Kurikulum Fk USU 2020 83
MODUL KETERAMPILAN KLINIK
BLOK FAMILY MEDICINE
EDITOR:
Adi Muradi Muhar
Bambang Prayugo
Cut Adeya Adella
Deny Rifsal Siregar
Dwi Rita Anggraini
Hiro H Danial Nst
Iman Helmi Efendy
M Ichwanul Adenin
M. Pahala Harahap
Oke Rina Rahmayani
Juliandi Harahap
Sri Amelia
Sri Sofyani
Yudha Sudewo
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
Buku Panduan Mahasiswa
Family MedicineKurikulum Fk USU 2020 54
MODUL KETERAMPILAN KLINIK BLOK FAMILY MEDICINE
1, PENDAHULUAN
Sesuai dengan pemetaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi FK USU, kegiatan Clinical
Sklills Lab untuk mahasiswa semester VII dilaksanakan pada blok Family Medicine
Mahasiswa semester VII akan diajarkan 4 jenis ketrampilan klinis pada blok Family Medicine.
Salah satu keterampilan klinik yang menjadi kompetensi seorang dokter sesuai dengan
Standar Kompotensi Dokter Indonesia adalah keterampilan klinik yang akan diajarkan pada
blok Family Medicine ini. Adapun keterampilan Klinik tersebut adalah :
4, Konseling Keluarga Berencana
5. Prosedur Pemasangan dan Pelepasan Implan (susuk KB)
6. Prosedur Pemasangan dan Pelepasan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
I. TUJUAN
11.1, Tujuan umum
Setelah mengikuti kegiatan skills lab pada blok Family Medicine ini, mahasiswa dapat
‘meningkatkan keterampilan dalam Konseling Keluarga Berencana, Prosedur Pemasangan dan
Pelepasan Implan (susuk KB) dan Prosedur Pemasangan dan Pelepasan AKDR.
11.2. Tujuan khusus
2.1. Mahasiswa mampu melakukan Konseling Pemberian ASI
2.2. Mahasiswa mampu melakukan Konseling Keluarga Berencana
2.3. Mahasiswa mampu melakukan Pemasangan dan Pelepasan Implan (susuk KB)
2.4, Mahasiswa mampu melakukan Pemasangan dan Pelepasan AKDR (Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim)
Buku Panduan Mahasiswa
Family MedicineKurikulum Fk USU 2020 55
SL.VIL FAMED 1
KETERAMPILAN KONSELING KELUARGA BERENCANA
Rina Amelia, Juliandi Harahap
|. PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu atau Maternal Mortality Rate (MMR) di Indonesia merupakan
yang tertinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Saat ini posisi MMR Indonesia
adalah 307 per 100 ribu kelahiran hidup. tu berarti sekitar 20 ribu perempuan meninggal setiap
tahunnya akibat komplikasi kehamilan. Pada tahun 1988, Program Safe Motherhood (SM)
mulai dikenalkan oleh WHO di Indonesia dengan tujuan utama menurunkan angka MMR dan
Infant Mortality Rate (IMR).
Safe Motherhood (SM) merupakan suatu program pelayanan kesehatan yang diterima
oleh seorang wanita dari semenjak dia lahir serta adanya keleluasaan/kemerdekaan untuk
‘menentukan kehamilannya. Tujuan dari Safe Motherhood yaitu melindungi hak reproduksi dan
hak azazi manusia dengan cara mengurangi beban kesakitan, kecacatan dan kematian yang
bethubungan dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya yang tidak perlu terjadi..
Empat pilar intervensi safe motherhood adalah (1) Keluarga Berencana, yang
memastikan bahwa setiap orang/pasangan mempunyai akses ke informasi dan pelayanan KB
agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk keamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak
schingga diharapkan tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan, (2) Pelayanan antenatal, untuk
mencegah adanya komplikasi obstetri bila mungkin, dan memastikan bahwa komplikasi
dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (3) Persalinan yang aman,
memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai: pengetahuan, keterampilan, dan
alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas
kepada ibu dan bayi, dan (4) Pelayanan obstetti esensial yaitu memastikan bahwa pel
obstetri untuk risiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkan,
Keluarga Berencana (KB) sebagai salah satu pilar Safe Motherhood bertujuan untuk
memastikan bahwa setiap orang/pasangan mempunyai akses terhadap informasi dan pel
KB, agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah
anak.
