LATAR BELAKANG
sering kali dilakukan dengan pengecoran beton mutu tinggi di dalam air. Hal ini
dapat menyulitkan pekerjaan perbaikan bendung karena beton mutu tinggi dibuat
dengan faktor air semen yang rendah sehingga diperlukan pemadatan yang baik
terhadap beton segar agar adukan beton tersebut menjadi padat. Pada pekerjaan
menyebabkan kehilangan semen (wash out) yang dapat mengurangi mutu beton.
Oleh sebab itu, pengecoran di dalam air membutuhkan metode dan bahan yang
bantuan pipa tremi. Penuangan beton segar menggunakan pipa tremi dilakukan
dengan cara mengisikan campuran beton ke dalam pipa tremi lalu mengangkat
secara perlahan (Mulyono, 2005). Agar beton mudah mengalir dalam pipa tremi,
Agar beton segar bersifat plastis, maka diperlukan bahan tambah yang
adalah bahan tambah yang dapat meningkatkan workability beton segar tanpa
menambah air. Penggunaan bahan ini memungkinkan beton segar dapat mengalir
dengan baik dengan faktor air semen yang rendah sehingga dapat menghasilkan
Upaya untuk mendapatkan beton dengan mutu yang tinggi juga dapat
1
digunakan untuk membentuk beton mutu tinggi adalah abu terbang (fly ash). Fly
ash adalah butiran halus sisa pembakaran pada suhu tinggi yang sebagian
unsurnya adalah silika dan alumina (Pd T-04-2004-C). Karena sifatnya yang
banyak mengandung pozzolan, maka bahan ini sangat baik untuk membentuk
tinggi yang di cor di dalam air menggunakan pipa tremi. Output dari penelitian ini
adalah memperoleh nilai hasil pengujian slump dan kuat tekan serta menentukan
pengecoran di dalam air dan hasil uji kuat tekan beton memenuhi syarat beton
mutu tinggi untuk benda uji silinder 150 mm x 300 mm pada umur 28 hari.
B. PERUMUSAN MASALAH
berikut:
2. Berapa kadar superplasticizer yang optimum agar beton segar dapat mudah
4. Berapa nilai optimum campuran fly ash untuk beton mutu tinggi yang dicor di
dalam air ?
2
C. TUJUAN PENELITIAN
3 Mengetahui nilai kuat tekan beton akibat pengaruh bahan tambah fly ash,
4 Mengetahui kadar fly ash optimum untuk beton mutu tinggi yang dicor di
dalam air.
D. MANFAAT PENELITIAN
permasalahan pekerjaan beton mutu tinggi yang dicor di dalam air dengan
menggunakan campuran fly ash dan superplasticizer. Hasil penelitian ini juga
akan diteliti. Penelitian ini juga diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai referensi
E. BATASAN MASALAH
3
3. Superplasticizer yang digunakan adalah Sikament NN produk dari
trial mix dan uji slump dengan variasi 0.5%, 1%, 1.5% dan 2% berat
semen.
7. Air yang digunakan untuk simulasi pengecoran di dalam air adalah air
hari.
1. Beton
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan
semen hidrolik, agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (Mulyono,
keseluruhan.
4
2. Beton Mutu Tinggi
ternyata kriteria beton mutu tinggi juga berubah sesuai dengan perkembangan
zaman dan kemajuan tingkat mutu yang berhasil dicapai. Pada tahun 1950an,
Tahun 1960-1970an, kriteriannya naik menjadi 40 MPa. Saat ini beton beton
dikatakan mutu tinggi jika kuat tekannya diatas 50 MPa (Mulyono, 2005).
dengan kuat tekan yang disyaratkan (f’c) 41,4 Mpa berdasarkan benda uji standar
Abu terbang (fly ash) umumnya diperoleh dari sisa pembakaran Pusat
Listrik Tenaga Uap (PLTU) atau sisa pembakaran dari boiler yang
partikel halus dan berkisar 75% - 90% limbah batubara akan keluar melalui
cerobong asap, hanya sebagian kecil tersisa ditungku api. Butiran fly ash sangat
halus, berukuran lebih kecil dari 0,1 mm. Material ini mempunyai kadar bahan
semen yang tinggi dan mempunyai sifat pozzolanik. Kandungan fly ash sebagian
besar terdiri dari silikat dioksida (SiO 2), alumunium (Al2O3), besi (Fe2O3) dan
kalsium (CaO), serta magnesium, potassium, sodium, titanium, dan sulfur dalam
jumlah yang lebih sedikit. Secara umum, fly ash dibagi menjadi 2 yaitu kelas C
5
4. Superplasticizer
tambah yang mengurangi faktor air semen untuk menghasilkan beton dengan
dengan faktor air semen yang rendah tetapi dengan nilai slump yang tinggi.
