Anda di halaman 1dari 16

KOPERASI DAN UMKM

“KINERJA KOPERASI INDONESIA”

Oleh :

Ni Komang Tri Anggarawati 1902622010241 / (17)


Ni Wayan Gita Putri Kinanti 1902622010246 / (22)
Kadek Ayu Shinta Dewi 1902622010250 / (26)

Kelas
Akuntansi Malam C
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2021
1
1. VARIABEL KINERJA KOPERASI DAN PRINSIP PENGUKURAN KINERJA
KOPERASI
1. Variabel Kinerja
Secara umum, variable kinerja koperasi yang diukur untuk melihat perkembangan dan
pertumbuhan (growth) koperasi di Indonesia terdiri dari kelembagaan (jumlah koperasi per
provinsi, jumlah koperasi per jenis / kelompok koperasi, jumlah koperasi aktif dan nonaktif),
keanggotaan, volume usaha, permodalan, asset, dan sisa hasil usaha. Variabel-variable tersebut
pada dasarnya belumlah dapat mencerminkan secara tepat ataupun untuk melihat peranan atau
pangsa (share) koperasi terhadap pembangunan ekonomi nasional. Demikian pula dampak dari
koperasi (cooperative effect) terhadap peningkatan kesejahteraan anggota atau masyarakat belum
tercermin dari variabel-variabel yang disajikan.
Kinerja tidak terjadi dengan sendirinya. Dengan kata lain, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kinerja. Adapun faktor-faktor tersebut menurut Armstrong sebagai berikut:
1. Faktor individu (personal factors). Faktor yang berkaitan dengan keahlian, motivasi,
komitmen, dll.
2. Faktor kepemimpinan (leadership factors). Faktor yang berkaitan dengan kualitas
dukungan dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan, manajer, atau ketua kelompok
kerja.
3. Faktor kelompok / rekan kerja (team factors). Faktor yang berkaitan dengan kualitas
dukungan yang diberikan oleh rekan kerja.
4. Faktor sistem (system factors). Faktor yang berkaitan dengan system / metode kerja yang
ada dan fasilitas yang disediakan oleh organisasi.
5. Faktor situasi (contextual/situational factors). Faktor yang berkaitan dengan tekanan dan
perubahan lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal.
Dari uraian yang disampaikan oleh Armstrong, terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja seorang pegawai. Dimana faktor-faktor ini perlu mendapat perhatian
serius dari pimpinan organisasi jika pegawai diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
optimal. Motivasi kerja dan kemampuan kerja merupakan dimensi yang cukup penting dalam
penentuan kinerja. Motivasi sebagai sebuah dorongan dalam diri pegawai akan menentukan

2
kinerja yang dihasilkan. Begitu juga dengan kemampuan kerja pegawai, dimana mampu tidaknya
karyawan dalam melaksanakan tugas akan berpengaruh terhadap kinerja yang dihasilkan.
Semakin tinggi kemampuan yang dimiliki karyawan semakin menentukan kinerja yang
dihasilkan.
2. Pengertian Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja adalah proses di mana organisasi menetapkan parameter hasil untuk
dicapai oleh program, investasi, dan akusisi yang dilakukan. System pengukuran kinerja adalah
suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer perusahaan menilai pencapaian suatu
strategi melalui alat ukur keuangan dan non keuangan. Hasil pengukuran tersebut kemudian
digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan
suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas
perencanaan dan pengendalian.
Dalam pengukuran kinerja terdapat beberapa prinsip-prinsip yaitu:
1. Seluruh aktivitas kerja yang signifikan harus diukur.
2. Pekerjaan yang tidak diukur atau dinilai tidak dapat dikelola karena darinya tidak
ada informasi yang bersifat obyektif untuk menentukan nilainya.
3. Kerja yang tak diukur sebaiknya diminimalisir atau bahkan ditiadakan.
4. Keluaran kinerja yang diharapkan harus ditetapkan untuk seluruh kerja yang diukur.
5. Hasil keluaran menyediakan dasar untuk menetapkan akuntabilitas hasil alih-alih sekedar
mengetahui tingkat usaha.
6. Mendefinisikan kinerja dalam artian hasil kerja semacam apa yang diinginkan adalah
cara manajer dan pengawas untuk membuat penugasan kerja operasional.
7. Pelaporan kinerja dan analisis variansi harus dilakukan secara periodik.
8. Pelaporan yang kerap memungkinkan adanya tindakan korektif yang segera dan tepat
waktu.
9. Tindakan korektif yang tepat waktu begitu dibutuhkan untuk manajemen kendali yang
efektif.

