Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

OLEH

SOLEHUDDIN FATHUL GANI


P07120118041

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D.III KEPERAWATAN MATARAM
TINGKAT IIA/ SEMESTER IV
2020
i
LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian Perilaku Kekerasan


Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai
ancaman. (Stuart dan Sundeen, 1998).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
(Towsend, 1998).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri
sendiri maupun orang lain. (Keliat, Ana Budi. Dkk. 2009)
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan, PK (perilaku
kekerasan) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat memebahayakan secara fisik maupun psikologis, baik pada dirinya
sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak
terkontrol.
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang
diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau
merusak lingkungan

B. Etiologi Perilaku Kekerasan


1. Sebab : Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana
gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif

1
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
Tanda dan Gejala :
a. Mengejek dan mengkritik diri sendiri
b. Merendahkan atau mengurangi martabat diri sendiri
c. Rasa bersalah atau khawatir
d. Manifestasi fisik : tekanan darah tinggi, psikosomatik, dan
penyalahgunaan zat.
e. Menunda dan ragu dalam mengambil keputusan
f. Gangguan berhubungan, menarik diri dari kehidupan social
g. Menarik diri dari realitas
h. Merusak diri
i. Merusak atau melukai orang lain
j. Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri.
2. Akibat : Resiko menciderai diri sendiri orang lain dan lingkungan
Suatu keadaan dimana seorang individu melakukan suatu tindakan
yang dapt membahayakan bagi keselamatan jiwanya maupun orang
lain disekitarnya (Townsend, 1994). Klien dengan perilaku
kekerasan menyebabkan klien berorientasi pada tindaakan untuk
memenuhi secara listrik tuntutan situasi stress, klien akan
berperilaku menyerang, merusak diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan sekitar.
Tanda dan Gejala :
a. Adanya peningkatan aktifitas motoric
b. Perilaku aktif ataupun destruktif
c. Agresif

2
C. Faktor Penyebab Perilaku Kekerasan
1. Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor
predisposisi, artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :
a. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi
yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-
kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina,
dianiaya atau sanksi penganiayaan.
b. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan
kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar
rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi
perilaku kekerasan.
c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam
(pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap
pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku
kekerasan yang diterima (permissive).
d. Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus
frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter
turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
2. Faktor Prespitasi
Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau
interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik
(penyakit fisik), keputusan, ketidakberdayaan, percaya diri yang
kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula
dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah
pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan
kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial
yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

3
D. Rentang Respon dari Perilaku Kekerasan
Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif.
Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut :
Rentang Respon Marah

Respon adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

1. Respon Adaptif.
a. Asertif, adalah mengemukakan pendapat atau mengekspresikan
rasa tidak senang atau tidak setuju tanpa menyakiti lawan bicara.
b. Frustasi, adalah suatu proses yang menyebabkan terhambatnya
seseorang dalam mencapai keinginannya. Individu tersebut tidak
dapat menerima atau menunda sementara sambil menunggu
kesempatan yang memungkinkan. Selanjutnya individu merasa
tidak mampu dalam mengungkapkan perannya dan terlihat pasif.
2. Respon transisi
Pasif adalah suatu perilaku dimana seseorang merasa tidak mampu
untuk mengungkapkan perasaannya sebagai usaha mempertahankan
hak-haknya. Klien tampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena
merasa kurang mampu, rendah diri atau kurang menghargai dirinya.
3. Respon mal adaptive
a. Agresif, adalah suatu perilaku yang mengerti rasa marah,
merupakan dorongan mental untuk bertindak (dapat secara
konstruksi/destruksi) dan masih terkontrol. Perilaku agresif dapat
dibedakan dalam 2 kelompok, yaitu pasif agresif dan aktif agresif.
b. Pasif agresif, adalah perilaku yang tampak dapat berupa
pendendam, bermuka asam, keras kepala, suka menghambat dan
bermalas-malasan.

4
c. Aktif agresif, adalah sikap menentang, suka membantah, bicara
keras, cenderung menu0ntut secara terus menerus, bertingkah
laku kasar disertai kekerasan.
d. Amuk, adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat dan disertai
kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang
lain atau lingkungan. (Stuart and Sudeen, 1998).

