Anda di halaman 1dari 21

A.

LATAR BELAKANG

Pada pekerjaan perbaikan bendung dan pekerjaan konstruksi lainnya

sering kali dilakukan dengan pengecoran beton mutu tinggi di dalam air. Hal ini

dapat menyulitkan pekerjaan perbaikan bendung karena beton mutu tinggi dibuat

dengan faktor air semen yang rendah sehingga diperlukan pemadatan yang baik

terhadap beton segar agar adukan beton tersebut menjadi padat. Pada pekerjaan

pengecoran di dalam air, tidak memungkinkan dilakukan pemadatan karena dapat

menyebabkan kehilangan semen (wash out) yang dapat mengurangi mutu beton.

Oleh sebab itu, pengecoran di dalam air membutuhkan metode dan bahan yang

disesuaikan dengan kondisi pembetonan di dalam air.

Untuk mengurangi wash out, biasanya pengecoran di dalam air dilakukan

bantuan pipa tremi. Penuangan beton segar menggunakan pipa tremi dilakukan

dengan cara mengisikan campuran beton ke dalam pipa tremi lalu mengangkat

secara perlahan (Mulyono, 2005). Agar beton mudah mengalir dalam pipa tremi,

maka beton segar harus bersifat plastis.

Agar beton segar bersifat plastis, maka diperlukan bahan tambah yang

dapat meningkatkan workability beton yaitu superplasticizer. Superplasticizer

adalah bahan tambah yang dapat meningkatkan workability beton segar tanpa

menambah air. Penggunaan bahan ini memungkinkan beton segar dapat mengalir

dengan baik dengan faktor air semen yang rendah sehingga dapat menghasilkan

beton dengan mutu yang tinggi (Mulyono, 2005).

Upaya untuk mendapatkan beton dengan mutu yang tinggi juga dapat

dilakukan dengan penggunaan bahan tambah. Bahan tambah yang banyak

1
digunakan untuk membentuk beton mutu tinggi adalah abu terbang (fly ash). Fly

ash adalah butiran halus sisa pembakaran pada suhu tinggi yang sebagian

unsurnya adalah silika dan alumina (Pd T-04-2004-C). Karena sifatnya yang

banyak mengandung pozzolan, maka bahan ini sangat baik untuk membentuk

beton mutu tinggi (Mulyono, 2005).

Berdasarkan permasalahan yang telah di uraikan sebelumnya, penelitian

ini mencoba untuk mengetahui permasalahan kesulitan pengecoran beton mutu

tinggi yang di cor di dalam air menggunakan pipa tremi. Output dari penelitian ini

adalah memperoleh nilai hasil pengujian slump dan kuat tekan serta menentukan

kadar optimum penggunaan fly ash dan superplasticizer. Dengan penambahan

bahan tersebut, diharapkan dapat memberikan solusi terhadap permasalahan

pengecoran di dalam air dan hasil uji kuat tekan beton memenuhi syarat beton

mutu tinggi untuk benda uji silinder 150 mm x 300 mm pada umur 28 hari.

B. PERUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang tersebut, didapatkan perumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana workability beton segar setelah ditambahkan superplasticizer

untuk pengecoran di dalam air ?

2. Berapa kadar superplasticizer yang optimum agar beton segar dapat mudah

dikerjakan di dalam air?

3. Bagaimana pengaruh penambahan fly ash terhadap kuat tekan beton ?

4. Berapa nilai optimum campuran fly ash untuk beton mutu tinggi yang dicor di

dalam air ?

2
C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini yaitu:

1 Mengetahui pengaruh penambahan superplasticizer terhadap workability

beton segar yang dicor di dalam air,

2 Mengetahui kadar superplasticizer yang optimum untuk beton segar yang

dicor di dalam air,

3 Mengetahui nilai kuat tekan beton akibat pengaruh bahan tambah fly ash,

4 Mengetahui kadar fly ash optimum untuk beton mutu tinggi yang dicor di

dalam air.

