Disusun oleh :
Iklimadani Sheviana Astuti
3.39.17.0.12
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Kami menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir dengan judul “Analisis
Perencanaan Jaringan Pelanggan Premium CV. SN Jaya Prima di PT. PLN
(Persero) Distribusi Area Purwokerto Menggunakan ETAP Berbasis PLC Dan
SCADA” yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Ahli Madya
pada Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri
Semarang, sejauh yang kami ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari
tugas akhir yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan
gelar Ahli Madya di lingkungan Politeknik Negeri Semarang maupun di perguruan
tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya
dicantumkan sebagaimana mestinya.
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Tugas akhir dengan judul “Analisis Perencanaan Jaringan Pelanggan Premium CV.
SN Jaya Prima di PT. PLN (Persero) Distribusi Area Purwokerto Menggunakan
ETAP Berbasis PLC Dan SCADA” dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan
menjadi Ahli Madya pada Program Studi Teknik Listrik, Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Semarang dan disetujui untuk diajukan dalam sidang ujian tugas
akhir.
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Tim Penguji,
Drs. Agus Adiwismono, M.Eng. Drs. Ari Santosa, S.ST., M.Eng. Haris Santosa, ST., M.Kom.
NIP.196009131987031001 NIP. 195903101986121002 NIP. 196005121986121001
Ketua, Sekretaris,
Mengetahui,
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul
“ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN PELANGGAN PREMIUM CV.
SN JAYA PRIMA DI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI AREA
PURWOKERTO MENGGUNAKAN ETAP BERBASIS PLC DAN
SCADA” tepat pada waktunya.
Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Pendidikan Diploma III Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Semarang. Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, penulis
mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Orang Tua penulis yang senantiasa mendukung dan memberikan doa bagi
penulis hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.
2. Bapak Ir. Supriyadi M.T., selaku Direktur Politeknik Negeri Semarang.
3. Bapak Yusnan Badruzzaman S.T, M.Eng., selaku Ketua Jurusan Teknik
Elektro Politeknik Negeri Semarang.
4. Bapak Adi Wasono, B.Eng.,M.Eng., selaku Ketua Program Studi Teknik
Listrik Politeknik Negeri Semarang.
5. Bapak Yusnan Badruzzaman S.T, M.Eng., selaku Dosen pembimbing
pertama yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
6. Lilik Eko Nuryanto, B.Eng, M.Kom., selaku Dosen pembimbing kedua yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta staff pegawai Jurusan Teknik Elektro
khususnya Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Semarang.
8. Teman – teman kelas LT-3D yang kurang lebih 3 tahun bersama dalam proses
pembelajaran di Politeknik Negeri Semarang.
vi
9. Mentor magang serta staff-staff jaringan di UP3 Purwokerto yang sudah
memberikan pengarahan dan memberikan data-data yang diperlukan dalam
Tugas Akhir ini
10. Pihak-pihak lain yang telah memberi bantuan baik riil maupun materil.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi
sempurnanya Tugas Akhir ini. Besar harapan semoga Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi penulis, khususnya pembaca.
Penulis
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
ABSTRACT ..................................................................................................................... ix
x
2.4.2 Layanan Khusus Premium Gold ..................................................... 15
2.4.3 Layanan Khusus Premium Silver .................................................... 15
2.4.4 Layanan Khusus Premium Bronze .................................................. 16
2.5 Indeks Keandalan Sistem Distribusi....................................................... 16
2.5.1 Sistem Average Interruption Frequency Index (SAIFI) .................. 16
2.5.2 Sistem Average Interruption Duration Index (SAIDI) .................... 17
2.6 Kawat Penghantar Jaringan Distribusi ................................................... 18
2.6.1 Karakteristik Elektris Penghantar .................................................. 19
2.7 Jatuh Tegangan ....................................................................................... 21
2.8 Manuver Jaringan Distribusi .................................................................. 22
2.8.1 Pelimpahan Beban ........................................................................... 22
2.8.2 Peralatan Manuver .......................................................................... 24
2.8.3 Prosedur dalam Pelaksanaan Manuver Jaringan ............................. 30
2.8.4 Proedur Komunikasi ....................................................................... 30
2.9 Automatic Changeover Switch ............................................................... 31
2.9.1 Cara Kerja ACO .............................................................................. 31
2.9.2 Bagian-Bagian ACO ....................................................................... 32
2.10 Sofware ETAP 12.6 ................................................................................ 34
2.11 PLC ......................................................................................................... 35
2.12 Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) ........................... 39
2.11.1 Fungsi Sistem SCADA ................................................................... 41
2.11.2 Peralatan SCADA ........................................................................... 42
BAB III44METODOLOGI PENELITIAN DAN PENGAMBILAN DATA ......... 44
xi
4.1.1 Indeks Keandalan Penyulang .......................................................... 67
4.2 Analisa Voltage Drop ............................................................................ 72
4.2.1 Perhitungan Manual Voltage Drop ................................................. 72
4.2.2 Perhitungan Menggunakan ETAP................................................... 76
4.3 Analisa Dan Perbandingan Penyulang ................................................... 81
4.4 Skema Penyaluran Dua Penyulang Pelanggan Premium ....................... 81
4.4.1 Pembuatan Simulasi Pergantian Penyulang Supply pada CV SN Jaya
81
4.4.2 Pergantian Sumber Supply pada Pelanggan Premium .................... 93
BAB V98PENUTUP.............................................................................................. 98
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
Gambar 3.9 Tampilan Create New Project................................................................. 62
Gambar 4.4 Simulasi Jatuh Tegangan ETAP 12.6 pada PBG-10 ............................ 79
Gambar 4.6 Icon Software dan Tampilan Status Launch Eco Structure Machine 82
Gambar 4.8 Panel Configuration untuk Memilih Tipe Logic Controller ............... 83
Gambar 4.10 Ladder Editor dan fungsi-fungsi dasar Logic Controller ................... 83
xiv
Gambar 4.19 I/O Server Baru........................................................................................ 88
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.4 Feeder PBG-02 Trip Rentang Juli 2018-Mei 2019 .................................. 50
Tabel 3.11 Besarnya Nilai KHA dari Penghantar AAC dan AAAC ....................... 60
Tabel 4.4 Indeks Keandalan Calon Penyulang Backup Pelanggan Premium ........ 71
Tabel 4.5 Perbandingan Perhitungan Jatuh Tegangan Manual dan ETAP ............. 80
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2 Rekap Data Gangguan PBG-01, PBG-05, dan PBG-10 .................. 104
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
PT. PLN (Persero) merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bertanggung jawab untuk menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan
umum. Sesuai dengan Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan dan berdasarkan anggaran dasar perusahaan, salah satu
rangkaian kegiatan usaha PT. PLN (Persero) adalah menjalankan usaha
penyediaan tenaga listrik. Kegiatan usaha tersebut mencakup pembangkitan,
tenaga listrik, penyaluran tenaga listrik, distribusi tenaga listrik, perencanaan dan
pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik, pengembangan penyediaan
tenaga listrik serta penjualan tenaga listrik.
