NIM : 433131490120034
KASUS H2
Saat dilakukan kunjungan rumah terhadap keluarga Bapak K (35 tahun), didapatkan data bahwa
Ibu L (30 tahun), sering mengeluh berkeringat pada malam hari, batuk berdahak lebih dari 1
bulan, dan nafsu makan berkurang. Ibu L mengatakan pernah mempunyai riwayat penyakit TB
Paru kurang lebih 2 tahun yang lalu dan sempat dirawat selama 13 hari di RS Dahlia dengan
keluhan sesak nafas dan demam di malam hari. Ibu L mengatakan putus obat setelah 2 bulan
pengobatan karena merasa sudah pulih, namun saat ini harus menjalani OAT Kembali. Saat
dikaji, Ibu L mengatakan nyeri dada dengan skala 6, sesak nafas dan batuk, sesak bertambah
Ketika berbaring, dan berkurang ketika duduk. Hasil pemeriksaan dari RS Dahlia saat Ibu L
dirawat 1 tahun lalu: sputum BTA+, Hasil rontgent terdapat infiltrat di kedua lapang paru-paru,
dan Hb 10 gr/dL. Keadaan umum Ibu L: terlihat lesu, lemas, wajah kusam, merintih kesakitan,
kesadaran compos mentis GCS 4/5/6, TD150/80 mmHg, RR 26x/menit, S 36.20 C, TB 150 cm,
dan BB 47 Kg.
1. Analisis data dari kasus di atas, berikan justifikasi kenapa data-data tersebut muncul?
4. Sebutkan 2 intervensi utama dari diagnosis keperawatan prioritas pertama (berdasarkan NIC)!
I.
No Kriteria Bobot Total Pembenaran
1 Sifat masalah: 1 3/3x1 = Ibu L paham akan
Sejahtera (3) 1 pengetahuan TBC
Defisit kesehatan (3)
Ancaman kesehatan (2)
Faktor risiko (1)
2 Kemungkinan diubah: 2 2/2x2 = Ibu L menyadari bahwa
Mudah (2) 2 pentingnya informasi
Sebagian (1) TBC
Tidak dapat (0)
3 Kemungkinan dicegah: 1 2/2x1= Keluarga ibu L adalah
Tinggi (3) 1 keluarga yang bisa
Cukup (2) menerima informasi
Rendah (1) dan beradaptasi
4 Menonjolnya masalah: 1 2/2x1= TBC yang dialami
Membutuhkan perhatian segera (2) 1 keluarga Ibu L cukup
Tidak membutuhkan perhatian berbahaya
segera (1)
Tidak dirasakan sebagai masalah
atau kondisi yang membutuhkan
perubahan (0)
Total 5 5
RR 26x/mnt -
TUK 5 TUK 5
Perilaku pencari Kesehatan: Perilaku pencari Kesehatan:
- Kontrol Risiko - Perawatan gawat darurat
DS: 001 Nyeri akut TUK 1 TUK 1
32 Pengetahuan Promosi Kesehatan: Pengetahuan Promosi Kesehatan:
- mengatakan
- Kepuasan klien:
manajemen nyeri - Monitor tanda-tanda vital
- Control nyeri TUK 2
Partisipasi dalam keputusan
TUK 2 perawatan kesehatan
Partisipasi dalam keputusan - Pemberian obat
nyeri dada
perawatan kesehatan:
dengan skala 6
- Status kenyamanan TUK 3
DO: Perawatan diri Pengobatan non
Metode yang paling sederhana dan efektif untuk mengurangi resiko penurunan pengembangan dinding dada yaitu dengan
pengaturan posisi saat istirahat. Posisi yang paling efektif bagi pasien dengan penyakit kardiopulmonari adalah diberikannya
posisi semi fowler dengan derajat kemiringan 30-45° (Yulia, 2008). Posisi semi fowler pada pasien TB paru telah dilakukan
sebagai salah satu cara untuk membantu mengurangi sesak napas (Bare, 2010). Tujuan dari tindakan ini adalah untuk
menurunkan konsumsi O2 dan menormalkan ekspansi paru yang maksimal, serta mempertahankan kenyamanan (Azis &
Musrifatul, 2012).
Upaya dalam meningkatkan peranserta perawat (profesi keperawatan) dan pasien dalam upaya penanggulangan efek TB paru,
dan memberi peningkatan informasi yang tepat dan lengkap tentang diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
napas b/d adanya sekret dibronkus dan eksudat diaveoli, ketidakefektifan pola napas b/d posisi tubuh yang salah dan
penurunan energi/kelelahan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan implikasi hasil penelitian
ini terhadap profesi keperawatan yaitu dapat berguna dalam menyebarluaskan informasi terhadap rekan – rekan seprofesi
tentang pengaruh pemberian posisi semi fowler terhadap kestabilan pola napas, mewujudkan evidence based practice terutama
dalam hal pengelolaan pasien TB paru yang mengalami sesak napas untuk meningkatkan kualitas pernapasannya dengan
menggunakan terapi nonfarmakologi
Dari hasil analisis pengaruh pemberian posisi semi fowler terhadap kestabilan pola napas, bahwa pasien yang setelah diberikan
intervensi posisi semi fowler memiliki rata – rata skor dyspnea lebih rendah yaitu 23,53. Frekuensi pernapasan sebelum
diberikan posisi semi fowler termasuk frekuensi pernapasan normal yaitu sebanyak 32 orang (80,0%) dari 40 responden. Hasil
penelitian (Singal dkk, 2013) dengan judul “A study on the effect of position in COPD patient to improve breathing pattern”
ditemukan 64% pasien lebih baik dalam posisi 30-45°, 24% pada posisi 60°, dan 12% pasien lebih baik dalam posisi 90°. Sama
halnya dengan penelitian (Safitry dkk, 2011) dengan judul “Keefektifan pemberian posisi semi fowler terhadap penurunan
sesak napas pada pasien asma di ruang rawat inap kelas III RSUD Dr. Moewardi Surakarta” menunjukan bahwa ada pengaruh
pemberian posisi semi fowler terhadap penurunan sesak napas pada pasien asma dengan nilai sig. 0,006 (α 0,05)