D. MANFAAT PENELITIAN

Diharapkan dengan melakukan penelitian ini dapat mengetahui

permasalahan pekerjaan beton mutu tinggi yang dicor di dalam air dengan

menggunakan campuran fly ash dan superplasticizer. Hasil penelitian ini juga

dapat dijadikan tambahan pengetahuan pada pekerjaan pengecoran di dalam air

atau yang mempunyai karakteristik pekerjaan serupa dengan permasalahan yang

akan diteliti. Penelitian ini juga diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai referensi

pada penelitian selanjutnya.

E. BATASAN MASALAH

Untuk membatasi obyek penelitian dan memberikan langkah yang

sistematis, maka penelitian ini dibatasi oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Metode perhitungan campuran menggunakan SNI 03-6468-2000 (Pd T-

04-2004-C) dengan target kuat tekan 55 MPa pada 28 hari.

2. Fly ash yang digunakan berasal dari PLTU Paiton.

3
3. Superplasticizer yang digunakan adalah Sikament NN produk dari

PT. Sika Nusa Pratama.

4. Prosentase penambahan fly ash sebagai bahan substitusi sebesar 0%,

10%, 20% dan 30% dari berat semen.

5. Penggunaan superplasticizer menggunakan nilai optimum berdasarkan

trial mix dan uji slump dengan variasi 0.5%, 1%, 1.5% dan 2% berat

semen.

6. Penelitian menggunakan benda uji berupa silinder dengan ukuran

diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.

7. Air yang digunakan untuk simulasi pengecoran di dalam air adalah air

tawar yang berasal dari Laboratorium Teknik Sipil Unsoed.

8. Pengecoran dilaksanakan dalam drum yang berisi air tawar dengan

kondisi tanpa arus dengan alat bantu pipa tremi.

9. Pengujian tekan beton dilaksanakan pada umur beton 3, 7, 14 dan 28

hari.

F. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

1. Beton

Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan

semen hidrolik, agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (Mulyono,

2005). Nawy (1985) mendefinisikan beton sebagai kumpulan interaksi mekanis

dan kimiawi dari material pembentuknya. Dengan demikian masing masing

komponen tersebut perlu dipelajari sebelum mempelajari beton secara

keseluruhan.

4
2. Beton Mutu Tinggi

Sesuai dengan perkembangan teknologi beton yang demikian pesat,

ternyata kriteria beton mutu tinggi juga berubah sesuai dengan perkembangan

zaman dan kemajuan tingkat mutu yang berhasil dicapai. Pada tahun 1950an,

beton dikategorikan mempunyai mutu tinggi jika kekuatan tekannya 30 MPa.

Tahun 1960-1970an, kriteriannya naik menjadi 40 MPa. Saat ini beton beton

dikatakan mutu tinggi jika kuat tekannya diatas 50 MPa (Mulyono, 2005).

Menurut SNI 03-6468-2000, beton mutu tinggi didefinisikan sebagai beton

dengan kuat tekan yang disyaratkan (f’c) 41,4 Mpa berdasarkan benda uji standar

berbentuk silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

3. Abu Terbang (Fly Ash)

Abu terbang (fly ash) umumnya diperoleh dari sisa pembakaran Pusat

Listrik Tenaga Uap (PLTU) atau sisa pembakaran dari boiler yang

mempergunakan batubara sebagai sumber energi. Sisa pembakaran berupa

partikel halus dan berkisar 75% - 90% limbah batubara akan keluar melalui

cerobong asap, hanya sebagian kecil tersisa ditungku api. Butiran fly ash sangat

halus, berukuran lebih kecil dari 0,1 mm. Material ini mempunyai kadar bahan

semen yang tinggi dan mempunyai sifat pozzolanik. Kandungan fly ash sebagian

besar terdiri dari silikat dioksida (SiO 2), alumunium (Al2O3), besi (Fe2O3) dan

kalsium (CaO), serta magnesium, potassium, sodium, titanium, dan sulfur dalam

jumlah yang lebih sedikit. Secara umum, fly ash dibagi menjadi 2 yaitu kelas C

dan kelas F (ASTM C618).

5
4. Superplasticizer

Superplasticizer atau High Range Water Reducer (HRWR) adalah bahan

tambah yang mengurangi faktor air semen untuk menghasilkan beton dengan

konsistensi tertentu. Superplasticizer dapat digunakan untuk menghasilkan beton

dengan faktor air semen yang rendah tetapi dengan nilai slump yang tinggi.