1
2
Dengan latar belakang tersebut maka judul tugas akhir yang diambil adalah
“ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN PELANGGAN PREMIUM
CV. SN JAYA PRIMA DI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI AREA
PURWOKERTO MENGGUNAKAN ETAP BERBASIS PLC DAN
SCADA”
1.5 Metode
Metode yang digunakan pada penyusunan tugas akhir ini adalah:
1. Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan cara mencari data baik dari buku maupun
internet yang berhubungan dengan materi tugas akhir ini, yaitu tentang
pelanggan premium, keandalan jaringan, jatuh tegangan, maupun buku
tentang penyulang beserta komponennya.
2. Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara meminta pengarahan dan petunjuk dari
dosen pembimbing, dosen umum, serta pembimbing dari pihak PT. PLN
(Persero).
3. Observasi
Metode ini dilaksanakan dengan jalan melakukan pengamatan langsung
ke lapangan mengenai keadaan penyulang yang berada didekat pelanggan
premium CV SN Jaya Prima serta peralatan switching.
4
4. Komparatif
Metode ini dilaksanakan dengan cara membandingkan dua data atau lebih.
Pada Tugas Akhir ini dilakukan dengan cara membandingkan histori
gangguan, indeks SAIDI SAIFI penyulang, jatuh tegangan pada jaringan
secara manual dan dengan aplikasi ETAP, dan mensimulasikan sistem
penyaluran dua penyulang
5. Simulasi
Metode ini dilaksanakan dengan melakukan simulasi manuver
menggunakan ETAP 12.6 untuk melihat nilai jatuh tegangannya dan PLC
SCADA untuk menampilkan visualisasi proses pergantian sumber supply.
Sistematika yang digunakan dalam penyusunan laporan proyek akhir ini adalah
sebagai berikut :
BAB I - PENDAHULUAN
Bab ini merupakan isi keseluruhan pokok informasi tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, metode, dan sistematika
penulisan.
Bab ini berisi teori – teori dasar yang mendukung pembuatan tugas akhir,
khususnya teori mengenai sistem distribusi,indeks keandalan pada sistem
distribusi,susut daya pada jaringan distribusi gangguan pada sistem distribusi,
peralatan switching pada penyulang, pelanggan premium, komponen peralatan
pada penyulang, jatuh tegangan, Automatic Changeover, PLC (Programmable
Logic Controller) dan SCADA (Supervisory Data And Acquisition).
Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian yang dapat disajikan dalam
bentuk flowchart penelitian untuk memahami langkah yang akan dilakukan
untuk menganalisis penyulang terbaik pelanggan premium CV SN Jaya Prima,
5
BAB IV - PEMBAHASAN
BAB V - PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang dapat diambil serta saran dan rekomendasi bagi
PT PLN (Persero).
BAB II
LANDASAN TEORI
6
7
dengan bantuan transformator daya ke tingkat tegangan yang lebih tinggi antara
30 kV sampai 500 kV. Tingkat tegangan yang lebih tinggi ini selain untuk
memperbesar daya hantar saluran yang berbanding lurus dengan kuadrat
tegangan, juga untuk memperkecil rugi-rugi daya dan jatuh tegangan pada
saluran. Dengan mempertinggi tegangan, maka timbul suatu persoalan lain yaitu
tingkat isolasi yang harus lebih tinggi, dengan demikian biaya peralatan juga
semakin tinggi.Penurunan tegangan dari tingkat tegangan transmisi pertamatama
dilakukan di gardu induk (GI), dimana tegangan diturunkan ke tegangan yang
lebih rendah misalnya dari 500 kV ke 150 kV, atau dari 150 kV ke 70 kV, dan
sebagainya. Kemudian penurunan kedua dilakukan di gardu induk distribusi dari
150 kV ke 20 kV atau dari 70 kV ke 20 kV. Tegangan 20 kV ini disebut tegangan
distribusi primer.
Tegangan Rendah (JTR). Tenaga listrik dari jaringan tegangan rendah ini
selanjutnya disalurkan ke rumah-rumah pelanggan melalui suatu sarana yang
disebut sambungan rumah atau sambungan pelayan. Apabila pelanggan yang
mempunyai daya tersambung yang relatif besar, maka pelanggan akan
disambungkan dengan jaringan tegangan menengah (JTM) bukan jaringan
tegangan rendah (JTR), dan apabila pelanggan mempunyai daya yang sangat
besar, maka akan disambung pada jaringan transmisi tegangan tinggi tergantung
besarnya daya yang tersambung. Setelah tenaga listrik melalui jaringan tegangan
menengah, jaringan tegangan rendah, dan sambungan rumah (SR) maka
tegangan listrik selanjutnya dilewatkan alat pembatas daya dan kWh meter di
sisi pelanggan. Melalui kWh meter, tenaga listrik mengalir ke instalasi listrik
rumah milik pelanggan. (Suswanto, Daman. 2009)
Sistem Jaringan
Tertutup
Konstruksi SKTM ini adalah konstruksi yang aman dan andal untuk
mendistribusikan tenaga listrik Tegangan Menengah, tetapi relatif lebih
mahal untuk penyaluran daya yang sama. Keadaan ini dimungkinkan
dengan konstruksi isolasi penghantar per Fase dan pelindung mekanis
yang dipersyaratkan. Pada rentang biaya yang diperlukan, konstruksi
ditanam langsung adalah termurah bila dibandingkan dengan penggunaan
konduit atau bahkan tunneling (terowongan beton).
Penggunaan Saluran Kabel bawah tanah Tegangan Menengah (SKTM)
sebagai jaringan utama pendistribusian tenaga listrik adalah sebagai
upaya utama peningkatan kwalitas pendistribusian. Dibandingkan dengan
SUTM, penggunaan SKTM akan memperkecil resiko kegagalan operasi
akibat faktor eksternal meningkatkan keamanan ketenagalistrikan. Secara
garis besar, termasuk dalam kelompok SKTM adalah :
a. SKTM bawah tanah – Underground MV Cable.
13
2. Pelanggan tidak dipadamkan bila sistem PLN krisis (tidak dipasang OLS
pada penyulang)
3. Apabila pelanggan memiliki pembangkit sendiri, maka pelanggan
diizinkan untuk elakukan paralel ke sistem PLN 100% dari daya
pembangkit yang dimiliki.
4. Apabila terjadi pemadaman, maka pelanggan akan mendapatkan
pengurangan tagihan sebesar 10% dari tagihan rekening. Atau maksimal
setara dengan besaran rekening 40 jam nyala.