E. Mekanisme Koping dari Perilaku Kekerasan


Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena
adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah
untuk melindungi diri antara lain:
1. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di
mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan
kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan
sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba
merayu, mencumbunya.
3. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci
pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran
atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua

5
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga
perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
4. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya
seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kasar.
5. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang
pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy
berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari
ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain
perang-perangan dengan temannya.

F. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan


Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut:
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/ pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
6) Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik Mengumpat dengan kata-kata
kotor
4) Suara keras

6
5) Ketus
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d. Emosi
1) Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman
2) Rasa terganggu, dendam dan jengkel
3) Bermusuhan, mengamuk, dan ingin berkelahi
4) Menyalahkan dan menuntut
e. Intelektual
1) Mendominasi
2) Cerewet
3) Kasar
4) Berdebat
5) Meremehkan dan sarkasme
f. Spiritual
1) Merasa diri berkuasa dan benar
2) Mengkritik pendapat orang lain
3) Menyinggung perasaan orang lain
4) Tidak perduli dan kasar.
g. Sosial
1) Menarik diri, pengasingan
2) Penolakan
3) Kekerasan
4) Ejekan dan sindiran.
h. Perhatian
1) Bolos

7
2) Mencuri
3) Melarikan diri
4) Penyimpangan seksual.

G. Penatalaksanaan Perilaku Kekerasan


1. Farmakoterapi
a. Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)
b. Obat anti depresi, amitriptyline
c. Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam
d. Obat anti insomnia, phneobarbital
2. Terapi modalitas
a. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi
masalah klien dengan memberikan perhatian:
1) BHSP
2) Jangan memancing emosi klien
3) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan
keluarga
4) Memberikan kesempatan pada klien dalam mengemukakan
pendapat
5) Anjurkan pada klien untuk mengemukakan masalah yang
dialami
6) Mendengarkan keluhan klien
7) Membantu memecahkan masalah yang dialami oleh klien
8) Hindari penggunaan kata-kata yang menyinggung perasaan
klien
9) Jika klien melakukan kesalahan jangan langsung memvonis
Jika terjadi PK yang dilakukan adalah:
1) Bawa klien ketempat yang tenang dan aman
2) Hindari benda tajam

8
3) Lakukan fiksasi sementara
4) Rujuk ke pelayanan kesehatan
b. Terapi kelompok : Berfokus pada dukungan dan perkembangan,
ketrampilan social atau aktivitas lai dengan berdiskusi dan
bermain untuk mengembalikan kesadaran klien karena masalah
sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang
lain.
c. Terapi musik : Dengan music klien terhibur, rilek dan bermain
untuk mengembalikan.

H. Strategi Pelaksanaan Pasien Perilaku Kekerasan


1. SP Pasien
a. SP 1:
1) Mengidentifikasi penyebab PK
2) Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
3) Mengidentifikasi PK yang dilakukan
4) Mengidentifikasi akibat PK
5) Menyebutkan cara mengendalikan PK
6) Membantu klien mempraktikkan latihan cara fisik 1
7) Menganjurkan klien memasukkan cara 1 kedalam jadwal
kegiatan harian
b. SP 2 :
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
2) Melatih klien cara fisik 2 pukul Kasur dan bantal
3) Menganjurkan klien untuk memasukkan cara fisik 2
kedalam jadwal kegiatan harian
c. SP 3 :
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Melatih cara verbal
3) Menganjurkan untuk memasukkan cara verbal
kedalam jadwal kegiatan harian
d. SP 4 :
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Melatih klien secara spiritual
3) Menganjjrkan klien untuk memasukkan cara spiritual
kedalam jadwal kegiatan harian
e. SP 5 :