Rendahnya nilai faktor air semen secara tidak langsung akan meningkatkan kuat

tekan beton, sedangkan tingginya nilai slump yang didapatkan akan memudahkan

dalam pengadukan dan pengerjaan beton (Mulyono, 2005).

5. Pengecoran Di Dalam air

Secara umum, ada sedikit perbedaan antara pengecoran kondisi kering

dengan pengecoran di dalam air. Perbedaan paling mendasar adalah pada metode

kerja. Pada pekerjaan pengecoran beton di dalam air, metode pengecoran yang

digunakan harus mampu melindungi beton segar tersebut dari arus yang dapat

menyebabkan kehilangan semen dan menambah faktor air semen (McLeish,

1994).

Hingga saat ini, terdapat beberapa metode penuangan beton di dalam air,

diantaranya adalah:

a. Karung (protective sandbag walling)

Penuangan dengan karung dilakukan dengan mengisi karung dengan beton

segar, kemudian karung tersebut dimasukan ke dalam air. Untuk mendapatkan

konstruksi yang padat dan massif, karung tersebut dipantek antara yang satu

dengan yang lainnya (Gambar 1). Penuangan dengan metode ini dapat

menjamin mutu beton yang dituang sesuai dengan mutu beton rencana karena

6
beton segar terlindungi dengan baik di dalam karung. Tetapi pada lingkungan

agresif seperti di dalam laut, metode pengecoran menggunakan karung yang

dipantek ini kurang direkomendasikan karena pantek baja untuk mengunci

karung biasanya tidak terlindungi dari air laut sehingga mudah terkorosi dan

menyebabkan struktur tersebut tidak awet. Selain itu, penuangan dengan

metode ini membutuhkan bantuan penyelam untuk memindahkan dan

memantek karung sehingga biayanya relatif mahal.

Gambar 1. Metode pengecoran menggunakan karung (McLeish, 1994)

b. Bak khusus

Pada penuangan dengan menggunakan bak khusus, campuran beton diisikan

dalam sebuah bak. Campuran tersebut akan keluar melalui pintu yang

otomatis terbuka sendiri. Setelah pintu terbuka, bak diangkat secara perlahan

sehingga beton mengalir dengan sendirinya (Gambar 2)

7
Gambar 2. Metode pengecoran dengan bak khusus (McLeish, 1994)

c. Tremi

Penuangan dengan pipa tremi banyak digunakan karena efisien dan efektif.

Penuangan dilakukan dengan cara mengisikan campuran beton ke dalam pipa

termi, kemudian mengankat beton secara perlahan sampai beton mengalir

keluar. Ujung pipa bagian bawah harus selalu terbenam dalam beton yang

dituangkan (Gambar 3)

Gambar 3. Metode pengecoran dengan tremi (Yao, 2012)

8
d. Katup hidro

Katup hidro terdiri dari pipa nilon yang fleksibel untuk menuangkan beton.

Ujung bawahnya dilengkapi pelindung kaku berbentuk silinder (Gambar 4).

pada prinsipnya, cara pengerjaan katup hidro sama dengan tremi.

Gambar 4. Metode pengecoran dengan katup hidro (McLeish, 1994)

e. Beton prasusun (metode grouting)

Penuangan dengan beton prasusun dilakukan dengan menyusunkan terlebih

dahulu agregat kasar yang lebih dari 28 mm, kemudian melakukan grouting.

Grout terbuat dengan mencampurkan pasta semen, pasir dan air atau dapat

juga ditambah dengan plasticizer.

Di laboratorium, penelitian dengan alat bantu pengecoran di dalam air

dapat dibuat dengan skala model. Model yang paling sering digunakan pada

penelitian di laboratorium adalah model pengecoran menggunakan tremi. Model

pengecoran dengan menggunakan tremi banyak digunakan karena efisien, dan

mudah dalam penggunaannya.

