Anda di halaman 1dari 131

ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN PELANGGAN

PREMIUM CV. SN JAYA PRIMA DI PT. PLN (PERSERO)


DISTRIBUSI AREA PURWOKERTO MENGGUNAKAN
ETAP BERBASIS PLC DAN SCADA

Disusun oleh :
Iklimadani Sheviana Astuti
3.39.17.0.12

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2020
ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN PELANGGAN
PREMIUM CV. SN JAYA PRIMA DI PT. PLN (PERSERO)
DISTRIBUSI AREA PURWOKERTO MENGGUNAKAN
ETAP BERBASIS PLC DAN SCADA

Tugas akhir/skripsi ini disusun untuk melengkapi


sebagian
persyaratan menjadi Ahli Madya/Sarjana Terapan
Disusun oleh :
Iklimadani Sheviana Astuti
3.39.17.0.12

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2020

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Kami menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir dengan judul “Analisis
Perencanaan Jaringan Pelanggan Premium CV. SN Jaya Prima di PT. PLN
(Persero) Distribusi Area Purwokerto Menggunakan ETAP Berbasis PLC Dan
SCADA” yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Ahli Madya
pada Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri
Semarang, sejauh yang kami ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari
tugas akhir yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan
gelar Ahli Madya di lingkungan Politeknik Negeri Semarang maupun di perguruan
tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya
dicantumkan sebagaimana mestinya.

Semarang, 26 Oktober 2020

Iklimadani Sheviana Astuti


NIM. 3.39.17.0.12

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Tugas akhir dengan judul “Analisis Perencanaan Jaringan Pelanggan Premium CV.
SN Jaya Prima di PT. PLN (Persero) Distribusi Area Purwokerto Menggunakan
ETAP Berbasis PLC Dan SCADA” dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan
menjadi Ahli Madya pada Program Studi Teknik Listrik, Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Semarang dan disetujui untuk diajukan dalam sidang ujian tugas
akhir.

Semarang, 26 Oktober 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Yusnan Badruzzaman, S.T, M.Eng. Lilik Eko Nuryanto, B.Eng, M.Kom.


NIP.197503132006041001 NIP. 196204061991031002

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Adi Wasono, B.Eng., M.Eng.


NIP.196401221991031002

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas akhir/skripsi dengan judul “Analisis Perencanaan Jaringan Pelanggan


Premium CV. SN Jaya Prima di PT. PLN (Persero) Distribusi Area Purwokerto
Menggunakan ETAP Berbasis PLC Dan SCADA” Telah dipertahankan dalam ujian
wawancara dan diterima sebagai syarat untuk menjadi Ahli Madya pada Program
Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang pada
tanggal 26 Oktober 2020

Tim Penguji,

Penguji I, Penguji II, Penguji III,

Drs. Agus Adiwismono, M.Eng. Drs. Ari Santosa, S.ST., M.Eng. Haris Santosa, ST., M.Kom.
NIP.196009131987031001 NIP. 195903101986121002 NIP. 196005121986121001

Ketua, Sekretaris,

Yusnan Badruzzaman, S.T, M.Eng. Aggie Brenda Verdandez, ST., MT.


NIP.197503132006041001 NIP. 199204112019031014

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Elektro

Yusnan Badruzzaman, S.T, M.Eng.


NIP. 197503132006041001

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul
“ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN PELANGGAN PREMIUM CV.
SN JAYA PRIMA DI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI AREA
PURWOKERTO MENGGUNAKAN ETAP BERBASIS PLC DAN
SCADA” tepat pada waktunya.

Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Pendidikan Diploma III Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Semarang. Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, penulis
mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Orang Tua penulis yang senantiasa mendukung dan memberikan doa bagi
penulis hingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.
2. Bapak Ir. Supriyadi M.T., selaku Direktur Politeknik Negeri Semarang.
3. Bapak Yusnan Badruzzaman S.T, M.Eng., selaku Ketua Jurusan Teknik
Elektro Politeknik Negeri Semarang.
4. Bapak Adi Wasono, B.Eng.,M.Eng., selaku Ketua Program Studi Teknik
Listrik Politeknik Negeri Semarang.
5. Bapak Yusnan Badruzzaman S.T, M.Eng., selaku Dosen pembimbing
pertama yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
6. Lilik Eko Nuryanto, B.Eng, M.Kom., selaku Dosen pembimbing kedua yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta staff pegawai Jurusan Teknik Elektro
khususnya Program Studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Semarang.
8. Teman – teman kelas LT-3D yang kurang lebih 3 tahun bersama dalam proses
pembelajaran di Politeknik Negeri Semarang.

vi
9. Mentor magang serta staff-staff jaringan di UP3 Purwokerto yang sudah
memberikan pengarahan dan memberikan data-data yang diperlukan dalam
Tugas Akhir ini
10. Pihak-pihak lain yang telah memberi bantuan baik riil maupun materil.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi
sempurnanya Tugas Akhir ini. Besar harapan semoga Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi penulis, khususnya pembaca.

Semarang, 14 Oktober 2020

Penulis

vii
ABSTRAK

Konsumen besar salah satunya industri sangat bergantung pada ketersediaan


energi listrik demi kelancaran produksi. Program Layanan Premium ada untuk
fokus pada masalah ketersediaan energi listrik tersebut, dengan menyediakan
layanan suplai dari penyulang kedua. Oleh karena itu perlu dilakukan
perencanaan pemilihan dari penyulang-penyulang yang potensial menjadi
penyulang suplai kedua. Pada penelitian kali ini akan menganalisa hal-hal yang
menjadi faktor pertimbangan pemilihan yaitu indeks keandalan, jatuh tegangan,
serta skema penyalurannya. Analisa yang dilakukan dengan cara melakukan
perhitungan secara manual dan melakukan simulasi pada ETAP dan SCADA.
Pada perhitungan manual nilai SAIDI PBG-01, PBG-05, dan PBG-10 adalah
1.41, 0.94, dan 1,18 jam/pelanggan/tahun. Sedangkan untuk SAIFI berturut-turut
nilainya sebesar 2.21, 1.78, dan 0.48 kali/pelanggan/tahun. Jatuh tegangan
dihitung dengan cara manual dan ETAP. Nilai perhitungan manual dan ETAP
PBG-01 yaitu sebesar 18966 V dan 19022 V, untuk PBG-05 sebesar 19634 V dan
19612 V, dan pada PBG-10 nilainya sebesar 18285 V dan 18279 V. Berdasarkan
perhitungan PBG-05 merupakan penyulang terbaik karena unggul pada nilai
SAIDI dan jatuh tegangan. Pada skema penyaluran dengan adanya ACOS, ketika
terjadi gangguan pada penyulang existing maka supply akan berpindah otomatis
ke penyulang backup. Hal ini membuat ketersediaan energi listrik pada
pelanggan dapat tetap terjaga.

Kata kunci : Premium, Penyulang, Keandalan, Jatuh Tegangan, ACOS

viii
ABSTRACT

Industry is one of consumers that is very dependent on the availability of electrical


energy for production. The Premium Service Program exists to focus on
availability problem of electrical energy, by providing supply services from the
second feeder. It is necessary to plan the selection of potential feeders to become
the second feeder. This research will analyze the factors of the selection, that are
voltage drop, reliability index, and the distribution scheme. The analysis is done
by doing calculations manually and simulating in ETAP and SCADA. In manual
calculation, SAIDI for PBG-01, PBG-05, and PBG-10 are 1.41, 0.94, and 1.18
hours / customer / year. Whereas for SAIFI, the values were 2.21, 1.78, and 0.48
times / customer / year. The value for manual and ETAP of PBG-01 is 18966 V
and 19022 V, for PBG-05 is 19634 V and 19612 V, and for PBG-10 is 18285 V
and 18279 V. The calculation for best feeder goes to PBG-05 for it’s superior at
the SAIDI value and voltage drop. In the scheme with ACOS, when there is outage
at existing feeder, that will make supply automatically switch to backup. This
makes availability of electrical energy to customers can be maintained.

Keywords :Premium, Feeder, Reliability, Voltage Drop, ACOS

ix
DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ......................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ v

KATA PENGANTAR .................................................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................................... vii

ABSTRACT ..................................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

BAB I1PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.4 Pembatasan Masalah ................................................................................ 3
1.5 Metode ...................................................................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................... 4
BAB II6LANDASAN TEORI ........................................................................................ 6

2.1 Sistem Tenaga Listrik ............................................................................... 6


2.2 Klasifikasi Sistem Distribusi Tenaga Listrik ............................................ 8
2.2.1 Klasifikasi Sistem Jaringan Distribusi Berdasarkan Tegangan ....... 8
2.2.2 Klasifikasi Sistem Jaringan Distribusi Berdasarkan Konfigurasi ..... 9
2.3 Jaringan Tegangan Menengah ................................................................ 10
2.3.1 Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah ...................................... 10
2.3.2 Gangguan Jaringan Tegangan Menengah ....................................... 13
2.4 Layanan Premium................................................................................... 14
2.4.1 Layanan Khusus Premium Platinum ............................................... 14

x
2.4.2 Layanan Khusus Premium Gold ..................................................... 15
2.4.3 Layanan Khusus Premium Silver .................................................... 15
2.4.4 Layanan Khusus Premium Bronze .................................................. 16
2.5 Indeks Keandalan Sistem Distribusi....................................................... 16
2.5.1 Sistem Average Interruption Frequency Index (SAIFI) .................. 16
2.5.2 Sistem Average Interruption Duration Index (SAIDI) .................... 17
2.6 Kawat Penghantar Jaringan Distribusi ................................................... 18
2.6.1 Karakteristik Elektris Penghantar .................................................. 19
2.7 Jatuh Tegangan ....................................................................................... 21
2.8 Manuver Jaringan Distribusi .................................................................. 22
2.8.1 Pelimpahan Beban ........................................................................... 22
2.8.2 Peralatan Manuver .......................................................................... 24
2.8.3 Prosedur dalam Pelaksanaan Manuver Jaringan ............................. 30
2.8.4 Proedur Komunikasi ....................................................................... 30
2.9 Automatic Changeover Switch ............................................................... 31
2.9.1 Cara Kerja ACO .............................................................................. 31
2.9.2 Bagian-Bagian ACO ....................................................................... 32
2.10 Sofware ETAP 12.6 ................................................................................ 34
2.11 PLC ......................................................................................................... 35
2.12 Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) ........................... 39
2.11.1 Fungsi Sistem SCADA ................................................................... 41
2.11.2 Peralatan SCADA ........................................................................... 42
BAB III44METODOLOGI PENELITIAN DAN PENGAMBILAN DATA ......... 44

3.1 Flow Chart Perencanaan Jaringan Pelanggan Premium ........................ 44


3.2 Spesifikasi Penyulang............................................................................. 45
3.2.1 Penyulang PBG-02 .......................................................................... 47
3.2.2 Penyulang PBG-01 .......................................................................... 50
3.2.3 Penyulang PBG-05 .......................................................................... 54
3.2.4 Penyulang PBG-10 .......................................................................... 57
3.3 Spesifikasi Penghantar ........................................................................... 60
3.3 Pembuatan Simulasi ............................................................................... 61
BAB IV67PEMBAHASAN ................................................................................... 67

4.1 Analisa Keandalan .................................................................................. 67

xi
4.1.1 Indeks Keandalan Penyulang .......................................................... 67
4.2 Analisa Voltage Drop ............................................................................ 72
4.2.1 Perhitungan Manual Voltage Drop ................................................. 72
4.2.2 Perhitungan Menggunakan ETAP................................................... 76
4.3 Analisa Dan Perbandingan Penyulang ................................................... 81
4.4 Skema Penyaluran Dua Penyulang Pelanggan Premium ....................... 81
4.4.1 Pembuatan Simulasi Pergantian Penyulang Supply pada CV SN Jaya
81
4.4.2 Pergantian Sumber Supply pada Pelanggan Premium .................... 93
BAB V98PENUTUP.............................................................................................. 98

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 98


5.2 Saran ....................................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 100

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sistem Pendistribusian Tenaga Listrik..................................................... 7

Gambar 2.2 Diagram Garis Sistem Tenaga Listrik...................................................... 8

Gambar 2.4 Konstruksi SUTM ................................................................................... 11

Gambar 2.5 Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah ........................................... 11

Gambar 2.6 Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah .......................................... 12

Gambar 2.7 ABSW ........................................................................................................ 24

Gambar 2.8 Recloser dan Kontrol Panel ..................................................................... 26

Gambar 2.9 Rangkaian Relai Penutup Balik .............................................................. 28

Gambar 2.10 LBS SSO.................................................................................................. 29

Gambar 2.12 Bagian Internal T200 ............................................................................. 33

Gambar 2.13 Sensor VD3H .......................................................................................... 33

Gambar 2.14 Kubikel Double Incoming ..................................................................... 34

Gambar 2.11 PLC TWIDO Modular dan Compact .................................................. 36

Gambar 2.12 Bagian dasar PLC ................................................................................... 37

Gambar 2.13 PLC Schneider Modicon TM221CE24T ............................................. 39

Gambar 2.14 Blok Diagram Sistem SCADA ............................................................. 41

Gambar 3.1 Flowchart Penelitian ................................................................................. 44

Gambar 3.2 SLD Penyulang-Penyulang Backup dan Pelanggan............................ 46

Gambar 3.3 Single Line Diagram PBG-02 ................................................................. 47

Gambar 3.4 Single Line Diagram PBG-01 ................................................................. 51

Gambar 3.5 Single Line Diagram PBG-05 ................................................................. 54

Gambar 3.6 Single Line Diagram PBG-10 ................................................................. 57

Gambar 3.7 Nilai Tahanan pada Penghantar .............................................................. 61

Gambar 3.8 Tampilan membuat New ETAP .............................................................. 62

xiii
Gambar 3.9 Tampilan Create New Project................................................................. 62

Gambar 3.10 Tampilan Project Standards ................................................................. 63

Gambar 3.11 Tampilan Power Grid Editor ................................................................ 63

Gambar 3.12 Tampilan HVCB ..................................................................................... 64

Gambar 3.13 Tampilan CB Editor ............................................................................... 64

Gambar 3.14 Tampilan Cable Editor .......................................................................... 65

Gambar 3.15 Tampilan Transmission Line Editor .................................................... 66

Gambar 3.16 Tampilan Lumped Load Editor ............................................................. 66

Gambar 4.1 Grafik Indeks Keandalan Calon Penyulang Backup ............................ 71

Gambar 4.2 Simulasi Jatuh Tegangan ETAP 12.6 PBG-01 ..................................... 77

Gambar 4.3 Simulasi Jatuh Tegangan ETAP 12.6 PBG-05 ..................................... 78

Gambar 4.4 Simulasi Jatuh Tegangan ETAP 12.6 pada PBG-10 ............................ 79

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Jatuh Tegangan .................................................... 80

Gambar 4.6 Icon Software dan Tampilan Status Launch Eco Structure Machine 82

Gambar 4.7 Halaman Awal Project ............................................................................. 82

Gambar 4.8 Panel Configuration untuk Memilih Tipe Logic Controller ............... 83

Gambar 4.9 Tampilan Panel Programming SoMchine Basic ................................... 83

Gambar 4.10 Ladder Editor dan fungsi-fungsi dasar Logic Controller ................... 83

Gambar 4.11 Ladder Diagram ...................................................................................... 84

Gambar 4.12 Tampilan Vijeo Citect ............................................................................ 85

Gambar 4.13 Membuat New Project ........................................................................... 85

Gambar 4.14 Menu New Project .................................................................................. 86

Gambar 4.15 Menu User ............................................................................................... 86

Gambar 4.16 Menu Cluster ........................................................................................... 87

Gambar 4.17 Menu Communication ............................................................................. 87

Gambar 4.18 Express Comunication Wizard .............................................................. 87

xiv
Gambar 4.19 I/O Server Baru........................................................................................ 88

Gambar 4.20 Create a New I/O Device ........................................................................ 88

Gambar 4.21 Tipe I/O ..................................................................................................... 89

Gambar 4.22 Manufacture I/O Device ........................................................................ 89

Gambar 4.23 Link I/O Devices ..................................................................................... 90

Gambar 4.24 Communication Finish ............................................................................ 90

Gambar 4.25 Menu Tags pada Citect Project Editor .................................................. 90

Gambar 4.26 Menu Variable Tag.................................................................................. 91

Gambar 4.27 Menu Compile ........................................................................................ 91

Gambar 4.28 Citect Graphics Builder.......................................................................... 91

Gambar 4.29 Create a new graphics page ................................................................... 91

Gambar 4.30 Style a new graphics page ...................................................................... 92

Gambar 4.31 Toolbar symbol set .................................................................................. 92

Gambar 4.33 Prinsip Kerja Automatic Changeover .................................................. 93

Gambar 4.34 Flowchart Cara Kerja Mode Priority .................................................. 94

Gambar 4.35 Flowchart Cara Kerja Mode Non Prioritas ......................................... 95

Gambar 4.36 Simulasi ETAP Kondisi Incoming PBG-02 ........................................ 96

Gambar 4.37 Simulasi ETAP kondisi Incoming PBG-05 ......................................... 96

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Pelanggan Unit Layanan Pelanggan Purbalingga ........................ 45

Tabel 3.2 Arus Pengukuran Switching PBG-02 ......................................................... 48

Tabel 3.3 Data Section PBG-02.................................................................................... 49

Tabel 3.4 Feeder PBG-02 Trip Rentang Juli 2018-Mei 2019 .................................. 50

Tabel 3.5 Arus Pengukuran pada Switching PBG-01 ................................................ 52

Tabel 3.6 Data Section PBG-01.................................................................................... 53

Tabel 3.7 Arus Pengukuran Switching PBG-05 ......................................................... 55

Tabel 3.8 Panjang Section dan Arus Beban ................................................................ 56

Tabel 3.9 Arus Pengukuran pada Switching PBG-10 ................................................ 58

Tabel 3.10 Panjang Section dan Arus Beban.............................................................. 59

Tabel 3.11 Besarnya Nilai KHA dari Penghantar AAC dan AAAC ....................... 60

Tabel 3.12 Data untuk Software ETAP 12.6 .............................................................. 61

Tabel 4.1 Indeks Keandalan Penyulang PBG-01 ....................................................... 68

Tabel 4.2 Indeks Keandalan Penyulang PBG-05 ....................................................... 69

Tabel 4.3 Indeks Keandalan Penyulang PBG-10 ....................................................... 70

Tabel 4.4 Indeks Keandalan Calon Penyulang Backup Pelanggan Premium ........ 71

Tabel 4.5 Perbandingan Perhitungan Jatuh Tegangan Manual dan ETAP ............. 80

Tabel 4.6 Analisa Perhitungan PBG-01, PBG-05, PBG-10 ..................................... 81

Tabel 4.8 Data Pengalamatan Input PLC .................................................................... 84

Tabel 4.9 Data Pengalamatan Output PLC ................................................................. 84

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Single Line Diagram GI Purbalingga ................................................... 103

Lampiran 2 Rekap Data Gangguan PBG-01, PBG-05, dan PBG-10 .................. 104

Lampiran 3 Report Load Flow Analyst ............................................................... 105

Lampiran 4 Data Variable Tag Vijeo Citect ....................................................... 111

Lampiran 5 Ladder Diagram .............................................................................. 114

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT. PLN (Persero) merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bertanggung jawab untuk menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan
umum. Sesuai dengan Undang-Undang RI No. 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan dan berdasarkan anggaran dasar perusahaan, salah satu
rangkaian kegiatan usaha PT. PLN (Persero) adalah menjalankan usaha
penyediaan tenaga listrik. Kegiatan usaha tersebut mencakup pembangkitan,
tenaga listrik, penyaluran tenaga listrik, distribusi tenaga listrik, perencanaan dan
pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik, pengembangan penyediaan
tenaga listrik serta penjualan tenaga listrik.