3
2. KELEMBAGAAN, KEANGGOTAAN, VOLUME USAHA, PERMODALAN, ASET, DAN
SHU
1. Kelembagaan
Organisasi koperasi adalah alat untuk mencapai tujuan. Sedangkan struktur organisasi
adalah susunan dan hubungan antar komponen dan antar posisi dalam sebuah perusahaan.
Struktur organisasi mencerminkan herarki organisasi dan struktur wewenang serta garis
koordinasi dan tanggung jawab. Secara garis besar lembaga koperasi merupakan sebuah lembaga
keuangan yang berazaskan kekeluargaan dan bergotong-royong yang bertujuan untuk
meningkatkan taraf ekonomi anggotanya dan masyarakat sekitar.
Ada 3 hal penting tujuan sebuah lembaga didirikan:
1. Memaksimumkan Keuntungan, sebuah lembaga harus mampu memaksimalkan
keuntungan yang didapat untuk meningkatkan kualitasnya, anggota maupun sekitarnya.
2. Memaksimumkan Nilai Perusahaan, setelah sebuah lembaga mendapatkan keuntungan
maksimal, lembaga itupun harus melaksanakan nilai-nilai yang diemban sejak didirikan.
3. Meminimumkan Biaya, untuk melaksanakan kedua poin tersebut sebuah lembaga harus
mampu memanfaatkan resource yang ada ataupun yang terbatas untuk mengefisiensikan
pelaksanaannya.
2. Keanggotaan Koperasi
Anggota koperasi merupakan pemilik dan juga pengguna jasa koperasi. Dalam koperasi
ada pula anggota luar biasa. Dikatakan luar biasa bila persyaratan untuk menjadi anggota tidak
sepenuhnya dapat dipenuhi seperti yang ditentukan dalam anggaran dasar.

Syarat Keanggotaan Koperasi:


1. Setiap warga negara Indonesia (WNI) yang mampu melakukan tindakan hukum atau
badan hukum koperasi yang memenuhi persyaratan.
2. Menerima landasan dan asas koperasi.
3. Bersedia melakukan kewajiban-kewajiban dan hak-haknya sebagai anggota.
Sifat Keanggotaan Koperasi Berikut ini sifat keanggotaan koperasi:
1. Terbuka dan sukarela.
2. Dapat diperoleh dan diakhiri setelah syarat-syarat dalam anggaran dasar terpenuhi.
3. Tidak dapat dipindahtangankan.
4
Berakhirnya Keanggotaan Koperasi Keanggotaan koperasi dinyatakan berakhir apabila seperti
berikut ini:
1. Meninggal dunia.
2. Meminta berhenti karena kehendak sendiri.
3. Diberhentikan pengurus karena tidak memenuhi syarat keanggotaan.
Kewajiban Anggota Koperasi Tercantum dalam Pasal 20 UU No. 25 Tahun 1992 Berikut ini
kewajiban bagi anggota koperasi:
1. Mematuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta keputusan yang telah
disepakati rapat anggota.
2. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan koperasi.
3. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Hak Anggota Koperasi Menurut Pasal 20 UU No. 25 Tahun 1992 Selain mempunyai kewajiban,
anggota juga mempunyai hak seperti berikut ini:
1. Menghadiri dan menyatakan pendapat serta memberikan suara dalam rapat anggota.
2. Memilih dan atau dipilih menjadi anggota pengurus atau pengawas.
3. Meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan dalam anggaran dasar.
4. Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus di luar rapat anggota baik diminta
maupun tidak diminta.
5. Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antaranggota.
6. Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan dalam
anggaran dasar.
Permintaan Menjadi Anggota Koperasi
Setiap orang yang ingin menjadi anggota koperasi perlu mempelajari lebih dahulu maksud
dan tujuan koperasi tersebut, terutama mengenai syarat-syarat keanggotaan dan hak serta
kewajibannya sebagai anggota.
1. Jika persyaratan sudah diterima, selanjutnya calon mengisi formulir pendaftaran
dikoperasi tersebut.
2. Jika pengurus menyetujui perminyaan calon anggota, maka selanjutnya harus
diberitahukan kepada yang bersangkutan mulai saat tersebut dapat diterima menjadi
anggota koperasi.