5. Harga per KWh yang ditetapkan sebesar Rp 1.597,28
∑m
i=1 Ci
f= N ............................................................................... (2.1)
∑𝑚
i=1 Ci 𝑡𝑖
f= 𝑁 ............................................................................. (2.2)
Konduktor dengan bahan utama tembaga (Cu) atau alluminium (Al) yang di
pilin bulat padat , sesuai SPLN 42 -10 : 1986 dan SPLN 74 : 1987. Pilihan
konduktor penghantar telanjang yang memenuhi pada dekade ini adalah
AAC atau AAAC. Sebagai akibat tingginya harga tembaga dunia, saat ini
belum memungkinkan penggunaan penghantar berbahan tembaga sebagai
pilihan yang baik.
𝑙
𝑅= 𝜌 ................................................................................ (2.3)
𝐴
Makin panjang suatu jaringan makin jauh pula jarak tempuh arus listrik
dan makin besar tahanan kawat tersebut. Sebaliknya kalau diameter kawat
makin besar, maka aliran listrik dapat mengalir dengan mudah dan nilai
tahanan makin kecil. Begitu pula makin besar diameter kawat makin lebar
ukuran beban pelayanan yang harus dilayani. Selain dari pada itu besarnya
tahanan suatu kawat penghantar akan berubah karena pengaruh suhu.
Makin besar perbedaan kenaikan suhu makin bertambah besar tahanan
20
1
𝐶 = ....................................................................... (2.5)
𝑅
Berarti makin besar suatu tahanan kawat penghantar makin kecil nilai
konduktivitasnya. Konduktivitas suatu kawat penghantar ini tergantung
pula pada kemurnian dari logam yang digunakan, akan makin besar bila
kemurnian logam bertambah tinggi dan berkurang bila campurannya
bertambah. Karena faktor-faktor tersebut diatas maka besarnya
konduktivitas tidak bisa mencapai nilai tepat 100 %. Apabila digunakan
aluminium yang sebelumnya mempunyai konduktivitas sedikit rendah dari
tembaga, nilainya tidak akan berkurang dari 60 %. (Suswanto, Daman.
2009)
21
Cara kerja dari recloser ialah jika terjadi gangguan temporer, maka relai
akan bekerja menutup kontaknnya dan mengalir arus dc menuju trip coil
(TC) maka PMT/CB trip. Pada waktu yang sama dead time (DT)
memperoleh energi dan bekerja sesuai dengan jangka waktu setelannya.
Saat kontak-kontak DT menutup yang mana kontak pertama memberikan
pulsa closing ke closing coil (CC) sehingga CB menutup kembali.
Kontak kedua memberikan energi ke Blocking Time (BT), dan BT
langsung bekerja membuka kontak-kontaknya. Kontak pertama memutus
pulsa closing dan kontak kedua memblok DT. Setelah jangka waktu
setelan BT habis maka akan reset yang berarti DT siap bekerja kembali
melakukan reclosing untuk siklus berikutnya.
28
PMT
CT
TC CC
C
GFR S
BT2
DT
BT
DT2
+
- DT1 BT1
Keterangan:
S = Saklar on-off
TC = Trip Coil
CC = Closing Time DT = Dead Time
hal ini justru dapat menyebabkan kerusakan pada LBS tersebut ataupun
dikhawatirkan LBS bisa meledak.
LBS dapat dioperasikan dengan dua cara yaitu secara lokal melalui panel
kontrol LBS maupun menggunakan Hook Stick atau secara remote
melaui SCADA. Pada panel kontrol LBS terdapat tombol operasi open/
close untuk mengoperasikan kontak-kontak LBS saat melakukan
manuver jaringan. LBS yang dioperasikan melalui SCADA dilengkapi
dengan SSO atau sectionalizer. Sectionaizer dipasangan seri dengan
Recloser dimana recloser dipasang pada sisi sumber hal ini dikarenakan
sectionalizer tidak untuk memutus arus gangguan, bila terjadi gangguan
disisi beban dari sectionalizer maka recloser akan bekerja. Bila terjadi
gangguan permanent sectionalzer akan menghitung operasi recloser dan
akan membuka setelah operasi recloser selesai ( sesuai yang ditentukan
). Bila recloser disetel bekerja sampai 3 x , maka biasanya sectionalizer
disetel membuka sesudah recloser bekerja 2 x atau 1x.
2. Sensor VD3H
Relay VD3H berfungsi untuk mendeteksi tegangan yang mengalir pada
kedua incoming. Sensor diletakkan pada masing – masing phasa (L1,
L2, L3) di kedua incoming supply. Tegangan ditampilkan pada display
Relay VD3H pesentase dari tegangan nominal. Relay akan bekerja jika
tegangan dibawah 40% dari Tegangan Nominal. Sensor akan mngirimkan
sinyal ke CPU sehingga menggerakkan kontaktor untuk memerintahkan
perpindahan sumber tegangan ke sumber tegangan cadangan.
2.11 PLC
Programmable Logic Controller atau yang sering disingkat dengan nama PLC,
pada dasarnya berfungsi sebagai saklar yang bekerja menurut asas logika. Saat
ini PLC merupakan komponen paling inti pada aplikasi teknologi pengendalian
pada industri, karena PLC dapat diterapkan hampir pada semua jenis sektor
industri. Hal ini dikarenakan proses pengendalian pada industri banyak
menggunakan rangkaian relai yang cukup rumit dan berkoordinasi kerja setiap
blok yang ada pada unit proses pengendalian. Pada PLC terdapat perangkat
yang berfungsi sebagai pengolah data input yang bekerja sesuai dengan
instruksi yang diberikan padanya, instruksi-instruksi tersebut berupa bahasa
logika yang umumnya digunakan dalam rangkaian logika komputer, modul
tersebut adalah modul input. Modul output akan merubah sinyal digital menjadi
sinyal analog. Sinyal - sinyal inilah yang kemudian difungsikan untuk
mengaktifkan berbagai keluaran yang dikehendaki untuk mendapat pengaturan
melalui PLC. Peralatan output yang akan dikendalikan dapat berupa kontaktor,
relai, motor, dan lainnya.
Seperti terlihat pada gambar dibawah ini adalah merupakan gambar dari type
dari PLC TWIDO Modular dan Compact.
36
1) Fleksibel, yaitu PLC memiliki input output yang banyak, dapat dipilih
sesuai yang ada, dan hanya perlu mengkoordinasikan dengan pengaturan
sistemnya sehingga tidak tergantung pada jumlah mesin yang akan
dikendalikan, dan perlatan yang ada.
2) Implementing changes and correcting error, yaitu untuk melakukan
perubahan sistem pengendalian yang lama tidak rumit. Serta dapat
mendeteksi kesalahan secepatnya pada PLC dengan melihat programnya.
c) Large quantities of contact, yaitu otomatisasi yang mampu mengganti
posisi relai yang membutuhkan banyak kontak mekanik, serta
pengawatannya rumit, dan memerlukan penanganan yang relatif sulit bila
terjadi tidak kontak.