Di dalam dunia kelistrikan sering terjadi persoalan-persoalan teknis akibat dari


jauhnya jarak pusat pembangkitan dengan konsumen. Proses penyaluran listrik
sangat memperhatikan dalam hal menjaga keandalan dan mutu pelayanan dalam
penyaluran tenaga listrik kepada pelanggan. Jika tingkat mutu pelayanan dan
keandalan turun maka dapat menimbulkan kerugian bagi PT. PLN (Persero)
sebagai penyedia energi listrik dan pelanggan sebagai penggguna energi listrik.
Bagi pelanggan besar (pelanggan dengan daya > 200 KVA), kehandalan energi
listrik sangat penting karena berpengaruh pada proses produksi. Dalam rangka
meningkatkan pelayanan maka PT. PLN (Persero) menyediakan layanan khusus
yaitu layanan premium untuk memenuhi tuntutan industri salah satunya di
Purbalingga. Layanan premium bertujuan agar pelanggan yang dimaksud
diutamakan keandalannya karena layanan premium ini pelanggan nantinya akan
di supply oleh dua penyulang agar keandalannya tetap terjaga. Jika terjadi
pemadaman yang menyebabkan pelanggan padam maka PT. PLN (Persero)
diharuskan membayarkan ganti rugi yang besarnya sesuai dengan jenis layanan
tersebut. Proses untuk mendapatkan layanan premium sendiri harus melewati
beberapa proses yang cukup panjang berkaitan dengan keistimewaan yang
diberikan. Salah satunya berkaitan dengan perencanaan penyulang supply kedua.

1
2

Oleh karena itu,pemilihan penyulang untuk pelanggan premium sendiri harus


melewati seleksi dan analisa sehingga nantinya penyulang yang terpilih adalah
penyulang yang terbaik, dari segi keandalan, jatuh tegangannya, maupun pola
pergantian sumber supply nantinya.

Dengan latar belakang tersebut maka judul tugas akhir yang diambil adalah
“ANALISIS PERENCANAAN JARINGAN PELANGGAN PREMIUM
CV. SN JAYA PRIMA DI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI AREA
PURWOKERTO MENGGUNAKAN ETAP BERBASIS PLC DAN
SCADA”

1.2 Rumusan Masalah


Dalam pembuatan tugas akhir ini masalah yang dibatasi adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perhitungan indeks keandalan dan susut tegangan pada penyulang


PBG-01, PBG-05, dan PBG-10?
2. Bagaimana perbandingan perhitungan untuk penentuan dalam pemilihan
penyulang backup?
3. Bagaimana skema sistem penyaluran dua penyulang pada pelanggan
premium CV SN Jaya Prima?

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan tugas akhir ini bertujuan:
1. Mengetahui perhitungan dari indeks keandalan dan susut tegangan baik
dengan rumus manual ataupun aplikasi.
2. Mengetahui sistem perbandingan untuk menentukan penyulang kedua yang
terbaik dari ketiga penyulang,
3. Mengetahui skema sistem penyaluran dua penyulang pada pelanggan
premium CV SN Jaya Prima.
3

1.4 Pembatasan Masalah


Dalam pembuatan tugas akhir ini untuk menjaga agar pembahasan masalah tidak
keluar dari permasalahan yang dikemukakan, maka pembahasan akan berkisar
pada masalah yang akan diuraikan, antara lain :
1. Penjelasan tentang analisis pertimbangan pemilihan meliputi data histori
gangguan penyulang, indeks keandalan penyulang, perhitungan jatuh
tegangan pada penyulang-penyulang yang dipertimbangkan.
2. Perhitungan jatuh tegangan perencanaan jaringan secara manual serta
menggunakan software ETAP 12.6.0
3. Sistem pemilihan penyulang dengan cara membandingkan faktor-faktor
yang telah dihitung dan disimulasikan
4. Sistem kerja penyaluran dua penyulang secara detail.
5. Simulasi penyaluran dua penyulang menggunakan PLC dan software
SCADA Vijeo Citect 7.20.

1.5 Metode
Metode yang digunakan pada penyusunan tugas akhir ini adalah:

1. Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan cara mencari data baik dari buku maupun
internet yang berhubungan dengan materi tugas akhir ini, yaitu tentang
pelanggan premium, keandalan jaringan, jatuh tegangan, maupun buku
tentang penyulang beserta komponennya.
2. Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara meminta pengarahan dan petunjuk dari
dosen pembimbing, dosen umum, serta pembimbing dari pihak PT. PLN
(Persero).
3. Observasi
Metode ini dilaksanakan dengan jalan melakukan pengamatan langsung
ke lapangan mengenai keadaan penyulang yang berada didekat pelanggan
premium CV SN Jaya Prima serta peralatan switching.
4

4. Komparatif
Metode ini dilaksanakan dengan cara membandingkan dua data atau lebih.
Pada Tugas Akhir ini dilakukan dengan cara membandingkan histori
gangguan, indeks SAIDI SAIFI penyulang, jatuh tegangan pada jaringan
secara manual dan dengan aplikasi ETAP, dan mensimulasikan sistem
penyaluran dua penyulang
5. Simulasi
Metode ini dilaksanakan dengan melakukan simulasi manuver
menggunakan ETAP 12.6 untuk melihat nilai jatuh tegangannya dan PLC
SCADA untuk menampilkan visualisasi proses pergantian sumber supply.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penyusunan laporan proyek akhir ini adalah
sebagai berikut :

BAB I - PENDAHULUAN

Bab ini merupakan isi keseluruhan pokok informasi tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, metode, dan sistematika
penulisan.

BAB II - LANDASAN TEORI

Bab ini berisi teori – teori dasar yang mendukung pembuatan tugas akhir,
khususnya teori mengenai sistem distribusi,indeks keandalan pada sistem
distribusi,susut daya pada jaringan distribusi gangguan pada sistem distribusi,
peralatan switching pada penyulang, pelanggan premium, komponen peralatan
pada penyulang, jatuh tegangan, Automatic Changeover, PLC (Programmable
Logic Controller) dan SCADA (Supervisory Data And Acquisition).

BAB III – METODOLOGI PENELITIAN DAN PENGAMBILAN DATA

Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian yang dapat disajikan dalam
bentuk flowchart penelitian untuk memahami langkah yang akan dilakukan
untuk menganalisis penyulang terbaik pelanggan premium CV SN Jaya Prima,
5

software yang digunakan, beserta data-data penyulang yang diperlukan untuk


menganalisis permasalahan.

BAB IV - PEMBAHASAN

Berisikan tentang analisa indeks keandalan antara penyulang PBG-10, PBG-01,


dan PBG-05, analisa perhitungan jatuh tegangan secara manual dan dengan load
flow analysis pada penyulang-penyulang potensial seperti PBG-10, PBG-01, dan
PBG-05 dengan menggunakan software ETAP 12.6.0, simulasi jatuh tegangan
saat pelanggan disupply oleh penyulang backup, serta pembuatan simulasi
menggunakan PLC dan Vijeo Citect 7.20. untuk menampilkan.

BAB V - PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan yang dapat diambil serta saran dan rekomendasi bagi
PT PLN (Persero).
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Tenaga Listrik


Secara umum, definisi sistem tenaga listrik meliputi sistem pembangkitan,
sistem transmisi, dan sistem distribusi, yang secara garis besar ditunjukkan pada
Gambar (2.1). Belakangan ini sistem distribusi jika dilihat dari skala nasional,
diperkirakan sama dengan biaya investasi fasilitas pembangkitan. Siklus aliran
energi listrik pada sistem tenaga listrik dimulai dari pusat pembangkit.Sumber
daya energi primer seperti bahan bakar fosil (minyak, gas alam, dan batubara),
hidro, panas bumi, dan nuklir diubah menjadi energi listrik. Generator sinkron
mengubah energi mekanis yang dihasilkan pada poros turbin menjadi energi
listrik tiga fasa. Melalui transformator step-up, energi listrik ini kemudian
dikirimkan melalui saluran transmisi bertegangan tinggi menuju pusat-pusat
beban. Peningkatan tegangan dimaksudkan untuk mengurangi jumlah arus yang
mengalir pada saluran transmisi. Dengan demikian saluran transmisi
bertegangan tinggi akan membawa aliran arus yang rendah dan berarti
mengurangi rugi panas (heat loss) yang menyertainya.Ketika saluran transmisi
mencapai pusat beban, tegangan tersebut kembali diturunkan menjadi tegangan
menengah melalui transformator step-down.
Pusat-pusat beban yang terhubung dengan saluran distribusi, energi listrik ini
diubah menjadi bentuk-bentuk energi terpakai lainnya seperti energi mekanis
(motor), penerangan, pemanas, pendingin, dan sebagainya. Energi listrik
merupakan bentuk energi yang dapat dengan mudah Energi listrik dibangkitkan
pada pusat-pusat pembangkit tenaga listrik seperti pembangkit listrik tenaga air
(PLTA), pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), pembangkit listrik tenaga gas
(PLTG), pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), dan lain-lain. Pusat-pusat
pembangkit listrik tersebut umumnya jauh dari daerah-daerah dimana energi
listrik itu digunakan, yang disebut sebagai pusat-pusat beban (load centres).
Oleh karena itu energi listrik yang dibangkitkan harus disalurkan melalui suatu
saluran transmisi. Karena tegangan yang dihasilkan generator umumnya relatif
rendah (berkisar 6 kV hingga 24 kV), maka tegangan ini biasanya dinaikkan

6
7

dengan bantuan transformator daya ke tingkat tegangan yang lebih tinggi antara
30 kV sampai 500 kV. Tingkat tegangan yang lebih tinggi ini selain untuk
memperbesar daya hantar saluran yang berbanding lurus dengan kuadrat
tegangan, juga untuk memperkecil rugi-rugi daya dan jatuh tegangan pada
saluran. Dengan mempertinggi tegangan, maka timbul suatu persoalan lain yaitu
tingkat isolasi yang harus lebih tinggi, dengan demikian biaya peralatan juga
semakin tinggi.Penurunan tegangan dari tingkat tegangan transmisi pertamatama
dilakukan di gardu induk (GI), dimana tegangan diturunkan ke tegangan yang
lebih rendah misalnya dari 500 kV ke 150 kV, atau dari 150 kV ke 70 kV, dan
sebagainya. Kemudian penurunan kedua dilakukan di gardu induk distribusi dari
150 kV ke 20 kV atau dari 70 kV ke 20 kV. Tegangan 20 kV ini disebut tegangan
distribusi primer.

Gambar 2.1 Sistem Pendistribusian Tenaga Listrik


(Sumber : Suswanto, Daman. 2009 : 1)

Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer maka


kemudian tenaga listrik diturunkan tegangannya dengan menggunakan trafo
penurun tegangan distribusi (trafo step down) menjadi tegangan rendah dengan
tegangan standard 380/220 V. Tenaga listrik yang menggunakan tegangan
rendah ini kemudian disalurkan melalui jaringan yang disebut Jaringan
8

Tegangan Rendah (JTR). Tenaga listrik dari jaringan tegangan rendah ini
selanjutnya disalurkan ke rumah-rumah pelanggan melalui suatu sarana yang
disebut sambungan rumah atau sambungan pelayan. Apabila pelanggan yang
mempunyai daya tersambung yang relatif besar, maka pelanggan akan
disambungkan dengan jaringan tegangan menengah (JTM) bukan jaringan
tegangan rendah (JTR), dan apabila pelanggan mempunyai daya yang sangat
besar, maka akan disambung pada jaringan transmisi tegangan tinggi tergantung
besarnya daya yang tersambung. Setelah tenaga listrik melalui jaringan tegangan
menengah, jaringan tegangan rendah, dan sambungan rumah (SR) maka
tegangan listrik selanjutnya dilewatkan alat pembatas daya dan kWh meter di
sisi pelanggan. Melalui kWh meter, tenaga listrik mengalir ke instalasi listrik
rumah milik pelanggan. (Suswanto, Daman. 2009)

Gambar 2.2 Diagram Garis Sistem Tenaga Listrik


(Sumber : Suswanto, Daman. 2009 : 2)

2.2 Klasifikasi Sistem Distribusi Tenaga Listrik


Klasifikasi sistem jaringan distribusi adalah sebagai berikut :
2.2.1 Klasifikasi Sistem Jaringan Distribusi Berdasarkan Tegangan

Sistem Distribusi adalah sistem penyaluran tenaga listrik yang beroperasi


pada tegangan Tegangan Menengah (TM) dan Tegangan Rendah (TR).
Dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Jaringan Distribusi Primer
Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik Sekunder
trafo substation (G.I.) dengan titik primer trafo distribusi. Saluran ini
bertegangan menengah 20kV. Jaringan listrik 70 kV atau 150 kV, jika
langsung melayani pelanggan , bisa disebut jaringan distribusi.
9

2. Jaringan Distribusi Sekunder


Sistem Distribusi Sekunder digunakan untuk menyalurjan tenaga
listrik dari gardu distribusi ke instalasi pengguna tenaga listrik. Sistem
ini biasanya disebut tegangan rendah yang langsung dihubungkan
kepada konsumen/pemakai tenaga listrik. Sistem distribusi sekunder
dibatasi dari sisi sekunder trafo distribusi (trafo stepdown TM/TR)
sampai titik Sambungan Luar Pelayanan (SLP) atau konsumen.
Saluran distribusi ini menggunakan tegangan rendah yaitu 220/380
volt. (Suhadi, 2008 : 14)

2.2.2 Klasifikasi Sistem Jaringan Distribusi Berdasarkan Konfigurasi


Secara umum konfigurasi suatu jaringan tenaga listrik hanya mempunyai
2 konsep konfigurasi :
1. Jaringan radial
Jaringan yang hanya mempunyai satu pasokan tenaga listrik, jika terjadi
gangguan akan terjadi “black out” / padam pada bagian yang tidak dapat
dipasok.
2. Jaringan bentuk tertutup
Jaringan yang mempunyai alternatif pasokan tenaga listrik jika terjadi
gangguan. Sehingga bagian yang mengalami pemadaman / black out
dapat dikurangi / dihindari. (PLN Buku 1)

Pola Jaringan Distribusi Dasar

Sistem Jaringan Radial

Sistem Jaringan
Tertutup

Gambar 2.3 Pola Jaringan Distribusi Dasar


(Sumber : PLN Buku 1 : 4)
10

2.3 Jaringan Tegangan Menengah


Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu kawasan,
penggunaan sistem Tegangan Menengah sebagai jaringan utama adalah upaya
utama menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses) dengan kwalitas
persyaratan tegangan yang harus dipenuhi oleh PT PLN Persero selaku
pemegang Kuasa Usaha Utama sebagaimana diatur dalam UU ketenagalistrikan
No 30 tahun 2009. Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai
tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV, konstruksi JTM
wajib memenuhi kriteria enjinering keamanan ketenagalistrikan, termasuk
didalamnya adalah jarak aman minimal antara Fase dengan lingkungan dan
antara Fase dengan tanah, bila jaringan tersebut menggunakan saluran udara
atau ketahanan isolasi jika menggunakan kabel udara pilin tegangan menengah
atau kabel bawah tanah tegangan menengah serta kemudahan dalam hal
pengoperasian atau pemeliharaan jaringan dalam keadaan bertegangan (PDKB)
pada jaringan utama. Hal ini dimaksudkan sebagai usaha menjaga keandalan
kontinyuitas pelayanan konsumen. Ukuran dimensi konstruksi selain untuk
pemenuhan syarat pendistribusian daya, juga wajib memperhatikan syarat
ketahanan isolasi penghantar untuk keamanan pada tegangan 20 kV. Lingkup
jaringan tegangan menengah pada sistem distribusi di Indonesia dimulai dari
terminal keluar (out-going) pemutus tenaga dari transformator penurun
tegangan Gardu Induk atau transformator penaik tegangan pada pembangkit
untuk sistem distribusi skala kecil, hingga peralatan pemisah/proteksi sisi
masuk (in-coming) transformator distribusi 20 kV - 231/400V

2.3.1 Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah


Konstruksi jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat
dikelompokkan menjadi 3 macam konstruksi sebagai berikut :

1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)


11

Gambar 2.4 Konstruksi SUTM


(Sumber : PLN Buku 5 : 3)

Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi


termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi
ini terbanyak digunakan untuk konsumen jaringan Tegangan Menengah
yang digunakan di Indonesia. Penggunaan penghantar telanjang, dengan
sendirinya harus diperhatikan faktor yang terkait dengan keselamatan
ketenagalistrikan seperti jarak aman minimum yang harus dipenuhi
penghantar bertegangan 20 kV tersebut antar Fase atau dengan bangunan
atau dengan tanaman atau dengan jangkauan manusia. Termasuk dalam
kelompok yang diklasifikasikan SUTM adalah juga bila penghantar yang
digunakan adalah penghantar berisolasi setengah AAAC-S (half insulated
single core). Penggunaan penghantar ini tidak menjamin keamanan
terhadap tegangan sentuh yang dipersyaratkan akan tetapi untuk
mengurangi resiko gangguan temporer khususnya akibat sentuhan
tanaman.

2. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)

Gambar 2.5 Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah


(Sumber : PLN Buku 5 : 4)
12

Untuk lebih meningkatkan keamanan dan keandalan penyaluran tenaga


listrik, penggunaan penghantar telanjang atau penghantar berisolasi
setengah pada konstruksi jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah 20
kV, dapat juga digantikan dengan konstruksi penghantar berisolasi penuh
yang dipilin. Isolasi penghantar tiap Fase tidak perlu di lindungi dengan
pelindung mekanis. Berat kabel pilin menjadi pertimbangan terhadap
pemilihan kekuatan beban kerja tiang beton penopangnnya.

3. Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)

Gambar 2.6 Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah


(Sumber : PLN Buku 5 : 4)

Konstruksi SKTM ini adalah konstruksi yang aman dan andal untuk
mendistribusikan tenaga listrik Tegangan Menengah, tetapi relatif lebih
mahal untuk penyaluran daya yang sama. Keadaan ini dimungkinkan
dengan konstruksi isolasi penghantar per Fase dan pelindung mekanis
yang dipersyaratkan. Pada rentang biaya yang diperlukan, konstruksi
ditanam langsung adalah termurah bila dibandingkan dengan penggunaan
konduit atau bahkan tunneling (terowongan beton).
Penggunaan Saluran Kabel bawah tanah Tegangan Menengah (SKTM)
sebagai jaringan utama pendistribusian tenaga listrik adalah sebagai
upaya utama peningkatan kwalitas pendistribusian. Dibandingkan dengan
SUTM, penggunaan SKTM akan memperkecil resiko kegagalan operasi
akibat faktor eksternal meningkatkan keamanan ketenagalistrikan. Secara
garis besar, termasuk dalam kelompok SKTM adalah :
a. SKTM bawah tanah – Underground MV Cable.
13

b. SKTM laut – Submarine MV Cable


Selain lebih aman, namun penggunaan SKTM lebih mahal untuk
penyaluran daya yang sama, sebagai akibat konstruksi isolasi penuh
penghantar per Fase dan pelindung mekanis yang dipersyaratkan sesuai
keamanan ketenagalistrikan.
Penerapan instalasi SKTM seringkali tidak dapat lepas dari instalasi
Saluran Udara Tegangan Menengah sebagai satu kesatuan sistem
distribusi sehingga masalah transisi konstruksi diantaranya tetap harus
dijadikan perhatian. (PLN Buku 5)

2.3.2 Gangguan Jaringan Tegangan Menengah


1. Gangguan beban lebih
Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan
terus-menerus berlangsung dapat merusak peralatan listrik yang dialiri
oleh arus tersebut. Karena arus yang mengalir melebihi dari kapasitas
peralatan listrik dan pengaman yang terpasang melebihi kapasitas
peralatan, sehingga saat beban melebihi pengaman tidak trip.Misal:
kapasitas penghantar 300 A dan pengaman di setting 350 A tetapi beban
mencapai 320 A, sehingga pengaman tidak trip dan penghantar akan
terbakar.
2. Gangguan hubung singkat
Gangguan hubung singkat, dapat terjadi antar fasa (3 fasa atau 2 fasa) atau
1 fasa ketanah dan sifatnya bisa temporer atau permanen.
a. Gangguan Permanen
Gangguan hubung singkat, bisa terjadi pada kabel atau pada belitan
transformator tenaga yang disebabkan karena arus gangguan hubung
singkat melebihi kapasitasnya, sehingga penghantar menjadi panas yang
dapat mempengaruhi isolasi atau minyak transformator, sehingga isolasi
tembus.Pada generator, yang disebabkan adanya gangguan hubung
singkat atau pembebanan yang melebihi kapasitas. Sehingga rotor
memasok arus dari eksitasi berlebih yang dapat menimbuikai pemanasan
yang dapat merusak isolasi sehingga isolasi tembus. Di sini pada titik
gangguan memang terjadi kerusakan yang permanen. Peralatan yang
14

terganggu tersebut, baru dioperasikan kembali setelah bagian yang rusak


diperbaiki atau diganti.
b. Gangguan Temporer
Flashover karena sambaran petir (penghantar terkena sambaran petir),
flashover dengan pohon, penghantar tertiup angin yang dapat
menimbulkan gangguan antar fasa atau penghantar fasa menyentuh pohon
yang dapat menimbulkan gangguan 1 fasa ke tanah. Gangguan ini yang
tembus (breakdown) adalah isolasi udaranya, oleh karena itu tidak ada
kerusakan yang permanen. Setelah arus gangguannya terputus, misalnya
karena terbukanya circuit breaker oleh relai pengamannya, peralatan atau
saluran yang terganggu tersebut siap dioperasikan kembali.
3. Gangguan Tegangan Lebih.
Gangguan tegangan lebih yang diakibatkan adanya kelainan pada sistem,
dimana tegangan lebih dibedakan atas
a. Tegangan lebih dengan power frekwensi, missal pembangkit
kehilangan beban yang diakibatkan adanya gangguan pada sisi
jaringan, sehingga over speed pada generator, tegangan lebih ini
dapat juga terjadi adanya gangguan pada pengatur tegangan secara
otomatis otomatis (Automatic Voltage Regulator).
b. Tegangan lebih Transient karena adanya surja petir yang mengenai
peralatan listrik atau saat pemutus (PMT) yang menimbulkan
kenaikan tegangan yang disebut surja disebut surja hubung.