Rendahnya nilai faktor air semen secara tidak langsung akan meningkatkan kuat
tekan beton, sedangkan tingginya nilai slump yang didapatkan akan memudahkan
dengan pengecoran di dalam air. Perbedaan paling mendasar adalah pada metode
kerja. Pada pekerjaan pengecoran beton di dalam air, metode pengecoran yang
digunakan harus mampu melindungi beton segar tersebut dari arus yang dapat
1994).
Hingga saat ini, terdapat beberapa metode penuangan beton di dalam air,
diantaranya adalah:
konstruksi yang padat dan massif, karung tersebut dipantek antara yang satu
dengan yang lainnya (Gambar 1). Penuangan dengan metode ini dapat
menjamin mutu beton yang dituang sesuai dengan mutu beton rencana karena
6
beton segar terlindungi dengan baik di dalam karung. Tetapi pada lingkungan
karung biasanya tidak terlindungi dari air laut sehingga mudah terkorosi dan
b. Bak khusus
dalam sebuah bak. Campuran tersebut akan keluar melalui pintu yang
otomatis terbuka sendiri. Setelah pintu terbuka, bak diangkat secara perlahan
7
Gambar 2. Metode pengecoran dengan bak khusus (McLeish, 1994)
c. Tremi
Penuangan dengan pipa tremi banyak digunakan karena efisien dan efektif.
keluar. Ujung pipa bagian bawah harus selalu terbenam dalam beton yang
dituangkan (Gambar 3)
8
d. Katup hidro
Katup hidro terdiri dari pipa nilon yang fleksibel untuk menuangkan beton.
dahulu agregat kasar yang lebih dari 28 mm, kemudian melakukan grouting.
Grout terbuat dengan mencampurkan pasta semen, pasir dan air atau dapat
dapat dibuat dengan skala model. Model yang paling sering digunakan pada
9
G. METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
2. Bahan
d. Air bersih
f. Superplasticizer sikament NN
3. Peralatan
a. Timbangan
b. Ayakan
c. Concrete mixer
d. Mortar mixer
e. Botol Le Chatelier
i. Kerucut abrams
10
j. Compression testing machine
k. Oven
l. Piknometer
o. Tremi
p. Drum air
4. Kebutuhan pengujian
yaitu flowability dan fillingability. Pengujian flowability dilakukan dengan alat uji
kerucut abrams yang dibalik. Parameter nilai flowability adalah waktu alir beton
segar saat kerucut diangkat sampai dengan diameter 50 cm. Sedangkan parameter
nilai fillingability adalah diameter alir beton segar saat beton berhenti mengalir.
Pada pengujian ini dilakukan tiga kali pengujian untuk setiap kadar
dilaksanakan trial mix yang pertama pada campuran dasar (kadar superplasticizer
0%) hingga didapatkan nilai slump minimum 25 mm. Untuk hasil yang lebih
variatif, pembuatan adukan beton segar hanya digunakan untuk satu kali
11
pengujian. Hasil dari pengujian ini adalah kadar optimum superplasticizer yang
akan digunakan untuk pembuatan benda uji sampel beton. Secara detail,
Pengujian yang kedua adalah pengujian kuat tekan. Pengujian kuat tekan
dilaksanakan pada empat variabel substitusi fly ash pada benda uji yang berumur
3 hari, 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Masing masing pengujian dilakukan terhadap
tiga sampel seperti disajikan pada Tabel 2. Pengujian kuat tekan menggunakan
Agar lebih mudah dipahami, metode penelitian ini dapat dilihat pada
12
Persiapan
Uji Pendahuluan
(semen, pasir, kerikil, fly ash)
Trial Mix Pertama Campuran Dasar Input Data Perbandingan Agregat Yang baru
(koreksi kadar air) (campuran dasar)
Ya
Workability
Tidak Kurangi Perbandingan Agregat Kasar : Halus
(flow 3-6 detik)
(D > 50 cm) (metode volume absolut)
Ya
Pengujian
(kuat tekan 3, 7, 14, 28 Hari)
Analisis Data
(nilai optimum FA, prediksi kuat tekan 90 hari)
Kesimpulan
H. HASIL
1. Uji slump
sebesar 77,7 % dari variabel 0,5 %. Data hasil pengujian disajikan pada Tabel 3.