3) Lower cost, yaitu penggunaan ukuran PLC yang semakin kecil dengan
kemampuan tinggi sehingga investasinya lebih murah.
4) Pilot running, yaitu dengan menggunakan PLC dapat dilakukan
pengetesan program sistem pengendaliannya, tanpa dilakukan pengetesan
dilapangan terlebih dahulu, hal ini hanya dilakukan dengan komputer dan
melihat keluaran PLC yang akan digunakan.
5) Visual observation, yaitu dapat mengamati input/output secara online.
37
1) CPU (Central Processing Unit), yaitu otak dari PLC yang mengerjakan
berbagai operasi, antara lain mengeksekusi program, menyimpan dan
mengambil data dari memori, membaca kondisi/nilai input serta mengatur
nilai output, memeriksa adanya kerusakan (self diagnistic), serta melakukan
komunikasi dengan perangkat lain.
2) Input, merupakan bagian PLC yang berhubungan dengan perangkat luar
yang memberikan masukan kepada CPU. Perangkat luar input dapat berupa
tombol, switch, sensor ataupun piranti ukur lainnya.
3) Output, merupakan bagian PLC yang berhubungan dengan perangkat luar
yang memberikan keluaran dari CPU. Perangkat luar output dapat berupa
lampu, katup (valve), motor dan lain-lain.
4) Memori, yaitu tempat untuk menyimpan program dan data yang akan
dijalankan dan diolah oleh CPU. Dalam PLC memori terdiri atas memori
program untuk menyimpan program yang akan dieksekusi, memori data
untuk menyimpan nilai-nilai hasil operasi CPU, nilai timer dan counter,
serta memori yang menyimpan nilai kondisi input dan output. Kebanyakan
PLC sekarang memiliki satuan memori dalam word (16 bit).
5) Fasilitas komunikasi (Programming Device), yang membantu CPU dalam
melakukan pertukaran data dengan perangkat lain, termasuk juga
berkomunikasi dengan komputer untuk melakukan pemrograman.
6) Catu daya, untuk mensuplai daya kepada semua komponen dalam PLC.
Biasanya catu daya PLC adalah 220 VAC atau 24 VDC.
a. Digital input
b. Input analog
c. Output (Afandi, A.N. 2006)
daya nyata dalam MW, daya reaktif dalam Mvar, tegangan dalam kV,
dan arus dalam ampere. Dengan demikian dispatcher dapat memantau
meter dari keseluruhan jaringan hanya dengan duduk di tempatnya,
tentu saja dengan bantuan peralatan pendukung lainnya seperti telepon.
2.11.2 Peralatan SCADA
a. Master Station
Master station berfungsi untuk mengolah data yang diterima dari sistem
tenaga listrik (pusat listrik, gardu induk) dan data tersebut dapat
dimonitor oleh operator melalui peralatan bantu yang disebut Human
Machine Interface (HMI). Master station ini terdiri dari :
1) Komputer utama (Main Computer)
2) Front-end komputer
3) Human Master Interface (HMI)
4) Peralatan pendukung (UPS, Telekomunikasi)
b. Front End Computer
Setelah data dikirim ke pusat kontrol melalui media komunikasi, data
ini diterima dengan melalui Front End komputer dan selanjutnya
didistribusikan ke fungsi pengolahan data dan ditampilkan ke Mimic
Board yang ada diruang kendali operasi.
c. Human Machine Interface (HMI) Human Machine Interface adalah
suatu peralatan di ruang kontrol yang berfungsi sebagai perantara antara
operator dengan sistem komputer. Dengan adanya Human Machine
Interface memudahkan operator memonitor sistem jaringan tenaga
listrik yang ada di wilayahnya. Peralatan human machine interface
diantaranya adalah keyboard, VDU, recorder, printer, dan logger.
d. Remote Terminal Unit (RTU) Remote Terminal Unit (RTU) berfungsi
untuk mengumpulkan data status dan pengukuran peralatan tenaga
listrik, kemudian mengirimkan data dan pengukuran tersebut ke master
station (pusat kontrol). Disamping itu RTU berfungsi melaksanakan
perintah dari master station (remote control). RTU terpasang pada
setiap gardu induk (GI) atau pusat pembangkit yang masuk dalam
43
sistem jaringan tenaga listrik. Remote Terminal Unit (RTU) terdiri dari
komponen-komponen antara lain:
1) Central Processing Unit (CPU)
2) Memory
3) Modul Input / Output (I / O)
4) Modul Power supply
5) Telemetering (TM) yang datang dari CT, VT melalui transducer
disambung langsung ke modul Analog input.
6) Telesinyal (TS) yang datang dari peralatan GI (PMT, PMS, ES,
Trafo dll) disambung langsung ke modul digital input.
7) Telekontrol digital (TC) yang dkeluarkan dari modul analog
output disambung ke peralatan pembangkit atau gardu induk
(PMT, PMS, ES dll) yang dilengkapi dengan motor penggerak
untuk dikontrol dari pusat pengatur. (Syufrijal.2014)
BAB III
MULAI PEMILIHAN
PENYULANG BACKUP
PELANGGAN PREMIUM
INDEKS
KEANDALAN
DAN JATUH
TEGANGAN
PERHITUNGAN PERHITUNGAN
TEGANGAN UJUNG SAIDI DAN SAIFI
PEMBUATAN SIMULASI
ALIRAN DAYA PADA
ETAP 12.6
TIDAK
MEMBANDINGKAN PERHITUNGAN
MANUAL DENGAN SIMULASI ETAP 12.6
YA
MEMBANDINGKAN JATUH TEGANGAN DAN
INDEKS KEANDALAN PENYULANG
PENYULANG
BACKUP TERBAIK
PENMBUATAN SIMULASI
PERPINDAHAN PENYULANG
SUPPLY DENGAN PLC SCADA
SELESAI
44
45
PBG01 PBG11
PBG01
L L
LBS
Trafo II PBG02-111-
B017 PBG02-170
60 MVA
PM T PBG 02 PBG02-58 PBG02-155-U20
PBG02-137 PBG02-155-U05
PBG 02 R
PBG02-107 PBG02-112 PBG02-152 PBG02-155-U17-
PBG02-06
B02
PBG02-60-T01
PBG02-110-T02
SSO
PBG02-110-T41
PBG02-60-T20
PBG11
PBG07
PBG04
1. Peralatan Penyulang
1) Spesifikasi PMT
Merk Rele : ARGUS 7SR11
Rasio CT : 800/5
47
48
2) Spesifikasi Recloser
No. Tiang : PBG-02-058
Merk Rele : Nulec
Tipe Control : ADVC
Rasio CT : 1000/1
2. Batas Penyulang
Setiap penyulang mesti berhubungan langsung dengan penyulang lain,
media penghubung dari kedua penyulang tersebut berupa peralatan switch
seperti ABSW (Air Break Switch), LBS (Load Break Switch), maupun DS
(Disconnecting Switch) yang diposisikan NO (Normally Open). Begitu
juga penyulang PBG-02 yang berbatasan langsung dengan penyulang
PBG04 di SSO PBG-02-60-T20, penyulang PBG-01 di ABSW PBG-02-
81-B02 dan di LBS PBG-02-111-B017, penyulang PBG07 di LBS PBG-
02-110-T41, penyulang PBG11 di LBS PBG-02-170 dan di ABSW PBG-
02-155-U17-B02, penyulang PBG06 di LBS Three Way PBG06-170-
U032-U006K, dan penyulang PBG-05 di ABSW PBG-02-155-U20.