9
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Menjelaskan dan melatih klien minum obat dengan
benar
3) Menganjurkan klien memasukka jadwal minum obat
kedalam jadwal kegiatan harian.
2. SP Keluarga
a. SP 1 :
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat klien PK
2) Menjelaskan
3) Menjelaskan cara merawat klien dengan PK
b. SP 2 :
1) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien
dengan PK
2) Melatih keluarga mempraktikkan langsung cara
merawat klien dengan PK
c. SP 3 :
1) Melatih keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah ,
termasuk minum obat
2) Menjelaskan tindak lanjut dirumah

10
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi data-data demografi seperti nama, usia, pekerjaan, dan
tempat tinggal klien
b. Keluhan utama
Biasanya klien memukul anggota keluarga atau orang lain.
c. Alasan masuk
Tanyakan pada klien atau keluarga:
1) Apa yang menyebabkan klien atau keluarga datang ke rumah
sakit?
2) Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi
masalah ini?
3) Bagaimana hasilnya?
d. Tinjau kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan
data signifikan tentang:
1) Kerentanan genetika-biologik (misal, riwayat keluarga)
2) Peristiwa hidup yang menimbulkan stress dan kehilangan
yang baru dialami
3) Episode-episode perilaku kekerasan di masa lalu
4) Riwayat pengobatan
5) Penyalahgunaan obat dan alkohol
6) Riwayat pendidikan dan pekerjaan
e. Faktor predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan
faktor predisposisi, artinya mungkin terjadi / tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor tersebut dialami oleh individu:
1) Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan
frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa

11
kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak,
dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan.
2) Perilaku, reinforcement yang diterima saat melakukan
kekerasan, sering mengobservasi kekerasaan dirumah atau
diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu
mengadopsi perilaku kekerasan.
3) Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam
(pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap
pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku
kekerasan diterima (permisive).
4) Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem
limbik, lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan
neurotransmiter berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan
f. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien , lingkungan atau
interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik,
keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat
menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi
lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan
kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial
provokatif dan konflik dapat memicu perilaku kekeraaan.
g. Tanda dan gejala
Padapengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa
kerumah sakit adalah perilaku kekersan dirumah. Kemudian perawat
dapat melakukan pengkajian dengan cara obsevasi dan wawancara.
Data perilaku kekerasan yang diperoleh melalui observasi dan
wawancara tentang perilaku berikut ini:
1) Muka merah dan tegang
2) Pandangan tajam

12
3) Mengatupkan rahang dengan kuat
4) Mengepalkan tangan
5) Jalan mondar-mandir
6) Bicara kasar
7) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8) Mengancam secara verbal atau fisik
9) Melempar atau memukul benda/ orang lain
10) Merusak barang atau benda
11) Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah perilaku
kekerasan.
12) tanda-tanda kekambuhan serta tindakan perawatan sendiri.
Analisa Data
Data Masalah Keperawatan
DS: Klien mengatakan benci perilaku kekerasan
atau kesal pada seseorang. Klien
suka membentak dan menyerang
orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
DO : Mata merah, wajah agak
merah, nada suara tinggi dan
keras, pandangan tajam
DS : Klien mengatakan benci Risiko tinggi mencederai
atau kesal pada seseorang. Klien orang lain
suka membentak dan menyerang
orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
DO : Mata merah, wajah agak
merah, nada suara tinggi dan
keras, pandangan tajam
DS: klien merasa tidak berguna, Gangguan konsep diri: harga
merasa kosong diri rendah

13
DO: kehilangan minat
melakukan aktivitas

Pohon masalah
Resiko mencederai orang lain/lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan harga diri : harga diri rendah

2. Diagnosa
a. Resiko mencederai orang lain berhubunagan dengan perilaku
kekerasan
3. Intervensi

Rencana tindakan keperawatan dibagi dua, yaitu:

a. Rencana tindakan keperawatan pada keluarga klien


Tujuan tindakan keperawatan adalah keluarga dapat merawat pasien
dirumah.
Tindakan keperawatan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan
(penyebab, tanda, dan gejala, perilaku yang muncul dan
akibat dari perilaku tersebut).
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang
perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar
atau memukul benda/ orang lain.