2.4 Layanan Premium


Layanan premium merupakan salah satu produk layanan yang diberikan oleh PT.
PLN (Persero) dengan menjamin pasokan listrik kepada pelanggan. Layanan
Premium sudah mulai dipasarkan kepada pelanggan PLN sejak Tahun 2010.
Berdasarkan Persetujuan Direksi PT.PLN (Persero) Komite Direktur Niaga No.
005.K/Komite-Niaga/DIR/2014 Layanan premium dibagi menjadi 4 kategori
antara lain:

2.4.1 Layanan Khusus Premium Platinum


1. Pelanggan tidak dikenakan pengurangan daya sementara bila PLN krisis
(load curtailment)
15

2. Pelanggan tidak dipadamkan bila sistem PLN krisis (tidak dipasang OLS
pada penyulang)
3. Apabila pelanggan memiliki pembangkit sendiri, maka pelanggan
diizinkan untuk elakukan paralel ke sistem PLN 100% dari daya
pembangkit yang dimiliki.
4. Apabila terjadi pemadaman, maka pelanggan akan mendapatkan
pengurangan tagihan sebesar 10% dari tagihan rekening. Atau maksimal
setara dengan besaran rekening 40 jam nyala.
5. Harga per KWh yang ditetapkan sebesar Rp 1.597,28

2.4.2 Layanan Khusus Premium Gold


1. Pelanggan tidak dikenakan pengurangan daya sementara bila PLN krisis
(load curtailment)
2. Pelanggan tidak dipadamkan bila sistem PLN krisis (tidak dipasang OLS
pada penyulang)
3. Apabila pelanggan memiliki pembangkit sendiri, maka pelanggan
diizinkan untuk melakukan paralel ke sistem PLN 100% dari daya
pembangkit yang dimiliki
4. Apabila terjadi pemadaman, maka pelanggan akan mendapatkan
pengurangan tagihan sebesar 10% dari tagihan rekening. Atau maksimal
setara dengan besaran rekening 40 jam nyala.
5. Harga per kWh yang ditetapkan sebesar Rp 1.572,28

2.4.3 Layanan Khusus Premium Silver


1. Pelanggan tidak dikenakan pengurangan daya sementara bila PLN krisis
(load curtailment)
2. Pelanggan tidak dipadamkan bila sistem PLN krisis (tidak dipasang OLS
pada penyulang)
2. Apabila pelanggan memiliki pembangkit sendiri, maka pelanggan tidak
diizinkan untuk melakukan paralel ke sistem PLN.
16

3. Apabila terjadi pemadaman, maka pelanggan akan mendapatkan


pengurangan tagihan sebesar 10% dari tagihan rekening. Atau maksimal
setara dengan besaran rekening 40 jam nyala.
4. Harga per KWh yang ditetapkan sebesar Rp 1.522,28

2.4.4 Layanan Khusus Premium Bronze


1. Pelanggan dikenakan pengurangan daya sementara bila PLN krisis (load
curtailment) tetapi diurutan terakhir.
2. Pelanggan dipadamkan bila sistem PLN krisis (dipasang OLS pada
penyulang), tetapi pada urutan terakhir.
3. Apabila pelanggan memiliki pembangkit sendiri, maka pelanggan tidak
diizinkan untuk melakukan paralel ke sistem PLN 100% dari daya
pembangkit yang dimiliki
4. Apabila terjadi pemadaman, maka pelanggan akan mendapatkan
pengurangan tagihan sebesar 10% dari tagihan rekening. Atau maksimal
setara dengan besaran rekening 40 jam nyala.
5. Harga per KWh yang ditetapkan sebesar Rp 1.497,28

2.5 Indeks Keandalan Sistem Distribusi


Berdasarkan SPLN 59 : 1985 indeks keandalan merupakan suatu besaran untuk
membandingkan penampilan sistem distribusi. Evaluasi keandalan sistem
distribusi terdiri dari indeks titik beban dan indeks sistem yang dipakai untuk
memperoleh pengertian yang mendalam kedalam keseluruh pencapaian. Dua
indeks keandalan yang paling sering digunakan dalam sistem distribusi adalah
indeks frekuensi pemadaman rata-rata (f) atau biasa disebut SAIFI dan indeks
lama pemadaman rata-rata (d) atau biasa disebut SAIDI.

2.5.1 Sistem Average Interruption Frequency Index (SAIFI)


SAIFI adalah indeks keandalan yang merupakan jumlah dari perkalian
frekuensi padam dan pelanggan padam dibagi dengan jumlah pelanggan
yang dilayani. Dengan indeks ini gambaran mengenai frekuensi kegagalan
rata-rata yang terjadi pada bagian-bagian dari sistem bisa dievaluasi
17

sehingga dapat dikelompokkan sesuai dengan tingkat keandalannya.


Satuannya adalah pemadaman per pelanggan. Secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut :

Jumlah dari Perkalian Frekuensi Padam dan Pelanggan Padam


SAIFI =
Jumlah Pelanggan

∑m
i=1 Ci
f= N ............................................................................... (2.1)

Keterangan: m = jumlah pemadaman dalam satu tahun


Ci = jumlah konsumen yang mengalami pemadaman
N = jumlah konsumen yang dilayani

2.5.2 Sistem Average Interruption Duration Index (SAIDI)


SAIDI adalah indeks keandalan yang merupakan jumlah dari perkalian lama
padam dan pelanggan padam dibagi dengan jumlah pelanggan yang
dilayani. Dengan indeks ini, gambaran mengenai lama pemadaman rata-rata
yang diakibatkan oleh gangguan pada bagian-bagian dari sistem dapat
dievaluasi.
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Jumlah dari Perkalian Jam Padam dan Pelanggan Padam
SAIDI =
Jumlah Pelanggan

∑𝑚
i=1 Ci 𝑡𝑖
f= 𝑁 ............................................................................. (2.2)

Keterangan : m = jumlah pemadaman dalam satu tahun


ti = lamanya tiap-tiap pemadaman
Ci = jumlah konsumen yang mengalami pemadaman
N = jumlah konsumen yang dilayani
18

2.6 Kawat Penghantar Jaringan Distribusi

Penghantar berfungsi untuk menghantarkan arus listrik. Penghantar untuk


saluran udara biasanya disebut kawat yaitu peghantar tanpa isolasi (telanjang),
sedangkan untuk saluran dalam tanah atau saluran udara berisolasi biasanya
disebut dengan kabel.
Penghantar yang baik harus mempunyai sifat :
a. Konduktivitas / Daya Hantar Tinggi
b. Kekuatan Tarik Tinggi
c. Fleksibilitas Tinggi
d. Ringan
e. Tidak Rapuh
Klasifikasi konduktor dapat dibagi menjadi 3, yaitu sebagai berikut :
1. Penghantar Telanjang (BC : Bare Conductor)

Konduktor dengan bahan utama tembaga (Cu) atau alluminium (Al) yang di
pilin bulat padat , sesuai SPLN 42 -10 : 1986 dan SPLN 74 : 1987. Pilihan
konduktor penghantar telanjang yang memenuhi pada dekade ini adalah
AAC atau AAAC. Sebagai akibat tingginya harga tembaga dunia, saat ini
belum memungkinkan penggunaan penghantar berbahan tembaga sebagai
pilihan yang baik.

2. Penghantar Berisolasi Setengah AAAC-S (half insulated single core)

Konduktor dengan bahan utama aluminium ini diisolasi dengan material


XLPE (croslink polyetilene langsung), dengan batas tegangan 6 kV dan
harus memenuhi SPLN No 43-5-6 tahun 1995.

3. Penghantar Berisolasi Penuh (Three single core)

Konduktor diisolasi XLPE dan berselubung PVC berpenggantung


penghantar baja dengan tegangan Pengenal 12/20 (24) kV Penghantar jenis
ini khusus digunakan untuk SKUTM dan berisolasi penuh. SPLN 43-5-
2:1995-Kabel. (PLN Buku 5)
19

2.6.1 Karakteristik Elektris Penghantar


A. Resistansi Kawat Penghantar
Tiap-tiap logam mempunyai tahanan jenis (ρ) yang tertentu besarnya.
Makin kecil nilai tahanan jenis (resistivity) suatu logam makin baik
digunakan sebagai kawat penghantar. Seperti halnya kawat tembaga
mempunyai tahanan jenis yang paling rendah (0,0175) merupakan logam
yang sangat baik digunakan sebagai kawat penghantar dibandingkan
dengan kawat aluminium yang mempunyai tahanan jenis 0,030. Tahanan
jenis inilah yang merupakan salah satu faktor untuk menentukan besarnya
tahanan (resistance) R dalam suatu kawat penghantar, disamping faktor-
faktor luas penampang kawat (A) dan panjang kawat (l) pada suatu
penghantar jaringan. Dimana besarnya tahanan dari suatu kawat
penghantar sebanding dengan panjangnya dan berbanding terbalik dengan
luas penampang kawat, yang dinyatakan dengan persamaan:

𝑙
𝑅= 𝜌 ................................................................................ (2.3)
𝐴

Keterangan: R = besarna tahanan kawat (Ω)

𝜌 = nilai tahanan jenis kawat (m/mm)


l = panjang kawat penghantar (m)
A = luas penampang kawat (mm2)

Makin panjang suatu jaringan makin jauh pula jarak tempuh arus listrik
dan makin besar tahanan kawat tersebut. Sebaliknya kalau diameter kawat
makin besar, maka aliran listrik dapat mengalir dengan mudah dan nilai
tahanan makin kecil. Begitu pula makin besar diameter kawat makin lebar
ukuran beban pelayanan yang harus dilayani. Selain dari pada itu besarnya
tahanan suatu kawat penghantar akan berubah karena pengaruh suhu.
Makin besar perbedaan kenaikan suhu makin bertambah besar tahanan
20

kawat penghantar. Perubahan besarnya nilai tahanan tersebut sesuai


dengan persamaan :

𝑅𝑡 = 𝑅𝑡𝑜 {1 + 𝛼 (𝑡 − 𝑡𝑜 ) ............................................................... (2.4)

Keterangan : 𝑅𝑡 = besarna tahanan pada kenaikan suhu t C (Ω)


𝑅𝑡𝑜 = besarnya tahanan pada suhu semula (Ω)
t = suhu sekarang (⁰C)
tO = suhu mula-mula (⁰C)
α = koefisien suhu
B. Konduktivitas Kawat Penghantar
Nilai konduktivitas suatu kawat penghantar dinyatakan sebagai
perbandingan terbalik dengan besarnya tahanan, yang besarnya
dinyatakan dengan persamaan :

1
𝐶 = ....................................................................... (2.5)
𝑅

Keterangan : C= besarnya konduktivitas kawat penghantar (mho)

Berarti makin besar suatu tahanan kawat penghantar makin kecil nilai
konduktivitasnya. Konduktivitas suatu kawat penghantar ini tergantung
pula pada kemurnian dari logam yang digunakan, akan makin besar bila
kemurnian logam bertambah tinggi dan berkurang bila campurannya
bertambah. Karena faktor-faktor tersebut diatas maka besarnya
konduktivitas tidak bisa mencapai nilai tepat 100 %. Apabila digunakan
aluminium yang sebelumnya mempunyai konduktivitas sedikit rendah dari
tembaga, nilainya tidak akan berkurang dari 60 %. (Suswanto, Daman.
2009)
21

2.7 Jatuh Tegangan


Jatuh tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu
penghantar. Jatuh tegangan atau jatuh tegangan pada saluran tenaga listrik
secara umum berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban serta
berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar. Besarnya jatuh
tegangan dinyatakan baik dalam % atau dalam besaran Volt. Besarnya
batas atas dan bawah ditentukan oleh kebijaksanaan perusahaankelistrikan.
Perhitungan jatuh tegangan praktis pada batas‐batas tertentu dengan hanya
menghitung besarnya tahanan masih dapat dipertimbangkan, namun pada
sistem jaringan khususnya pada sisitem tegangan menengah masalah
indukstansi dan kapasitansinya diperhitungkan karena nilainya cukup
berarti (PLN Buku 1)

Perhitungan jatuh tegangan pada JTM 20 kV 1 fasa


𝑉𝐷1∅ = 𝐼 × 𝐿 × (𝑅 cos 𝜃 + 𝑋 sin 𝜃).....................................................(2.6)

Perhitungan jatuh tegangan pada JTM 20 kV 3 fasa


𝑉𝐷3∅ = √3 × 𝐼 × 𝐿 × (𝑅 cos 𝜃 + 𝑋 sin 𝜃)............................................(2.7)
Keterangan :
VD = Voltage Drop (Volt)
R = Resistansi saluran (Ω)
X = Reaktansi saluran (Ω)
I = Arus beban (A)
L= Panjang hantaran tegangan menengah (kms)
Batasan toleransi tegangan, pada konsumen TM adalah +/- 5 % , sedangkan
pada konsumen TR maksimum + 5 % dan minimum – 10 %. Besarnya batas
atas dan bawah ditentukan oleh kebijaksanaan perusahaan kelistrikan. PT PLN
(Persero) mengatur standar drop tegangan dalam SPLN No.72 Tahun 1987
yaitu turun tegangan yang diperbolehkan pada JTM adalah 2 % dari tegangan
kerja untuk sistem Spindle/gugus dan 5 % dari tegangan kerja untuk sistem
Radial diatas tanah dan sistem Simpul tergantung kepadatan beban.
22

2.8 Manuver Jaringan Distribusi

Manuver/manipulasi jaringan adalah serangkaian kegiatan membuat


modifikasi terhadap operasi normal dari jaringan akibat adanya
gangguan/pekerjaan jaringan sehingga tetap tercapaianya kondisi penyaluran
tenaga listrik yang maksimal atau dengan kata lain yang lebih sederhana adalah
mengurangi daerah pemadaman. Kegiatan yang dilakukan dalam manuver
antara lain:
a. Memisahkan bagian-bagian jaringan yang semula terhubung dalam
keadaan bertegangan/tidak bertegangan
b. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah menurut keadaan operasi
normalnya dalam keadaan bertegangan/tidak bertegangan.
Jadi manuver merupakan pekerjaan menutup (memasukkan) atau membuka
(melepas) peralatan-peralatan penghubung/pemisah seperti: Seksionaliser
(pemisah), interupter (pemutus) dan pemutus tenaga (PMT).

2.8.1 Pelimpahan Beban


Pada saat melakukan manuver jaringan distribusi yang disebabkan
karena pekerjaan pemeliharaan atau gangguan, untuk meminimalisir
daerah padam pada suatu penyulang, maka beberapa beban yang tidak
termasuk ke dalam seksi/daerah gangguan akan dimanuver ke penyulang
lain agar tetap memperoleh pasokan energi listrik. Pada saat manuver
tersebut, penyulang yang tidak mengalami gangguan akan dilimpahi
beban dari penyulang yang mengalami gangguan. Di dalam melakukan
pelimpahan beban ada hal-hal yang harus diperhatikan agar kinerja dan
kualitas penyaluran energi listrik tersebut tetap terjaga.

Syarat pelimpahan beban :


1. Tegangan antara 2 feeder harus dalam range (±5%)
2. Feeder yang akan dibebani harus mampu memikul beban total pada
jam beban puncak.
3. Apabila beda trafo, maka trafo yang akan ditambah beban harus
mampu memikul beban pada jam beban puncak.
23

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan pelimpahan beban


antara lain:
a. Urutan fasa antar penyulang harus sama
Urutan fasa R, S, dan T pada dua penyulang yang akan disambung
melalui konfigurasi jaringan loop harus memiliki urutan fasa yang
sama. Jika salah satu fasanya tertukar hal tersebut bisa menyebabkan
terjadinnya hubung singkat antar fasa.
b. Tegangan antar penyulang harus sama
Tegangan yang sama bukan berarti harus sama persis antara kedua
penyulang tersebut. Ada batasan toleransi sebesar 5% dari tegangan
nominal sebesar 20kV.
c. Setting peralatan penyulang seperti Recloser dan PMT
Pada peralatan-peralatan tegangan menengah seperti recloser dan
PMT yang bisa dioperasikan pada saat kondisi berbeban, memiliki
setting arus maksimal yang mampu dipikul oleh recloser dan PMT.
Sehingga beban yang dilimpahkan tidak boleh melebihi dari
besarnya arus setting maksimal recloser dan PMT.
d. KHA Penghantar
Penghantar yang digunakan pada saluran distribusi adalah jenis
alumunium, di dalam SPLN No.64 Tahun 1985 diatur standarisasi
KHA penghantar AAC dan AAAC.

Pengalihan beban dilakukan untuk menghindari pelanggan pada feeder


yang bersangkutan padam. Proses pengalihan beban dilakukan oleh UP3
dan ULP wilayah tersebut serta UP2D Jateng DIY. UP2D Jateng
bertugas untuk membuka dan menutup peralatan seperti PMT, Recloser,
dan LBS. UP3 bertugas memonitor frekuensi, tegangan, dan beban antara
feeder yang akan dialihkan dengan feeder yang akan ditambah beban dan
ULP bertugas melakukan switching dilapangan.
24

2.8.2 Peralatan Manuver


Optimalisasi atas keberhasilan manuver dari segi teknis ditentukan oleh
konfigurasi jaringan dan peralatan manuver yang tersedia di sepanjang
jaringan. Peralatan jaringan yang dimaksud adalah peralatan-hubung
yang terdiri dari:
A. Air Break Switch (ABSW)
ABSW merupakan salah satu peralatan jaringan yang berfungsi sebagai
switching (sakelar) yaitu peralatan yang dapat menghubungkan atau
memisahkan jaringan dalam kondisi tidak berbeban untuk membebaskan
sebagian line dari tegangan bila ada pemeliharaan ataupun perbaikan
pada jaringan distribusi. ABSW dapat dioperasikan secara manual
menggunakan handle dan dioperasikan dalam kondisi NO (Normaly
Open) ataupun NC (Normaly close).