3. Jumlah Section dan Pembebanan
Section merupakan daerah yang dibatasi oleh peralatan switching satu
dengan peralatan switching selanjutnya dalam sebuah penyulang. Nilai
beban pada section dapat diketahui dengan cara pengurangan dari arus
switching awal section dengan akhir section yang dimaksudkan.
Tabel 3.2 Arus Pengukuran Switching PBG-02
Nilai Arus (A)
No. Switching
R S T
1. PMT Outgoing 177,5 212 240,8
Nilai arus beban pada penyulang PBG-02 dapat dilihat melalui semua titik
peralatan hubung jaringan penyulang PBG-02 yang terpantau melalui
sistem SCADA atau melalui pengukuran langsung di lapangan, nilai ini
relative sama setiap harinya.
Jam x Jenis
Pelanggan
Bulan Peralatan Jenis Pelanggan Gangguan
Padam
Padam
2018
- - - - - -
2019
Februari PBG-02 PMT 3.120,5 18099 Alam
Mei Pihak
PBG-02 PMT 8.489,6 18099
iii/binatang
(Sumber : PT.PLN (Persero) UP3 Purwokerto)
PBG06
PBG02
PBG01-332-
PBG01-136
B002
PBG01-398
PBG01-458
PBG01-534
PBG01-597
PBG01-59
Trafo 1I
PBG01-384
PBG01-99-S02 PBG01-603-U01-
60 MVA
T03
PM T PBG 01
PBG 01 R R PM L10
PBG01-05
PBG01-133
PBG01-274
PBG01-603-U16
PBG01-195
PBG01-94-T09
PBG01-99-B02 PBG01-605
PBG01-277-
B015
LBS
PBG01-385-T13
KBL12-273-B03- PBG01-671
U101-T04
PBG01-738-U04
PBG11
PBG02 PBG01
KBL12
BLP01
1. Peralatan Penyulang
1) Spesifikasi PMT
Merk Rele : SIEMENS
Tipe : ARGUS 7SR11
Rasio CT : 800/5
2) Spesifikasi Recloser
No. Tiang : PBG-01--59
Merk Rele : Nulec
Tipe : N27
Rasio CT : 1000/1
2. Batas Penyulang
Setiap penyulang mesti berhubungan langsung dengan penyulang lain,
media penghubung dari kedua penyulang tersebut berupa peralatan switch
seperti ABSW (Air Break Switch), LBS (Load Break Switch), maupun DS
(Disconnecting Switch) yang diposisikan NO (Normally Open). Begitu
juga penyulang PBG-01 yang berbatasan langsung dengan penyulang
PBG-02 di ABSW PBG-01-94-T09 dan di ABSW PBG-01-136,
penyulang PBG06 di ABSW PBG-01-99-S02 dan di LBS PBG-02-111-
B017, penyulang KBL12 di LBS KBL12-273-B03-U101-T004,
penyulang PBG-05 di LBS PBG-01-385-T13155-U17-B02, Trafo 1 GI
Balapulang di ABSW PBG-01-738-U04, dan Trafo 2 GI Pemalang di LBS
NO PBG-01-603-U16
3. Jumlah Section dan Pembebanan
Section merupakan daerah yang dibatasi oleh peralatan switching satu
dengan peralatan switching selanjutnya dalam sebuah penyulang.
Penyulang PBG-01 terdiri dari beberapa section dengan nilai arus beban
dan panjang yang ditentukan dengan pengurangan dari arus switching
awal section dengan akhir section yang dimaksud
Tabel 3.5 Arus Pengukuran pada Switching PBG-01
No Nilai Arus (A)
Switching
. R S T
1. PMT Outgoing 114 80 177
2. PBG-01-05 114 80 177
3. PBG-01-59 109 75 174
4. PBG-01-92 109 72 170
5. PBG-01-133 88 61 170
6. PBG-01-195 87 60 169
7. PBG-01-274 86 59 168
8. PBG-01-384 85,6 57,1 164,2
9. PBG-01-398 82,9 44,1 117,2
10. PBG-01-458 82,2 37,2 70,5
11. PBG-01-534 59,6 26,6 61,3
12. PBG-01-597 50 21,1 46,2
13 PBG-01-605 49,8 14 35,1
14 PBG-01-671 16,3 3,8 16,4
(Sumber : PT. PLN(Persero) UP3 Purwokerto)
53
Nilai arus beban pada penyulang PBG-02 dapat dilihat melalui semua titik
peralatan hubung jaringan penyulang PBG-02 yang terpantau melalui
sistem SCADA atau melalui pengukuran langsung di lapangan, nilai ini
relative sama setiap harinya.
Tabel 3.6 Data Section PBG-01
Nilai Arus Beban
Nama Awal Akhir Panjang
No. (A)
Section Section Section (kms)
R S T
Section PMT 0 0 0
1. PBG-01-05 0,3
001 Outgoing
Section PBG-01- 5 5 3
2. PBG-01-59 2,97
002 05
Section PBG-01- 0 3 4
3. PBG-01-92 1,65
003 59
Section PBG-01- PBG-01- 21 11 0
4. 2,291
004 92 133
Section PBG-01- PBG-01- 1 1 1
5. 3,1
005 133 195
Section PBG-01- PBG-01- 1 1 1
6. 3,9
006 195 274
Section PBG-01- PBG-01- 0,4 1,9 3,8
7. 5,65
007 274 384
8. Section PBG-01- PBG-01- 1,35 2,7 13 47
008 384 398
9. Section PBG-01- PBG-01- 3 0,7 6,9 46,7
009 398 458
10. Section PBG-01- PBG-01- 3,8 22,6 10,6 9,2
010 458 534
Section PBG-01- PBG-01- 3,15 9,6 5,5 15,1
11.
011 534 597
Section PBG-01- PBG-01- 1,35 0,2 7,1 11,1
12.