5
3. Bila permohonan seseorang menjadi anggota koperasi ditolak, maka pencalonannya
sebagai anggota dapat diajukan kembali dalam RA yang akan datang, dan keputusannya
akan mengikat pengurus untuk memenuhinya.
Bukti Keanggotaan Koperasi
Buku daftar anggota merupakan salah satu yang ditetapkan oleh UU Koperasi, karena
buku daftar anggota memuat tentang nama lengkap, umur, mata pencaharian, tempat tinggal,
tanggal masuk menjadi anggota, cap ibu jari kiri atau tanda tangan anggota, sebab
diberhentikannya seorang anggota, tanda tangan ketua dan tanggal dibubuhinya tanda tangan
tersebut.

3. Aspek Permodalan Koperasi


a. Arti Modal Bagi Koperasi
Prof. R. S. Soeriaatmadja telah memberikan penekanan pada pendefinisan dari koperasi,
dimana maksud dari pemberian penekanan tersebut adalah untuk menjelaskan bahwa koperasi itu
bukanlah kumpulan dari modal (pemodal), seperti halnya pada perseroan terbatas, dimana besar
kecilnya modal yang ditanam oleh peserta atau pemilik modal tersebut menentukan besar
kecilnya hak suara seseorang anggota dalam kebijaksanaan dan dalam pengelolaan usaha
perusahaan.
Modal jangka panjang diperlukan untuk penyediaan fasilitas fisik bagi koperasi, seperti
untuk pembelian tanah, gedung, mesin-mesin dan kendaraan-kendaraan yang diperlukan oleh
koperasi.
Modal jangka pendek diperlukan oleh koperasi untuk membiayai kegiatan operasional
koperasi, seperti gaji, pembelian, bahan baku, pembayaran pajak dan asuransi, biaya penelitian.
Dalam koperasi tersebut adalah koperasi simpan pinjam modal ini diperlukan untuk pemberian
pinjaman kepada anggota-anggota, modal kerja ini disebut juga sebagai circulating capital.
Dana pendirian atau pengorganisasian (organizational funds) digunakan untuk membiayai
pengeluaran koperasi selama dalam proses pendirian atau pengorganisasian, sebelum organisasi
bisa beroperasi seperti untuk izin pendirian, izin usaha, pembuatan anggaran dasar dan rencana
kerja.

6
Menurut klasik, modal diartikan sebagai hasil produksi yang digunakan untuk
memproduksi lebih lanjut. Dalam perkembangannya, pengertian modal mengarah kepada sifat
non-physical, dalam arti modal ditekankan kepada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau
menggunakan yang terkandung dalam barang modal.
Ada beberapa prinsip yang harus dipatuhi oleh koperasi dalam kaitannya dengan
permodalan, yaitu :
1. Bahwa pengendalian dan pengelolaan koperasi harus tetap berada ditangan anggota dan
tidak perlu dikaitkan dengan jumlah modal atau dana yang bisa ditanam oleh seseorang
anggota dalam koperasi (member investors) dan berlaku ketentuan, satu anggota satu
suara.
2. Bahwa modal harus dimanfaatkan untuk usaha – usaha yang bermanfaat bagi anggota.
3. Bahwa kepada modal hanya diberikan balasan jasa yang terbatas. Ini adalah sesuai
dengan asas koperasi yaitu: “limited returns on ekuity capital”.
4. Bahwa untuk membiayai usaha – usaha nya yang efisien, koperasi pada dasarnya
membutuhkan modal yang cukup.
5. Bahwa usaha – usaha dari koperasi harus dapat membantu pembentukan modal baru .
6. Bahwa kepada saham koperasi (share), yang di Indonesia adalah ekuivalen dengan
simpanan pokok, tidak bisa diberikan suatu premis diatas nilai nominalnya, meskipun
seandainya nilai bukunya bisa saja bertambah.

