Anda di halaman 1dari 3

TUGAS ANALISIS JURNAL

PATOFISIOLOGI GAGAL NAFAS DAN TERAPI SUPLEMEN OKSIGEN PADA


COVID 19

Covid corona adalah virus yang memiliki selubung, bermuatan positif dan
memiliki RNA rantai tunggal. Virus corona memiliki kecenderungan terhadap ACE2
yang teerletak pada pneumosit tipe II. ACE2 memiliki fungsi diantaranya dalam
memecah aniotensin II (AngII) menjadi Angl-7 yang daapat berkaitan dengan reseptor
MAS menghasilkan efek yang berlawanan dengan AngII, yaitu sebagai antiatrofi,
antifibrosis, antiinflamasi, antioksidan, dan vasodilator (Wang J, 2017). Dengan kata
lain, ACE2 bekerja menjaga keseimbangan dengan ACE serta secara tidak langsung
menekan produksi AngII. Infeksi SARS-Cov menunjukkan penurunan aktivitas ACE2
akibat berikatannya protein S pada ACE2. Kondisi ini menjadi salah satu faktor utama
yang menyebabkan keparahan kondisi patofisiologi Paru-paru (Kuba K,2015)
High Flow Nasal Cannula (HFNC)
High Flow Nasal Cannula saat ini telah banyak digunakan dalam penanganan
kasus gagal napas untuk seluruh kelompok usia. HFNC adalah nasal kanul khusus
yang dapat memberikan kecepatan aliran udara yang sangat tinggi hingga
60liter/menit dengn suhu 37ºC, kelembaban 100 % dan fraksi oksigen inspirasi antara
0,21 – 1 %. Kecepatan aliran udara dan frasi oksigen inspirasi dapat dititrasi sesuai
kondisi pasien ( Lodeserto F, 2018).
Manfaat HFNC adalah penggunaan oksigen dengan aliran udara yang tinggi secara
terus menerus dapat membersihkan dead space daerah faring yang mengandung udara
rendah oksigen dan tinggi CO2, sehingga akan meningkatkan efisiensi dari
pernapasaan. Disaamping itu, HFNC akan memberikan kenyamanan yang lebih baik
dibandingkan dengan non invasive ventilation (NIV) (Lodeserto F,2018).
Non Invasive Ventilation (NIV)
Niv memiliki efek fisiologi yang mirip dengan ventilasi mekanik invasif.
Akan tetapi terdapat beberapa perbedaan, diantaranya kemungkinan adanya
kebocoran menyebkan sistem NIV tidak selalu dapat memberikan dukungan volume
dan tekanan yang optimal dibandingkan sistem invansive. Kebocoran ini dapat
mempengaruhi sensitifitas trigger dan sikroni antara pasien dan ventilator. Disamping
itu, NIV juga dapat menyebabkan distensi lambung sehingga meningkatkan resiko
aspirasi pneumonia. Efektifitas dalam melakukan pembersihan sekret jalan napas juga
lebih rendah dibandingkan sistem invasif (Macintyre, 2019).
Keunggulan NIV dalam mendukung ventilasi adalah kemampuannya
memberikan tekanan positif pada semua fase pernafasan. Pasien dapat bernapas
normal dengan dengan atau melawan tekanan positif pada jalan napas yang
dihasilakan oleh sistem NIV. Akan tetapi, penggunaan NIV pada Covid 19 beresiko
menghasilkan aerosol yang sangan bergantung pada pengaturan made dan tipe
sungkup yang digunakan. Penggunaan sungkup model helm menunjukkan tingkat
keamanan yang lebih baik dibandingkan model lain. Namun demikian, penggunaan
alatt ini sangat disarankan hanya digunakan pada ruangan bertekanan negatif untuk
mengurangi resiko penularan (Kang M G, Kim K, ju, 2019)
Ventilasi Mekanik Invasif
Hal yang menjadi perhatian adalah proses pemasangan pipa endotracheal
adalah tindakan yang dapat menimbulkan aerosol sehingga beresiko meningkatkan
infeksi penyakit pada petugas kesehatan (Dondrop A M, Hayat M, Aryal D, 2020)
WHO merekomendasikan ventilasi mekanik pada pasien Covid 19 dengan gagal
pernapasan yang disertai dengan hiperkapnia, henodinamik tidak stabil, gagal organ
multipel atau penurunan kesadaran (WHO,2020).
Setelah terintubasi dan sedasi, pasien Covid 19 tipe L mengalami hiperkapnia
dapat diberikan volume lebih dari 6 ml/kg hingga mencapai 8-9 ml/kg. Hal ini aman
dikarenakan pada tipe L terdapat compliance paru yang tinggi sehingga resiko
ventilator induce lung injury lebih sedikit. PEEP sebaiknya diberikan tidak melebihi
8-10 cmH2O, hal ini disebabkan tipe L memiliki rekruitabilitas rendah dan PEEP
yang tinggi dapat beresiko menimbulkan ketidakstabilan hemodinamik
(Lodeserto,2018). Tujuannya Untuk menjelaskan mengenai patofisiologi gangguan
respirasi yang disebabkan oleh Covid 19 dan tindakan suplemen oksigen yang dapat
diberikan.
Kesimpulan
Covid 19 adalah wabah penyakit baru yang menimbulkan pandemi di dunia. Salah
satu permasalahannya adalah gangguan respirasi berat yang menjadi penyebab
kematian tersering. Patofisiologi utama Covid 19 adalah disregulasi sistem hemostasis
yang berakibat terbentuknya thrumbus dan proses inflamasi yang menyebabkan badai
sitokin. Hal tersebut pada akhirnya akan menimbulkan gangguan respirasi berat.
Terapi suplemen oksigen merupakan salah satu strategi penanganan Covid 19 yang
berat. Metode HFNC, NIV dan ventilasi mekanik adalah modalitas terapi untuk
pasien gagal nafas akibat Covid 19 yang masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan. Pemilihan terapi suplemen juga harus mempertimbangkan kondisi pasien
dan resiko penularan penyakit terhadap petugas kesehatan.
Saran
Covid 19 merupakan sebuah penyakit baru yang karakteristiknya belum dapat
dipahami secara utuh. Oleh karena itu, masih diperlukan penelitian-penelitian lebih
lanjut dan komperehensif mengenai patofisiologi dan penanganannya. Terkait hal ini,
seluruh praktisi kesehatan sudah seharusya mengikuti perkembangan ilmu terkini
mengenai Covid 19 sehingga dapat meningkatkan perbaikan luaran pasien yang
ditangani.

Anda mungkin juga menyukai