012 597 605
Section PBG-01- PBG-01- 3,3 33,5 10,2 18,7
13
013 605 671
54
4. Histori Pemadaman
Pemadaman yang ditampilkan adalah pemadaman yang disebabkan oleh
gangguan yang menyebabkan peralatan proteksi trip. Histori pemadaman
dapat dilihat pada Lampiran 2
1. Peralatan Penyulang
Peralatan utama penyulang PBG-05 terdiri dari 1 unit kubikel PMT
Outgoing, 7 unit ABSW, 2 uni Recloser, 4 unit LBS. Berikut MERUpakan
spesifikasi peralatan proteksi penyulang :
1) Spesifikasi PMT
Merk Rele : AREVA
Tipe : MICOM P123
55
Rasio CT : 600/1
2) Spesifikasi Recloser
No. Tiang : PBG-05-062
Merk Rele : JUNGWOON
Tipe : ADVC
Rasio CT : 500/1
2. Batas Penyulang
Penyulang PBG-05 yang berbatasan langsung dengan penyulang PBG-02
di ABSW PBG-05-191-S08, penyulang PBG11 di LBS PBG-05-191-B02,
penyulang PBG-10 di SSO PBG-05-353, penyulang PBG-01 di LBS
PBG-05-349-U04 . Semua peralatan tersebut dalam konfigurasi normal
dalam keadaan NO.
3. Jumlah Section dan Pembebanan
Section merupakan daerah yang dibatasi oleh peralatan switching satu
dengan peralatan switching selanjutnya dalam sebuah penyulang.
Penyulang PBG-05 terdiri dari beberapa section dengan nilai arus beban
dan panjang ditentukan dengan pengurangan arus pengukuran switching
awal section dengan akhir section yang dimaksudkan
2) Spesifikasi Recloser
No. Tiang : PBG-10-043
Merk Rele : Cooper
Tipe : NOVA
Rasio CT : 1000/1
4. Histori Pemadaman
Pemadaman yang ditampilkan adalah pemadaman yang disebabkan oleh
gangguan yang menyebabkan peralatan proteksi trip. Histori Pemadaman
dapat dilihat pada Lampiran 2
Tabel 3.11 Besarnya Nilai KHA dari Penghantar AAC dan AAAC
Luas Penampang KHA
(mm²) (Ampere)
16 105
25 135
35 170
50 210
70 255
95 320
120 365
150 425
185 490
240 585
(Sumber: SPLN 64:1985, Tabel VIII)
Pada Penyulang di GI Purbalingga dari PMT Outgoing hingga risepole jenis
penghantar yang digunakan adalah kabel XLPE dengan diameter 300 mm2
selanjutnya setelah tiang pertama sebagian besar penyulang menggunakan
jenis penghantar A3C 240 mm2 pada jaringan utama nya
61
No. Data
1. Standar a. IEC
b. Frekuensi 50 Hz
2. Power Grid a. Tegangan 150 Kv
b. Arus Hubung Singkat 3Ø
c. Arus Hubung Singkat 1Ø
3. Trafo I GI a. Daya = 60 MVA
Purbalingga b. Fasa = 3 Fasa
c. Tegangan Nominal = 150 kV/20 kV
d. Impedansi Trafo = 12,17 %
e. Vektor Group = Ynyn
f. Frekuensi = 50 Hz
g. Arus Nominal = 1677,53 A
4. Trafo II GI a. Daya = 60 MVA
Purbalingga b. Fasa = 3 Fasa
c. Tegangan Nominal = 150 kV/20 kV
62
3. Pada menu bar, klik Project → Standards lalu isikan data seperti dibawah ini
5. Klik HVCB satu kali pada AC element, lalu klik satu kali pada one line
diagram untuk meletakkannya dan hubungkan dengan Power Grid
PEMBAHASAN
67
68
112494
= = 0,48 kali/pelanggan
234013
Dari perhitungan diatas dapat diketahui nilai indeks keandalan untuk
bulan selanjutnya dengan cara yang sama sehingga data indeks keandalan
penyulang PBG-01 disajikan pada Tabel 4.1 dibawah ini :
2. Penyulang PBG-05
Perhitungan indeks keandalan pada penyulang menggunakan
persamaan 2.1 dan 2.2. Berikut merupakan contoh perhitungan indeks
keandalan pada bulan September 2018 di penyulang PBG-05
i. 𝐒AIDI
Jumlah dari perkalian Jam Padam dan Pelanggan Padam
=
Jumlah Pelanggan
11966,66
= = 0,05 jam/pelanggan
236022
69
ii. 𝐒AIFI
Jumlah dari Perkalian Frek. Padam dan Pelanggan Padam
=
Jumlah Pelanggan
27740
= = 0,12 kali/pelanggan
236022
Indeks
No. Bulan Keandalan
SAIDI SAIFI
1. Juli 2018 0 0
2. Agustus 2018 0 0
3. September 2018 0,05 0,12
4. Oktober 2018 0,13 0,29
5. November 2018 0,15 0,29
6. Desember 2018 0 0
7. Januari 2019 0 0
8. Februari 2019 0,36 0,63
9. Maret 2019 0,21 0,34
10. April 2019 0 0
11. Mei 2019 0,04 0,11
12. Juni 2019 0 0
Total 0,94 1,78
3. Penyulang PBG-10
Perhitungan indeks keandalan pada penyulang menggunakan
persamaan 2.1 dan 2.2. Berikut merupakan contoh perhitungan indeks
keandalan pada bulan Juli 2018 di penyulang PBG-10 :
i. 𝐒AIDI
Jumlah dari perkalian Jam Padam dan Pelanggan Padam
=
Jumlah Pelanggan
47317,7
= = 0,2 jam/pelanggan
234013
ii. SAIFI
Jumlah dari Perkalian Frek. Padam dan Pelanggan Padam
=
Jumlah Pelanggan
19756
= = 0,084 kali/pelanggan
234013
Indeks
No. Bulan Keandalan
SAIDI SAIFI
1. Juli 2018 0,2 0,08
2. Agustus 2018 0 0
3. September 2018 0,1 0,08
4. Oktober 2018 0,07 0,08
5. November 2018 0,61 0,12
6. Desember 2018 0,09 0,04
7. Januari 2019 0 0
8. Februari 2019 0,08 0,04
9. Maret 2019 0 0
10. April 2019 0,03 0,04
11. Mei 2019 0 0
12. Juni 2019 0 0
Total 1,18 0,48
71
Indeks Keandalan
No. Penyulang SAIDI SAIFI
(Jam/Pelanggan/Tahun) (Kali/Pelanggan/Tahun)
1. PBG-01 1.41 2.21
2. PBG-05 0.94 1.78
3. PBG-10 1.18 0.48
Menurut SPLN No. 68-2 Tahun 1986 untuk sistem konfigurasi radial
dengan PBO standar indeks keandalan adalah f = 2,4 kali/tahun dan d=12,8
jam/tahun. Hasil perhitungan dan SPLN dapat dilihat perbandingannya pada
grafik seperti berikut ini :
GRAFIK INDEKS
KEANDALAN PENYULANG
PBG-01 PBG-05 PBG-10
SPLN SAIDI
12,8
12
10
8
6
4 2,21 SPLN SAIFI 2,4
1,41 1,18 1,78
2 0,94 0,48
0
SAIDI (Jam/Pelanggan/Tahun) SAIFI (Kali/Pelanggan/Tahun)
Perhitungan beserta jatuh tegangan dilakukan dengan dua metode yaitu dengan
metode manual beserta menggunakan Software ETAP 12.6 yang dilakukan untuk
sekaligus membandingkan perhitungan penulis dengan simulasi pada aplikasi
tersebut.