b. Sumber – Sumber Modal Koperasi


a. Modal Dasar
a. Modal Sendiri
Dalam UU No. 12 Tahun 1967 Tentang pokok – pokok perkoperasian pasal 32 ayat 1
ditentukan bahwa modal koperasi itu terdiri dari dan dipupuk dari simpanan-simpanan,
pinjaman-pinjaman, penyisihan-penyisihan dari hasil usahanya termasuk cadangan serta
sumber-sumber lain. Kemudian dalam ayat 2 dikatakan bahwa simpanan anggota didalam
koperasi terdiri dari: Simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela. Masing-
masing jenis simpanan tersebut mempunyai tanggung jawab yang berbeda-beda terhadap

7
kerugian yang mungkin terjadi atau bila mana koperasi itu kemudian dibubarkan. Jadi
disini pengertian modal lebih dilihat dari segi wujud atau sebagai bukti (evidence).
Masing – masing jenis simpanan tersebut dalam UU No. 12 Tahun 1967 diberikan
definisi sebagai berikut:
1) Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib disetorkan ke dalam kas koperasi
oleh para pendiri atau anggota koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan
pokok tidak dapat ditarik kembali oleh anggota koperasi tersebut selama yang
bersangkutan masih tercatat menjadi anggota koperasi. Simpanan pokok ini ikut
menanggung kerugian.
2) Simpanan wajib adalah simpanan tertentu yang diwajibkan kepada anggota untuk
membayarnya kepada koperasi pada waktu – waktu tertentu, misalnya ditarik pada
waktu penjualan barang – barang atau ditarik pada waktu anggota menerima kredit
dari koperasi dan sebagainya. Simpanan wajib ini tidak ikut menanggung kerugian.
3) Dana Cadangan
Dana cadangan ialah sejumlah uang yang diperoleh dari sebagian hasil usaha yang
tidak dibagikan kepada anggota. Tujuannya adalah untuk memupuk modal sendiri
yang dapat digunakan sewaktu-waktu apabila koperasi membutuhkan dana secara
mendadak atau menutup kerugian dalam usaha.
4) Hibah
Hibah adalah bantuan, sumbangan atau pemberian cuma-cuma yang tidak
mengharapkan pengembalian atau pembalasan dalam bentuk apapun. Siapa pun dapat
memberikan hibah kepada koperasi dalam bentuk apapun sepanjang memiliki
pegertian seperti itu, untuk menghindarkan koperasi menjadi tergantung dengan
pemberi hibah sehingga dapat mengganggu prinsip-prisnsip dan asas koperasi.

b. Modal Pinjaman
Modal yang berasal dari pinjaman ini pada prinsipnya dapat berasal dari siapapun,
baik dalam bentuk uang ataupun barang, sepanjang pinjaman memang diambil
koperasi untuk digunakan mengembangkan usahanya dengan tetap memerhatikan
kelayakan dan kelangsungan usahanya dimasa datang. Setiap kali koperasi menerima

8
pinjaman (modal pinjaman) dari pihak manapun dan sebesar apapun hendaknya dibuat
perjanjian secara tertulis (apabila perlu dengan akta autentik).
1. Pinjaman dari Anggota
Pinjaman yang diperoleh dari anggota koperasi dapat disamakan dengan
simpanan sukarela anggota. Kalau dalam simpanan sukarela, maka besar kecil dari
nilai yang disimpan tergantung dari kerelaan anggota. sebaliknya dalam pinjaman,
koperasi meminjam senilai uang atau yang dapat dinilai dengan uang yang berasal dari
anggota.
2. Pinjaman dari Koperasi Lain
Pada dasarnya diawali dengan adanya kerja sama yang dibuat oleh sesama badan
usaha koperasi untuk saling membantu dalam bidang kebutuhan modal. Bentuk dan
lingkup kerja sama yang dibuat bisa dalam lingkup yang luas atau dalam lingkup yang
sempit; tergantung dari kebutuhan modal yang diperlukan.
3. Pinjaman dari Lembaga Keuangan
Pinjaman komersial dari lembaga keuangan untuk badan usaha koperasi mendapat
prioritas dalam persyaratan. Prioritas tersebut diberikan kepada koperasi sebetulnya
merupakan komitmen pemerintah dari negara-negara yang bersangkutan untuk
mengangkat kemampuan ekonomi rakyat khususnya usaha koperasi.
4. Obligasi dan Surat Utang
Untuk menambah modal koperasi juga dapat menjual obligasi atau surat utang
kepada masyarakat investor untuk mencari dana segar dari masyarakat umum diluar
anggota koperasi. Mengenai persyaratan untuk menjual obligasi dan surat utang
tersebut diatur dalam ketentuan otoritas pasar modal yang ada.
5. Sumber Keuangan Lain
Semua sumber keuangan, kecuali sumber keuangan yang berasal dari dana yang
tidak sah dapat dijadikan tempat untuk meminjam modal.
4. Volume Usaha
Volume Usaha adalah total nilai penjualan atau penerimaan dari barang dan jasa pada
suatu periode atau tahun buku yag bersangkutan. Dengan demikian volume usaha koperasi
adalah akumulasi nilai penerimaan barang dan jasa sejak awal tahun buku sampai akhir tahun