Gambar 2.7 ABSW


(Sumber : Materi Diklat Perlengkapan Jaringan.2010 : 7)
B. Pemutus Tenaga
Circuit Breaker atau Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) adalah suatu
peralatan pemutus rangkaian listrik pada suatu sistem tenaga listrik, yang
mampu untuk membuka dan menutup rangkaian listrik pada semua
kondisi, termasuk arus hubung singkat, sesuai dengan ratingnya. Juga
pada kondisi tegangan yang normal ataupun tidak normal. Syarat-syarat
yang harus dipenuhi oleh suatu PMT agar dapat melakukan hal-hal
diatas, sebagai berikut:
a. Mampu menyalurkan aruS maksimum sistem secara terusmenerus.
25

b. Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan


berbeban maupun terhubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan
pada pemutus tenaga itu sendiri.
c. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi
agar arus hubung singkat tidak sampai merusakperalatan sistem,
membuat sistem kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus tenaga
itu sendiri.
Setiap PMT dirancang sesuai dengan tugas yang akan dipikulnya, ada be
berapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam rancanga suatu PMT, yaitu
1) Tegangan efektif tertinggi dan frekuensi daya jaringan dimana
pemutus daya itu akan dipasang. Nilainya tergantung pada jenis
pentanahan titik netral sistem.
2) Arus maksimum continue yang akan dialirkan melalui pemutus
daya. Nilai arus ini tergantung pada adimana maksimum sumber
daya atau arus nominal bebaln dimana pemutus daya tersebut
terpasang.
3) Arus hubung singkat maksimum yang akan diputuskan pemutus
daya tersebut.
4) Lamanya maksimum arus hubung singkat yang boleh berlangsung.
hal ini berhubungan dengan waktu pembukaan kontak yang
dibutuhkan.
5) Jarak bebas antara bagian yang bertegangan tinggi dengan objek lain
disekitarnya.
6) Jarak rambat arus bocor pada isolatornya.
7) Kekuatan dielektrik media isolator sela kontak.
8) Iklim dan ketinggian lokasi penempatan pemutus daya.
Jenis-jenis PMT 20kV menurut media pemadam busur apinya:
a. PMT Minyak atau Oil Circuit Breaker (OCB)
b. PMT Udara Hembus atau Air Blast Circuit Breaker (ABCB)
c. PMT Hampa Udara atau Vacuum Circuit Breaker (VCB)
d. PMsT Gas SF6 atau SF6 Circuit Breaker
26

C. Penutup Balik Otomatis/Recloser


Recloser merupakan salah satu peralatan proteksi pada JTM yang mampu
melepaskan beban saat terjadi gangguan dan mampu menutup kembali
(reclose) sesuai dengan setting yang ditetapkan. Penempatan recloser di
jaringan sangat membantu mengatasi gangguan temporer dan membagi
jaringan menjadi zona atau seksi yang lebih kecil. Penempatanya sebagai
keypoint harus tetap memperhatikan koordinasi proteksi recloser tersebut
dengan peralatan proteksi lain yang terdapat di penyulang yang
sama.Recloser bekerja dengan cara menutup balik dan membuka secara
otomatis yang dapat diatur selang waktunya, dimana pada sebuah
gangguan temporer, recloser tetap membuka sampai waktu setting yang
di tentukan, kemudian recloser akan menutup kembali setelah gangguan
itu hilang. Apabila gangguan bersifat permanen, maka setelah membuka
atau menutup balik sebanyak setting yang telah ditentukan kemudian
recloser akan membuka tetap (lock out).
Contoh gangguan-gangguan temporer:
a. Terhubungnya penghantar satu dengan yang Iain yang disebabkan
oleh tiupan angin.
b. Adanya ranting pohon yang bergesekan dengan penghantar pada saat
ada tiupan angin.
c. Adanya surja petir yang melewati penghantar
d. Adanya hewan yang melintas di atas penghantar dan bersentuhan
dengan permukaan grounding.

Gambar 2.8 Recloser dan Kontrol Panel


(Sumber : Materi Diklat Perlengkapan Jaringan Distribusi.2010 : 5)
27

Sebuah recloser memiliki dua buah elemen utama yaitu :


a. Dead Time Element (DT)
Berwujud suatu saklar tunda waktu "On Delay" yang waktu tundanya
dapat disetel menurut kebutuhan. Berfungsi untuk menentukan sela
waktu dari saat PMT trip hingga saat PMT diperintahkan masuk
kembali, dan dead time element ini dimaksudkan agar PMT
mempunyai kesempatan untuk memadamkan busur api yang terjadi
saat kontak-kontak PMT membuka.

b. Blocking Time Element (BT)


Berwujud saklar tunda waktu "Off Delay" yang waktu tundanya dapat
disetel menurut kebutuhan. Berfungsi untuk memblock dead time
element selama beberapa waktu setelah bekerja memasukkan PMT.
Blocking time element ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan
PMT agar siap melakukan siklus auto reclosing berikutnya.

Cara kerja dari recloser ialah jika terjadi gangguan temporer, maka relai
akan bekerja menutup kontaknnya dan mengalir arus dc menuju trip coil
(TC) maka PMT/CB trip. Pada waktu yang sama dead time (DT)
memperoleh energi dan bekerja sesuai dengan jangka waktu setelannya.
Saat kontak-kontak DT menutup yang mana kontak pertama memberikan
pulsa closing ke closing coil (CC) sehingga CB menutup kembali.
Kontak kedua memberikan energi ke Blocking Time (BT), dan BT
langsung bekerja membuka kontak-kontaknya. Kontak pertama memutus
pulsa closing dan kontak kedua memblok DT. Setelah jangka waktu
setelan BT habis maka akan reset yang berarti DT siap bekerja kembali
melakukan reclosing untuk siklus berikutnya.
28

PMT
CT

TC CC

C
GFR S
BT2

DT
BT

DT2

+
- DT1 BT1

Gambar 2.9 Rangkaian Relai Penutup Balik


(Sumber: Firdaus, Achmad Jamaah. 2009.)

Keterangan:
S = Saklar on-off
TC = Trip Coil
CC = Closing Time DT = Dead Time

PMT= Pemutus Tenaga/ CB BT = Blocking Time


C = Counter

D. Load Break Switch (LBS)


Saklar pemutus beban (Load Break Switch) merupakan saklar atau
pemutus arus tiga fasa untuk penempatan di luar (outdoor) pada tiang
JTM. LBS dapat dioperasikan melalui kontrol jarak jauh dan skema
otomatisasi. Jenis pemutus beban tergantung penggunaan bahan dari
pemadaman busur api yang timbul pada waktu pembukaan kontak
pemutus (misalnya pemutus gas, pemutus udara vacum). LBS dapat
dioperasikan dalam keadaan berbeban (on load) namun tidak boleh
membuka saat terjadi gangguan berupa arus hubung singkat. Hal ini
disebabkan karena SF6 yang terdapat di dalam peredam busur api LBS
memiliki kemampuan terbatas terhadap besarnya arus yang melaluinya.
Apabila pada saat terjadi gangguan hubung singkat, LBS ikut membuka
29

hal ini justru dapat menyebabkan kerusakan pada LBS tersebut ataupun
dikhawatirkan LBS bisa meledak.

LBS dapat dioperasikan dengan dua cara yaitu secara lokal melalui panel
kontrol LBS maupun menggunakan Hook Stick atau secara remote
melaui SCADA. Pada panel kontrol LBS terdapat tombol operasi open/
close untuk mengoperasikan kontak-kontak LBS saat melakukan
manuver jaringan. LBS yang dioperasikan melalui SCADA dilengkapi
dengan SSO atau sectionalizer. Sectionaizer dipasangan seri dengan
Recloser dimana recloser dipasang pada sisi sumber hal ini dikarenakan
sectionalizer tidak untuk memutus arus gangguan, bila terjadi gangguan
disisi beban dari sectionalizer maka recloser akan bekerja. Bila terjadi
gangguan permanent sectionalzer akan menghitung operasi recloser dan
akan membuka setelah operasi recloser selesai ( sesuai yang ditentukan
). Bila recloser disetel bekerja sampai 3 x , maka biasanya sectionalizer
disetel membuka sesudah recloser bekerja 2 x atau 1x.

Gambar 2.10 LBS SSO


(Sumber : Materi Diklat Perlengkapan Jaringan Distribusi : 6)
Bila sectionalizer dipasang pada kabel maka harus bekerja setelah
recloser jatuh 1 x ( reclosing kabel dihindari karena biasanya gangguan
bersifat permanent ). Sectionalizer dipasang pada pencabangan dari
penyulang utama. Sectionalizer tidak boleh dipasang antara recloser
secara seri.
30

2.8.3 Prosedur dalam Pelaksanaan Manuver Jaringan


Dengan kemajuan teknologi, manuver jaringan dapat dilakukan secara
otomatis baik dengan penggunaan alat kontrol lokal maupun melalui
jarak jauh. Meskipun demikian manuver-manuver yang dilakukan
manual masih tetap diperlukan misalnya sebagian besar gardu distribusi,
atau jika peralatan kontrol otomatis gagal bekerja, dan juga dijaringan
tegangan rendah.

Pada dasarnya tingkat pelaksanaan manuver jaringan dapat digolongkan


sebagai berikut:
a. Manuver secara manual: mengirim petugas ketempat / lapangan.
b. Manuver dengan kontrol lokal: manuver sekumpulan peralatan
dilapangan dilakukan dari stasiun kontrol yang tidak jauh dari
peralatan, misalnya sistem kontrol di gardu induk (GI) / GH atau
pusat pusat listrik.
c. Manuver dangan kontrol jarak jauh: dilakukan dari pusat kontrol
UP3 Pengatur Distribusi yang melayani daerah / UP3 yang cukup
luas. Misalnya Pusat Pengatur Distribusi (DCC).
2.8.4 Proedur Komunikasi
Tata-tertib berkomunikasi :

1. Fasilitas telekomunikasi operasional hanya digunakan untuk


menyampaikan berita operasional jaringan distribusi.
2. Tisdak dibenarkan menyampaikan berita yang berbeda diluar
tanggung jawab piket pelaksana / pengatur distribusi.
3. Tidak dibenarkan untuk bergurau / berbicara tidak sopan.
4. Setiap berita operasional harus ditulis dan diulang pembacaanya
secara detail.
5. Penerima berita harus membaca ulang seluruh berita yang diterima.
6. Berita operasional diusahakan disampaikan secara langsung.
7. Semua insformasi yang diperlukan baik lisan /tertulis harus dicatat
/ direkam.
31

8. Setiap menyampaikan / menerima berita harus menyebut atau


mencatat :
Nama dan indentitas penmgirim / penerima.
Waktu dan tanggal menerima / menyampaikan insformasi.(Materi
Diklat Pengoperasian Sistem Distribusi.2010)

2.9 Automatic Changeover Switch

Automatic Changeover dalam pengertian Bahasa Indonesia adalah


perpindahan secara otomatis. Perpindahan dari sumber tegangan yang
terganggu ke sumber tegangan yang normal sehingga ketersediaan
supply tenaga listrik tetap terjaga. Sistem tombol control perpindahan
otomatis memberikan kontrol otomatis beserta manajemen sumber pada
jaringan MV secondary distribution dengan adanya pendeteksi keberadaan
tegangan. Sistem changeover bekerja secara otomatis dari dua sumber
penyulang yang berbeda yang disediakan PLN melalui lemari kubikel
Tegangan Menengah. Sensor dipasang pada kedua sumber tegangan untuk
mendeteksi tegangan yang hilang atau sesudah kembali normal. Sinyal dari
sensor dikirim ke relay untuk menggerakkan switch. Koordinasi antara
relay dan switch ini bekerja untuk mensupply tegangan dari incoming
PLN ke Pelanggan Premium.

2.9.1 Cara Kerja ACO


ACO bekerja berdasarkan beberapa mode operasi yang tersedia yaitu :
1. Semi-Auto Mode, SW1↔SW2
Ketika sumber utama yang sedang digunakan mengalami hilang
tegangan , kontrol otomatis berpindah ke sumber yang lain setelah
time delay T1. Kontrol otomatis tidak berpindah balik kecuali terjadi
hilang tegangan pada sumber yang sedang bekerja.
2. Mode SW1→SW2, SW2→SW1
Kontrol otamatis hanya berpindah sekali dari sumber 1 atau sumber
2 ke sumber backup.
3. Mode Auto-SW1 atau Auto SW2
32

Sumber 1 atau sumber 2 merupakan sumber prioritas pada keadaan


normal. Setelah berpindah ke sumber backup saat hilang tegangan
pada sumber prioritas, jika tegangan pada sumber prioritas telah
kembali maka sumber akan berpindah kembali ke sumber prioritas.
(Katalog Schneider SM6-24)
2.9.2 Bagian-Bagian ACO
Kubikel ACO memiliki beberapa bagian penting yaitu Easergy T200,
Sensor VD3H, dan Double Incoming Cubicle
1. Easergy T200
Merupakan simplified kontrol unit substation untuk jaringan distribusi
sekunder yang menyediakan fitur control remote satu atau dua MV
substation switches. Berikut merupakan bagian internal dari Eassergy
T200
a. Control Module berfungsi sebagai pusat control, pada bagian ini
dapat kita lihat beberapa sinyal untuk melihat posisi local
operation, sumber tegangan masuk atau keluar, tanda ada gangguan.
Di dalam Talus T200 tedapat CPU Card yang berfungsi sebagai
pusat control inputan sebagai simulator untuk menggerakkan switch.
b. Communication Module sebagai pusat komunikasi antara
Automatic Changeover dengan peralatan SCADA. Dengan adanya
module ini pengoperasian Automatic Changeover dapat pantau dari
Pusat Pengatur Distribusi sehingga manuver dapat dilakukan dengan
Remote Terminal Unit (RTU).
c. Power Supply Module adalah 1 unit battery berfungsi untuk sumber
tegangan CPU Card pada Control Module dan menggerakan
kontaktor relay VD23H. Battery dilengkapi juga dengan charger
untuk mengisi saat battery kondisi low. Charger dihubungkan
dengan sumber tegangan AC 220. Battrery tidak boleh dalam kondisi
kosong karena jika battery kosong maka tidak dapat menggerakakn
kontaktor untuk memindahkan switch automatic changeover
tersebut.
33

Gambar 2.12 Bagian Internal T200


(Sumber :Sugianto.,& Mustikasari, Asri Dewi. (2018). Pemasangan
Automatic Change Over (Aco) Untuk Meningkatkan Keandalan Pada
Pelanggan Premium)

2. Sensor VD3H
Relay VD3H berfungsi untuk mendeteksi tegangan yang mengalir pada
kedua incoming. Sensor diletakkan pada masing – masing phasa (L1,
L2, L3) di kedua incoming supply. Tegangan ditampilkan pada display
Relay VD3H pesentase dari tegangan nominal. Relay akan bekerja jika
tegangan dibawah 40% dari Tegangan Nominal. Sensor akan mngirimkan
sinyal ke CPU sehingga menggerakkan kontaktor untuk memerintahkan
perpindahan sumber tegangan ke sumber tegangan cadangan.

Gambar 2.13 Sensor VD3H


((Sumber :Sugianto.,& Mustikasari, Asri Dewi. (2018). Pemasangan
Automatic Change Over (Aco) Untuk Meningkatkan Keandalan Pada
Pelanggan Premium)

3. Double Incoming Cubicle


Double Incoming Cubicle adalah dua set kubikel LBS yang digunakan
sebagai pemutus dan penghubung incoming Tegangan Menengah dari
34

main source maupun back up source. Kubikel dilengkapi dengan


pemadam busur api dengan gas SF6 saat switching.

Gambar 2.14 Kubikel Double Incoming


(Sumber :Sugianto.,& Mustikasari, Asri Dewi. (2018). Pemasangan
Automatic Change Over (Aco) Untuk Meningkatkan Keandalan Pada
Pelanggan Premium)

2.10 Sofware ETAP 12.6


Dalam perancangan dan analisa sebuah sistem tenaga listrik, sebuah software
aplikasi sangat dibutuhkan untuk merepresentasikan kondisi real sebelum
sebuah sistem direalisasikan. ETAP (Electric Transient and Analysis Program)
PowerStation 12.6.0.0 merupakan salah satu software aplikasi yang digunakan
untuk mensimulasikan sistem tenaga listrik. ETAP mampu bekerja dalam
keadaan offline untuk simulasi tenaga listrik, dan online untuk pengelolaan
data real-time atau digunakan untuk mengendalikan sistem secara realtime.
Fitur yang terdapat di dalamnya pun bermacam-macam antara lain fitur yang
digunakan untuk menganalisa pembangkitan tenaga listrik, sistem transmisi
maupun sistem distribusi tenaga listrik.
Analisa sistem tenaga listrik yang dapat dilakukan ETAP antara lain :
a. Analisa aliran daya
b. Analisa hubung singkat
c. Arc Flash Analysis
d. Starting motor
e. Koordinasi proteksi
f. Analisa kestabilan transien, dll
Dalam menganalisa sistem tenaga listrik, suatu diagram saluran tunggal (single
line diagram) merupakan notasi yang disederhanakan untuk sebuah sistem
tenaga listrik tiga fasa. Sebagai ganti dari representasi saluran tiga fasa yang
35

terpisah, digunakanlah sebuah konduktor. Hal ini memudahkan dalam


pembacaan diagram maupun dalam analisa rangkaian. Elemen elektrik seperti
misalnya pemutus rangkaian, transformator, kapasitor, busbar maupun
konduktor lain dapat ditunjukkan dengan menggunakan simbol yang telah
distandardisasi untuk diagram saluran tunggal. Elemen pada diagram tidak
mewakili ukuran fisik atau lokasi dari peralatan listrik, tetapi merupakan
konvensi umum untuk mengatur diagram dengan urutan kiri-ke-kanan yang
sama, atas-ke-bawah. ETAP memiliki 2 macam standar yang digunakan untuk
melakukan analisa kelistrikan, ANSI dan IEC. Pada dasarnya perbedaan yang
terjadi di antara kedua standar tersebut adalah frekuensi yang digunakan, yang
berakibat pada perbedaan spesifikasi peralatan yang sesuai dengan frekuensi
tersebut. Simbol elemen listrik yang digunakan dalam analisa dengan
menggunakan ETAP pun berbeda.

2.11 PLC
Programmable Logic Controller atau yang sering disingkat dengan nama PLC,
pada dasarnya berfungsi sebagai saklar yang bekerja menurut asas logika. Saat
ini PLC merupakan komponen paling inti pada aplikasi teknologi pengendalian
pada industri, karena PLC dapat diterapkan hampir pada semua jenis sektor
industri. Hal ini dikarenakan proses pengendalian pada industri banyak
menggunakan rangkaian relai yang cukup rumit dan berkoordinasi kerja setiap
blok yang ada pada unit proses pengendalian. Pada PLC terdapat perangkat
yang berfungsi sebagai pengolah data input yang bekerja sesuai dengan
instruksi yang diberikan padanya, instruksi-instruksi tersebut berupa bahasa
logika yang umumnya digunakan dalam rangkaian logika komputer, modul
tersebut adalah modul input. Modul output akan merubah sinyal digital menjadi
sinyal analog. Sinyal - sinyal inilah yang kemudian difungsikan untuk
mengaktifkan berbagai keluaran yang dikehendaki untuk mendapat pengaturan
melalui PLC. Peralatan output yang akan dikendalikan dapat berupa kontaktor,
relai, motor, dan lainnya.

Seperti terlihat pada gambar dibawah ini adalah merupakan gambar dari type
dari PLC TWIDO Modular dan Compact.
36

Gambar 2.11 PLC TWIDO Modular dan Compact


(sumber : Buku Praktis Dasar-Dasar PLC)

Adapun keunggulan PLC, antara lain:

1) Fleksibel, yaitu PLC memiliki input output yang banyak, dapat dipilih
sesuai yang ada, dan hanya perlu mengkoordinasikan dengan pengaturan
sistemnya sehingga tidak tergantung pada jumlah mesin yang akan
dikendalikan, dan perlatan yang ada.
2) Implementing changes and correcting error, yaitu untuk melakukan
perubahan sistem pengendalian yang lama tidak rumit. Serta dapat
mendeteksi kesalahan secepatnya pada PLC dengan melihat programnya.
c) Large quantities of contact, yaitu otomatisasi yang mampu mengganti
posisi relai yang membutuhkan banyak kontak mekanik, serta
pengawatannya rumit, dan memerlukan penanganan yang relatif sulit bila
terjadi tidak kontak.
3) Lower cost, yaitu penggunaan ukuran PLC yang semakin kecil dengan
kemampuan tinggi sehingga investasinya lebih murah.
4) Pilot running, yaitu dengan menggunakan PLC dapat dilakukan
pengetesan program sistem pengendaliannya, tanpa dilakukan pengetesan
dilapangan terlebih dahulu, hal ini hanya dilakukan dengan komputer dan
melihat keluaran PLC yang akan digunakan.
5) Visual observation, yaitu dapat mengamati input/output secara online.
37

6) Speed of operation, yaitu kecepatan kerja sistem pengendalian tidak


tergantung pada banyaknya relai dan kontaktor yang digunakan, tetapi
hanya tergantung pada setting dan perintah yang diprogramkan.
7) Easy of ladder diagram, yaitu lebih mudah memahami dan membuat
sistem kontrol yang digunakan.
8) Reability, yaitu lebih andal, karena bekerja secara otomatis, dan
berdasarkan perintah yang diprogramkan pada PLC.
9) Simplicity of ordering control, yaitu lebih sederhana dan mudah dalam
penataan dan pemrograman
10) Documentation, yaitu semua program yang telah dibuat untuk suatu sistem
pengaturan dapat didokumentasikan ataupun disimpan dalam bentuk
printout atau file, khususnya yang diprogramkan dengan komputer. l)
Security, yaitu lebih aman, karena program yang dimasukan dapat
diproteksi dengan password.