14
4) Latih kelurga merawat pasien dengan perilku kekerasan.
a) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan
tindakan yang telah diajarkan oleh perawat.
b) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada
pasien bila pasien dapat melakukan kegiatan tersebut
secara tepat.
c) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus
dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilku
kekerasan
d) Evaluasi pengetahan keluarga tentang marah.
5) Buat perawatan lanjutan
a) Buat perencanaan pulang bersama keluarga
b. Rencana Tindakan Keperawatan Kepada Klien

NO Diagnosis Perencanaan Intervensi


Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
1 Resiko TUM: 1. Klien mau membalas 1. Beri salam atau
mencederai Klien tidak salam panggil nama
diri b.d mencederai diri 2. Klien mau menjabat 2. Sebutkan nama
perilaku sendiri tangan perawat sambil jabat
kekerasan TUK: 3. Klien mau menyebutkan tangan
1. Klien dapat nama 3. Jelaskan maksud
membina 4. Klien mau tersenyum hubungan interaksi
hubungan saling 5. Klien mau kontak mata 4. Jelaskan tentang
percaya 6. Klien mau mengetahui kontrak yang akan
nama perawat dibuat
5. Beri rasa aman dan
sikap empati
6. Lakukan kontak
singkat tapi sering

15
2. Klien dapat 1. Klien mengungkapkan 1. Beri kesempatan untuk
mengidentifikas perasaannya mengungkapkan
i penyebab 2. Klien dapat perasaannya
perilaku mengungkapkan 2. Bantu klien
kekerasan perasaan jengkel ataupun mengungkapkan penyebab
kesal perasaan jengkel atau kesal

3. Klien dapat 1. Klien dapat 1. Anjurkan klien


mengidentifikas mengungkapkan mengungkapkan apa yang
i tanda dan perasaan saat marah atau dialami dan dirasakannya
gejala perilaku jengkel saat jengkel atau marah
kekerasan 2. Klien dapat 2. Observasi tanda dan gejala
menyimpulkan tanda dan perilaku kekerasan pada
gejala jengkel atau kesal klien
yang dialaminya 3. Simpulkan bersama klien
yanda dan gejala jengkel
atau kesal yang dialami
klien
4. Klien dapat 1. Klien dapat 1. Anjurkan klien untuk
mengidentifikas mengungkapkan perilaku mengungkapkan perilaku
i perilaku kekerasan yang biasa kekeraan yang biasa
kekerasan yang dilakukan dilakukan klien
biasa dilakukan 2. Klien dapatbermain 2. Bantu klien bermain peran
peran sesuai perilaku sesuai perilaku kekerasan
kekerasan yang biasa yang biasa dilakukan
dilakukan 3. Bicarakan dengan klien
3. Klien dapat menngetahui apakah dengan cara klien
cara yang biasa lakukan masalahnya
dilakukan untuk selesai
menyelesaikan masalah
5. Klien dapat 1. Klien dapat menjelaskan 1. Bicarakan akibat atau

16
mengidentifikas akibat dari cara yang kerugian dari cara yang
i akibat perilaku digunakan klien: dilakukan klien
kekerasan 1. akibat pada klien 2. bersama klien
sendiri, menyimpulkan akibat dari
2. akibat pada orang cara yang dilakukan klien
lain, 3. Tanyakan pada klien
3. akibat pada apakah dia ingin
lingkungan mempelajari cara baru
yang sehat
6. Klien dapat 1. klien dapat menyebutkan 1. diskusikan kegiatan
mendemonstrasi contoh pencegahan fisik yang biasa
kan cara fisik perilaku kekerasan dilakukan klien
untuk mencegah secara fisik: tarik napas 2. beri pujian atas
perilaku dalam, pukul kasur, dan kegiatan fisik yang
kekerasan bantal biasa dilakukan klien
2. klien dapat 3. diskusikan dua cara
mendemonstrasikan cara fisik yang paling
fisik untuk mencegah mudah untuk
perilaku kekerasan mencegah perilaku
3. Klien mempunyai kekerasan
jadwak untuk melatih 4. Diskusikan cara
cara pencegahan fisik melakukan tarik napas
yang telah dipelajari dalam dengan klien
sebelumnya 5. Beri contoh klien cara
4. Klien mengevaluasi menarik napas dalam
kemampuannya dalam 6. Minta klien untuk
melakukan cara fisik mengikuti contoh yang
sesuai jadwal yang diberikan sebanyak 5
disusun kali
7. Beri pujian positif atas