9
buku. Aktifitas ekonomi koperasi pada hakikatnya dapat dilihat dari besarnya volume usaha
koperasi tersebut. Kegatan atau usaha yang dilakukan oleh koperasi bisa memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya terutama bagi anggota koperasi dan masyarakat pada umumnya
5. Aset
Aset adalah kekayaan yang dimiliki dan dikelola koperasi untuk menjalankan operasional
usaha. Aset merupakan sumber daya yang dikuasai koperasi sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh koperasi. Aset
yang diperoleh dari sumbangan, yang tidak terikat penggunaannya, diakui sebagai aset tetap.
a. Komponen Aset
a. Aset lancar, yaitu aset yang memiliki masa manfaat kurang dari satu tahun.
Pengklasifikasian aset lancar antara lain:
1. Diperkirakan akan dapat direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan, dalam
jangka waktu siklus operasi normal entitas;
2. Dimiliki untuk diperdagangkan (diperjual belikan);

3. Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode
pelaporan.

Aset lancar meliputi komponen perkiraan:


1. Kas adalah nilai mata uang kertas dan logam, baik dalam rupiah maupun mata uang
asing sebagai alat pembayaran sah.
2. Bank adalah simpanan koperasi pada bank tertentu yang likuid, seperti: tabungan,
giro dan deposito serta simpanan lainnya.
3. Surat berharga adalah investasi dalam berbagai bentuk surat berharga, yang dapat
dicairkan dan diperjualbelikan dalam bentuk tunai setiap saat;

4. Piutang Usaha adalah tagihan koperasi sebagai akibat penyerahan barang/jasa kepada
pihak lain yang tidak dibayar secara tunai.

5. Piutang Pinjaman Anggota adalah tagihan koperasi sebagai akibat transaksi


pemberian pinjaman (tunai/kredit berupa barang/jasa) kepada anggota.

6. Piutang Pinjaman Non anggota adalah tagihan koperasi sebagai akibat transaksi
pemberian pinjaman (tunai/kredit berupa barang/jasa) kepada non anggota.
10
7. Penyisihan Piutang Tak Tertagih adalah penyisihan nilai tertentu, sebagai
"pengurang nilai nominal" piutang pinjaman atas terjadinya kemungkinan risiko
piutang tak tertagih, yang dibentuk untuk menutup kemungkinan kerugian akibat
pemberian piutang pinjaman.

8. Persediaan adalah nilai kekayaan koperasi yang diinvestasikan dalam bentuk


persediaan, baik persediaan dalam bentuk bahan baku, bahan setengah jadi, maupun
barang jadi untuk diperdagangkan dalam rangka memberikan pelayanan kepada
anggota dan penyelenggaraan transaksi dengan non anggota;

9. Biaya dibayar di muka adalah sejumlah dana yang telah dibayarkan kepada pihak
lain untuk memperoleh manfaat barang/jasa tertentu.