Gambar 2.12 Bagian dasar PLC


(Sumber : Buku Praktis Dasar-Dasar PLC)
38

Bagian – bagian dasar PLC yaitu:

1) CPU (Central Processing Unit), yaitu otak dari PLC yang mengerjakan
berbagai operasi, antara lain mengeksekusi program, menyimpan dan
mengambil data dari memori, membaca kondisi/nilai input serta mengatur
nilai output, memeriksa adanya kerusakan (self diagnistic), serta melakukan
komunikasi dengan perangkat lain.
2) Input, merupakan bagian PLC yang berhubungan dengan perangkat luar
yang memberikan masukan kepada CPU. Perangkat luar input dapat berupa
tombol, switch, sensor ataupun piranti ukur lainnya.
3) Output, merupakan bagian PLC yang berhubungan dengan perangkat luar
yang memberikan keluaran dari CPU. Perangkat luar output dapat berupa
lampu, katup (valve), motor dan lain-lain.
4) Memori, yaitu tempat untuk menyimpan program dan data yang akan
dijalankan dan diolah oleh CPU. Dalam PLC memori terdiri atas memori
program untuk menyimpan program yang akan dieksekusi, memori data
untuk menyimpan nilai-nilai hasil operasi CPU, nilai timer dan counter,
serta memori yang menyimpan nilai kondisi input dan output. Kebanyakan
PLC sekarang memiliki satuan memori dalam word (16 bit).
5) Fasilitas komunikasi (Programming Device), yang membantu CPU dalam
melakukan pertukaran data dengan perangkat lain, termasuk juga
berkomunikasi dengan komputer untuk melakukan pemrograman.
6) Catu daya, untuk mensuplai daya kepada semua komponen dalam PLC.
Biasanya catu daya PLC adalah 220 VAC atau 24 VDC.

Pada tugas akhir ini, menggunakan SCHNEIDER MODICON


TM221CE24T. Dapat terlihat pada gambar dibawah ini.
39

Gambar 2.13 PLC Schneider Modicon TM221CE24T


(Sumber : Schneider Electric. 2014. Modicon M221 Logic Controller)
Berbeda dengan PLC lain seperti PLC omron, karena PLC ini sudah
dilengkapi dengan modbus ethernet yang dapat digunakan langsung dengan
sistem terintegerasi ethernet protokol. Fitur berikut diintegrasikan ke dalam

a. Digital input
b. Input analog
c. Output (Afandi, A.N. 2006)

2.12 Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA)


SCADA adalah sistem yang dapat melakukan pengawasan, pengendalian dan
akuisisi data terhadap sebuah plant. Dalam terminologi kontrol, supervisory
control sering mengacu pada kontrol yang tidak langsung, namun lebih pada
fungsi koordinasi dan pengawasan. Definisi yang lebih formal diberikan oleh
NIST (National Institute Of Standards and Technology) ialah : ‘Sistem
terdistribusi yang digunakan untuk mengendalikan aset-aset yang tersebar secara
geografis, sering terpisah ribuan kilometer persegi, di mana kontrol dan akuisisi
data terpusat sangat penting bagi operasi sistem”. Dalam pengaturan tenaga listrik
pada sistem yang terinterkoneksi dilaksanakan oleh pusat pengatur sistem tenaga
listrik. Kecepatan dan keakuratan data informasi sangatlah dibutuhan pada
pengaturan sistem tenaga listrik, sehingga pusat pengatur tenaga listrik dalam
40

melaksanakan tugas pengaturan didukung oleh peralatan yang berbasis komputer


untuk membantu operator (dispatcher) dalam melaksanakan tugasnya. Sistem
pengaturan yang berbasis komputer disebut Supervisory Control And Data
Acquisition (SCADA). SCADA terdiri dari perlengkapan hardware dan software.
SCADA berfungsi mulai pengambilan data pada peralatan pembangkit atau gardu
induk, pengolahan informasi yang diterima, sampai reaksi yang ditimbulkan dari
hasil pengolahan informasi. Fasilitas SCADA diperlukan untuk melaksanakan
pengendalian operasi secara realtime. Kecepatan dan keakuratan data informasi
sangatlah dibutuhkan pada pengaturan sistem tenaga listrik sehingga pusat
pengatur tenaga listrik membutuhkan peralatan berbasis komputer untuk
membantu operator (dispatcher) dalam melaksanakan tugasnya. Suatu sistem
SCADA terdiri dari sejumlah RTU (Remote Terminal Unit), sebuah Master
Station/ACC (Area Control Center), dan jaringan telekomunikasi data antara
RTU dan ACC. RTU dipasang di setiap gardu induk atau pusat pembangkit yang
hendak dipantau. RTU ini berfungsi untuk mengetahui setiap kondisi peralatan
tegangan tinggi melalui pengumpulan besaran-besaran listrik, status peralatan,
dan sinyal alarm yang kemudian diteruskan ke ACC melalui jaringan
telekomunikasi data. RTU juga dapat menerima dan melaksanakan perintah untuk
merubah status peralatan tinggi melalui sinyal-sinyal perintah yang dikirim dari
ACC. Sistem SCADA terdiri dari 3 bagian utama yaitu: master station, link
komunikasi data, dan remote station. Remote station adalah stasiun yang dipantau
atau diperintah oleh master station yang terdiri dari gateway, IED, local HMI,
RTU, dan meter energi. Blok diagram sistem SCADA dapat dilihat pada gambar
2.14
41

Gambar 2.14 Blok Diagram Sistem SCADA


(Sumber : Syufrijal. 2014. Jaringan Distribusi Tenaga Listrik. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional)

2.11.1 Fungsi Sistem SCADA


Fungsi utama sistem SCADA ada 3 macam :
a. Telecontrolling
Telecontrolling berfungsi untuk mengoperasikan peralatan switching
pada gardu induk atau pusat pembangkit yang jauh dari pusat kontrol,
sehingga operator dapat melakukan kontrol secara remote, hanya
dengan menekan satu tombol maka peralatan sistem tenaga listrik
seperti PMT (circuit breaker) pada line feeder atau trafo distribusi dapat
dibuka atau ditutup.
b. Telesignaling
Telesignaling berfungsi untuk mengumpulkan informasi mengenai
kondisi sistem dan indikasi operasi, kemudian menampilkannya pada
pusat kontrol secara real time sehingga operator (dispatcher) dapat
mengetahui indikasi dari semua alarm dan kondisi peralatan tertentu
seperti pemutusan/penutupan circuit breaker telah berhasil dilakukan.
c. Telemetering
Telemetering berfungsi untuk melaksanakan pengukuran besaran-
besaran sistem tenaga listrik pada seluruh bagian sistem, lalu
menampilkannya pada pusat kontrol, seperti pemantauan meter, baik
42

daya nyata dalam MW, daya reaktif dalam Mvar, tegangan dalam kV,
dan arus dalam ampere. Dengan demikian dispatcher dapat memantau
meter dari keseluruhan jaringan hanya dengan duduk di tempatnya,
tentu saja dengan bantuan peralatan pendukung lainnya seperti telepon.
2.11.2 Peralatan SCADA
a. Master Station
Master station berfungsi untuk mengolah data yang diterima dari sistem
tenaga listrik (pusat listrik, gardu induk) dan data tersebut dapat
dimonitor oleh operator melalui peralatan bantu yang disebut Human
Machine Interface (HMI). Master station ini terdiri dari :
1) Komputer utama (Main Computer)
2) Front-end komputer
3) Human Master Interface (HMI)
4) Peralatan pendukung (UPS, Telekomunikasi)
b. Front End Computer
Setelah data dikirim ke pusat kontrol melalui media komunikasi, data
ini diterima dengan melalui Front End komputer dan selanjutnya
didistribusikan ke fungsi pengolahan data dan ditampilkan ke Mimic
Board yang ada diruang kendali operasi.
c. Human Machine Interface (HMI) Human Machine Interface adalah
suatu peralatan di ruang kontrol yang berfungsi sebagai perantara antara
operator dengan sistem komputer. Dengan adanya Human Machine
Interface memudahkan operator memonitor sistem jaringan tenaga
listrik yang ada di wilayahnya. Peralatan human machine interface
diantaranya adalah keyboard, VDU, recorder, printer, dan logger.
d. Remote Terminal Unit (RTU) Remote Terminal Unit (RTU) berfungsi
untuk mengumpulkan data status dan pengukuran peralatan tenaga
listrik, kemudian mengirimkan data dan pengukuran tersebut ke master
station (pusat kontrol). Disamping itu RTU berfungsi melaksanakan
perintah dari master station (remote control). RTU terpasang pada
setiap gardu induk (GI) atau pusat pembangkit yang masuk dalam
43

sistem jaringan tenaga listrik. Remote Terminal Unit (RTU) terdiri dari
komponen-komponen antara lain:
1) Central Processing Unit (CPU)
2) Memory
3) Modul Input / Output (I / O)
4) Modul Power supply
5) Telemetering (TM) yang datang dari CT, VT melalui transducer
disambung langsung ke modul Analog input.
6) Telesinyal (TS) yang datang dari peralatan GI (PMT, PMS, ES,
Trafo dll) disambung langsung ke modul digital input.
7) Telekontrol digital (TC) yang dkeluarkan dari modul analog
output disambung ke peralatan pembangkit atau gardu induk
(PMT, PMS, ES dll) yang dilengkapi dengan motor penggerak
untuk dikontrol dari pusat pengatur. (Syufrijal.2014)
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN DAN PENGAMBILAN DATA


3.1 Flow Chart Perencanaan Jaringan Pelanggan Premium

MULAI PEMILIHAN
PENYULANG BACKUP
PELANGGAN PREMIUM

INDEKS
KEANDALAN
DAN JATUH
TEGANGAN

JATUH TEGANGAN INDEKS


PENYULANG PBG-01, KEANDALAN PBG-
PBG05, PBG-10 01, PBG05, PBG-10

MASUKKAN NILAI MASUKKAN


DATA SALURAN, PELANGGAN
DATA BEBAN, PADAM, JAM X
FAKTOR DAYA, PELANGGAN
NILAI IMPEDANSI PADAM,
SALURAN PELANGGAN UNIT

PERHITUNGAN PERHITUNGAN
TEGANGAN UJUNG SAIDI DAN SAIFI

PEMBUATAN SIMULASI
ALIRAN DAYA PADA
ETAP 12.6

TIDAK
MEMBANDINGKAN PERHITUNGAN
MANUAL DENGAN SIMULASI ETAP 12.6

YA
MEMBANDINGKAN JATUH TEGANGAN DAN
INDEKS KEANDALAN PENYULANG

PENYULANG
BACKUP TERBAIK

PENMBUATAN SIMULASI
PERPINDAHAN PENYULANG
SUPPLY DENGAN PLC SCADA

SIMULASI ALIRAN DAYA


PELANGGAN PADA ETAP
12.6

SELESAI

Gambar 3.1 Flowchart Penelitian

44
45

3.2 Spesifikasi Penyulang


Penyulang Purbalingga di supply dari Gardu Induk 150 kV Purbalingga
yang termasuk ke dalam wilayah kerja ULP Purbalingga di Area UP3
Purwokerto.GI Purbalingga memiliki 3 trafo dengan total 12 penyulang.
Jumlah pelanggan ULP Purbalingga berbeda-beda setiap bulannya yang
berkaitan dengan tingginya pertumbuhan pelanggan. Sample data yang
digunakan adalah periode Juli 2018 sampai Juni 2019. Jumlah pelanggan
selama periode tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.1 Daftar Pelanggan Unit Layanan Pelanggan Purbalingga


No. Bulan Jumlah Pelanggan
1. Juli 2018 234013
2. Agustus 2018 234974
3. September 2018 236022
4. Oktober 2018 237047
5. November 2018 238651
6. Desember 2018 239681
7. Januari 2019 240348
8. Februari 2019 241051
9. Maret 2019 241808
10. April 2019 242631
11. Mei 2019 243474
12. Juni 2019 244567
(Sumber: PT.PLN (Persero) UP3 Purwokerto)

Penyulang existing yang menyuplai pelanggan adalah penyulang PBG-02


dan pelanggan CV SN Jaya Prima terletak di wilayah Zona 1 Penyulang .
Penyulang-penyulang yang berada di dekat pelanggan yaitu PBG-01, PBG-
05, PBG-10. Single Line Diagram letak pelanggan premium beserta
penyulang-penyulang yang berkaitan dapat dilihat pada Lampiran 1. Berikut
adalah data-data penyulang yang berhubungan dengan pelanggan CV SN
Jaya Prima.
4

Gambar 3.2 SLD Penyulang-Penyulang Backup dan Pelanggan


(Sumber : PT.PLN (Persero) UP3 Purwokerto)
4

3.2.1 Penyulang PBG-02

Pada penyulang PBG-02 konstruksi jaringan distribusinya kebanyakan


menggunakan SUTM. SUTM memiliki kelebihan yaitu biaya pemasangan
lebih ekonomis serta lebih mudah dalam pemeliharaan dan perbaikan. Pada
diagram single line diagram di atas terlihat bahwa penyulang PBG-02
menggunakan pola jaringan radial. Penyulang PBG-02 mendapat supply
dari trafo 2 GI Purbalingga.

PBG01 PBG11

PBG01
L L
LBS
Trafo II PBG02-111-
B017 PBG02-170
60 MVA
PM T PBG 02 PBG02-58 PBG02-155-U20
PBG02-137 PBG02-155-U05
PBG 02 R
PBG02-107 PBG02-112 PBG02-152 PBG02-155-U17-
PBG02-06

B02
PBG02-60-T01
PBG02-110-T02

SSO
PBG02-110-T41
PBG02-60-T20

PBG11

PBG07
PBG04

Gambar 3.3 Single Line Diagram PBG-02


(Sumber : PT.PLN (Persero) UP3 Purwokerto)

1. Peralatan Penyulang

Dalam suatu penyulang terdapat peralatan yang memiliki fungsi dan


batasan kerja yang berbeda-beda, didalam jaringan distribusi pada
umumnya terdapat peralatan kelistrikan berupa konduktor/kawat
penghantar, kabel, peralatan switching, tiang, isolator, dan peralatan
proteksi. Peralatan utama penyulang PBG-02 terdiri dari 1 unit Kubikel
PMT Outgoing , 10 unit ABSW, 2 unit Recloser, dan 6 unit LBS. Berikut
merupakan spesifikasi perlatan proteksi penyulang :

1) Spesifikasi PMT
Merk Rele : ARGUS 7SR11
Rasio CT : 800/5

47
48

2) Spesifikasi Recloser
No. Tiang : PBG-02-058
Merk Rele : Nulec
Tipe Control : ADVC
Rasio CT : 1000/1
2. Batas Penyulang
Setiap penyulang mesti berhubungan langsung dengan penyulang lain,
media penghubung dari kedua penyulang tersebut berupa peralatan switch
seperti ABSW (Air Break Switch), LBS (Load Break Switch), maupun DS
(Disconnecting Switch) yang diposisikan NO (Normally Open). Begitu
juga penyulang PBG-02 yang berbatasan langsung dengan penyulang
PBG04 di SSO PBG-02-60-T20, penyulang PBG-01 di ABSW PBG-02-
81-B02 dan di LBS PBG-02-111-B017, penyulang PBG07 di LBS PBG-
02-110-T41, penyulang PBG11 di LBS PBG-02-170 dan di ABSW PBG-
02-155-U17-B02, penyulang PBG06 di LBS Three Way PBG06-170-
U032-U006K, dan penyulang PBG-05 di ABSW PBG-02-155-U20.
3. Jumlah Section dan Pembebanan
Section merupakan daerah yang dibatasi oleh peralatan switching satu
dengan peralatan switching selanjutnya dalam sebuah penyulang. Nilai
beban pada section dapat diketahui dengan cara pengurangan dari arus
switching awal section dengan akhir section yang dimaksudkan.
Tabel 3.2 Arus Pengukuran Switching PBG-02
Nilai Arus (A)
No. Switching
R S T
1. PMT Outgoing 177,5 212 240,8

2. PBG-02-06 177,5 212 240,8


3. PBG-02-58 143,3 170,3 209,1
4. PBG-02-60-T01 3,2 0 1,3
5. PBG-02-107 100,3 114,3 201,8
6. PBG-02-110-T02 16,5 13,8 18,7
7. PBG-02-112 94,6 85,1 181,7
49

Tabel 3.2 Arus Pengukuran Switching PBG-02 (Lanjutan)


8. PBG-02-137 87,1 80,6 164,2
9. PBG-02-152 62,1 57,2 113,7
10. PBG-02-155-U05 62,1 57,2 113,7

(Sumber : PT.PLN (Persero) UP3 Purwokerto)

Nilai arus beban pada penyulang PBG-02 dapat dilihat melalui semua titik
peralatan hubung jaringan penyulang PBG-02 yang terpantau melalui
sistem SCADA atau melalui pengukuran langsung di lapangan, nilai ini
relative sama setiap harinya.

Tabel 3.3 Data Section PBG-02


Nilai Arus Beban
No Nama Awal Akhir Panjang
(A)
. Section Section Section (kms)
R S T
Section PMT PBG-02- 0 0 0
1. 0,33
001 Outgoing 06
Section PBG-02- PBG-02- 34,2 41,7 31,7
2. 2,86
002 06 58
Section PBG-02- PBG-02- 43 56,0 39
3. 2,86
003 58 107
Section PBG-02- PBG-02- 3,2 0 1,3
4. 1,045
004 60-T01 60-T20
Section PBG-02- PBG-02- 5,7 29,2 20,1
5. 1,375
005 107 112
Section PBG-02- PBG-02- 16,5 13,8 18,7
6. 2,145
006 110-T02 110-T41
Section PBG-02- PBG-02- 7,5 4,5 17,5
7. 1,49
007 112 137
Section PBG-02- PBG-02- 25 23,4 50,5
8. 0,72
008 137 152
50

Tabel 3.3 Data Section PBG-02 (Lanjutan)


9. Section PBG-02- PBG-02- 2,3 29,3 26,8 52
009 152 170
10. Section PBG-02- PBG-02- 0,935 13,1 6,7 10
010 155-U05 155-U20
11. Setelah PBG-02-110-T11 0 0 9,9 0
(Sumber : PT.PLN (Persero) UP3 Purwokerto)
4. Histori Pemadaman
Pemadaman yang ditampilkan adalah pemadaman yang disebabkan oleh
gangguan yang menyebabkan peralatan proteksi trip.
Tabel 3.4 Feeder PBG-02 Trip Rentang Juli 2018-Mei 2019

Jam x Jenis
Pelanggan
Bulan Peralatan Jenis Pelanggan Gangguan
Padam
Padam
2018
- - - - - -
2019
Februari PBG-02 PMT 3.120,5 18099 Alam
Mei Pihak
PBG-02 PMT 8.489,6 18099
iii/binatang
(Sumber : PT.PLN (Persero) UP3 Purwokerto)

3.2.2 Penyulang PBG-01


Pada penyulang PBG-01 konstruksi jaringan distribusinya kebanyakan
menggunakan SUTM. SUTM memiliki kelebihan yaitu biaya pemasangan
lebih ekonomis serta lebih mudah dalam pemeliharaan dan perbaikan. Pada
gambar terlihat bahwa penyulang PBG-01 menggunakan pola jaringan
radial.
51

PBG06
PBG02

PBG01-332-
PBG01-136
B002

PBG01-398

PBG01-458

PBG01-534

PBG01-597
PBG01-59
Trafo 1I

PBG01-384
PBG01-99-S02 PBG01-603-U01-
60 MVA
T03
PM T PBG 01

PBG 01 R R PM L10

PBG01-05

PBG01-133

PBG01-274

PBG01-603-U16
PBG01-195
PBG01-94-T09
PBG01-99-B02 PBG01-605
PBG01-277-
B015
LBS
PBG01-385-T13
KBL12-273-B03- PBG01-671
U101-T04
PBG01-738-U04

PBG11
PBG02 PBG01

KBL12
BLP01

Gambar 3.4 Single Line Diagram PBG-01


(Sumber : PT. PLN(Persero) UP3 Purwokerto)

1. Peralatan Penyulang

Peralatan penyulang PBG-01 terdiri dari 1 unit PMT Outgoing , 14 unit


ABSW (Air Break Switch), 2 unit Recloser, 7 unit LBS (Load Break
Switch), Berikut adalah setelan pada peralatan proteksi penyulang

1) Spesifikasi PMT
Merk Rele : SIEMENS
Tipe : ARGUS 7SR11
Rasio CT : 800/5
2) Spesifikasi Recloser
No. Tiang : PBG-01--59
Merk Rele : Nulec
Tipe : N27
Rasio CT : 1000/1