1. Penyulang PBG-01
Beban yang digunakan adalah beban pengukuran malam dimana fasa T yang
merupakan beban tertinggi penyulang yang dapat dilihat pada Tabel 3.5
cos θ =1
cos-1 1 = 0
sin 0° = 0
IPMT =Ī∠0°
= 177 A
Total panjang penyulang PBG-01 berdasarkan Tabel 3.6 untuk kabel power
300 mm2 dan kabel AAAC 240 mm2 adalah 0,25 km dan 39,441 km. Nilai
impedansi kabel power 300 mm2 adalah Z = 0,1 + j0,0945 sedangkan untuk
kabel AAAC 240 mm2 adalah Z = 0,1344 + j0,3158
cos θ =1
cos-1 1 = 0
sin 0° = 0
IPMT =Ī∠0°
= 213,7 A
74
Total panjang penyulang PBG-05 berdasarkan Tabel 3.8 untuk kabel power
300 mm2 dan kabel AAAC 240 mm2 adalah 0,25 km dan 23,255 km. Nilai
impedansi kabel power 300 mm2 adalah Z = 0,1 + j0,0945 sedangkan untuk
kabel AAAC 240 mm2 adalah Z = 0,1344 + j0,3158
Dari perhitungan diatas terlihat bahwa jatuh tegangan pada penyulang PBG-
05 masih berada diatas batas jatuh tegangan yang telah ditetapkan SPLN
No. 72 Tahun 1987.
3. Penyulang PBG-10
Beban yang digunakan adalah beban pengukuran malam dimana fasa T yang
merupakan beban tertinggi penyulang yang dapat dilihat pada Tabel 3.9
cos θ = 0,93
cos-1 0,93 = 21,565
sin 0,376° = 0,367
IPMT = Ī ∠ 21,565°
= 1 [cos(θ)+ jsin(θ)]
= 169,9 (0,93 + j0,367)
= 158,01 + j62,35 A
= √3 x (750,478 + 695,829)
= √3 x 1446,37
= 2505,186 V
Ʃ ΔVloss PBG-10 = ΔV (SKTM) + ΔV (SUTM)
= 9,392 + 2505,186
= 2514,578 V
= 2,515 kV
VFF PBG-10 = 20,8 kV– 2,515 kV
= 18,285 kV
Karena penyulang PBG-10 memiliki konfigurasi jaringan radial, menurut
SPLN No. 72 Tahun 1987 batas bawah jatuh tegangan pada penyulang
adalah 5% dari tegangan kerja, sehingga batas bawah jatuh tegangan
penyulang adalah sebagai berikut
ΔVloss FF SPLN = 5% x 20 Kv
= 1kV
VFF PBG-10 = 20 kV – 1kV
= 19 kV
Dari perhitungan diatas terlihat bahwa jatuh tegangan pada penyulang PBG-
10 masih diatas batas jatuh tegangan yang telah ditetapkan SPLN No. 72
Tahun 1987.
A. Penyulang PBG-01
TEGANGAN UJUNG
B. Penyulang PBG-05
TEGANGAN UJUNG
C. Penyulang PBG-10
TEGANGAN UJUNG
Perbandingan dari hasil perhitungan dengan hasil yang tertera pada simulasi
ETAP akan ditampilkan pada Tabel 4.5 dibawah ini
Tabel 4.5 Perbandingan Perhitungan Jatuh Tegangan Manual dan ETAP
Manual (kV) ETAP(kV)
Penyulang Tegangan Tegangan Tegangan Tegangan
Vd Vd
Kirim Ujung Kirim Ujung
PBG-01 20,6 1,633 18,966 20,622 1,6 19,022
PBG-05 20,8 1,166 19,634 20,806 1,19 19,612
PBG-10 20,8 2,515 18,285 20,806 2,53 18,279
Hasil perhitungan juga dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti berikut
ini :
2
1,6 1,633
1,5 1,19 1,166
1 1 1
0,5
0
ETAP MANUAL
Pada perhitungan indeks keandalan terlihat bahwa indeks SAIDI pada penyulan
PBG-05 lebih bagus sedangkan indeks SAIFI penyulang PBG-01 lebih baik.
Penyulang yang memiliki tegangan ujung paling bagus adalah PBG-05 walaupun
berada dibawah standar PLN. Setelah dibandingkan, dapat disimpulkan bahwa
penyulang PBG-05 merupakan penyulang yang lebih baik dibandingkan dengan
PBG-01 dan PBG-10, dikarenakan unggul pada dua indikator dari tiga indikator
yang ada.
Machine:
Gambar 4.6 Icon Software dan Tampilan Status Launch Eco Structure
Machine
b. Memilih “Create New Project”, kemudian akan muncul tampilan seperti
pada Gambar 4.7
%Q0.3 Remote
%Q0.4 Priority
%Q0.5 Non Priority
%Q0.6 INC ON PBG2
%Q0.7 INC OFF PBG2
%Q0.8 INC ON PBG-05
%Q0.9 INC OFF PBG-05
h. Klik next pada pilihan “Create a New I/O Device”, setelah itu
memilih “External I/O Device” lalu menekan pilihan next.
Voltage Voltage
Detector Detector
ON ON
INCOMING 1 INCOMING 2
SOURCE SOURCE
SW 1 SW 2
PELANGGAN
MULAI
MAIN
SOURCE
SW 1 OPEN
SW 2 CLOSE
BACKUP
SOURCE
SELESAI
2. Non Prioritas
Pada mode non prioritas, kedua sumber statusnya adalah sumber
utama (Incoming 1 main dan Incoming 2 main). Saat terjadi hilang
tegangan pada sumber 1 maka akan otomatis berpindah ke sumber 2
dan tidak akan mengalami perpindahan sumber, jika sumber yang
digunakan tidak mengalami hilang tegangan.
MULAI
MAIN
SOURCE 1
PADAM NYALA
STATUS SENSOR
TEGANGAN
SW 1 OPEN
SW 2 CLOSE
MAIN
SOURCE 2
PADAM
SW 1 CLOSE STATUS SENSOR
SW 2 OPEN TEGANGAN
NYALA
SELESAI
Simulasi aliran daya pada ETAP 12.6 menunjukkan kondisi saat keadaan
pelanggan di suplai PBG-02 dan saat disuplai oleh PBG-05. Pada Gambar
4.36 dan Gambar 4.37 menunjukkan bahwa pelanggan mengalami
perbedaan nilai tegangan suplai saat penyulang incoming nya PBG-05.