10. Pendapatan Yang Masih Harus Diterima adalah berbagai jenis pendapatan koperasi
yang sudah dapat diakui sebagai pendapatan tetapi belum dapat diterima oleh
koperasi;

11. Aset Lancar Lain-lain.

b. Aset tidak lancar, yaitu aset yang terdiri dari beberapa macam aset, masa manfaat lebih
dari satu periode akuntansi, dimiliki serta digunakan dalam kegiatan operasional dengan
kompensasi penggunaan berupa biaya depresiasi (penyusutan).
Aset tidak lancar meliputi komponen perkiraan:
1. Investasi Jangka Panjang, adalah aset atau kekayaan yang diinvestasikan pada
koperasi sekunder, koperasi lain atau perusahaan untuk jangka waktu lebih dari satu
tahun tidak dapat dicairkan, berupa simpanan atau penyertaan modal.
2. Properti Investasi, adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu
bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh pemilik/koperasi atau lessee
melalui sewa pembiayaan) dan dapat menghasilkan sewa atau kenaikan nilai atau
kedua-duanya. Properti investasi tidak digunakan untuk kegiatan produksi atau
penyediaan barang/jasa, tujuan administratif, atau dijual dalam kegiatan usaha sehari-
hari.
3. Akumulasi Penyusutan Properti Investasi, adalah "pengurang nilai perolehan" suatu
properti investasi, sebagai akibat penggunaan dan berlalunya waktu. Akumulasi
11
penyusutan dilakukan secara sistematis selama awal penggunaan sampai dengan
umur manfaatnya.
4. Aset Tetap, adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam kegiatan
produksi, atau penyediaan barang/jasa untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk
tujuan administratif dan digunakan lebih dari satu periode. Aset tetap mencakup
perkiraan: Tanah/Hak Atas Tanah, Bangunan, Mesin dan Kendaraan, Inventaris dan
Peralatan Kantor.
5. Akumulasi Penyusutan Aset Tetap, adalah "pengurang nilai perolehan" suatu aset
tetap yang dimiliki koperasi, sebagai akibat dari penggunaan dan berlalunya waktu.
Akumulasi penyusutan dilakukan secara sistematis selama awal penggunaan sampai
dengan umur manfaatnya.
6. Aset Tidak Berwujud, adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi namun tidak
mempunyai wujud fisik. Dimiliki untuk digunakan dalam kegiatan produksi atau
disewakan kepada pihak lain atau untuk tujuan administratif. Contoh aset tidak
berwujud antara lain: hak paten, hak cipta, hak pengusaha hutan, kuota impor/ekspor,
waralaba.
7. Akumulasi Amortisasi Aset Tidak Berwujud, adalah "pengurang nilai perolehan"
suatu aset tidak berwujud yang dimiliki koperasi, sebagai akibat dari penggunaan dan
berlalunya waktu.
8. Aset Tidak Lancar Lain, adalah aset yang tidak termasuk sebagaimana pada butir 1
sampai dengan 7 seperti bangunan yang belum selesai dibangun.
6. SHU (Sisa Hasil Usaha)
SHU Koperasi adalah sebagai selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan total (total
revenue) atau biasa dilambangkan (TR) dengan biaya-biaya atau biaya total (total cost) dengan
lambang (TC) dalam satu tahun waktu. Istilah sisa hasil usaha atau SHU dalam organisasi badan
usaha koperasi dapat dipandang dari dua sisi. Dari sisi pertama, SHU ditentukan dari cara
menghitungnya yaitu seperti yang disebut di dalam pasal 45 Ayat (1) Undang – undang
Perkoperasian. Sehingga SHU adalah merupakan laba atau keuntungan yang diperoleh dari
menjalankan usaha sebagaimana layaknya sebuah perusahaan bukan koperasi. Dari sisi kedua,
sebagai badan usaha yang mempunyai karakteristik dan nilai – nilai tersendiri, maka sebutan sisa

12
hasil usaha merupakan makna yang berbeda dengan keuntungan atau laba dari badan usaha
bukan koperasi.
Dalam proses penghitungannya, nilai SHU anggota dapat dilakukan apabila beberapa
informasi dasar diketahui sebagai berikut:
1. SHU total kopersi pada satu tahun buku
2. Bagian (persentase) SHU anggota
3. Total simpanan seluruh anggota
4. Total seluruh transaksi usaha ( volume usaha atau omzet) yang bersumber dari anggota
5. Jumlah simpanan per anggota
6. Omzet atau volume usaha per anggota
7. Bagian (persentase) SHU untuk simpanan anggota
8. Bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha anggota.