No. Tiang : PBG-01-398


Merk Rele : ENTEC
Tipe : EPR
Rasio CT : 500/1
52

2. Batas Penyulang
Setiap penyulang mesti berhubungan langsung dengan penyulang lain,
media penghubung dari kedua penyulang tersebut berupa peralatan switch
seperti ABSW (Air Break Switch), LBS (Load Break Switch), maupun DS
(Disconnecting Switch) yang diposisikan NO (Normally Open). Begitu
juga penyulang PBG-01 yang berbatasan langsung dengan penyulang
PBG-02 di ABSW PBG-01-94-T09 dan di ABSW PBG-01-136,
penyulang PBG06 di ABSW PBG-01-99-S02 dan di LBS PBG-02-111-
B017, penyulang KBL12 di LBS KBL12-273-B03-U101-T004,
penyulang PBG-05 di LBS PBG-01-385-T13155-U17-B02, Trafo 1 GI
Balapulang di ABSW PBG-01-738-U04, dan Trafo 2 GI Pemalang di LBS
NO PBG-01-603-U16
3. Jumlah Section dan Pembebanan
Section merupakan daerah yang dibatasi oleh peralatan switching satu
dengan peralatan switching selanjutnya dalam sebuah penyulang.
Penyulang PBG-01 terdiri dari beberapa section dengan nilai arus beban
dan panjang yang ditentukan dengan pengurangan dari arus switching
awal section dengan akhir section yang dimaksud
Tabel 3.5 Arus Pengukuran pada Switching PBG-01
No Nilai Arus (A)
Switching
. R S T
1. PMT Outgoing 114 80 177
2. PBG-01-05 114 80 177
3. PBG-01-59 109 75 174
4. PBG-01-92 109 72 170
5. PBG-01-133 88 61 170
6. PBG-01-195 87 60 169
7. PBG-01-274 86 59 168
8. PBG-01-384 85,6 57,1 164,2
9. PBG-01-398 82,9 44,1 117,2
10. PBG-01-458 82,2 37,2 70,5
11. PBG-01-534 59,6 26,6 61,3
12. PBG-01-597 50 21,1 46,2
13 PBG-01-605 49,8 14 35,1
14 PBG-01-671 16,3 3,8 16,4
(Sumber : PT. PLN(Persero) UP3 Purwokerto)
53

Nilai arus beban pada penyulang PBG-02 dapat dilihat melalui semua titik
peralatan hubung jaringan penyulang PBG-02 yang terpantau melalui
sistem SCADA atau melalui pengukuran langsung di lapangan, nilai ini
relative sama setiap harinya.
Tabel 3.6 Data Section PBG-01
Nilai Arus Beban
Nama Awal Akhir Panjang
No. (A)
Section Section Section (kms)
R S T
Section PMT 0 0 0
1. PBG-01-05 0,3
001 Outgoing
Section PBG-01- 5 5 3
2. PBG-01-59 2,97
002 05
Section PBG-01- 0 3 4
3. PBG-01-92 1,65
003 59
Section PBG-01- PBG-01- 21 11 0
4. 2,291
004 92 133
Section PBG-01- PBG-01- 1 1 1
5. 3,1
005 133 195
Section PBG-01- PBG-01- 1 1 1
6. 3,9
006 195 274
Section PBG-01- PBG-01- 0,4 1,9 3,8
7. 5,65
007 274 384
8. Section PBG-01- PBG-01- 1,35 2,7 13 47
008 384 398
9. Section PBG-01- PBG-01- 3 0,7 6,9 46,7
009 398 458
10. Section PBG-01- PBG-01- 3,8 22,6 10,6 9,2
010 458 534
Section PBG-01- PBG-01- 3,15 9,6 5,5 15,1
11.
011 534 597
Section PBG-01- PBG-01- 1,35 0,2 7,1 11,1
12.
012 597 605
Section PBG-01- PBG-01- 3,3 33,5 10,2 18,7
13
013 605 671
54

Section PBG-01- PBG-01- 3,63 16,3 3,8 16,4


14
014 671 738-u05
(Sumber : PT. PLN(Persero) UP3 Purwokerto)

4. Histori Pemadaman
Pemadaman yang ditampilkan adalah pemadaman yang disebabkan oleh
gangguan yang menyebabkan peralatan proteksi trip. Histori pemadaman
dapat dilihat pada Lampiran 2

3.2.3 Penyulang PBG-05


Pada penyulang PBG-05 konstruksi jaringan distribusinya kebanyakan
menggunakan SUTM. Pada diagram single line diagram di atas terlihat
bahwa penyulang PBG-05 menggunakan pola jaringan radial dalam
konfigurasi normal. Penyulang PBG-05 mendapat supply dari trafo 1 GI
Purbalingga.

Gambar 3.5 Single Line Diagram PBG-05


(Sumber : PT.PLN(Persero) UP3 Purwokerto)

1. Peralatan Penyulang
Peralatan utama penyulang PBG-05 terdiri dari 1 unit kubikel PMT
Outgoing, 7 unit ABSW, 2 uni Recloser, 4 unit LBS. Berikut MERUpakan
spesifikasi peralatan proteksi penyulang :
1) Spesifikasi PMT
Merk Rele : AREVA
Tipe : MICOM P123
55

Rasio CT : 600/1
2) Spesifikasi Recloser
No. Tiang : PBG-05-062
Merk Rele : JUNGWOON
Tipe : ADVC
Rasio CT : 500/1

No. Tiang : PBG-05-244


Merk Rele : ABB
Tipe : ABB
Rasio CT : 600/1

2. Batas Penyulang
Penyulang PBG-05 yang berbatasan langsung dengan penyulang PBG-02
di ABSW PBG-05-191-S08, penyulang PBG11 di LBS PBG-05-191-B02,
penyulang PBG-10 di SSO PBG-05-353, penyulang PBG-01 di LBS
PBG-05-349-U04 . Semua peralatan tersebut dalam konfigurasi normal
dalam keadaan NO.
3. Jumlah Section dan Pembebanan
Section merupakan daerah yang dibatasi oleh peralatan switching satu
dengan peralatan switching selanjutnya dalam sebuah penyulang.
Penyulang PBG-05 terdiri dari beberapa section dengan nilai arus beban
dan panjang ditentukan dengan pengurangan arus pengukuran switching
awal section dengan akhir section yang dimaksudkan

Tabel 3.7 Arus Pengukuran Switching PBG-05


Nilai Arus (A)
No. Switching
R S T
184,3 183,6 213,7
1. PMT Outgoing

2. PBG-05-03 184,3 183,6 213,7


3. PBG-05-062 183,3 182,6 212,7
56

Tabel 3.7 Arus Pengukuran Switching PBG-05 (Lanjutan)


4. PBG-05-136 182,3 181,6 211,7
5. PBG-05-188 182,3 169,6 211,7
6. PBG-05-244 139,3 126,6 168,7
7. PBG-05-276 119,3 108,4 165,7
8. PBG-05-338 77,5 77,4 83,7
9. PBG-05-353 73,2 41,2 53,1
10. PBG-05-281-B04 42,8 12,8 30,6
(Sumber : PT.PLN(Persero) UP3 Purwokerto)
Nilai arus beban pada penyulang PBG-05 dapat dilihat melalui semua titik
peralatan hubung jaringan penyulang PBG-05 yang terpantau melalui
sistem SCADA atau melalui pengukuran langsung di lapangan, nilai ini
relative sama setiap harinya.

Tabel 3.8 Panjang Section dan Arus Beban


Nama Awal Akhir Panjang Nilai Arus Beban (A)
No.
Section Section Section (kms) R S T

Section PMT PBG-05-


1. 0,165 0 0 0
001 Outgoing 03

Section PBG-05- PBG-05-


2. 3,13 1 1 1
002 03 062

Section PBG-05- PBG-05-


3. 4 1 1 1
003 062 136

Section PBG-05- PBG-05-


4. 2,75 0 12 0
004 136 188

Section PBG-05- PBG-05-


5. 3,2 43 43 43
005 188 244

Section PBG-05- PBG-05-


6. 1,76 20 18,2 3
006 244 276

Section PBG-05- PBG-05-


7. 3,85 41,8 31 82
007 276 338

Section PBG-05- PBG-05-


8. 0,83 4,3 11,4 0
008 338 49-U04

Section PBG-05- KBL05.4


9. 3,57 42,8 12,8 30,6
009 281-B04 29.B69
57

10. Setelah PBG-05-327-T004 29,3 26,8 52

11. Setelah PBG-05-285-B004 1,1 26,4 1,1

(Sumber : PT.PLN(Persero) UP3 Purwokerto)


4. Histori Pemadaman
Pemadaman yang ditampilkan adalah pemadaman yang disebabkan oleh
gangguan yang menyebabkan peralatan proteksi trip. Histori Pemdaman
dapat dilihat pada Lampiran 2

3.2.4 Penyulang PBG-10


Pada penyulang PBG-10 konstruksi jaringan distribusinya kebanyakan
menggunakan SUTM. Pada diagram single line diagram di atas terlihat
bahwa penyulang PBG-10 menggunakan pola jaringan radial dalam
konfigurasi normal. Penyulang PBG-10 mendapat supply dari trafo 1 GI
Purbalingga.

Gambar 3.6 Single Line Diagram PBG-10


(Sumber : PT.PLN(Persero) UP3 Purwokerto)
1. Peralatan Penyulang
Peralatan utama penyulang PBG-10 terdiri dari 1 unit Kubikel PMT
Outgoing, 9 unit ABSW, 2 unit Recloser, 3 unit LBS. Berikut merupakan
spesifikasi peralatan proteksi penyulang :
1) Spesifikasi PMT
Merk Rele : SCHNEIDER
Tipe : MICOM P123
Rasio CT : 400/1
58

2) Spesifikasi Recloser
No. Tiang : PBG-10-043
Merk Rele : Cooper
Tipe : NOVA
Rasio CT : 1000/1

No. Tiang : PBG-10-423


Merk Rele : NULEC
Tipe : N27
Rasio CT : 1000/1
2. Batas Penyulang
Setiap penyulang mesti berhubungan langsung dengan penyulang lain,
media penghubung dari kedua penyulang tersebut berupa peralatan switch
yang diposisikan NO (Normally Open). Penyulang PBG-10 yang
berbatasan langsung dengan penyulang PBG04 di LBS PBG-10-425-
T025, penyulang PBG-05 di SSO PBG19-661.
3. Jumlah Section dan Pembebanan
Section merupakan daerah yang dibatasi oleh peralatan switching satu
dengan peralatan switching selanjutnya dalam sebuah penyulang.
Penyulang PBG-10 terdiri dari beberapa section dengan nilai arus beban
dan panjang yang akan ditentukan melalui pengurangan antar switching
pada section tersebut.
Tabel 3.9 Arus Pengukuran pada Switching PBG-10
Nilai Arus (A)
No. Switching
R S T

1. PMT Outgoing 121,5 169,2 169,9


2. PBG-10-17 121,5 169,2 169,9
3. PBG-10-062 120,5 168,2 168,9
4. PBG-10-314 120,5 168,2 168,9
5. PBG-10-400 108,5 160,2 167,9
6. PBG-10-423 105,5 144,2 164,9
7. PBG-10-469 87,6 88,5 99,1
8. PBG-10-522 71 69,1 92,1
9. PBG-10-569 35,5 37,3 71,5
10. PBG-05-400 14,5 17,2 7,1
59

Tabel 3.9 Arus Pengukuran pada Switching PBG-10(Lanjutan)


11. PBG-05-392 14,5 17,2 7,1
12. PBG-05-412-U04 19,9 12,2 13,5
13. PBG-05-470-U017 18,3 26,4 19,9
(Sumber : PT.PLN(Persero) UP3 Purwokerto)
Nilai arus beban pada penyulang PBG-10 dapat dilihat melalui semua titik
peralatan hubung jaringan penyulang PBG-10 yang terpantau melalui
sistem SCADA atau melalui pengukuran langsung di lapangan, nilai ini
relatif sama setiap harinya.
Tabel 3.10 Panjang Section dan Arus Beban

Nilai Arus Beban


Nama Awal Akhir Panjang
No. (A)
Section Section Section
(kms) R S T
Section PMT PBG-
1. 0,935 0 0 0
001 Outgoing 10-017
Section PBG-10- PB10-
2. 2,475 1 1 1
002 17 062
Section PBG-10- PBG-
3. 12,6 0 0 0
003 062 10-314
Section PBG-10- PBG-
4. 3,7 12 8 1
004 314 10-400
Section PBG-10- PBG-
5. 1,265 3 16 3
005 400 10-423
Section PBG-10- PBG-
6. 3,814 14,9 51,7 38,8
006 423 10-469
Section PBG-10- PBG-
7. 2,9 18,6 19,4 7
007 469 10-522
Section PBG-10- PBG-
8. 2,64 18,2 5,4 0,7
008 522 10-569
Section PBG-10- PBG-
9. 2,58 1,1 7,9 67,9
009 569 05-400
Section PBG-05- PBG-
10. 0,33 0 0 0
010 400 05-392
Section PBG-05- PBG-
11. 2,1 14,5 17,2 7,1
011 392 05-353
12. Setelah PBG04-834-U012 3 34,1 35,9
13. Setelah PBG-05-412-U04 19,9 12,2 23,5
14. Setelah PBG-05-470-U017 18,3 30,4 19,9
(Sumber : PT.PLN(Persero) UP3 Purwokerto)
60

4. Histori Pemadaman
Pemadaman yang ditampilkan adalah pemadaman yang disebabkan oleh
gangguan yang menyebabkan peralatan proteksi trip. Histori Pemadaman
dapat dilihat pada Lampiran 2

3.3 Spesifikasi Penghantar


Jaringan utama (main feeder) menggunakan penghantar udara (SUTM).
Penyulang PBG-01, PBG-02, PBG-05, PBG 10 menggunakan kawat
penghantar berupa AAAC dengan luas penampang 240 mm2 untuk saluran
utama dan untuk saluran cabang. Berikut adalah data-data besarnya nilai
KHA dari penghantar AAAC dan nilai impedansi penghantar AAAC (All
Alloy Alumunium Conductor) dengan luas penghantar 240 mm2

Tabel 3.11 Besarnya Nilai KHA dari Penghantar AAC dan AAAC
Luas Penampang KHA
(mm²) (Ampere)
16 105
25 135
35 170
50 210
70 255
95 320
120 365
150 425
185 490
240 585
(Sumber: SPLN 64:1985, Tabel VIII)
Pada Penyulang di GI Purbalingga dari PMT Outgoing hingga risepole jenis
penghantar yang digunakan adalah kabel XLPE dengan diameter 300 mm2
selanjutnya setelah tiang pertama sebagian besar penyulang menggunakan
jenis penghantar A3C 240 mm2 pada jaringan utama nya
61

Gambar 3.7 Nilai Tahanan pada Penghantar


(Sumber : PT. PLN (Persero) UP3 Purwokerto)

3.3 Pembuatan Simulasi


Simulasi yang dimaksud adalah simulasi pada Software ETAP 12.6. Berikut
ini merupakan data yang diperlukan untuk menggambar single line diagram
penyulang
Tabel 3.12 Data untuk Software ETAP 12.6

No. Data
1. Standar a. IEC
b. Frekuensi 50 Hz
2. Power Grid a. Tegangan 150 Kv
b. Arus Hubung Singkat 3Ø
c. Arus Hubung Singkat 1Ø
3. Trafo I GI a. Daya = 60 MVA
Purbalingga b. Fasa = 3 Fasa
c. Tegangan Nominal = 150 kV/20 kV
d. Impedansi Trafo = 12,17 %
e. Vektor Group = Ynyn
f. Frekuensi = 50 Hz
g. Arus Nominal = 1677,53 A
4. Trafo II GI a. Daya = 60 MVA
Purbalingga b. Fasa = 3 Fasa
c. Tegangan Nominal = 150 kV/20 kV
62

d. Impedansi Trafo =12,42 %


e. Vektor Group =Ynyn
f. Frekuensi = 50 Hz
g. Arus Nominal =1677,53 A
5. Busbar Tegangan sistem 20 kV
6. PMT a. Merk = SIEMENS
Outgoing b. Arus Nominal = 1250 A
20 kV c. Tegangan Kerja = 24 kV
d. Media Interuper = Vaccum
e. Standar = IEC
f. Tegangan Sistem = 20 Kv
5. Kawat a. Impedansi Saluran
AAAC 240 Z1=Z2 = 0,1344+ j 0,3158 Ω
= 0,3631+ j 1,6180 Ω
mm2 Z0
(Sumber: PT.PLN (Persero) UP3 Purwokerto)

Langkah-Langkah Pembuatan SLD pada ETAP :

1. Klik icon ETAP 12.6 dan klik New

Gambar 3.8 Tampilan membuat New ETAP


2. Pilih direktori folder penyimpanan, dan beri nama file dan klik Ok

Gambar 3.9 Tampilan Create New Project


63

3. Pada menu bar, klik Project → Standards lalu isikan data seperti dibawah ini

Gambar 3.10 Tampilan Project Standards


4. Klik Power Grid satu kali pada AC element, lalu klik satu kali pada one
line diagram untuk meletakkannya, double click pada Power Grid, lalu
isikan data pada tab info dan rating.

Gambar 3.11 Tampilan Power Grid Editor


64

5. Klik HVCB satu kali pada AC element, lalu klik satu kali pada one line
diagram untuk meletakkannya dan hubungkan dengan Power Grid

Gambar 3.12 Tampilan HVCB


6. Lalu isikan data pada tab info dan rating, pastikan library sudah sesuai

Gambar 3.13 Tampilan CB Editor


7. Tempatkan bus dan hubungkan dengan HVCB
8. Klik Cable dari AC element lalu hubungkan dengan bus
65

9. Isi Cable sesuai dengan data yang dimiliki

Gambar 3.14 Tampilan Cable Editor


10. Klik transmisiion line pada AC element dan isikan sesuai data yang
dimiliki
66

Gambar 3.15 Tampilan Transmission Line Editor


11. Selanjutnya klik Lumped Load pada AC element dan isikan data

Gambar 3.16 Tampilan Lumped Load Editor


12. Langkah selanjutnya adalah meneruskan gambar sesuai dengan SLD yang
dikehendaki.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisa Keandalan


Indeks keandalan yang menjadi dasar analisis dalam mengetahui keandalan sistem
distribusi di PT. PLN (Persero) UP3 Purwokerto dalam hal ini yaitu SAIFI dan
SAIDI.
4.1.1 Indeks Keandalan Penyulang
Perhitungan tersebut didasarkan pada pemadaman tak terencana Juni 2018
sampai bulan Juni 2019. Data diambil dari data histori gangguan feeder trip
pada Lampiran 2 serta pada Tabel 3.1 data pelanggan ULP Purbalingga .
1. Penyulang PBG-01
Perhitungan indeks keandalan pada penyulang menggunakan persamaan
2.1 dan 2.2. Berikut merupakan contoh perhitungan indeks keandalan
pada bulan Agustus 2018 di penyulang PBG-01 :
Jumlah Pelanggan Unit = 234013
Jumlah Pelanggan Padam = 112494
Jumlah Jam x Pelanggan Padam = 42152
i. 𝐒AIDI
Jumlah dari perkalian Jam Padam dan Pelanggan Padam
=
Jumlah Pelanggan
42152
= = 0,18 jam/pelanggan
234013
ii. 𝐒AIFI
Jumlah dari Perkalian Frek. Padam dan Pelanggan Padam
=
Jumlah Pelanggan

67
68

112494
= = 0,48 kali/pelanggan
234013
Dari perhitungan diatas dapat diketahui nilai indeks keandalan untuk
bulan selanjutnya dengan cara yang sama sehingga data indeks keandalan
penyulang PBG-01 disajikan pada Tabel 4.1 dibawah ini :

Tabel 4.1 Indeks Keandalan Penyulang PBG-01


Indeks
No. Bulan Keandalan
SAIDI SAIFI
1. Juli 2018 0 0
2. Agustus 2018 0,18 0,48
3. September 2018 0,2 0,34
4. Oktober 2018 0,26 0,34
5. November 2018 0,16 0,15
6. Desember 2018 0,14 0,23
7. Januari 2019 0,08 0,28
8. Februari 2019 0,12 0,12
9. Maret 2019 0,11 0,05
10. April 2019 0,1 0,11
11. Mei 2019 0,06 0,11
12. Juni 2019 0 0
Total 1,41 2,21