9
G. METODE PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Mix design dan pengujian beton dilakukan di Laboratorium Beton Teknik

Sipil Universitas Jenderal Soedirman.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada proses pencampuran adalah

a. PPC Semen Gresik

b. Agregat halus berupa pasir Sungai Klawing

c. Agregat kasar berupa batu pecah

d. Air bersih

e. Abu terbang (fly ash) dari PLTU Paiton

f. Superplasticizer sikament NN

3. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Timbangan

b. Ayakan

c. Concrete mixer

d. Mortar mixer

e. Botol Le Chatelier

f. Alat vikat ujung C

g. Alat vikat ujung D

h. Cetakan benda uji

i. Kerucut abrams

10
j. Compression testing machine

k. Oven

l. Piknometer

m. Mesin los angeles

n. Nampan dan cetok

o. Tremi

p. Drum air

4. Kebutuhan pengujian

Penelitian ini menggunakan fly ash dan superplasticizer sebagai variabel

bebas. Dalam penelitian ini digunakan 2 tahapan penelitian. Pengujian yang

pertama adalah uji workability untuk mengetahui nilai optimum penggunaan

superplasticizer. Pada pengujian workability beton segar yang menggunakan

bahan tambah superplasticizer, parameter workability terbagi menjadi dua bagian

yaitu flowability dan fillingability. Pengujian flowability dilakukan dengan alat uji

kerucut abrams yang dibalik. Parameter nilai flowability adalah waktu alir beton

segar saat kerucut diangkat sampai dengan diameter 50 cm. Sedangkan parameter

nilai fillingability adalah diameter alir beton segar saat beton berhenti mengalir.

Pada pengujian ini dilakukan tiga kali pengujian untuk setiap kadar

superplasticizer, dengan kadar superplasticizer sebesar 0,5%, 1%, 1,5% dan 2%

dari berat semen. Sebelum melakukan pengujian workability, terlebih dahulu

dilaksanakan trial mix yang pertama pada campuran dasar (kadar superplasticizer

0%) hingga didapatkan nilai slump minimum 25 mm. Untuk hasil yang lebih

variatif, pembuatan adukan beton segar hanya digunakan untuk satu kali

11
pengujian. Hasil dari pengujian ini adalah kadar optimum superplasticizer yang

akan digunakan untuk pembuatan benda uji sampel beton. Secara detail,

kebutuhan pengujian workability disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan pengujian workability


Variasi Superplasticizer 0.5 % 1% 1.5% 2% Total
Kebutuhan pengujian 3 kali 3 kali 3 kali 3 kali 12 kali

Pengujian yang kedua adalah pengujian kuat tekan. Pengujian kuat tekan

dilaksanakan pada empat variabel substitusi fly ash pada benda uji yang berumur

3 hari, 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Masing masing pengujian dilakukan terhadap

tiga sampel seperti disajikan pada Tabel 2. Pengujian kuat tekan menggunakan

sampel silinder beton yang mempunyai diameter 15 cm dengan tinggi 30 cm.

Tabel 2. Kebutuhan pengujian kuat tekan


Kebutuhan benda uji
Variasi fly ash (%) (sampel) Total
3 hari 7 hari 14 hari 28 hari
0 3 3 3 3 12
10 3 3 3 3 12
20 3 3 3 3 12
30 3 3 3 3 12
  48

5.1. Diagram alur penelitian

Agar lebih mudah dipahami, metode penelitian ini dapat dilihat pada

diagram alur penelitian pada gambar 5.

12
Persiapan

Uji Pendahuluan
(semen, pasir, kerikil, fly ash)

Perhitungan Campuran Dasar

Trial Mix Pertama Campuran Dasar Input Data Perbandingan Agregat Yang baru
(koreksi kadar air) (campuran dasar)

Tambah / Kurangi Air Tidak Nilai Slump


(koreksi semen agar f.a.s tetap) (25-50 mm)

Ya

Trial Mix Kedua


(Superplasticizer 0% ; 0,5% ; 1% ; 1,5 % ; 2%)

Workability
Tidak Kurangi Perbandingan Agregat Kasar : Halus
(flow 3-6 detik)
(D > 50 cm) (metode volume absolut)

Ya

Dapat Nilai Optimum


(Superplasticizer)

Input Nilai Optimum Superplaticizer


Dan Campuran Dasar Optumum

Pembuatan Pembuatan Benda Uji


(BN, B10, B20, B30)

Perawatan Benda Uji

Pengujian
(kuat tekan 3, 7, 14, 28 Hari)

Analisis Data
(nilai optimum FA, prediksi kuat tekan 90 hari)

Kesimpulan

Gambar 5. Diagram alur penelitian

H. HASIL

1. Uji slump

Dari hasil pengujian didapatkan penggunaan optimum superplaticizer

sebesar 1 % dari berat semen. Diambil variabel penggunaan optimum

superplasticizer 1 % karena mengalami kenaikan diameter alir beton paling tinggi

sebesar 77,7 % dari variabel 0,5 %. Data hasil pengujian disajikan pada Tabel 3.