1. Rumus Pembagian SHU MenurutUU No. 25/1992 Pasal 5 Ayat1


a. Mengatakan bahwa “pembagian SHU kepada anggota dilakukan tidak semata-mata
berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam koperasi, tetapi juga berdasarkan
perimbangan jasa usaha anggota terhadap koperasi. Ketentuan ini merupakan perwujudan
kekeluargaan dan keadilan”.
b. Didalam AD/ART koperasi telah ditentukan pembagian SHU sebagai berikut: Cadangan
koperasi 40%, jasa anggota 40%, dana pengurus 5%, dana karyawan 5%, dana
pendidikan 5%, danasosial 5%, dana pembangunan lingkungan 5%.
c. Tidak semua komponen diatas harus diadopsi dalam membagi SHU-nya. Hal ini
tergantung dari keputusan anggota yang ditetapkan dalam rapat anggota.
2. Berikut prinsip-prinsip pembagian SHU koperasi:
a. SHU yang dibagi berasal dari anggota
b. SHU anngota dibayar secara tunai
c. SHU anggota merupakaan jasa modal dan transaksi usaha
d. SHU anggota ddilakukan transparan
3. EFISIENSI KOPERASI
Pada dasarnya koperasi sebagai perusahaan tidak berbeda dengan bentuk badan usaha

13
lainnya, artinya tidak boleh dikatakan koperasi boleh bekerja secara tidak efisien untuk mencapai
tujuan organisasi. Efisiensi koperasi adalah pelayanan usaha kepada anggotanya. Koperasi yang
dapat menekan biaya serendah mungkin tetapi anggota tidak memperoleh pelayanan yang baik
dapat dikatakan usahanya tidak efisien disamping tidak memiliki tingkat efektivitas yang lebih
tinggi. Untuk mengukur efisiensi organisasi dan usaha ada beberapa rasio yang dapat
dipergunakan yang didasarkan pada koperasi yang bersangkutan. Sarana yang dapat digunakan
adalah neraca dan catatan keragaan lain yang dimiliki koperasi. Ada 3 jenis efisiensi koperasi,
diantaranya :
1. Efesiensi pengelolaan usaha
Pertama tama perlu dievaluasi apakah dan sejauh mana suatu koperasi dikelolah secara
efesien dalam rangka mencapai tujuan sebagai suatu lembaga (ekonomi/usaha) yang mandiri.
Jadi, efesiensi orasional adalah sejauh mana tujuan yang telah disepakati organisasi koperasi,
khusunya perusahaan koperasi telah tercapai. Evaluasi itu harus berkaitan erat dengan efesiensi
ekonomis, kestabilan keuangan dan prestasi usaha suatu perusahaan koperasi. Disamping itu,
perlu dievaluasi pula struktur komunikasi dan struktur pengambilan keputusan pada koperasi
tersebut.
2. Efesiensi yang berkaitan dengan pembangunan
Evaluasi atas efesiensi yang berkaitan dengan pembangunan (atau efesiensi pembangunan)
dari organisasi swadaya koperasi berkaitan dengan penilaian atas dampak yang secara langsung
atau tidak langsung ditimbulkan oleh koperasi sebagai kontribusi koperasi terhadap pencapaian
tujuan pembangunan pemerintah. Informasi ini perlukan oleh pemerintah dan penjabat
pemerintah, yang berwenang menetapkan sumber daya dan dana yang disediakan untuk
menunjang pengembangan organisasi swadaya koperasi.Karena koperasi yang beroperasi secara
efesien dan juga efesien terhadap pembangunan secara otomatis meningkatkan pelayanan yang
efesien bagi para anggotanya, maka perlu dilakukan pula evaluasi atas efesiensi yang
berorientasi pada kepentingan para anggota.
3. Efesiensi yang berorientasi pada kepentingan para anggota
Efesiensi yang berorientasi pada kepentingan para anggota (atau efesiensi anggota) adalah
suatu tingkat, dimana, melalui berbagai kegiatan pelayanan yang bersifat menunjang dari
perusahaan koperasi itu, kepentingan dan tujuan para anggota tercapai.

