (1 HP)
Electrical control Neco electrical 2AF Neco electrical 2AF
type ISO ISO
Pump type Stuart no 25/2 Stuart no 25/2
Max head 13 m 13 m
Max flow 130 L/minute 130 L/minute
× /
Power Constant : 𝑊𝑎𝑡𝑡𝑠 =
,
Instalasi percobaan ini terdiri dari 2 pompa sentrifugal, yaitu pompa I (P 1) dan
pompa II (P2) yang masing-masing digerakkan oleh sebuah motor listrik (M) yang
dihubungkan dengan neraca pegas. Sebuah panel pengaturan dan alat ukur
(manometer raksa dan manometer bourdon). Jaringan pipa dilengkapi dengan dua
katup isap yaitu katup pompa I (A) dan katup pompa II (B). Instalasi percobaan juga
dilengkapi dengan sebuah katup pengatur aliran tunggal, seri dan paralel (C), sebuah
katup pengatur keluaran (D) dan sebuah venturi (V).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Kapasitas (Q)
, ,
𝑄= √ℎ = √0 = 0
3. Torsi (T)
𝑇 = 𝐹 ⋅ 𝐿 = 1,8 . 0,179 = 0,3222
4. Daya Poros (W1)
𝑊 = 𝐹 ⋅ = 1,8 ⋅ = 74,23
.
b. Pompa Seri
1. Head (H)
( )
H1 = = = 6,65
( )
H2 = = = 6,43
3. Torsi (T)
T1 = F1 . L = 2,3 . 0,179 = 0,4117 Nm
T2 = F2 . L = 1,4 . 0,179 = 0,2506 Nm
Ttotal = T1 + T2 = 0,4117 + 0,2506 = 0,6623 Nm
4. Daya Poros (W1)
c. Pompa Paralel
1. Head (H)
( )
H1 = = = 5,82 m
( )
H2 = = = 5,20 m
, ,
𝐻 = = = 5,51 m
2. Kapasitas (Q)
, ,
𝑄= √ℎ = √2 = 0,000267 m3/s
3. Torsi (T)
T1 = F1 . L = 1,9 . 0,179 = 0,3401 Nm
T2 = F2 . L = 1,8 . 0,179 = 0,3222 Nm
Ttotal = T1 + T2 = 0,3401 + 0,3222 = 0,6623 Nm
4. Daya Poros (W1)
𝑊, =𝐹 ⋅ = 1,9 ⋅ = 76,57 Watt
.
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Kapasitas terhadap Head pada Pompa Tunggal
Gambar 4.1 menjelaskan mengenai hubungan antara kapasitas (Q) dengan head
yang terdapat pada pompa tunggal. Sumbu X merupakan besarnya kapasitas,
sedangkan sumbu Y merupakan besarnya head.
Head merupakan besarnya energi yang dimiliki oleh fluida per satuan berat.
Kapasitas merupakan banyaknya volume fluida yang mengalir per satuan waktu, Pd
dan Ps merupakan besaran tekanan yang dimiliki fluida pada sisi isap (Ps) dan sisi
buang (Pd). Rumus-rumus dapat dilihat dalam persamaan sebasebagai berikut:
,
Q= √ℎ
𝑄=( )
H=
𝑊 = (𝑃 − 𝑃 ). 𝑄
Dapat dilihat bahwa grafik mengalami penurunan. Semakin
bertambahnya kapasitas fluida maka head akan mengalami penurunan. Dari rumus
diatas dapat kita simpulkan bahwa menurunnya nilai head
dikarenakan menurunnya beda tekanan (Pd – Ps). Menurunnya nilai Pd dipengaruhi
oleh semakin besar bukaan katup buang sedangkan menurunnya nilai P s karena
semakin cepatnya aliran fluida. Menurunnya nilai head secara drastis dikarenakan
turunnya nilai Pd tidak sebanding dengan turunnya nilai Ps dan semakin besar bukaan
katup buang menyebabkan bertambahnya kapasitas fluida yang mengalir masuk ke
venturi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya kapasitas fluida
maka nilai head yang dimiliki fluida akan semakin menurun.