Namun hal ini masih berada pada batas wajar yang mengacu pada SPLN
No. 72 Tahun 1987 yaitu batas minimal 19 kV dan batas maksimal 21 kV.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Tugas Akhir dengan judul “Analisis Perencanaan
Jaringan Pelanggan Premium CV SN Jaya Prima Di PT. PLN (Persero)
Distribusi Area Purwokerto Menggunakan Etap Berbasis PLC dan
SCADA”, maka dapat disimpulkan :
1. Perhitungan indeks keandalan berfokus pada nilai SAIDI dan SAIFI
yang nilainya untuk penyulang PBG-01 sebesar 1,41 jam/pelanggan
dan 2,21 kali/pelanggan, penyulang PBG-05 sebesar 0,94
jam/pelanggan dan 1,78 kali/pelanggan, serta penyulang PBG-10
dengan nilai 1,18 jam/pelanggan dan 0,48 kali/pelanggan.
2. Perhitungan jatuh tegangan dilakukan dengan menggunakan cara
manual dan software ETAP yang nantinya akan didapatkan nilai
tegangan ujung pada penyulang. Nilai tegangan ujung manual dan
ETAP pada penyulang PBG-01 yaitu 18966 V dan 19022 V, pada
penyulang PBG-05 sebesar 19634 V dan19612 V, dan pada PBG-10
dengan nilai 18285 V dan 18279 V.
3. Penyulang PBG-05 merupakan penyulang terbaik untuk dijadikan
sebagai penyulang backup pelanggan karena unggul dua dari tiga
indikator dengan nilai SAIDI sebesar 0,9 jam/pelanggan dan nilai
tegangan ujung sebesar 19612 V.
4. Incoming pelanggan akan berpindah secara otomatis oleh Automatic
Changeover ke penyulang backup/kedua saat incoming yang sedang
menyuplai pelanggan mengalami hilang tegangan.
5.2 Saran
Berikut ini saran yang dapat disampaikan anatara lain sebagai berikut:
1. Pada tugas akhir ini belum membahas tentang pengaruh kedip pada
beban-beban motor, untuk selanjutnya permasalahan ini dapat dibahas
secara lebih spesifik dan mendalam
99
2. Pada tugas akhir ini juga belum membahas tentang kerugian dari sisi
PLN terkait jatuh tegangan, diharapkan ke depannya permasalahan ini
dapat dianalisa dengan lebih rinci.
3. Pemilihan judul sebaiknya lebih mencerminkan pada isi masalah yang
dibahas
100
DAFTAR PUSTAKA
______. 1985. Standar Perusahaan Umum Listrik Negara No. 64 1985 Petunjuk
Pemilihan dan Penggunaan Pelebur pada Sistem Distribusi Tegangan
Menengah. PT PLN (Persero). Departemen Pertambangan dan Energi:
Jakarta.
______. 1987. Standar Perusahaan Umum Listrik Negara No. 68-2 1987
Tingkat Jaminan Sistem Tenaga Listrik Bagian dua : Distribusi. PT PLN
(Persero). Departemen Pertambangan dan Energi: Jakarta.
Kelompok Kerja Standar Konstruksi Jaringan Distribusi tenaga Listrik dan Pusat
Penelitian Sains dan Teknologi Universitas Indonesia. 2010. Buku 1
Kriteria Disain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga
Listrik. Jakarta : PT. PLN (Persero).
Kelompok Kerja Standar Konstruksi Jaringan Distribusi tenaga Listrik dan Pusat
Penelitian Sains dan Teknologi Universitas Indonesia. 2010. Buku 5
Standart Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik.
Jakarta : PT. PLN (Persero).
Readysal, Monantun dan Syufrijal. 2014. Jaringan Distribusi Tenaga Listrik.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Schneider Electric. 2014. Modicon M221 Logic Controller. France: Schenider
Electric.
Sugianto.,& Mustikasari, Asri Dewi. (2018). Pemasangan Automatic Change
Over (ACO) Untuk Meningkatkan Keandalan Pada Pelanggan Premium
101
LAMPIRAN
102
103
Lampiran 2 Rekap Data Gangguan PBG-01, PBG-05, dan PBG-1 (Juli 2018-Mei 2019)
Gardu Jam x Pelanggan Total Pelanggan
Bulan Induk Peralatan Feeder Pelanggan Jenis Gangguan
Padam Unit
Penyulang Padam
Agustus 2018 PBG01-059 Recloser PBG-01 14262,3 27895 Pihak iii/binatang 234974
Agustus 2018 PBG01 PMT PBG-01 11273,8 28352 Peralatan
104
September PBG05-244 Recloser PBG-05 11966,66 27740 Pohon
2018
105
November PBG01-398 Recloser PBG-01 4617,8 12160 Pohon 238651
2018
106
Februari 2019 PBG05-244 Recloser PBG-05 19651,94 27740 Pohon 241051
107
108
%M46 OFF_ABSW155
%M47 ABSW155
%M50 ONREMOTE
%M52 remote
%M53 ONLOCAL
%M55 lokal
%M56 ON_PB_02
%M57 OFF_PB_02
%M59 ONPRIORITY
%M61 PRIORITY
%M69 SUPPLY_PBG05
%M71 GANGGUAN
%M80 SNJAYA
%M81 ON_TRAFO_PBG5
%M83 TRAFO_PBG5
%M84 ON_PMT_PBG5
%M86 PMT_PBG5
%M87 ON_ABSW_PBG5
%M89 ABSW_PBG5
%M90 ON_REC_PBG5
%M92 REC_PBG5
%M94 ON_NONPRIORITY
%M96 NONPRIORITY
%M101 SECTION1_PBG5
%M102 SECTION2_PBG5
%M103 SECTION3_PBG5
%M104 SECTION4_PBG5
%M106 SECTION5_PBG5
%M107 SECTION6_PBG5
%M108 SECTION7_PBG5
%M109 SECTION8_PBG5
112
%M105 SUPPLY_PBG02
%M114 ON_PBG5_136
%M115 PBG5_136
%M117 ONPBG5_188
%M118 PBG5_188
%M120 ON_PBG5_244
%M121 PBG5_244
%M123 ON_PBG5_276
%M124 ON_PB_05
%M125 OFF_PB_05
%M127 OFF_SUPPLY_PBG02
%M128 OFF_SUPPLY_PBG05
%M143 ON_PBG5_338
%M144 PBG5_338
%M146 ON_PBG05_349_U
%M147 PBG05_349_U
%M150 PBG5_276
%M201 SECTION1
%M202 SECTION2
%M203 SECTION3
%M204 SECTION4
%M205 SECTION5
%M206 SECTION6
%M207 SECTION7
%M208 SECTION8
%M209 SECTION9
%M210 SECTION10
113