13
Tabel 3. Nilai optimum superplasticizer
Variabe Diameter (cm) Sifat beton segar
l
0,5% 36 Padat
1% 64 Padat
1,5% 66 Terjadi segregasi
2,5% 67 Terjadi segregasi dan bleeding
adalah pengujian kuat tekan beton. Pengujian kuat tekan beton ini dilakukan untuk
mengetahui karakteristik kuat tekan beton yang telah dibuat. Pengujian kuat tekan
beton ini dilakukan pada umur benda uji 3, 7, 14 dan 28 hari. Nilai kuat tekan rata
rata setiap benda uji diperlihatkan pada Tabel 4, grafik kuat tekan rata rata benda
uji diperlihatkan pada Gambar 6 dan grafik hubungan prosentase fly ash dengan
14
55
50
Kuat Tekan (MPa)
45
40 BN
B10
35 B20
B30
30
25
0 7 14 21 28 35
Umur (Hari)
60
50
3 Hari
40 7 Hari
14
30 Hari
28
Hari
20
10
0
-10% 0% 10% 20% 30%
Gambar 7. Grafik hubungan prosentase fly ash dengan kuat tekan rata rata
Dari hasil penelitian ini didapatkan penggunaan fly ash optimum yaitu
sebesar 20% dengan kuat tekan rata rata tertinggi pada umur beton 28 hari pada
sampel B20 sebesar 49, 98 MPa. Diambil nilai optimum fly ash sebesar 20 %
15
karena mengalami kenaikan kuat tekan yang paling segnifikan.. Hasil tersebut
belum dapat memenuhi target kuat tekan sebesar 55 MPa. Akan tetapi beton
tersebut sudah dapat dikatakan beton mutu tinggi karena kuat tekan dari beton
sebesar 41,4 MPa. Dari Gambar 7 dapat disimpulkan juga bahwa penggunaan fly
ash optimum sebanyak 20% pada beton yang dicor di dalam air dapat
disimpulkan bahwa pada beton yang dicor di dalam air memiliki setting time yang
lebih panjang dari beton yang dicor dalam kondisi kering. Hal ini disebabkan
karena pada waktu setting awal, beton tersebut banyak menerima kelebihan air
time beton. Secara umum penggunaan bahan yang bersifat pozzolanik lainnya,
penggunaan fly ash juga akan memperlambat setting time beton karena sebelum
beton tersebut mencapai usia 7 hari, fly ash yang ada pada beton tersebut masih
bersifat residual atau mengganggu setting time pada beton. Hal ini dikarenakan
kandungan SiO2 pada fly ash tidak dapat langsung bereaksi dengan air untuk dapat
membentuk senyawa C-S-H pada beton. Untuk membentuk senyawa C-S-H yang
(CaOH) dari hasil hidrasi semen dan air pada waktu setting time awal.
Karena beton dengan bahan tambah fly ash mempunyai setting time yang
lebih lambat dari beton normal, maka beton dengan tambahan fly ash baru akan
16
mencapai kuat tekan sekitar 75% pada 28 hari dan akan mendekati 100% pada
usia beton 90 hari (Young and Darwin, 2002). Oleh sebab itu untuk memprediksi
kuat tekan beton pada umur 90 hari, penelitian ini menggunakan software MS
54
49
f(x)
f(x) == 8.01 ln(x)+ +14.94
9.4 ln(x) 20.26
R²
R² == 0.83
0.88 BN
44
Logarithmic (BN)
B10
39 f(x) = 4.35 ln(x) + 24.88
R² = 0.76 Logarithmic (B10)
B20
34 f(x) = 3.6 ln(x) + 22.25 Logarithmic (B20)
R² = 0.72 B30
29 Logarithmic (B30)
24
0 7 14 21 28 35
Untuk mengetahui prediksi kuat tekan beton pada umur 90 hari maka
kuat tekan beton. Selain itu juga, nilai faktor korelasi (R) pada trendline tipe
2011). Dengan memasukan nilai x=90 untuk setiap fungsi (y), maka didapatkan
nilai prediksi kuat tekan umur 90 hari untuk masing masing sampel yang disajikan
pada Tabel 5. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pada umur 90 hari
prediksi kuat tekan paling tinggi diperoleh dari sampel B30 sebesar 57,22 MPa.