Dengan demikian diharapkan tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak
termasuk dalam kategori “4 terlalu”, yaitu terlalu muda, terlalu tua untuk kehamilan, terlalu
sering hamil dan terlalu banyak anak.
Situasi di Indonesia, penentuan keikutsertaan dalam KB dipengaruhi oleh suami,
keluarga, budaya dan pengetahuan pasangan suami istri itu sendiri. Pemahaman suami dan istri
yang benar terhadap permasalahan KB ini, akan mempengaruhi keputusan mereka untuk
‘menjadi akseptor KB serta menentukan pilihan alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan
mereka,
Oleh karena itu kemampuan memberikan Konseling Keluarga Berencana oleh tenaga
Kesehatan terutama Dokter Keluarga akan sangat mendukung dan mempengaruhi pemahaman
dan pengambilan keputusan keluarga tentang KB.
Ada beberapa macam defenisi tentang konseling:
1, Konseling adalah cara bekerja dengan orang dimana anda berusaha untuk mengerti
bagaimana perasaan mereka dan membantu mereka untuk menentukan apa yang akan
dilakukan (WHO, 2003).
Buku Panduan Mahasiswa
Family MedicineKurikulum Fk USU 2020 56
2. Konseling adalah suatu komunikasi tatap muka untuk membantu penderita untuk
‘menetapkan pilihan atas dasar pemahaman yang lengkap tentang dirinya serta masalah
kesehatan yang sedang dihadapi seeara mandiri (AVSC, 1995).
3. Konseling adalah suatu bentuk wawancara untuk membantu orang lain memperoleh
pengertian yang lebih baik mengenai dirinya dalam usahanya untuk memahami dan
mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya (Sadli, 1988).
Konseling tidak sama dengan motivasi. Pada konseling, terbentuknya sikap dan
perilaku tertentu adalah atas dasar keputusan yang mandiri, sedangkan pada motivasi,
keputusan ditentukan secara sepihak oleh dokter.
Bagaimana sikap seorang Dokter Keluarga/petugas kesehatan dalam melakukan
konseling yang baik terutama bagi calon klien/peserta KB baru
1. Memperlakukan calon akseptor dengan baik
Dokter bersikap sabar, memperlihatkan sikap menghargai setiap calon akseptor, dan
menciptakan suatu rasa percaya diri sehingga calon akseptor dapat berbicara secara
terbuka dalam segala hal termasuk masalah-masalah pribadi sekalipun. Dokter
meyakinkan klien bahwa ia tidak akan mendiskusikan rahasia calon akseptor dengan
orang lain,
2. Interaksi dokter dengan calon akseptor
Dokter harus mendengarkan, mempelajari dan menanggapi keadaan calon akseptor,
karena calon akseptor mempunyai kebutuhan dan tujuan reproduksi yang berbeda.
Bantuan terbaik seorang dokter adalah cara memahami bahwa calon akseptor adalah
manusia yang membutuhkan perhatian dan bantuan, Oleh Karena itu dokter harus
mendorong agar calon akseptor berani berbicara dan bertanya.
3. Memberikan informasi yang baik kepada calon akseptor
Dengan mendengarkan apa yang disampaikan calon akseptor, berarti dokter belajar
mendengarkan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh seorang calon akseptor. Dalam
memberikan informasi dokter harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
calon akseptor
4. Menghindari pemberian informasi berlebihan
Calon akseptor membutuhkan penjelasan untuk menentukan pilihan, Namun tidak
semua calon akseptor dapat menangkap semua informasi tentang berbagai jenis
Kontrasepsi. Terlalu banyak informasi yang diberikan akan menyebabkan kesulitan
bagi calon akseptor dalam mengingat informasi yang penting. Hal ini disebut kelebihan
informasi, Pada waktu pemberian informasi petugas harus memberikan waktu bagi
calon akseptor untuk berdiskusi, bertanya dan mengajukan pendapat.
5. Tersedianya metode yang diinginkan calon akseptor
Dokter membantu calon akseptor membuat keputusan mengenai pilihannya, dan harus
tanggap tethadap pilihan calon akseptor meskipun calon akseptor_ menolak
‘memutuskan atau menangguhkan penggunaan alat kontrasepsi. Didalam melakukan
Konseling dokter mengkaji apakah calon akseptor sudah mengerti mengenai jenis
kontrasepsi, termasuk keuntungan dan kerugiannya serta cara penggunaannya.