Hal ini bisa terjadi karena pada saat katup buang belum di buka, tekanan yang
dimiliki oleh fluida memiliki tekanan yang paling tinggi. Pada saat katup buang di
buka, tekanan fluida tersebut menurun karena tidak ada komponen yang berfungsi
sebagai penahan. Akibatnya fluida mulai mengalir dan tekanan menurun.
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Kapasitas terhadap Head pada Pompa Seri
Pada gambar 4.2 menjelaskan tentang hubungan antara kapasitas dan head pada
pompa seri. Sumbu X menjelaskan tentang besaran kapasitas (Q), dan sumbu Y
menjelaskan besaran head.
Head merupakan besarnya energi yang dimiliki oleh fluida per satuan berat.
Kapasitas merupakan banyaknya volume fluida yang mengalir per satuan waktu, Pd
dan Ps merupakan besaran tekanan yang dimiliki fluida pada sisi isap (Ps) dan sisi
buang (Pd). Head dapat dilihat persamaan:
,
Q= √ℎ
H=
H total = H1 + H2 (m)
Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa semakin bertambahnya kapasitas, maka
head akan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena hubungan antara head
dan kapasitas pompa adalah berbanding terbalik. Penurunan head (H) disebabkan
oleh berkurangnya beda tekanan (Pd – Ps). Penurunan Pd terjadi karena semakin
besar bukaan katup buang. Penurunan Ps terjadi karena aliran fluida semakin cepat.
Beda tekanan (Pd – Ps) semakin kecil karena penurunan Ps tidak sebanding dengan
penurunan Pd. Penurunan beda tekanan (Pd – Ps) juga disebabkan oleh kapasitas
yang bertambah. Pada pompa seri, jumlah Head total adalah penjumlahan head dari
pompa I dan head dari pompa II.
Hal ini bisa terjadi karena fluida setelah melewati pompa 1 sudah memiliki head
tekanan sehingga setelah melewati pompa 2 head tekanannya bertambah. Maka dari
itu, head total dijumlah dengan besaran head dari masing-masing pompa tersebut.
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Kapasitas terhadap Head pada Pompa Pararel
Pada gambar 4.3 menjelaskan tentang hubungan antara kapasitas dan head pada
pompa paralel. Sumbu X menjelaskan tentang besaran kapasitas (Q), dan sumbu Y
menjelaskan besaran head.
Head merupakan besarnya energi yang dimiliki oleh fluida per satuan berat.
Kapasitas merupakan banyaknya volume fluida yang mengalir per satuan waktu, Pd
dan Ps merupakan besaran tekanan yang dimiliki fluida pada sisi isap (Ps) dan sisi
buang (Pd). Hubungan antara head dan kapasitas pada pompa parelel adalah
berbanding terbalik sesuai dengan persamaan:
,
Q= √ℎ
H=
𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑄1 + 𝑄2
Dari grafik hubungan antara kapasitas terhadap head pada pengujian pompa
paralel dapat dilihat bahwa polinomial grafik mengalami penurunan dari putaran
awal sampai pada putaran akhir, dimana semakin bertambahnya kapasitas maka
head akan mengalami penurunan. Penurunan head (H) disebabkan oleh
berkurangnya beda tekanan (Pd – Ps). Penurunan Pd terjadi karena semakin besar
bukaan katup buang. Penurunan Ps terjadi karena aliran fluida semakin cepat. Beda
tekanan (Pd – Ps) semakin kecil karena penurunan Ps tidak sebanding dengan
penurunan Pd. Penurunan beda tekanan (Pd – Ps) juga disebabkan oleh kapasitas yang
bertambah besar pada persamaan. Pada pompa paralel, jumlah kapasitas total adalah
penjumlahan kapasitas dari pompa I dan kapasitas dari pompa II. Sehingga,
kapasitas yang dihasilkan adalah 2 kali lebih besar dibandingkan dengan instalasi
pompa tunggal.