17
Hasil tersebut dapat memenuhi kuat tekan rencana sebesar 55 MPa. Untuk sampel
I. KESIMPULAN
bahwa ;
workability dengan baik pada beton segar yang dicor di dalam air
beton dengan workability yang baik adalah sebesar 1% dari berat binder.
3. Penggunaan fly ash pada beton yang dicor di dalam air dapat meningkatkan
workability beton, menambah kuat tekan, dan mengurangi wash out pada saat
pengecoran.
terhadap berat berat semen menghasilkan kuat tekan rata rata maksimum pada
18
J. SARAN
substitusi semen oleh fly ash untuk pengecoran di dalam air, penulis mempunyai
saran agar penelitian selanjutnya dapat lebih baik lagi. Beberapa saran dari penulis
diantaranya ;
1. Perlu dilakukan penelitian dengan metode kerja yang lebih baik dari
menggunakan pipa tremi masih menyebabkan wash out beton segar yang
cukup banyak sehingga penambahan f.a.s pada beton segar masih cukup besar.
yang dicor di dalam air dengan beton yang dicor dalam keadaan kering.
5. Pada saat pengangkatan pipa tremi, sebaiknya dilakukan oleh satu orang untuk
K. DAFTAR PUSTAKA
19
Anonim, 2003, Tata Cara Pembuatan Dan Pelaksanaan Beton Berkekuatan
Tinggi (Pd 04-2004-C). Departemen Permukiman Dan Prasarana
Wilayah. Bandung.
Dipohusodo, I,1999, Struktur Beton Bertulang. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Hernando, F, 2009, Perencanaan Campuran Beton Mutu Tinggi Dengan
Penambahan Superplasticizer Dan Pengaruh Penggantian
Sebagian Semen Dengan Fly Ash. Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Sipil Dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.
Laintarawan, dkk, 2009, Buku Ajar Konstruksi Beton I. Program Studi Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Hindu Indonesia. Denpasar.
Mardiono, 2011. Pengaruh Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) Dalam Beton
Mutu Tinggi. Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan
Perencanaan Universitas Gunadarma. Jakarta
McLeish, A. 1994. Underwater Concreting And Repair. Halsted Press. Toronto
Mulyono,T. 2005. Teknologi Beton. Andi Offset. Yogyakarta.
Pamudji, G, 2008, Pedoman Praktikum Teknologi Beton, Laboratorium Teknik
sipil Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Pujianto, dkk, Beton Mutu Tinggi Dengan Admixture Superplasticizer Dan Aditif
Silikafume. Jurnal Penelitian, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Muhamadyah. Yogyakarta.
Santosa, B, Kuat Tekan Beton Pada Pengecoran Di Dalam Air dengan Bahan
Tambah Sikacrete W Dan Plastiment VZ. Jurnal Penelitian Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Janabadra. Yogyakarta.
Saputro, A.B. 2008. Kuat Tekan Dan Kuat Tarik Beton Mutu Tinggi Dengan Fly
Ash Sebagai Pengganti Sebagian Semen Dengan F’c 45 MPa.
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Tjokrodimuljo, K. 1995. Teknologi Beton, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Widodo, S. 2011. Pemanfaatan High-Flowable Concrete Untuk Pelaksanaan
Konstruksi Beton Di Bawah Air. Jurnal Penelitian Jurusan
Pendidikan Teknik Sipil Dan Perencanaan Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
20
Widodo, S. 2011. Studi Eksperimental Kuat Lekat Tulangan Pada Pengecoran
Beton Di Bawah Air Dengan Bahan Tambah Polycarboxilate.
Jurnal Penelitian Jurusan Pendidikan Teknik Sipil Dan
Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta.
Young and Darwin. 2002. Concrete. Pearson Education, Inc. Sidney.
21