OLEH :
Gemala Elfani
17042185
Dosen Pengampu :
2020
Sistem Informasi Pertanahan
Kedaulatan suatu bangsa atas aset-asetnya tercermin dari kedaulatan atas pengelolaan
kekayaan nilai aset pertanahan. Pengelolaan yang bertanggungjawab diawali dengan
pengetahuan tentang nilai aset yang sebenarnya. Pengetahuan ini melahirkan apresiasi
terhadap aset yang dimaksud. Selanjutnya berlangsunglah pengelolaan yang optimal,
transparan, berkelanjutan dan berkeadilan, serta akuntabel. Dengan ini maka diperlukan
adanya suatu perangkat yang mutakhir untuk mendukung terciptanya suatu pengelolaan yang
optimal.
Sistem Informasi adalah suatu sistem yang mengatur cara perolehan, pengolahan,
penyimpanan, pengambilan, pemrosesan, presentasi dan pembaruan data, sehingga akan
menghasilkan suatu aliran informasi yang sesuai.
Membangun sistem informasi berbasis pertanahan tidaklah lepas dari peran teknologi,
perangkat keras, perangkat lunak dan data sebagai sistem demi kecermatan, keakuratan dan
kecepatan dalam penyelenggaraan pengelolaan pertanahan. Sistem Informasi Geografis (SIG)
dan Sistem Informasi Pertanahan (SIP) yang berbasis pada pertanahan berkontribusi dalam
penyelenggaraan pengelolaan pertanahan dengan mengacu pada 4 prinsip, 11 agenda dan 5
program utama BPN-RI. Pemanfaatan SIP maupun SIG oleh BPN-RI telah dimulai semenjak
awal perkembangan ilmu dan teknologi informasi, namun dengan keterbatasan yang dihadapi
pada setiap era dan aspeknya, SIG maupun SIP belumlah maksimal terlaksana di BPN RI.
Informasi pertanahan saat ini menjadi kebutuhan pokok berbagai pihak yang harus
segera terlayani. Ketersediaan informasi pertanahan merupakan salah satu unsur penting
dalam tata pengelolaan negara guna perencanaan, perancangan dan pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan tanah. Sebelum era perkembangan sistem informasi dan teknologi
informasi seperti sekarang ini, Indonesia telah melaksanakan Sistem Informasi Pertanahan
secara konvensional, yaitu sistem manajemen basis data terpadu antara obyek grafis persil
(peta) dan non-grafis (atribut persil). Sistem Informasi Pertanahan (SIP) dilakukan dengan
mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menganalisa informasi pertanahan lengkap
dengan keseluruhan atributnya. Sedangkan apabila pengerjaan dikerjakan secara
konvensional akan memerlukan banyak tenaga dan waktu, sulit dipertukarkan, sulit
dimutakhirkan, terbatas dalam ragam analisa dan penyajiannya.
Untuk satuan daerah dengan luas wilayah yang kecil, seperti satu bidang tanah,
dimana agar bidang tanah tersebut tergambarkan di atas peta, maka peta yang dibuat harus
dalam skala peta yang besar (SKALA BESAR; 1:500, 1:1000, 1:2500, 1:10.000). Biasanya
digunakan untuk kasus kasus pertanahan / kadaster, PLN, PAM, perpajakan PBB. Terdapat
beberapa sistem informasi pertanahan yang baik, namun demikian dasar dari setiap SIP
adalah referensi spasial yang tunggal sehingga memungkinkan untuk menghubungkan sistem
tersebut dengan banyak informasi lainnya.
Ciri khas SIP adalah: spesifik atau fokus tentang bidang tanah, data tanah dan segala
sesuatu yang berkaitan dengannya (jenis hak, nilai tanah, data transaksi, penggunaan
tanahnya, dan lain-lain).
Fungsi SIP dan SIG secara bersama-sama sebagai aspek dari pengelolaan pertanahan
selalu mengacu dan bersinergi dengan: 4 (empat) prinsip utama pengelolaan pertanahan yang
mewarnai setiap melakukan kegiatan dan menjalankan tugas di BPN RI:
11 (sebelas) Agenda kebijakan BPN RI, di antaranya yang berkaitan langsung dengan
penyiapan infrastruktur pemetaan dan sistem informasi, adalah:
a. Legalisasi Aset,
b. Reforma Agraria,
Pembangunan infrastruktur :
SIP maupun Sistem Informasi Geografis (SIG) secara bersama berfungsi dalam
mendukung penyelenggaraan tata kelola pertanahan seperti tersebut di atas. Dan dalam
pelaksanaannya secara kesisteman SIP dan SIG didasari oleh 4 (empat) unsur utama yang
disebut Kadaster, yaitu: Pemetaan Pertanahan (Land Mapping), Penilaian Tanah (Land
Value), Pendaftaran Tanah (Land Registration) dan Pembangunan Pertanahan (Land
Development), yang semua unsur-unsur tersebut saling berinteraksi dengan tujuan kepada
sustainable development. SIP perannya lebih kepada aspek implementasi. Secara teknis SIP
didukung oleh peta dan data sangat rinci pada skala yang sangat besar (1/10.000 sampai
1/1.000 atau lebih besar) sedangkan SIG didukung peta dengan skala peta mulai 1/10.000
atau lebih kecil.
Upaya yang sedang dibangun saat ini dan rencana pengembangannya ke depan
haruslah berorientasi kepada prinsip-prinsip dasar pengelolaan pertanahan dengan cara
pembangunan sistem informasi yang mudah, murah, sederhana, informatif, berkelanjutan,
akurat, elegan. Untuk itu ada 2 (dua) hal pokok yang menjadi perhatian dalam membangun
Sistem Informasi:
Referensi :
Mitha Asyita R, Muhammad Taufik. (2013). Sistem Informasi Pertanahan untuk Evaluasi
Bidang Tanah (Studi Kasus : Perumahan Bumi Marina Emas Kelurahan Keputih
Kecamatan Sukolilo Surabaya). JURNAL TEKNIK POMITS, 1-2.