Anda di halaman 1dari 8

Nama : Ni Putu Harista Diandari

NIM : P07124218006

Prodi : Sarjana Terapan Kebidanan Semester V

Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui

Resume

PASIEN SAFETY

DI ERA ADAPTASI KEBIASAAN BARU (NEW NORMAL)

A. Prinsip Umum Pencegahan


Prinsip-prinsip pencegahan COVID-19 pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi
baru lahir di masyarakat meliputi universal precaution dengan selalu cuci tangan,
menggunakan masker, menjaga kondisi tubuh dengan rajin olah raga dan istirahat cukup,
makan dengan gizi yang seimbang, dan mempraktikkan etika batuk-bersin.
B. Upaya Pencegahan Umum Yang Dapat Lilakukan
1. Mengcuci tangan dengan menggunakan sabun selama 40-60 detik atau
menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol (hand sanitizer) selama 20 – 30
detik. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang tidak
bersih.jika menggunakan handsanitizer, gunakan setidaknya yang mengandung
alcohol 70%. Cuci tangan terutama setelah Buang Air Besar (BAB) dan Buang
Air Kecil (BAK), dan sebelum makan (baca Buku KIA).
2. Hindari kontak dengan orang yang sedang sakit
3. Saat sakit tetap gunakan masker, tetap tinggal di rumah atau segera ke fasilitas
kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktivitas di luar.
4. Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tisu. Buang tisu pada
tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada tisu, lakukan sesuai etika batuk-
bersin.
5. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang sering
disentuh.
6. Menggunakan masker adalah salah satu cara pencegahan penularan penyakit
saluran napas, termasuk infeksi COVID-19. Akan tetapi penggunaan masker saja
masih kurang cukup untuk melindungi seseorang dari infeksi ini, karenanya harus
disertai dengan usaha pencegahan lain. Pengunaan masker harus dikombinasikan
dengan hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan lainnya, misalnya tetap
menjaga jarak.
7. Penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya dan dapat
membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha pencegahan lain yang sama
pentingnya seperti hand hygiene dan perilaku hidup sehat.
8. Masker medis digunakan untuk ibu yang sakit dan ibu saat persalinan. Sedangkan
masker kain dapat digunakan bagi ibu yang sehat dan keluarganya.
9. Cara penggunaan masker yang efektif :
 Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung,
kemudian eratkan dengan baik untuk meminimalisasi celah antara masker
dan wajah.
 Saat digunakan, hindari menyentuh masker.
 Lepas masker dengan teknik yang benar (misalnya: jangan menyentuh
bagian depan masker, tapi lepas dari belakang dan bagian dalam).
 Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh masker yang telah
digunakan, segera cuci tangan.
 Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti masker jika
masker yang digunakan terasa mulai lembab.
 Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.
 Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan sampah medis
sesuai SOP.
10. Gunakan masker kain apabila dalam kondisi sehat. Masker kain yang
direkomendasikan oleh Satuan Tugas COVID-19 adalah masker kain 3 lapis.
Menurut hasil penelitian, masker kain dapat menangkal virus hingga 70%.
Disarankan penggunaan masker kain tidak lebih dari 4 jam. Setelahnya, masker
harus dicuci menggunakan sabun dan air, dan dipastikan bersih sebelum dipakai
kembali.
11. Keluarga yang menemani ibu hamil, bersalin, dan nifas harus menggunakan
masker dan menjaga jarak.
12. Menghindari kontak dengan hewan seperti kelelawar, tikus, musang atau hewan
lain pembawa COVID-19 serta tidak pergi ke pasar hewan.
13. Hindari pergi ke negara/daerah terjangkit COVID-19, bila sangat mendesak untuk
pergi diharapkan konsultasi dahulu dengan spesialis obstetri atau praktisi
kesehatan terkait.
14. Bila terdapat gejala COVID-19, diharapkan untuk menghubungi telepon layanan
darurat yang tersedia (Hotline COVID-19 : 119 ext 9) untuk dilakukan
penjemputan di tempat sesuai SOP, atau langsung ke RS rujukan untuk mengatasi
penyakit ini.
15. Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai COVID-19 dari sumber
yang dapat dipercaya.
Ibu nifas perlu merasa yakin bahwa bidan yang memberikan asuhan kebidanan pada
mereka, bekerja dalam kerangka kerja yang mendukung praktik asuhan yang aman.
Adapun yang dimaksud praktik asuhan yang aman adalah praktik menggunakan bukti
yang terbaik, mengutamakan keselamatan ibu (patient safety) dan utamanya ditujukan
pada kesejahteraan ibu dan anak (wellbeing mother and child). Bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan nifas harus menaati pedoman, protap dan aturan-aturan mengenai
kewenangan serta dasar hukum yang berlaku (legal aspect) dalam menjalankan praktik
kebidanan.