2. Penyulang PBG-05
Perhitungan indeks keandalan pada penyulang menggunakan
persamaan 2.1 dan 2.2. Berikut merupakan contoh perhitungan indeks
keandalan pada bulan September 2018 di penyulang PBG-05

Jumlah Pelanggan = 236022


Jumlah Pelanggan Padam = 27740
Jumlah Jam x Pelanggan Padam = 11966,66

i. 𝐒AIDI
Jumlah dari perkalian Jam Padam dan Pelanggan Padam
=
Jumlah Pelanggan
11966,66
= = 0,05 jam/pelanggan
236022
69

ii. 𝐒AIFI
Jumlah dari Perkalian Frek. Padam dan Pelanggan Padam
=
Jumlah Pelanggan
27740
= = 0,12 kali/pelanggan
236022

Dari perhitungan diatas dapat diketahui nilai indeks keandalan untuk


bulan selanjutnya dengan cara yang sama sehingga data indeks keandalan
penyulang PBG-05 disajikan pada Tabel 4.2 dibawah ini :
Tabel 4.2 Indeks Keandalan Penyulang PBG-05

Indeks
No. Bulan Keandalan
SAIDI SAIFI
1. Juli 2018 0 0
2. Agustus 2018 0 0
3. September 2018 0,05 0,12
4. Oktober 2018 0,13 0,29
5. November 2018 0,15 0,29
6. Desember 2018 0 0
7. Januari 2019 0 0
8. Februari 2019 0,36 0,63
9. Maret 2019 0,21 0,34
10. April 2019 0 0
11. Mei 2019 0,04 0,11
12. Juni 2019 0 0
Total 0,94 1,78

3. Penyulang PBG-10
Perhitungan indeks keandalan pada penyulang menggunakan
persamaan 2.1 dan 2.2. Berikut merupakan contoh perhitungan indeks
keandalan pada bulan Juli 2018 di penyulang PBG-10 :

Jumlah Pelanggan = 234013


Jumlah Pelanggan Padam = 19756
Jumlah Jam x Pelanggan Padam = 47317,7
70

i. 𝐒AIDI
Jumlah dari perkalian Jam Padam dan Pelanggan Padam
=
Jumlah Pelanggan
47317,7
= = 0,2 jam/pelanggan
234013

ii. SAIFI
Jumlah dari Perkalian Frek. Padam dan Pelanggan Padam
=
Jumlah Pelanggan
19756
= = 0,084 kali/pelanggan
234013

Dari perhitungan diatas dapat diketahui nilai indeks keandalan untuk


bulan selanjutnya dengan cara yang sama sehingga data indeks keandalan
penyulang PBG-10 disajikan pada Tabel 4.3 dibawah ini :
Tabel 4.3 Indeks Keandalan Penyulang PBG-10

Indeks
No. Bulan Keandalan
SAIDI SAIFI
1. Juli 2018 0,2 0,08
2. Agustus 2018 0 0
3. September 2018 0,1 0,08
4. Oktober 2018 0,07 0,08
5. November 2018 0,61 0,12
6. Desember 2018 0,09 0,04
7. Januari 2019 0 0
8. Februari 2019 0,08 0,04
9. Maret 2019 0 0
10. April 2019 0,03 0,04
11. Mei 2019 0 0
12. Juni 2019 0 0
Total 1,18 0,48
71

Hasil Perhitungan yang sudah dilakukan kemudian dituangkan dalam Tabel


4.4 berikut ini :
Tabel 4.4 Indeks Keandalan Calon Penyulang Backup Pelanggan Premium

Indeks Keandalan
No. Penyulang SAIDI SAIFI
(Jam/Pelanggan/Tahun) (Kali/Pelanggan/Tahun)
1. PBG-01 1.41 2.21
2. PBG-05 0.94 1.78
3. PBG-10 1.18 0.48

Menurut SPLN No. 68-2 Tahun 1986 untuk sistem konfigurasi radial
dengan PBO standar indeks keandalan adalah f = 2,4 kali/tahun dan d=12,8
jam/tahun. Hasil perhitungan dan SPLN dapat dilihat perbandingannya pada
grafik seperti berikut ini :

GRAFIK INDEKS
KEANDALAN PENYULANG
PBG-01 PBG-05 PBG-10
SPLN SAIDI
12,8
12
10
8
6
4 2,21 SPLN SAIFI 2,4
1,41 1,18 1,78
2 0,94 0,48
0
SAIDI (Jam/Pelanggan/Tahun) SAIFI (Kali/Pelanggan/Tahun)

Gambar 4.1 Grafik Indeks Keandalan Calon Penyulang Backup

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa indeks keandalan masing-masing


penyulang berada di bawah batas maksimal SPLN. Nilai SAIDI terbaik
adalah penyulang PBG-05, sedangkan nilai SAIFI terbaik adalah
penyulang PBG-10.
72

4.2 Analisa Voltage Drop

Perhitungan beserta jatuh tegangan dilakukan dengan dua metode yaitu dengan
metode manual beserta menggunakan Software ETAP 12.6 yang dilakukan untuk
sekaligus membandingkan perhitungan penulis dengan simulasi pada aplikasi
tersebut.

4.2.1 Perhitungan Manual Voltage Drop


Perhitungan manual jatuh tegangan menggunakan Persamaan 2.7 ada
perhitungan jatuh tegangan arus yang digunakan adalah arus fasa terbesar
pada masing-masing penyulang. Hasil perhitungan jatuh tegangan adalah
sebagai berikut :

1. Penyulang PBG-01

Beban yang digunakan adalah beban pengukuran malam dimana fasa T yang
merupakan beban tertinggi penyulang yang dapat dilihat pada Tabel 3.5

cos θ =1
cos-1 1 = 0
sin 0° = 0
IPMT =Ī∠0°
= 177 A
Total panjang penyulang PBG-01 berdasarkan Tabel 3.6 untuk kabel power
300 mm2 dan kabel AAAC 240 mm2 adalah 0,25 km dan 39,441 km. Nilai
impedansi kabel power 300 mm2 adalah Z = 0,1 + j0,0945 sedangkan untuk
kabel AAAC 240 mm2 adalah Z = 0,1344 + j0,3158

ΔVloss (SKTM) = √3 I x (ℓsal(R cosθ + Xsinθ)


= √3 [(I x cosθ x R x ℓsal) + (I x sinθ x X x ℓsal)]
= √3 [(177 x 0,1 x 0,25) + (0 x 0,0945 x 0,25)
=√3 x 4,425
= 7,664 V
ΔVloss (SUTM) = √3 I x (ℓsal(R cosθ + Xsinθ)
= √3 [(I x cosθ x R x ℓsal) + (I x sinθ x X x ℓsal)]
73

= √3 [(177 x 0,1344 x 39,441) + (0 x 0,3158 x 39,441)


=√3 x 938,25
= 1625,09V
Ʃ ΔVloss PBG-01 = ΔV (SKTM) + ΔV (SUTM)
= 7,6 + 1625,09
= 1632,754 V
= 1,633 kV
VFF PBG-01 = 20,6 – 1,634
= 18,966

Karena penyulang PBG-01 memiliki konfigurasi jaringan radial, menurut


SPLN No. 72 Tahun 1987 batas bawah jatuh tegangan pada penyulang
adalah 5% dari tegangan kerja, sehingga batas bawah jatuh tegangan
penyulang adalah sebagai berikut
ΔV FF SPLN = 5% x 20 kV
= 1kV
VFF PBG-05 = 20 kV – 1kV
= 19 kV
Dari perhitungan diatas terlihat bahwa jatuh tegangan pada penyulang PBG-
05 masih diatas batas jatuh tegangan yang telah ditetapkan SPLN No. 72
Tahun 1987.
2. Penyulang PBG-05
Beban yang digunakan adalah beban pengukuran malam dimana fasa T yang
merupakan beban tertinggi penyulang yang dapat dilihat pada Tabel 3.7

cos θ =1
cos-1 1 = 0
sin 0° = 0
IPMT =Ī∠0°
= 213,7 A
74

Total panjang penyulang PBG-05 berdasarkan Tabel 3.8 untuk kabel power
300 mm2 dan kabel AAAC 240 mm2 adalah 0,25 km dan 23,255 km. Nilai
impedansi kabel power 300 mm2 adalah Z = 0,1 + j0,0945 sedangkan untuk
kabel AAAC 240 mm2 adalah Z = 0,1344 + j0,3158

ΔVloss (SKTM) = √3 I x (ℓsal(R cosθ + Xsinθ)


= √3 [(I x cosθ x R x ℓsal) + (I x sinθ x X x ℓsal)]
= √3 [(213,7 x 0,1 x 0,25) + (0 x 0,0945 x 0,25)
= √3 x 5,3425
= 9,25 V
ΔVloss (SUTM) = √3 I x (ℓsal(R cosθ + Xsinθ)
= √3 [(I x cosθ x R x ℓsal) + (I x sinθ x X x ℓsal)]
= √3 [(213,7 x 0,1344 x 23,255) + (0 x 0,3158 x 23,255)
= √3 x 667,913
= 1156,85
Ʃ ΔVloss PBG-05 = ΔV (SKTM) + ΔV (SUTM)
= 9,25 + 1156,85
= 1166,1 V
= 1,166 kV
VFF PBG-05 = 20,8 – 1,165 kV
=19,634 kV

Karena penyulang PBG-05 memiliki konfigurasi jaringan radial, menurut


SPLN No. 72 Tahun 1987 batas bawah jatuh tegangan pada penyulang
adalah 5% dari tegangan kerja, sehingga batas bawah jatuh tegangan
penyulang adalah sebagai berikut
ΔV FF SPLN = 5% x 20 kV
= 1kV
VFF PBG-05 = 20 kV – 1kV
= 19 kV
75

Dari perhitungan diatas terlihat bahwa jatuh tegangan pada penyulang PBG-
05 masih berada diatas batas jatuh tegangan yang telah ditetapkan SPLN
No. 72 Tahun 1987.

3. Penyulang PBG-10
Beban yang digunakan adalah beban pengukuran malam dimana fasa T yang
merupakan beban tertinggi penyulang yang dapat dilihat pada Tabel 3.9

cos θ = 0,93
cos-1 0,93 = 21,565
sin 0,376° = 0,367
IPMT = Ī ∠ 21,565°
= 1 [cos(θ)+ jsin(θ)]
= 169,9 (0,93 + j0,367)
= 158,01 + j62,35 A

Total panjang penyulang PBG-10 berdasarkan Tabel 3.10 untuk kabel


power 300 mm2 dan kabel AAAC 240 mm2 adalah 0,25 km dan 23,255 km.
Nilai impedansi kabel power 300 mm2 adalah Z = 0,1 + j0,0945 sedangkan
untuk kabel AAAC 240 mm2 adalah Z = 0,1344 + j0,3158

ΔVloss (SKTM) = √3 I x (ℓsal(R cosθ + Xsinθ)


= √3 [(I x cosθ x R x ℓsal) + (I x sinθ x X x ℓsal)]
= √3 [(158,01 x 0,1 x 0,25) + (62,35 x 0,0945 x 0,25)
= √3 x (3,95 + 1,473
= √3 x 5,423
= 9,392 V

ΔVloss (SUTM) = √3 I x (ℓsal(R cosθ + Xsinθ)


= √3 [(I x cosθ x R x ℓsal) + (I x sinθ x X x ℓsal)]
= √3 [(158,01 x 0,1344 x 35,339) + (62,35 x 0,3158
x35,339)
76

= √3 x (750,478 + 695,829)
= √3 x 1446,37
= 2505,186 V
Ʃ ΔVloss PBG-10 = ΔV (SKTM) + ΔV (SUTM)
= 9,392 + 2505,186
= 2514,578 V
= 2,515 kV
VFF PBG-10 = 20,8 kV– 2,515 kV
= 18,285 kV
Karena penyulang PBG-10 memiliki konfigurasi jaringan radial, menurut
SPLN No. 72 Tahun 1987 batas bawah jatuh tegangan pada penyulang
adalah 5% dari tegangan kerja, sehingga batas bawah jatuh tegangan
penyulang adalah sebagai berikut
ΔVloss FF SPLN = 5% x 20 Kv
= 1kV
VFF PBG-10 = 20 kV – 1kV
= 19 kV
Dari perhitungan diatas terlihat bahwa jatuh tegangan pada penyulang PBG-
10 masih diatas batas jatuh tegangan yang telah ditetapkan SPLN No. 72
Tahun 1987.

4.2.2 Perhitungan Menggunakan ETAP


Pada simulasi Hasil ETAP 12.6 nilai jatuh tegangan penyulang
menggunakan tegangan 3 fasa dari jumlah nilai jatuh tegangan pada setiap
peralatan penghubung. Berikut merupakan hasil simulasi dalam konfigurasi
normal pada penyulang-penyulang yang berkaitan :
77

A. Penyulang PBG-01

TEGANGAN UJUNG

Gambar 4.2 Simulasi Jatuh Tegangan ETAP 12.6 PBG-01


78

B. Penyulang PBG-05

TEGANGAN UJUNG

Gambar 4.3 Simulasi Jatuh Tegangan ETAP 12.6 PBG-05


79

C. Penyulang PBG-10

TEGANGAN UJUNG

Gambar 4.4 Simulasi Jatuh Tegangan ETAP 12.6 pada PBG-10


80

Perbandingan dari hasil perhitungan dengan hasil yang tertera pada simulasi
ETAP akan ditampilkan pada Tabel 4.5 dibawah ini
Tabel 4.5 Perbandingan Perhitungan Jatuh Tegangan Manual dan ETAP
Manual (kV) ETAP(kV)
Penyulang Tegangan Tegangan Tegangan Tegangan
Vd Vd
Kirim Ujung Kirim Ujung
PBG-01 20,6 1,633 18,966 20,622 1,6 19,022
PBG-05 20,8 1,166 19,634 20,806 1,19 19,612
PBG-10 20,8 2,515 18,285 20,806 2,53 18,279

Hasil perhitungan juga dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti berikut
ini :

PERBANDINGAN JATUH TEGANGAN


3
2,53 2,515
2,5

2
1,6 1,633
1,5 1,19 1,166
1 1 1

0,5

0
ETAP MANUAL

PBG-01 PBG-05 PBG-10 SPLN

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Jatuh Tegangan

Berdasarkan hasil perhitungan losses tegangan secara hitung manual


maupun software simulasi, diketahui bahwa memiliki selisih dengan
toleransi tidak melebihi dari 5%. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu ketilitian, pembulatan angka di belakang koma, dan pemahaman
rumus. Jatuh tegangan pada penyulang-penyulang berada diatas standar
yang menyebabkan penilaian didasarkan pada penyulang yang mempunyai
jatuh tegangan yang ter kecil yaitu penyulang PBG-05.
81

4.3 Analisa Dan Perbandingan Penyulang


Setelah melakukan perhitungan indeks keandalan dan jatuh tegangan, berikut
merupakan hasil perhitungan masing-masing penyulang.

Tabel 4.6 Analisa Perhitungan PBG-01, PBG-05, PBG-10


Indeks
Tegangan
No. Penyulang Keandalan
Ujung
SAIDI SAIFI
1. PBG-01 19,022 1,57 2,283
2. PBG-05 19,612 0,9 1,049
3. PBG-10 18,279 2 0,53

Pada perhitungan indeks keandalan terlihat bahwa indeks SAIDI pada penyulan
PBG-05 lebih bagus sedangkan indeks SAIFI penyulang PBG-01 lebih baik.
Penyulang yang memiliki tegangan ujung paling bagus adalah PBG-05 walaupun
berada dibawah standar PLN. Setelah dibandingkan, dapat disimpulkan bahwa
penyulang PBG-05 merupakan penyulang yang lebih baik dibandingkan dengan
PBG-01 dan PBG-10, dikarenakan unggul pada dua indikator dari tiga indikator
yang ada.

4.4 Skema Penyaluran Dua Penyulang Pelanggan Premium


Pada manuver penyulang, hal yang perlu diperhatikan adalah tegangan penyulang
serta pelimpahan beban penyulang. Pelanggan premium mempunyai prioritas
utama untuk segera menyala. Oleh karena itu jika terjadi hilang tegangan pada
penyulang utama pelanggan tersebut secara otomatis penyulang yang menyuplai
berpindah ke penyulang backup dikarenakan adanya tambahan peralatan yaitu
ACOS (Automatic Change Over Switch).

4.4.1 Pembuatan Simulasi Pergantian Penyulang Supply pada CV SN Jaya


Prima
1. Pembuatan Program Ladder dengan Eco Structure Machine

Berikut adalah langkah-langkah pembuatan program ladder Eco Structure


82

Machine:

a. Untuk menggunakan software Eco Structure Machine, klik icon


SoMachine Basic pada desktop seperti pada G a m b a r 4.6
kemudian akan disuguhkan tampilan status Launch SoMachine

Gambar 4.6 Icon Software dan Tampilan Status Launch Eco Structure
Machine
b. Memilih “Create New Project”, kemudian akan muncul tampilan seperti
pada Gambar 4.7

Gambar 4.7 Halaman Awal Project


83

c. Memilih tipe Logic Controller dan Expansion Logic Controller


yang akan digunakan, pada M221 pilih TM221CE24T

Gambar 4.8 Panel Configuration untuk Memilih Tipe Logic Controller

d. Selanjutnya, langkah yang harus dilakukan yaitu membuat ladder


diagram

Gambar 4.9 Tampilan Panel Programming SoMchine Basic

e. Pada panel “Progamming”, progam dituliskan dalam bentuk ladder


diagram. Gambar 4.10 menjelaskan beberapa fungsi untuk
memudahkan pembuatan ladder diagram.

Gambar 4.10 Ladder Editor dan fungsi-fungsi dasar Logic Controller


84

f. Pembuatan progam dilakukan pada rung seperti yang ditunjukkan pada


Gambar 4 . 1 1 Program Ladder Diagram ditunjukkan pada Lampiran 5

Gambar 4.11 Ladder Diagram


g. Program yang telah selesai dibuat kemudian save program

2. Pengalamatan pada PLC


Tabel 4.8 Data Pengalamatan Input PLC

Alamat Input Keterangan Input


%I0.7 Push Button Gangguan
%I0.8 Push Button Lokal
%I0.9 Push Button Remote
%I0.10 Push Button INC1 ON
%I0.11 Push Button INC1 OFF
%I0.12 Push Button INC2 ON
%I0.13 Push Button INC2 OFF

Tabel 4.9 Data Pengalamatan Output PLC

Alamat Output Keterangan Output


%Q0.0 SECTION 2 PBG2
%Q0.1 SECTION 2 PBG5
%Q0.2 Lokal
85

%Q0.3 Remote
%Q0.4 Priority
%Q0.5 Non Priority
%Q0.6 INC ON PBG2
%Q0.7 INC OFF PBG2
%Q0.8 INC ON PBG-05
%Q0.9 INC OFF PBG-05

3. Pembuatan Program Vijeo Citect


a. Buka Vijeo Citect Explorer. Saat mengaktifkan aplikasi ini, akan
terbuka tiga jendela utama yaitu Citect Project Editor, Citect Explorer,
dan Citect Graphic Builder.

Gambar 4.12 Tampilan Vijeo Citect

b. Buka Citect Explorer dengan cara memilih File – New Project .

Gambar 4.13 Membuat New Project


c. Kemudian akan keluar pop up New Project, mengisi nama project
yang akan dibuat. Meng-klik OK.
86

Gambar 4.14 Menu New Project

d. Pilih User pada menu Sistem di Citect Explorer. Kemudian mengisi


username, Password, dan Roles sesuai keinginan lalu pilih Replace
Citect Project Editor.

Gambar 4.15 Menu User


e. Selanjutnya buat server terlebih dahulu. Pada Citect Project Editor
pilih menu Servers – Clusters. Isikan nama server pada Cluster Name.
87

Gambar 4.16 Menu Cluster


f. Satukan antara Vijeo Citect dan PLC TM221CE24T dengan cara
memilih jendela “Citect Project Editor”, memilih “Communication”
dan memilih menu “Express Wizard”.

Gambar 4.17 Menu Communication


g. Pilih next pada tampilan menu “Express Wizard”, lalu pada “I/O
Server” pilih next.

Gambar 4.18 Express Comunication Wizard


88

Gambar 4.19 I/O Server Baru

h. Klik next pada pilihan “Create a New I/O Device”, setelah itu
memilih “External I/O Device” lalu menekan pilihan next.

Gambar 4.20 Create a New I/O Device


89

Gambar 4.21 Tipe I/O


i. Pilih Jenis Logic Controller yang akan digunakan. Karena M221
belum ter- install maka pilih Modicon selanjutnya M340 dan
jaringan komunikasi yang akan digunakan yaitu Modbus/RTU lalu
pilih Next.