13
Tabel 3. Nilai optimum superplasticizer
Variabe Diameter (cm) Sifat beton segar
l
0,5% 36 Padat
1% 64 Padat
1,5% 66 Terjadi segregasi
2,5% 67 Terjadi segregasi dan bleeding

2. Pengujian kuat tekan

Setelah dilakukan pembuatan dan perawatan benda uji, tahap selanjutnya

adalah pengujian kuat tekan beton. Pengujian kuat tekan beton ini dilakukan untuk

mengetahui karakteristik kuat tekan beton yang telah dibuat. Pengujian kuat tekan

beton ini dilakukan pada umur benda uji 3, 7, 14 dan 28 hari. Nilai kuat tekan rata

rata setiap benda uji diperlihatkan pada Tabel 4, grafik kuat tekan rata rata benda

uji diperlihatkan pada Gambar 6 dan grafik hubungan prosentase fly ash dengan

kuat tekan rata rata diperlihatkan pada Gambar 7.

Tabel 4. Hasil uji kuat tekan beton rata rata


Kadar Kuat Tekan Rerata (MPa)
Benda Fly Keterangan
Umur (Hari)
Uji Ash Kriteria Beton Target Kuat
(%) 3 7 14 28 Mutu Tinggi Tekan 55 MPa
BN 0 28.6 28.8 31,60 34,52 Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi
B10 5 30.93 31.47 36,01 40,30 Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi
B20 10 31,80 32,63 38,10 49,98 Memenuhi Tidak Memenuhi
B30 15 26,28 31,70 37,9 48,10 Memenuhi Tidak Memenuhi

14
55

50
Kuat Tekan (MPa)

45

40 BN
B10
35 B20
B30
30

25
0 7 14 21 28 35

Umur (Hari)

Gambar 6. Grafik kuat tekan beton rata rata

60

50
3 Hari
40 7 Hari
14
30 Hari
28
Hari
20

10

0
-10% 0% 10% 20% 30%

Gambar 7. Grafik hubungan prosentase fly ash dengan kuat tekan rata rata

Dari hasil penelitian ini didapatkan penggunaan fly ash optimum yaitu

sebesar 20% dengan kuat tekan rata rata tertinggi pada umur beton 28 hari pada

sampel B20 sebesar 49, 98 MPa. Diambil nilai optimum fly ash sebesar 20 %

15
karena mengalami kenaikan kuat tekan yang paling segnifikan.. Hasil tersebut

belum dapat memenuhi target kuat tekan sebesar 55 MPa. Akan tetapi beton

tersebut sudah dapat dikatakan beton mutu tinggi karena kuat tekan dari beton

tersebut sudah melebihi persyaratan yang ditetapkan dalam SNI 03-6468-2000

sebesar 41,4 MPa. Dari Gambar 7 dapat disimpulkan juga bahwa penggunaan fly

ash optimum sebanyak 20% pada beton yang dicor di dalam air dapat

meningkatkan kuat tekan beton sebersar 45,71% dari BN pada 28 hari.

Berdasarkan Gambar 6 dapat dilihat bahwa kenaikan kuat tekon beton

secara segnifikan didapatkan setelah umur beton tersebut 7 hari. Dapat

disimpulkan bahwa pada beton yang dicor di dalam air memiliki setting time yang

lebih panjang dari beton yang dicor dalam kondisi kering. Hal ini disebabkan

karena pada waktu setting awal, beton tersebut banyak menerima kelebihan air

yang dapat menyebabkan penurunan kualitas beton dan memperlambat setting

time beton. Secara umum penggunaan bahan yang bersifat pozzolanik lainnya,

penggunaan fly ash juga akan memperlambat setting time beton karena sebelum

beton tersebut mencapai usia 7 hari, fly ash yang ada pada beton tersebut masih

bersifat residual atau mengganggu setting time pada beton. Hal ini dikarenakan

kandungan SiO2 pada fly ash tidak dapat langsung bereaksi dengan air untuk dapat

membentuk senyawa C-S-H pada beton. Untuk membentuk senyawa C-S-H yang

diperlukan bagi pengerasan beton, senyawa SiO2 membutuhkan kapur bebas

(CaOH) dari hasil hidrasi semen dan air pada waktu setting time awal.

Karena beton dengan bahan tambah fly ash mempunyai setting time yang

lebih lambat dari beton normal, maka beton dengan tambahan fly ash baru akan

16
mencapai kuat tekan sekitar 75% pada 28 hari dan akan mendekati 100% pada

usia beton 90 hari (Young and Darwin, 2002). Oleh sebab itu untuk memprediksi

kuat tekan beton pada umur 90 hari, penelitian ini menggunakan software MS

exel 2007 dengan metode perpanjangan grafik trendline (Gambar 8 )

54

49
f(x)
f(x) == 8.01 ln(x)+ +14.94
9.4 ln(x) 20.26

R² == 0.83
0.88 BN
44
Logarithmic (BN)
B10
39 f(x) = 4.35 ln(x) + 24.88
R² = 0.76 Logarithmic (B10)
B20
34 f(x) = 3.6 ln(x) + 22.25 Logarithmic (B20)
R² = 0.72 B30
29 Logarithmic (B30)

24
0 7 14 21 28 35

Gambar 8. Grafik prediksi kuat tekan beton pada umur 90 hari.

Untuk mengetahui prediksi kuat tekan beton pada umur 90 hari maka

digunakan grafik trendline logaritmik, karena sesuai dengan laju perkembangan

kuat tekan beton. Selain itu juga, nilai faktor korelasi (R) pada trendline tipe

logaritmik memenuhi persyaratan yang ditetapkan Japan Society of Civil

Engineer dimana disyaratkan nilai korelasi minimum sebesar 80% (Widodo,

2011). Dengan memasukan nilai x=90 untuk setiap fungsi (y), maka didapatkan

nilai prediksi kuat tekan umur 90 hari untuk masing masing sampel yang disajikan

pada Tabel 5. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pada umur 90 hari

prediksi kuat tekan paling tinggi diperoleh dari sampel B30 sebesar 57,22 MPa.

17
Hasil tersebut dapat memenuhi kuat tekan rencana sebesar 55 MPa. Untuk sampel

BN tetap tidak memenuhi kriteria beton mutu tinggi (<41,4 MPa).

Tabel 5. Prediksi kuat tekan beton umur 90 hari


Prediksi Faktor Keterangan
Benda
Kuat Tekan Korelasi Kriteria Beton Target Kuat Tekan
Uji (R) Mutu Tinggi 55 MPa
(Mpa)
BN 38,457 0,846 Tidak Memenuhi Kriteria Tidak Memenuhi Kriteria
B10 44,462 0,872 Memenuhi Kriteria Tidak Memenuhi Kriteria
B20 56,293 0,909 Memenuhi Kriteria Memenuhi Kriteria
B30 57,22 0,940 Memenuhi Kriteria Memenuhi Kriteria

I. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan

bahwa ;

1. Penggunaan superplasticizer Sika Sikament NN dapat meningkatkat

workability dengan baik pada beton segar yang dicor di dalam air

2. Penggunaan superplasticizer Sika Sikament NN optimum untuk menghasilkan

beton dengan workability yang baik adalah sebesar 1% dari berat binder.

3. Penggunaan fly ash pada beton yang dicor di dalam air dapat meningkatkan

workability beton, menambah kuat tekan, dan mengurangi wash out pada saat

pengecoran.

4. Berdasarkan hasil penelitian, substitusi optimum fly ash sebesar 20 %

terhadap berat berat semen menghasilkan kuat tekan rata rata maksimum pada

28 hari sebesar 49,98 MPa.

18
J. SARAN

Setelah melakukan menelitian tentang penggunaan superplasticizer dan

substitusi semen oleh fly ash untuk pengecoran di dalam air, penulis mempunyai

saran agar penelitian selanjutnya dapat lebih baik lagi. Beberapa saran dari penulis

diantaranya ;

1. Perlu dilakukan penelitian dengan metode kerja yang lebih baik dari

pengecoran menggunakan pipa tremi, karena pengecoran di dalam air

menggunakan pipa tremi masih menyebabkan wash out beton segar yang

cukup banyak sehingga penambahan f.a.s pada beton segar masih cukup besar.

2. Perlu dilakukan penelitian untuk membandingkan penurunan kuat tekan beton

yang dicor di dalam air dengan beton yang dicor dalam keadaan kering.

3. Untuk penelitian tentang pengecoran di dalam air perlu dilakukan penelitian

dengan bahan aditif yang dapat mempercepat waktu ikat awal.

4. Sebaiknya penelitian dengan menggunakan bahan tambah pozzolanik seperti

fly ash melakukan pengujian tekan sampai dengan 90 hari.

5. Pada saat pengangkatan pipa tremi, sebaiknya dilakukan oleh satu orang untuk

seluruh sampel agar penyimpangan mutu pekerjaan dapat dikurangi.

K. DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, A, 2009, Kajian Beton Mutu Tinggi Menggunakan Slag Sebagai


Agreget Halus Dan Agregat Kasar Dengan Aplikasi
Superplasticizer Dan Silicafume. Tesis Program Magister Teknik
Sipil Universitas Diponegoro. Semarang.
Agus, I, Kajian Banding Kuat Tekan Dan Modulus Elastisitas Beton Pada
Pengerjaan Beton Di dalam Air Laut Dengan Menggunakan
Bahan Tambah Sikacrete-W. Jurnal Penelitian Fakultas teknik
Unidayan. Baubau.

19
Anonim, 2003, Tata Cara Pembuatan Dan Pelaksanaan Beton Berkekuatan
Tinggi (Pd 04-2004-C). Departemen Permukiman Dan Prasarana
Wilayah. Bandung.
Dipohusodo, I,1999, Struktur Beton Bertulang. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Hernando, F, 2009, Perencanaan Campuran Beton Mutu Tinggi Dengan
Penambahan Superplasticizer Dan Pengaruh Penggantian
Sebagian Semen Dengan Fly Ash. Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Sipil Dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta.
Laintarawan, dkk, 2009, Buku Ajar Konstruksi Beton I. Program Studi Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Hindu Indonesia. Denpasar.
Mardiono, 2011. Pengaruh Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) Dalam Beton
Mutu Tinggi. Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan
Perencanaan Universitas Gunadarma. Jakarta
McLeish, A. 1994. Underwater Concreting And Repair. Halsted Press. Toronto
Mulyono,T. 2005. Teknologi Beton. Andi Offset. Yogyakarta.
Pamudji, G, 2008, Pedoman Praktikum Teknologi Beton, Laboratorium Teknik
sipil Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Pujianto, dkk, Beton Mutu Tinggi Dengan Admixture Superplasticizer Dan Aditif
Silikafume. Jurnal Penelitian, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Muhamadyah. Yogyakarta.
Santosa, B, Kuat Tekan Beton Pada Pengecoran Di Dalam Air dengan Bahan
Tambah Sikacrete W Dan Plastiment VZ. Jurnal Penelitian Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Janabadra. Yogyakarta.
Saputro, A.B. 2008. Kuat Tekan Dan Kuat Tarik Beton Mutu Tinggi Dengan Fly
Ash Sebagai Pengganti Sebagian Semen Dengan F’c 45 MPa.
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Tjokrodimuljo, K. 1995. Teknologi Beton, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Widodo, S. 2011. Pemanfaatan High-Flowable Concrete Untuk Pelaksanaan
Konstruksi Beton Di Bawah Air. Jurnal Penelitian Jurusan
Pendidikan Teknik Sipil Dan Perencanaan Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

20
Widodo, S. 2011. Studi Eksperimental Kuat Lekat Tulangan Pada Pengecoran
Beton Di Bawah Air Dengan Bahan Tambah Polycarboxilate.
Jurnal Penelitian Jurusan Pendidikan Teknik Sipil Dan
Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta.
Young and Darwin. 2002. Concrete. Pearson Education, Inc. Sidney.

21

Anda mungkin juga menyukai