C. Konsep Dasar Pencegahan Infeksi


 Infeksi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen,
dengan/tanpa disertai gejala klinik. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health
Care Associated Infections) yang selanjutnya disingkat HAIs merupakan infeksi
yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam masa
inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang,
juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan
terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
 Rantai Infeksi (chain of infection) merupakan rangkaian yang harus ada untuk
menimbulkan infeksi. Dalam melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian
infeksi dengan efektif, perlu dipahami secara cermat rantai infeksi.Kejadian
infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan dapat disebabkan oleh 6 komponen rantai
penularan, apabila satu mata rantai diputus atau dihilangkan, maka penularan
infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Enam komponen rantai penularan infeksi,
yaitu:
a) Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme penyebab infeksi.
Pada manusia, agen infeksi dapat berupa bakteri, virus, jamur dan parasit.
Ada tiga faktor pada agen penyebab yang mempengaruhi terjadinya
infeksi yaitu: patogenitas, virulensi dan jumlah (dosis, atau “load”). Makin
cepat diketahui agen infeksi dengan pemeriksaan klinis atau laboratorium
mikrobiologi, semakin cepat pula upaya pencegahan dan
penanggulangannya bisa dilaksanakan.
b) Reservoir atau wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh,
berkembang-biak dan siap ditularkan kepada pejamu atau manusia.
Berdasarkan penelitian, reservoir terbanyak adalah pada manusia, alat
medis, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air, lingkungan dan bahan-
bahan organik lainnya. Dapat juga ditemui pada orang sehat, permukaan
kulit, selaput lendir mulut, saluran napas atas, usus dan vagina juga
merupakan reservoir.
c) Portal of exit (pintu keluar) adalah lokasi tempat agen infeksi
(mikroorganisme) meninggalkan reservoir melalui saluran napas, saluran
cerna, saluran kemih serta transplasenta.
d) Metode Transmisi/Cara Penularan adalah metode transport
mikroorganisme dari wadah/reservoir ke pejamu yang rentan. Ada
beberapa metode penularan yaitu: (1) kontak: langsung dan tidak
langsung, (2) droplet, (3) airborne, (4) melalui vehikulum (makanan,
air/minuman, darah) dan (5) melalui vektor (biasanya serangga dan
binatang pengerat).
e) Portal of entry (pintu masuk) adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu
yang rentan dapat melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih dan
kelamin atau melalui kulit yang tidak utuh.
f) Susceptible host (Pejamu rentan) adalah seseorang dengan kekebalan
tubuh menurun sehingga tidak mampu melawan agen infeksi. Faktor yang
dapat mempengaruhi kekebalan adalah umur, status gizi, status imunisasi,
penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma, pasca pembedahan dan
pengobatan dengan imunosupresan.
a) Jenis dan Faktor Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan atau
“Healthcare-Associated Infections” (HAIs) adalah :
1) Ventilator associated pneumonia (VAP)
2) Infeksi Aliran Darah (IAD)
3) Infeksi Saluran Kemih (ISK)
4) Infeksi Daerah Operasi (IDO)
D. Prinsip Pencegahan Infeksi
Dalam pencegahan infeksi ada prinsip – prinsip dasar yang harus diketahui oleh penolong
persalinan(19), yaitu :
a) Setiap individu dianggap dapat menularkan penyakit, karena infeksi ada yang
bersifat asymptomatik atau tidak ada gejala.