Hal ini disebabkan karena pompa 1 dan pompa 2 bekerja dengan memindahkan
air dari sumber tangki yang berbeda. Maka dari itu, akibat dari dipindahkannya
aliran dari dua pompa, kapasitas yang dimiliki bertambah, dan H totalnya di bagi 2.
4.2.2.4 Hubungan Kapasitas dan Daya Poros (Pompa Tunggal, Seri dan
Paralel)
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Kapasitas terhadap Daya Poros pada Pompa Tunggal, Seri dan Pararel
Pada gambar 4.4 menjelaskan tentang hubungan antara Daya Poros dan
kapasitas pada pompa tunggal, seri, dan paralel. Sumbu X menjelaskan tentang
besaran kapasitas (Q), dan sumbu Y menjelaskan besar Daya Poros di pompa
tersebut.
Kapasitas merupakan banyaknya volume fluida yang mengalir per satuan
waktu, dan Daya Poros merupakan besaran dari gaya yang dipengaruhi oleh putaran
poros, dan konstanta brake yang dimiliki oleh pompa tersebut. Rumus kapasitas dan
daya poros dapat dilihat sebagai berikut:
,
Q= √ℎ
𝑊 = 𝐹. 𝑛/𝐾(𝑊𝑎𝑡𝑡)
Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa polinomial grafik mengalami kenaikan
pada setiap jenis pompa hingga mencapai titik optimum. Semakin besar kapasitas
(Q) maka gaya yang dibebankan pada pompa juga akan semakin meningkat,
sehingga daya poros (W1) juga akan mengalami peningkatan seiring dengan
bertambahnya nilai kapasitas (Q).
Penurunan kurva disebabkan oleh sifat kelembaman yang dimiliki oleh poros.
Kelembaman adalah adalah kecenderungan suatu benda untuk tetap
mempertahankan keadaan diam atau gerakannya. Kelembaman ini terjadi akibat
kecepatan putaran poros sudah sangat tinggi sehingga gaya yang diperlukan untuk
menggerakkan poros tidak perlu ditambah.
4.2.2.5 Hubungan Kapasitas dan Daya Air (Pompa Tunggal, Seri dan Paralel)
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Kapasitas terhadap Daya Air pada Pompa Tunggal, Seri dan Pararel
Pada gambar 4.5 menjelaskan tentang hubungan antara Daya Air dan kapasitas
pada pompa pompa tunggal, seri, dan paralel. Sumbu X menjelaskan tentang besaran
kapasitas (Q), dan sumbu Y menjelaskan besar Daya Air di pompa tersebut.
Dari grafik 4.5 dapat dilihat bahwa pada masing-masing pompa mengalami
kenaikan sampai pada titik tertentu, kemudian mengalami penurunan. Persamaan
daya air dan kapasitas dapat dilihat sebagai berikut:
𝑊 = (𝑃𝑑 − 𝑃𝑠) . 𝑄 (𝑊𝑎𝑡𝑡)
,
Q = √ℎ (m3/s)
Pada persamaan tersebut dapat kita lihat bahwa antara beda tekanan pompa (Pd-
Ps) dan kapasitas (Q) berbanding lurus dengan daya air. Sehingga seiring
bertambahnya kapasitas maka daya air akan mengalami peningkatan pula.
Penurunan daya air setelah mencapai titik optimum tertentu karena beda tekanan
mengalami penurunan yang signifikan dari pada kenaikan debit (Q), sehingga nilai
dari daya air mengalamai penurunan. Pada grafik diatas ditunjukkan bahwa daya air
pada pompa paralel memiliki nilai yang paling tinggi, hal ini disebabkan oleh
kapasitas fluida pada pompa paralel memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan
dengan pompa seri maupun tunggal sehingga daya airnya paling tinggi.
Dapat kita lihat bahwa antara beda tekanan pompa (P d-Ps) dan kapasitas (Q)
berbanding lurus dengan daya air. Sehingga seiring bertambahnya kapasitas maka
daya air akan mengalami peningkatan pula. Penurunan daya air setelah mencapai
titik optimum tertentu karena beda tekanan mengalami penurunan yang signifikan
dari pada kenaikan debit (Q), sehingga nilai dari daya air pada pompa tunggal dan
pompa seri mengalami penurunan.
4.2.2.6 Hubungan Kapasitas dan Efisiensi (Pompa Tunggal, Seri dan Paralel)
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Kapasitas terhadap Efisiensi pada Pompa Tunggal, Seri dan Pararel
Pada gambar 4.6 menjelaskan tentang hubungan antara Efisiensi dan kapasitas
pada pompa tunggal, seri, dan paralel. Sumbu X menjelaskan tentang besaran
kapasitas (Q), dan sumbu Y menjelaskan besar Efisiensi di pompa tersebut.
Dari gambar 4.6 dapat kita lihat bahwa polinomial grafik mengalami kenaikan
hingga titik tertentu lalu kemudian mengalami penurunan. Hal ini berarti bahwa
seiring dengan bertambahnya kapasitas (Q) maka efisiensi (%) juga akan meningkat
pula sampai pada titik tertentu lalu mengalami penurunan pada persamaan:
𝑊2, 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝜂= 𝑋 100% (%)
𝑊1, 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Dari persamaan diatas dapat kita lihat bahwa nilai efisiensi adalah perbandingan
antara daya air (W2) dengan daya poros (W1). Penambahan kapasitas akan
meningkatkan daya air karena kapasitas dan daya air berbanding lurus. Sehingga
penambahan kapasitas akan meningkatkan nilai efisiensi. Efisiensi cenderung naik,
lalu turun setelah nilai tertinggi, hal ini dikarenakan nilai W1 dan W2 yang cenderung
naik lalu turun setelah mencapai nilai tertinggi.
Pada grafik kurva pompa paralel lebih tinggi dari pompa tunggal dan seri,
karena kenaikan daya poros maupun daya air yang dihasilkan lebih besar dari pompa
tunggal. Hal ini juga dipengaruhi dari perbandingan antara kedua daya dari masing-
masing pompa tersebut.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian pompa sentrifugal dengan instalasi tunggal, seri dan
pararel didapatkan kesimpulan:
1. Semakin bertambahnya kapasitas, maka head akan mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan karena hubungan antara head dan kapasitas pompa adalah berbanding
terbalik
2. Semakin bertambahnya kapasitas, besaran Daya Air yang dihasilkan juga akan
semakin meningkat. Namun pada saat mencapai titik optimal, akibat perbedaan
tekanan yang semakin mengecil, daya air akan menurun.
3. Semakin meningkatnya nilai kapasitas (Q), maka besaran Daya Poros juga
meningkat. Hal ini dikarenakan pengaruh bukaan katup buang. Ketika dibuka
secara bertahap, kapasitas akan semakin tinggi, dan juga berpengaruh terhadap
gaya sentrifugalnya.
4. Seiring dengan bertambahnya kapasitas (Q) maka efisiensi (η) juga akan
meningkat pula sampai pada titik tertentu lalu kemudian grafik untuk efisiensi
(η) pompa mengalami penurunan.
5.2 Saran
1. Untuk laboratorium agar lebih memperhatikan peralatan praktikum supaya data
hasil pengujian lebih akurat.
2. Untuk praktikum sebaiknya mempertimbangkan timeline yang disusun terhadap
kemampuan praktikan dalam menjalaninya.
3. Untuk asisten semoga dapat memberikan ilmu sebanyak – banyaknya kepada
praktikan.
4. Untuk praktikan agar lebih memerhatikan timeline yang sudah diberikan dan
jangan menyepelekan semua kegiatan dalam praktikum.
Arismunandar, Wiranto. (1998). Penggerak Mula Motor Bakar Edisi Keempat. ITB:
Bandung.
Dietzel, K. 1996, Polyurethane flexible foam boom against oil pollution. (in German),
Intermaritec: Hamburg
Dixson S.L, Hall Ca. 2010. Fluid Mechanic and Thermodynamic of Turbomachinery,
6th edn. Butterworth-Heinemann: Elsevier Inc
Sularso,Tahara. 2000. Pompa dan Kompresor. Jakarta : Pradya Paramitha.