Konseling mengenai kontrasepsi yang dipilih dimulai dengan mengenalkan berbagai
jenis alat kontrasepsi dalam program KB. Dokter mendorong calon akseptor berpikir
Buku Panduan Mahasiswa
Family MedicineKurikulum Fk USU 2020 57
untuk melihat persamaan yang ada dan membandingkan antarjenis kontrasepsi tersebut.
Dengan cara ini dokter membantu calon akseptor untuk membuat suatu keputusan
(informed choice). Jika tidak ada halangan dalam bidang kesehatan sebaiknya calon
akseptor mempunyai pilihan kontrasepsi sesuai dengan pilihannya, Bila memperoleh
pelayanan kontrasepsi sesuai dengan yang dipilihnya, calon akseptor akan
menggunakan kontrasepsi tersebut lebih lama dan efektif.
6. Membantu calon akseptor untuk mengerti dan mengingat
Dokter memberi contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan kepada calon akseptor agar
memahaminya dengan memperlihatkan bagaimana cara-cara penggunaannya. Dokter
juga dapat memperlihatkan dan menjelaskannya dengan flip chart, poster, pamflet.
Dokter perlu melakukan penilaian bahwa calon akseptor telah mengerti
Langkah-langkah dalam melakukan konseling yaitu GATHER:
1. G Greet client warmly (memberi salam, sapa calon akseptor dengan
.sseramah,.terbuka dan sopan.membuka komunikasi)
2. A :Ask client about themselves (tanya tentang diri calon akseptor dan
._-keluhannya)
T —: Tell client about choice (beritahu pilihan solusi dati masalah yang
dihadapinya)
4, H : Help client make an informed choices (bantu membuat pilihan yang tepat,
dan memahami masalahnya)
5. E :Explain (jelaskan bahwa cara terpilih telah diberikan, siapa yan..akan
‘menolongnya dan dimana)
6. R : Refer dan Return (rujuk bila fasilitas tidak dapat memberikan ...pelayanan
‘yang sesuai atau buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih sudah
diberikan)
Greet client, sambut Klien secara terbuka dan ramah, tanamkan keyakinan penuh, katakan juga
bahwa tempat pelayanan ini bersifat pribadi dan rahasia, schingga calon akseptor dapat
mendiskusikannya dengan terbuka, Tanyakan kepada calon akseptor apa yang perlu dibantu
serta jelaskan pelayanan apa saja yang dapat diperolehnya,
Gunakan keterampilan komunikasi non verbal (seperti: tersenyum, salam calon akseptor,
yyarat tangan untuk mempersilahkan duduk),
Ask client about themselves, tanyakan calon akseptor tentang permasalahannya/informasi
tentang dirinya, pengalamannya dengan alat KB dan kesehatan reproduksi, tujuan, kepentingan
harapan serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan pula apakah telah ada
metoda yang diinginkan oleh calon akseptor. Berikan perhatian kepada calon akseptor apa
yang disampaikan calon akseptor sesuai dengan kata-kata, gerak isyarat dan caranya. Kita
menyikapi dan mencoba menempatkan kita pada posisi calon akseptor. Dengan begitu akan
memudahkan kita memahami apa sebenarnya permasalahan calon akseptor.
Buku Panduan Mahasiswa
Family MedicineKurikulum Fk USU 2020 58
Gunakan keterampilan bertanya, tanya calon akseptor dengan menggunakan pertanyaan
terbuka: Apa? Bagaimana? Mengapa? (seperti: “Bagaimana pengalaman ibu dengan alat
kontrasepsi sebelumnya”?).
‘Tunjukkan rasa empati, turut merasakan dan mengerti apa yang dirasakan oleh calon akseptor.
Contoh bila ibu mengatakan bahwa “Saya menggunakan KB suntikan tapi selama saya ber-KB
saya tidak pernah dapat haid lagi, saya takut”. Anda dapat mengatakan : “Saya mengerti apa
yang ibu khawatirkan”,
Gunakan refleksi balik/paraphrasing, yaitu mengulang apa yang calon akseptor katakan
kepada anda untuk menunjukkan bahwa anda telah mendengar dan membantu calon akseptor
untuk berbicara lebih banyak. Mengulang kalimat calon akseptor jangan seperti membeo tetapi
mengulang makna yang diutarakan calon akseptor. Misalnya, “Tadi ibu mengatakan akibat
ber-KB ibu jadi tidak haid lagi, betul kan”?
Tell client about choice, sebutkan tentang pilihannya, fokuskan perhatian kepada metoda yang