b) Setiap individu dianggap dapat terkena infeksi
c) Setiap benda maupun peralatan yang sudah dipakai pada saat melakukan tindakan
dianggap sudah terkontaminasi sehingga perlu di cuci hama kembali secara benar.
d) Jika belum yakin dengan proses aseptik terhadap lingkungan maupun peralatan
yang terkontaminasi maka dianggap masih terkontaminasi.
E. Tindakan Pencegahan Infeksi
a) Penggunaan APD
Alat Perlindungan Diri (APD) merupakan hal penting dalam pencegahan infeksi,
pada saat melakukan pertolongan persalinan berikut adalah APD yang harus
disediakan di ruang persalinan dan harus digunakan :
1. Celemek
2. Sepatu Boot
3. Sarung tangan
4. Masker
5. Penutup Kepala
6. Kaca Mata Gugel
b) Tindakan Aseptik
1. Perlakuan Terhadap Alat
a. Dengan dekontaminasi semua peralatan/ instrumen medis, sarung
tangan yang sudah digunakan menggunakan larutan klorin 0,5%
selama 10 menit. Kemudian cuci bilas dan lakukan sterilisasi
maupun Desinfeksi Tingkat Tinggi ( DTT)
b. Sebelum melepas celemek di lap dulu menggunakan larutan klorin
0,5% dan memastikan tidak ada percikan darah yang tersisa,
melepas dengan melipatnya ke arah luar (bagian luar yg dipakai)
setelah itu diletakkan ke wadah khusus pakaian kotor(18).
c. Memakai sarung tangan yang berbeda untuk setiap tindakan,
seperti sarung tangan steril untuk pemeriksaan dalam, menolong
persalinan sampai mengeluarkan placenta. Sarung tangan bersih
untuk menangani sisa darah maupun cairan tubuh, sedangkan
sarung tangan rumah tangga dipakai saat mencuci peralatan dan
menangani sampah
2. Perlakuan Terhadap Tempat
a. Membersihkan ruangan persalinan, tempat periksa dan tempat
tindakan setiap hari.
b. Mensteril ruangan minimal 1 jam setelah dipakai untuk tindakan.
3. Perlakuan Terhadap Penolong
a. Mencuci tangan sebelum memakai sarung tangan steril atau DTT,
setelah melepas sarung tangan, setelah menyentuh benda yang
terkontaminasi, sebelum dan sesudah kontak fisik dengan ibu atau
bayi baru lahir dengan menggunakan 7 langkah cuci tangan.
b. Menggunakan APD lengkap saat melakukan pertolongan
persalinan.
c) Perwadahan Sampah dan Limbah
1. Sampah
a. Memasukkan sampah terkontaminasi seperti (kassa, gulungan
kapas, perban dll) ke dalam tempat sampah yang tahan air/ plastik
kemudian di bakar
b. Sampah yang tidak terkontaminasi misal sisa makanan dibuang ke
tempat sampah rumah tangga.
c. Sampah dari benda tajam seperti jarum suntuk dimasukka ke
dalam safety box, sementara sisa ampul, bisturi dimasukkan ke
wadah tahan bocor (misalkan: botol plastik bekas air mineral) d)
Placenta di tempatkan di kantung plastik atau tembikar, ajarkan
keluarga untuk memberihkan dan menguburkan.
d. Linen yang terkontaminasi di cuci terpisah dan dijemur di terik
matahari.
2. Limbah
a. Limbah cair seperti darah dan cairan tubuh ditampung di wadah
yang tidak bocor, misal ember, under pad.
b. Membuang limbah cair ke saluran pembuangan air limbah medis.
F. Pencegahan Infeksi Dalam Asuhan Masa Nifas
Luka-luka pascapersalinan harus dirawat dengan baik terutama luka pada
perinium. Menjaga kebersihan pada bekas luka mutlak dilakukan. Alat-alat, pakaian, dan
kain yang dikenakan ibu harus benar-benar dijaga kebersihannya.

Referensi :

Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas dan Bayi Baru Lahir di Era Adaptasi Kebiasaan
Baru. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat. 2020.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 27 tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan Pengendalian Penyakit di Fasilitas Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai