Anda di halaman 1dari 6

TUGAS ADMINISTRASI PERTANAHAN

OLEH :

Gemala Elfani

17042185

Dosen Pengampu :

Nora Eka Putri, S. Ip

Jurusan Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Padang

2020
Sistem Informasi Pertanahan

Kedaulatan suatu bangsa atas aset-asetnya tercermin dari kedaulatan atas pengelolaan
kekayaan nilai aset pertanahan. Pengelolaan yang bertanggungjawab diawali dengan
pengetahuan tentang nilai aset yang sebenarnya. Pengetahuan ini melahirkan apresiasi
terhadap aset yang dimaksud. Selanjutnya berlangsunglah pengelolaan yang optimal,
transparan, berkelanjutan dan berkeadilan, serta akuntabel. Dengan ini maka diperlukan
adanya suatu perangkat yang mutakhir untuk mendukung terciptanya suatu pengelolaan yang
optimal.

Indonesia sebagai Negara Kepulauan terbesar di dunia, mempunyai jumlah pulau


besar dan kecil Isekitar 17.500 pulau, luas area daratan 2 2 1.919.440 km, dan luas lautan
93.000 km (tidak termasuk luas lautan ZEE 200 mil nautikal). Untuk luas sebesar itu, telah
tersedia citra maupun peta seluas 60 juta Ha atau 67% dari luas daratan di luar kawasan
kehutanan. Dengan jumlah bidang tanah sekitar 85 juta bidang tanah dan jumlah penduduk
sekitar 231 juta, maka sistem informasi akan menjadi hal penting ketika kita bicara tentang
pengelolaan pertanahan secara nasional.

Sistem Informasi adalah suatu sistem yang mengatur cara perolehan, pengolahan,
penyimpanan, pengambilan, pemrosesan, presentasi dan pembaruan data, sehingga akan
menghasilkan suatu aliran informasi yang sesuai.

Sistem Informasi Pertanahan (SIP) adalah sarana/perangkat untuk pengambilan


keputusan baik yang bersifat legal, administrasi dan ekonomi serta membantu untuk
perencanaan dan pembangunan. SIP terdiri dari, di satu sisi, basis data tentang data bidang
tanah yang bereferensi spasial (memiliki lokasi) untuk suatu wilayah tertentu, dan di sisi lain,
prosedur dan tehnik utk pengumpulan, pembaruan, pengolahan dan distribusi data secara
sistematik. Basis dari sistem informasi pertanahan adalah sistem referensi spasial yang sama
bagi seluruh data dalam sistem tersebut yang memungkinkan hubungan antar data didalam
sistem dengan data lain yang masih terkait dengan pertanahan.

Membangun sistem informasi berbasis pertanahan tidaklah lepas dari peran teknologi,
perangkat keras, perangkat lunak dan data sebagai sistem demi kecermatan, keakuratan dan
kecepatan dalam penyelenggaraan pengelolaan pertanahan. Sistem Informasi Geografis (SIG)
dan Sistem Informasi Pertanahan (SIP) yang berbasis pada pertanahan berkontribusi dalam
penyelenggaraan pengelolaan pertanahan dengan mengacu pada 4 prinsip, 11 agenda dan 5
program utama BPN-RI. Pemanfaatan SIP maupun SIG oleh BPN-RI telah dimulai semenjak
awal perkembangan ilmu dan teknologi informasi, namun dengan keterbatasan yang dihadapi
pada setiap era dan aspeknya, SIG maupun SIP belumlah maksimal terlaksana di BPN RI.

Informasi pertanahan saat ini menjadi kebutuhan pokok berbagai pihak yang harus
segera terlayani. Ketersediaan informasi pertanahan merupakan salah satu unsur penting
dalam tata pengelolaan negara guna perencanaan, perancangan dan pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan tanah. Sebelum era perkembangan sistem informasi dan teknologi
informasi seperti sekarang ini, Indonesia telah melaksanakan Sistem Informasi Pertanahan
secara konvensional, yaitu sistem manajemen basis data terpadu antara obyek grafis persil
(peta) dan non-grafis (atribut persil). Sistem Informasi Pertanahan (SIP) dilakukan dengan
mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menganalisa informasi pertanahan lengkap
dengan keseluruhan atributnya. Sedangkan apabila pengerjaan dikerjakan secara
konvensional akan memerlukan banyak tenaga dan waktu, sulit dipertukarkan, sulit
dimutakhirkan, terbatas dalam ragam analisa dan penyajiannya.

Menyadari semakin meluasnya aktivitas masyarakat dalam berbagai bidang dan


semakin bertambahnya penduduk serta kebutuhan manusia akan tanah menyebabkan
kedudukan tanah yang sangat penting terutama dalam penguasaan, penggunaannya dan
kepemilikannya. Khususnya dengan semakin majunya aktivitas ekonomi, maka semakin
banyak tanah yang tersangkut didalamnya, diantaranya berupa bertambah banyak transaksi
jual beli, sewa menyewa, pewarisan, pemberian kredit bahkan juga timbulnya hubungan
hukum dengan orang atau badan hukum asing.

Pengelolaan data pertanahan dengan menggunakan teknologi informasi merupakan


sesuatu yang harus dilakukan hal ini berkaitan dengan karakteristik data pertanahan itu
sendiri yang bersifat multidimensi yang terkait dengan masalah ekonomi, politik, pertahanan
dan keamaman dan sosial budaya. Pengelolaan data pertanahan itu sendiri harus terintegrasi
suatu Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan Nasional (SIMTANAS) yang
mengalirkan informasi antar seluruh unit organisasi baik di tingkat Kantor Pusat, Kantor
Wilayah, dan Kantor Pertanahan. Disamping sifat data pertanahan tersebut, juga pengelolaan
pertanahan secara elektronik ini untuk memenuhi tuntutan masyarakat yang semakin
meningkat untuk mewujudkan good governance yang akhirnya akan berkaitan keterbukaan
informasi untuk masyarakat dan pertukaran informasi antar instansi pemerintah.

Untuk satuan daerah dengan luas wilayah yang kecil, seperti satu bidang tanah,
dimana agar bidang tanah tersebut tergambarkan di atas peta, maka peta yang dibuat harus
dalam skala peta yang besar (SKALA BESAR; 1:500, 1:1000, 1:2500, 1:10.000). Biasanya
digunakan untuk kasus kasus pertanahan / kadaster, PLN, PAM, perpajakan PBB. Terdapat
beberapa sistem informasi pertanahan yang baik, namun demikian dasar dari setiap SIP
adalah referensi spasial yang tunggal sehingga memungkinkan untuk menghubungkan sistem
tersebut dengan banyak informasi lainnya.

Ciri khas SIP adalah: spesifik atau fokus tentang bidang tanah, data tanah dan segala
sesuatu yang berkaitan dengannya (jenis hak, nilai tanah, data transaksi, penggunaan
tanahnya, dan lain-lain).

Fungsi SIP dan SIG secara bersama-sama sebagai aspek dari pengelolaan pertanahan
selalu mengacu dan bersinergi dengan: 4 (empat) prinsip utama pengelolaan pertanahan yang
mewarnai setiap melakukan kegiatan dan menjalankan tugas di BPN RI:

a. Berkontribusi secara nyata untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan


membangkitkan sumber-sumber kemakmuran,

b. Berkontribusi secara nyata untuk mensejahterakan rakyat dan sumbersumber


kemakmuran bagi bangsa,

c. Berkontribusi secara nyata untuk menjaga keberlangsungan hidup kenegaraan,


kebangsaan dan kemasyarakatan di Indonesia,

d. Berkontribusi secara nyata ikut menciptakan kehidupan bersama secara harmoni.

11 (sebelas) Agenda kebijakan BPN RI, di antaranya yang berkaitan langsung dengan
penyiapan infrastruktur pemetaan dan sistem informasi, adalah:

a. Membangun kepercayaan masyarakat ,

b. Pelayanan pendaftaran tanah berbasis peta dasar,

c. Penyelesaian sengketa pertanahan,

d. Membangun sistem informasi dan manajemen pertanahan,


e. Membangun data base pertanahan.

5 (lima) program utama BPN RI:

a. Legalisasi Aset,

b. Reforma Agraria,

c. Penyelesaian sengketa pertanahan,

d. Program tanah terlantar,

e. Larasita (Kantor pertanahan berjalan).

Pembangunan infrastruktur :

a. Mengembangkan perangkat keras dan perangkat lunak untuk administrasi


pertanahan,

b. Membangun peta dasar untuk mendukung administrasi pertanahan dan agrarian


reform, c. Mendigitasi peta-peta,

d. Menyiapkan fasilitas untuk Larasita ,

e. Membangun dan meningkatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dari kantor


pertanahan,

f. Membangun pelayanan informasi otomatik.

SIP maupun Sistem Informasi Geografis (SIG) secara bersama berfungsi dalam
mendukung penyelenggaraan tata kelola pertanahan seperti tersebut di atas. Dan dalam
pelaksanaannya secara kesisteman SIP dan SIG didasari oleh 4 (empat) unsur utama yang
disebut Kadaster, yaitu: Pemetaan Pertanahan (Land Mapping), Penilaian Tanah (Land
Value), Pendaftaran Tanah (Land Registration) dan Pembangunan Pertanahan (Land
Development), yang semua unsur-unsur tersebut saling berinteraksi dengan tujuan kepada
sustainable development. SIP perannya lebih kepada aspek implementasi. Secara teknis SIP
didukung oleh peta dan data sangat rinci pada skala yang sangat besar (1/10.000 sampai
1/1.000 atau lebih besar) sedangkan SIG didukung peta dengan skala peta mulai 1/10.000
atau lebih kecil.
Upaya yang sedang dibangun saat ini dan rencana pengembangannya ke depan
haruslah berorientasi kepada prinsip-prinsip dasar pengelolaan pertanahan dengan cara
pembangunan sistem informasi yang mudah, murah, sederhana, informatif, berkelanjutan,
akurat, elegan. Untuk itu ada 2 (dua) hal pokok yang menjadi perhatian dalam membangun
Sistem Informasi:

1. Pembangunan sistem informasi tidak hanya untuk memberikan informasi semata,


tapi juga harus bermakna menjadi acuan kerja dan landasan berfikir ke depan serta
berperan sebagai fungsi kontrol atas suatu proses penyelenggaraan pengelolaan
pertanahan dan berkontribusi untuk pembangunan berkelanjutan yang berujung
pada keadilan dan kesejahteraan rakyat.

2. Pembangunan sistem informasi pertanahan harus memastikan terselenggaranya


pemeliharaan data yang baik. Hal ini menjadi penting karena data yang ada di
BPN-RI terutama data yang ada pada setiap kantor pertanahan di seluruh wilayah
Republik Indonesia ini adalah data aktif, dalam arti kata data ini setiap saat selalu
dipakai dan berubah, baik yang berkaitan dengan subyek hak, obyek hak, peralihan
maupun yang membebaninya.

Referensi :

Mitha Asyita R, Muhammad Taufik. (2013). Sistem Informasi Pertanahan untuk Evaluasi
Bidang Tanah (Studi Kasus : Perumahan Bumi Marina Emas Kelurahan Keputih
Kecamatan Sukolilo Surabaya). JURNAL TEKNIK POMITS, 1-2.

Bappenas. (2009). Membangun Sistem Informasi Pertanahan. Land, 6-8.

Anda mungkin juga menyukai