Gambar 4.22 Manufacture I/O Device


j. Klik Next pada pilihan apakah akan menambahkan link pada I/O
External.
90

Gambar 4.23 Link I/O Devices


k. Pilih Finish.

Gambar 4.24 Communication Finish


l. Masukkan Variabel Tags yang akan digunakan dalam SCADA.
Pada Citect Project Editor pilih Tags lalu pilih Variabel Tags.

Gambar 4.25 Menu Tags pada Citect Project Editor


m. Isi “Variable Tag Name” dan “Address” dengan %M atau %MW
yang ada pada progam SoMachine. Pilih I/O Device dengan tipe
“IODev”. Kemudian pilih “Data Type” dengan data tipe “Digital”
atau sesuai dengan kebutuhan. Lalu “Add”.
91

Gambar 4.26 Menu Variable Tag


n. Pada Simulator kerja ini, beberapa input dan output yang dimasukan
dalam Variabel Tag. Daftar memory yang dimasukkan dalam Variable
Tag tercantum pada Lampiran 4
o. Kemudian compile progam dengan cara memilih menu “File” lalu
“Compile”.

Gambar 4.27 Menu Compile


p. Buka tampilan Citect Graphics Builder lalu membuat gambaran
sistem SCADA yang diinginkan. Pada Citect Graphics Builder pilih
File lalu New kemudian pilih Page. Pilih normal kemuian klik OK.

Gambar 4.28 Citect Graphics Builder

Gambar 4.29 Create a new graphics page


92

Gambar 4.30 Style a new graphics page


q. Gambar objek untuk program SCADA dengan bantuan toolbar symbol
set.

Gambar 4.31 Toolbar symbol set


r. Buat design vijeo citect pada jendela design sesuai dengan
kebutuhan.dan simpan setelah selesai.

Gambar 4.32 Tampilan Akhir


93

4.4.2 Pergantian Sumber Supply pada Pelanggan Premium


Pelanggan CV SN Jaya Prima merupakan pelanggan TM 555 kVA yang
telah di supply oleh penyulang PBG-02. Pelanggan tersebut pada single line
diagram terletak pada section 2 diantara ABSW pertama dengan recloser
pertama. Pada pembahasan awal telah disimpulkan bahwa penyulang
backup untuk pelanggan tersebut adalah PBG-05. Pada penyulang PBG-05
tersebut pelanggan CV SN Jaya Prima juga berada pada section 2. Pada saat
ada gangguan pada section 2 PBG-02, nantinya supply pelanggan akan
berpindah pada section 2 PBG-05. Pada layanan premium terdapat
tambahan pada kubikel pelanggan yaitu Automatic Changeover.
Perpindahan sumber saat salah satu incoming mengalami hilang tegangan
terjadi seketika dengan waktu saklar untuk kontak mengacu pada katalog
Schneider berkisar antara 0,34s – 2,24s. Pada pelanggan premium yang
menghindari padam, waktu perpindahannya di set dengan waktu terkecil
yaitu 0,34s jadi tetap mengalami kedip. Sistem interlocking yang ada adalah
kedua switch tidak boleh berada dalam keadaan close bersamaan.
Prinsip kerja Automatic Changeover dapat dipahami dengan meilhat
Gambar 4.32 dibawah ini :

Voltage Voltage
Detector Detector
ON ON

INCOMING 1 INCOMING 2
SOURCE SOURCE
SW 1 SW 2

PELANGGAN

Gambar 4.33 Prinsip Kerja Automatic Changeover


94

Pergantian sumber pada pelanggan premium memiliki dua keadaan yaitu:


1. Prioritas
Pada sumber yang telah ditetapkan sebagai sumber prioritas (Incoming 1
main) jika mengalami hilang tegangan, switch 1 pada incoming main
akan open dan selanjutnya switch 2 pada sumber backup (Incoming 2
backup) akan close sehingga pelanggan premium di supply oleh sumber
backup. Setelah tegangan pada incoming 1 main sudah kembali maka
sumber akan berpindah kembali ke sumber prioritas dengan urutan
switch 2 open dan switch 1 close.

MULAI

MAIN
SOURCE

PADAM STATUS SENSOR NYALA


TEGANGAN MAIN
SOURCE

SW 1 OPEN
SW 2 CLOSE

BACKUP
SOURCE

NYALA STATUS SENSOR


SW 1 CLOSE
TEGANGAN MAIN PADAM
SW 2 OPEN
SOURCE

SELESAI

Gambar 4.34 Flowchart Cara Kerja Mode Priority


95

2. Non Prioritas
Pada mode non prioritas, kedua sumber statusnya adalah sumber
utama (Incoming 1 main dan Incoming 2 main). Saat terjadi hilang
tegangan pada sumber 1 maka akan otomatis berpindah ke sumber 2
dan tidak akan mengalami perpindahan sumber, jika sumber yang
digunakan tidak mengalami hilang tegangan.

MULAI

MAIN
SOURCE 1

PADAM NYALA
STATUS SENSOR
TEGANGAN

SW 1 OPEN
SW 2 CLOSE

MAIN
SOURCE 2

PADAM
SW 1 CLOSE STATUS SENSOR
SW 2 OPEN TEGANGAN

NYALA

SELESAI

Gambar 4.35 Flowchart Cara Kerja Mode Non Prioritas


96

Simulasi aliran daya pada ETAP 12.6 menunjukkan kondisi saat keadaan
pelanggan di suplai PBG-02 dan saat disuplai oleh PBG-05. Pada Gambar
4.36 dan Gambar 4.37 menunjukkan bahwa pelanggan mengalami
perbedaan nilai tegangan suplai saat penyulang incoming nya PBG-05.
Namun hal ini masih berada pada batas wajar yang mengacu pada SPLN
No. 72 Tahun 1987 yaitu batas minimal 19 kV dan batas maksimal 21 kV.

Gambar 4.36 Simulasi ETAP Kondisi Incoming PBG-02

Gambar 4.37 Simulasi ETAP kondisi Incoming PBG-05


97

Berdasarkan data dan perhitungan yang telah dilakukan dalam analisa


perencanaan jaringan pada pelanggan CV SN Jaya Prima, dapat
disimpulkan bahwa penyulang PBG-05 merupakan penyulang terbaik dari
sisi keandalan maupun sisi kualitas tegangan. Selain itu, antara penyulang
PBG-02 dan PBG-05 memiliki trafo GI yang berbeda sehingga
kemungkinannya kecil bila padam bersamaan akibat pemeliharaan ataupun
gangguan trafo, pada salah satu trafo kedua penyulang tersebut.

Pelanggan CV SN Jaya Prima merupakan pelanggan TM yang sebagian


bebannya adalah motor. Mode yang disarankan adalah mode non prioritas
dikarenakan untuk meminimalisir kedip yang dapat mempengaruhi umur
mesin pada pabrik kayu tersebut. Aspek selanjutnya yang harus diperhatikan
adalah letak pelanggan berada. Pelanggan berada pada zona satu dimana
sesuai SOP jika terjadi padam akibat gangguan zona satu, penyulang tidak
diperbolehkan untuk di suplai dari PMT. Oleh karena itu, bila kedua
penyulang mengalami gangguan zona satu bersamaan, maka pelanggan
akan padam. Penanganan yang PLN dapat dilakukan untuk meminimalisir
gangguan adalah dengan rutin melakukan pengawasan terhadap pohon-
pohon serta mengecek kelengkapan penghalang binatang pada tiap tiang
terutama di zona satu dikarenakan mengacu pada Tabel 3.4 dan Lampiran 2
penyulang PBG-02 dan PBG-05 mengalami gangguan yang sebagian besar
disebabkan oleh pohon dan binatang.
98

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Tugas Akhir dengan judul “Analisis Perencanaan
Jaringan Pelanggan Premium CV SN Jaya Prima Di PT. PLN (Persero)
Distribusi Area Purwokerto Menggunakan Etap Berbasis PLC dan
SCADA”, maka dapat disimpulkan :
1. Perhitungan indeks keandalan berfokus pada nilai SAIDI dan SAIFI
yang nilainya untuk penyulang PBG-01 sebesar 1,41 jam/pelanggan
dan 2,21 kali/pelanggan, penyulang PBG-05 sebesar 0,94
jam/pelanggan dan 1,78 kali/pelanggan, serta penyulang PBG-10
dengan nilai 1,18 jam/pelanggan dan 0,48 kali/pelanggan.
2. Perhitungan jatuh tegangan dilakukan dengan menggunakan cara
manual dan software ETAP yang nantinya akan didapatkan nilai
tegangan ujung pada penyulang. Nilai tegangan ujung manual dan
ETAP pada penyulang PBG-01 yaitu 18966 V dan 19022 V, pada
penyulang PBG-05 sebesar 19634 V dan19612 V, dan pada PBG-10
dengan nilai 18285 V dan 18279 V.
3. Penyulang PBG-05 merupakan penyulang terbaik untuk dijadikan
sebagai penyulang backup pelanggan karena unggul dua dari tiga
indikator dengan nilai SAIDI sebesar 0,9 jam/pelanggan dan nilai
tegangan ujung sebesar 19612 V.
4. Incoming pelanggan akan berpindah secara otomatis oleh Automatic
Changeover ke penyulang backup/kedua saat incoming yang sedang
menyuplai pelanggan mengalami hilang tegangan.
5.2 Saran
Berikut ini saran yang dapat disampaikan anatara lain sebagai berikut:
1. Pada tugas akhir ini belum membahas tentang pengaruh kedip pada
beban-beban motor, untuk selanjutnya permasalahan ini dapat dibahas
secara lebih spesifik dan mendalam
99

2. Pada tugas akhir ini juga belum membahas tentang kerugian dari sisi
PLN terkait jatuh tegangan, diharapkan ke depannya permasalahan ini
dapat dianalisa dengan lebih rinci.
3. Pemilihan judul sebaiknya lebih mencerminkan pada isi masalah yang
dibahas
100

DAFTAR PUSTAKA

______. 1985. Standar Perusahaan Umum Listrik Negara No. 59 1985


Keandalan pada Sistem Distribusi. PT PLN (Persero). Departemen
Pertambangan dan Energi: Jakarta.

______. 1985. Standar Perusahaan Umum Listrik Negara No. 64 1985 Petunjuk
Pemilihan dan Penggunaan Pelebur pada Sistem Distribusi Tegangan
Menengah. PT PLN (Persero). Departemen Pertambangan dan Energi:
Jakarta.

______. 1987. Standar Perusahaan Umum Listrik Negara No. 68-2 1987
Tingkat Jaminan Sistem Tenaga Listrik Bagian dua : Distribusi. PT PLN
(Persero). Departemen Pertambangan dan Energi: Jakarta.

______. 1987. Standar Perusahaan Umum Listrik Negara No. 72 1987


Spesifikasi Desain untuk Jaringan Tegangan Menengah (JTM) dan
Jaringan Tegangan Rendah (JTR). PT PLN (Persero). Departemen
Pertambangan dan Energi: Jakarta.

______. 2010. SM-6 Modular Units Catalog. Schneider

______. 2014. ETAP 12.6 User Guide. Southern California: Operating


Technology, Inc.

______. 2010. Materi Diklat Perlengkapan Jaringan Distribusi. PT. PLN


(Persero) Pusdiklat: Semarang.

Kelompok Kerja Standar Konstruksi Jaringan Distribusi tenaga Listrik dan Pusat
Penelitian Sains dan Teknologi Universitas Indonesia. 2010. Buku 1
Kriteria Disain Enjiniring Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga
Listrik. Jakarta : PT. PLN (Persero).
Kelompok Kerja Standar Konstruksi Jaringan Distribusi tenaga Listrik dan Pusat
Penelitian Sains dan Teknologi Universitas Indonesia. 2010. Buku 5
Standart Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik.
Jakarta : PT. PLN (Persero).
Readysal, Monantun dan Syufrijal. 2014. Jaringan Distribusi Tenaga Listrik.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Schneider Electric. 2014. Modicon M221 Logic Controller. France: Schenider
Electric.
Sugianto.,& Mustikasari, Asri Dewi. (2018). Pemasangan Automatic Change
Over (ACO) Untuk Meningkatkan Keandalan Pada Pelanggan Premium
101

LAMPIRAN
102

Lampiran 1 Single Line Diagram GI Purbalingga

Lampiran 2 Rekap Data Gangguan PBG-01, PBG-05, dan PBG-10

Lampiran 3 Report Load Flow Analyst

Lampiran 4 Data Variable Tag Vijeo Citect

Lampiran 5 Ladder Diagram


Lampiran 1 Single Line Diagram Penyulang-Penyulang Backup dan Pelanggan

103
Lampiran 2 Rekap Data Gangguan PBG-01, PBG-05, dan PBG-1 (Juli 2018-Mei 2019)
Gardu Jam x Pelanggan Total Pelanggan
Bulan Induk Peralatan Feeder Pelanggan Jenis Gangguan
Padam Unit
Penyulang Padam

Juli 2018 PBG10-062 Recloser PBG-10 26795,2 10028 Pohon

Juli 2018 PBG10-423 Recloser PBG-10 20522,5 9728 Pohon 234013

Agustus 2018 PBG01-059 Recloser PBG-01 2383,6 27895 Pohon

Agustus 2018 PBG01 PMT PBG-01 14262,3 28352 Komponen

Agustus 2018 PBG01-059 Recloser PBG-01 14262,3 27895 Pihak iii/binatang 234974
Agustus 2018 PBG01 PMT PBG-01 11273,8 28352 Peralatan

September PBG01-398 Recloser PBG-01 8938,1 12160 Pohon


2018

September PBG01-398 Recloser PBG-01 10006,7 12160 Pohon


2018

September PBG01-059 Recloser PBG-01 11228,6 27895 Pihak iii/binatang


2018 236022
September PBG01-059 Recloser PBG-01 17436,9 27895 Pohon
2018

104
September PBG05-244 Recloser PBG-05 11966,66 27740 Pohon
2018

September PBG10-062 Recloser PBG-10 11816,9 10028 Pohon


2018

September PBG10-423 Recloser PBG-10 12.271,70 9728 Pihak iii/binatang


2018

Oktober 2018 PBG01-059 Recloser PBG-01 21688 27895 Pohon

Oktober 2018 PBG01-059 Recloser PBG-01 7182,2 27895 Komponen

Oktober 2018 PBG01-398 Recloser PBG-01 21230,6 12160 Gardu

Oktober 2018 PBG01-398 Recloser PBG-01 10995,7 12160 Pohon

Oktober 2018 PBG-05 PMT PBG-05 8265,29 41704 Komponen

Oktober 2018 PBG05-244 Recloser PBG-05 21984,15 27740 Pohon 237047

Oktober 2018 PBG10 PMT PBG-10 3.839,70 10028 Pihak iii/binatang

Oktober 2018 PBG10-423 Recloser PBG-10 13.559,20 9728 Pohon

November PBG01-398 Recloser PBG-01 21296,3 12160 Pohon


2018

November PBG01-398 Recloser PBG-01 12005 12160 Pohon


2018

105
November PBG01-398 Recloser PBG-01 4617,8 12160 Pohon 238651
2018

November PBG-05 PMT PBG-05 21388,16 41704 Komponen


2018

November PBG05.244 Recloser PBG-05 13618,5 27740 Pohon


2018

November PBG10-062 Recloser PBG-10 42.612,60 10028 Tiang


2018

November PBG10-423 Recloser PBG-10 60.677,40 9728 Pohon


2018

November PBG10-423 Recloser PBG-10 42.479,10 9728 Pohon


2018

Desember 2018 PBG01-059 Recloser PBG-01 6799 27895 Pihak iii/binatang

Desember 2018 PBG01-059 Recloser PBG-01 26127,8 27895 Pohon


239681
Desember 2018 PBG10-062 Recloser PBG-10 21.378,40 10028 Tiang

Januari 2019 PBG01-059 Recloser PBG-01 10814 27895 Peralatan

Januari 2019 PBG01 PMT PBG-01 2891 28352 Komponen


240348
Januari 2019 PBG01-398 Recloser PBG-01 4570 12160 Pohon

Februari 2019 PBG01-059 Recloser PBG-01 27861,6 27895 Gardu

106
Februari 2019 PBG05-244 Recloser PBG-05 19651,94 27740 Pohon 241051

Februari 2019 PBG05-244 Recloser PBG-05 12633,39 27740 Layang-layang

Februari 2019 PBG05-244 Recloser PBG-05 19651,94 27740 Pohon

Februari 2019 PBG-05 PMT PBG-05 12605,27 41704 Komponen

Februari 2019 PBG05-244 Recloser PBG-05 21657,24 27740 Pohon

Februari 2019 PBG10-062 Recloser PBG-10 19.761,00 10028 Pohon

Maret 2019 PBG01-398 Recloser PBG-01 27681,1 12160 Pohon

Maret 2019 PBG05-244 Recloser PBG-05 18678,6 27740 Layang-layang

Maret 2019 PBG05-244 Recloser PBG-05 11548,07 27740 Komponen 241808


Maret 2019 PBG05-244 Recloser PBG-05 21590,61 27740 Pohon

April 2019 PBG01-059 Recloser PBG-01 24029,1 27895 Pihak iii/binatang

April 2019 PBG10-062 Recloser PBG-10 7.225,10 10028 Pohon 242631

Mei 2019 PBG01-059 Recloser PBG-01 14086,1 27895 Pohon

Mei 2019 PBG05-244 Recloser PBG-05 9187,71 27740 Pohon 244110

107
108

Lampiran 3 Report Load Flow Analyst


109
110

Lampiran 4 Data Variable Tag Vijeo Citech

Memory Keterangan Tag


%M0 ONTRAFO
%M1 OFFTrafo
%M2 Trafo
%M3 ONPMTPBG2
%M4 OFF_PMT_PBG2
%M5 PMT_PBG2
%M6 ON_ABSW_02006
%M7 OFF_ABSW_02006
%M8 ABSW_02_006
%M9 ON_REC02_58
%M10 OFF_REC02_58
%M11 REC2_058
%M12 ON_ABSW_60
%M13 OFF_ABSW_60
%M14 ABSW_60
%M21 ON_LBS107
%M22 OFF_LBS107
%M23 LBS107
%M33 ON_ABSW112
%M34 OFF_ABSW112
%M35 ABSW112
%M36 ON_ABSW137
%M37 OFF_ABSW137
%M38 ABSW137
%M39 ON_ABSW152
%M40 OFF_ABSW152
%M41 ABSW152
%M45 ON_ABSW155
111

%M46 OFF_ABSW155
%M47 ABSW155
%M50 ONREMOTE
%M52 remote
%M53 ONLOCAL
%M55 lokal
%M56 ON_PB_02
%M57 OFF_PB_02
%M59 ONPRIORITY
%M61 PRIORITY
%M69 SUPPLY_PBG05
%M71 GANGGUAN
%M80 SNJAYA
%M81 ON_TRAFO_PBG5
%M83 TRAFO_PBG5
%M84 ON_PMT_PBG5
%M86 PMT_PBG5
%M87 ON_ABSW_PBG5
%M89 ABSW_PBG5
%M90 ON_REC_PBG5
%M92 REC_PBG5
%M94 ON_NONPRIORITY
%M96 NONPRIORITY
%M101 SECTION1_PBG5
%M102 SECTION2_PBG5
%M103 SECTION3_PBG5
%M104 SECTION4_PBG5
%M106 SECTION5_PBG5
%M107 SECTION6_PBG5
%M108 SECTION7_PBG5
%M109 SECTION8_PBG5
112

%M105 SUPPLY_PBG02
%M114 ON_PBG5_136
%M115 PBG5_136
%M117 ONPBG5_188
%M118 PBG5_188
%M120 ON_PBG5_244
%M121 PBG5_244
%M123 ON_PBG5_276
%M124 ON_PB_05
%M125 OFF_PB_05
%M127 OFF_SUPPLY_PBG02
%M128 OFF_SUPPLY_PBG05
%M143 ON_PBG5_338
%M144 PBG5_338
%M146 ON_PBG05_349_U
%M147 PBG05_349_U
%M150 PBG5_276
%M201 SECTION1
%M202 SECTION2
%M203 SECTION3
%M204 SECTION4
%M205 SECTION5
%M206 SECTION6
%M207 SECTION7
%M208 SECTION8
%M209 SECTION9
%M210 SECTION10
113

Lampiran 5 Ladder Diagram


114

Anda mungkin juga menyukai