14
4. KLASIFIKASI JENIS KOPERASI
1. Jenis Koperasi Berdasarkan Usahanya
Terdapat 4 (empat) jenis koperasi berdasarkan jenis usahanya, yakni koperasi produksi, koperasi
konsumsi, koperasi simpan pinjam, dan koperasi jasa.
a. Koperasi Produksi
Koperasi produksi adalah jenis koperasi yang menyelenggarakan pelayanan di bidang
pengadaan barang produksi. Barang-barang tersebut diproduksi oleh anggota koperasi itu
sendiri dan kemudian dijual.
b. Koperasi Konsumsi
Koperasi konsumsi adalah jenis koperasi yang menyediakan barang kebutuhan sehari-hari,
terutama untuk para anggota koperasi itu sendiri. Harga barang dari koperasi konsumsi
biasanya lebih murah dibandingkan harga di pasaran.
c. Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi simpan pinjam adalah jenis koperasi yang menyediakan usaha simpan pinjam
yang melayani anggotanya. Koperasi ini juga sering disebut sebagai koperasi kredit.
Koperasi ini sangat membantu bagi pelaku usaha kecil untuk mendapatkan dana
pinjaman, sehingga perannya penting untuk perekonomian rakyat.
d. Koperasi Serba Usaha
Koperasi serba usaha adalah jenis koperasi yang menyelenggarakan usaha yang bergerak
di bidang usaha. Koperasi ini juga sering disebut sebagai koperasi jasa. Koperasi ini
menjadi penggabungan antara koperasi produksi, konsumsi, dan simpan pinjam, sehingga
kegiatannya cukup fleksibel dan dinamis.
2. Jenis Koperasi Berdasarkan Tingkatannya
Terdapat 2 (dua) jenis koperasi berdasarkan tingkatannya, yakni koperasi primer dan
koperasi sekunder.
a. Koperasi Primer
Koperasi primer adalah jenis koperasi yang anggotanya terdiri dari minimal 20
orang. Koperasi primer juga harus memenuhi syarat anggaran dasar dan memiliki tujuan
yang sama antar anggotanya.

15
b. Koperasi Sekunder
Koperasi sekunder adalah jenis koperasi yang mempunyai anggota yang terdiri dari
beberapa koperasi. Koperasi sekunder terdiri dari gabungan badan-badan koperasi primer
serta memiliki cakupan daerah kerja yang lebih luas.

Beberapa jenis koperasi sekunder adalah sebagai berikut:


• Koperasi pusat, yakni koperasi yang beranggotakan minimal 5 koperasi primer.
• Gabungan koperasi, yakni koperasi yang anggotanya minimal 3 koperasi pusat.
• Induk koperasi, yakni koperasi yang minimum anggotanya adalah 3 gabungan
koperasi.

3. Jenis Koperasi Berdasarkan Keanggotaan


Terdapat 4 (empat) jenis koperasi berdasarkan keanggotaannya, yakni koperasi unit desa,
koperasi pasar, koperasi pegawai negeri, dan sekolah.
a. Koperasi Unit Desa
Koperasi unit desa (KUD) adalah jenis koperasi yang beranggotakan masyarakat
pedesaan. Koperasi jenis ini melakukan kegiatan usaha bidang ekonomi, terutama
berkaitan dengan pertanian atau perikanan yang ditekuni oleh sebagian besar masyarakat
pedesaan.
b. Koperasi Pasar
Koperasi pasar (Koppas) adalah jenis koperasi yang beranggotakan para pedagang pasar.
Tujuan koperasi pasar didirikan adalah untuk membantu proses kegiatan pedagang di
pasar. Koperasi ini biasanya memberikan bantuan modal dan menyediakan bahan yang
dibutuhkan para pedagang.
c. Koperasi Pegawai Negeri
Koperasi pegawai negeri adalah jenis koperasi yang beranggotakan para pegawai negeri di
Indonesia, baik pegawai pusat maupun daerah. Tujuan koperasi pegawai negeri didirikan

adalah untuk membantu menyejahterakan pegawai negeri yang menjadi anggotanya.


d. Koperasi Sekolah
Koperasi sekolah adalah jenis koperasi yang beranggotakan warga sekolah, bisa berupa
guru, karyawan, dan siswa. Barang yang dijual di koperasi sekolah ini antara lain adalah
makanan, alat tulis, dan buku pelajaran. Koperasi ini menyediakan peralatan sekolah
dengan harga yang lebih murah.

16

Anda mungkin juga menyukai