17
kemampuan klien
mendemonstrasikan
cara menarik napas
dalam
8. Tanyakan perasaan
klien setelah selesai
9. diskusikan dengan
klien mengenai
frekuensi latihan yang
akan dilakukan sendiri
oleh klien
10. susun jadwal kegiatan
untuk melatih cara
yang dipelajari
11. klien mengevaluasi
peaksanaan latihan
12. validasi kemampuan
klien dalam
melaksanakan latihan
13. beikan pujian atas
keberhasilan klien
14. Tanyakan pada klien
apakah kegiatan cara
pencegahan perilaku
kekerasan dapat
mengurangi perasaan
marah
7. Klien dapat 1. Klien dapat 1. diskusikan cara bicara
mendemonstrasi menyebutkan cara bicara yang baik dengan klien
kan cara social yang baik dalam 2. Beri contoh cara bicara

18
untuk mencegah mencegah perilaku yang baik :
perilaku kekerasan a. Meminta dengan
kekerasan a. Meminta dengan baik baik
b. Menolak dengan baik b. Menolak dengan
c. Mengungkapkan baik
perasaan dengan baik c. Mengungkapkan
2. Klien dapat perasaan dengan
mendemonstrasikan cara baik
verbal yang baik 3. Minta klien mengikuti
3. Klien mumpunyai jadwal contoh cara bicara
untuk melatih cara bicara yang baik
yang baik a. Meminta dengan
4. Klien melakukan baik : “Saya minta
evaluasi terhadap uang untuk beli
kemampuan cara bicara makanan”
yang sesuai dengan b. Menolak dengan baik :
jadwal yang telah “ Maaf, saya tidak
disusun dapat melakukannya
karena ada kegiatan
lain.
c. Mengungkapkan
perasaan dengan baik :
“Saya kesal karena
permintaan saya tidak
dikabulkan” disertai
nada suara yang
rendah.
4. Minta klien mengulang
sendiri
5. Beri pujian atas

19
keberhasilan klien
6. Diskusikan dengan
klien tentang waktu
dan kondisi cara bicara
yang dapat dilatih di
ruangan, misalnya :
meminta obat, baju, dll,
7. Susun jadwaj kegiatan
untuk melatih cara
yang telah dipelajari.
8. Klien mengevaluasi
pelaksanaa latihan cara
bicara yang baik
dengan mengisi dengan
kegiatan jadwal
kegiatan ( self-
evaluation )
9. Validasi kemampuan
klien dalam
melaksanakan latihan
10. Berikan pujian atas
keberhasilan klien
11. Tanyakan kepada klien
: “ Bagaimana perasaan
ibu setelah latihan
bicara yang baik?
Apakah keinginan
marah berkurang?”
8. Klien dapat 1. Klien dapat 1. Diskusikan dengan klien
mendemonstrasi menyebutkan kegiatan kegiatan ibadah yang

20
kan cara yang biasa dilakukan pernah dilakukan
spiritual untuk 2. Klien dapat 2. Bantu klien menilai
mencegah mendemonstrasikan cara kegiatan ibadah yang
perilaku ibadah yang dipilih dapat dilakukan di ruang
kekerasan 3. Klien mempunyai jadwal rawat
untuk melatih kegiatan 3. Bantu klien memilih
ibadah kegiatan ibadah yang akan
4. Klien melakukan dilakukan
evaluasi terhadap 4. Minta klien
kemampuan melakukan mendemonstrasikan
kegiatan ibadah kegiatan ibadah yang
dipilih
5. Beri pujian atas
keberhasilan klien
6. Diskusikan dengan klien
tentang waktu
pelaksanaan kegiatan
ibadah
7. Susun jadwal kegiatan
untuk melatih kegiatan
ibadah
8. Klien mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan
ibadah dengan mengisi
jadwal kegiatan harian
(self-evaluation)
9. Validasi kemampuan klien
dalam melaksanakan
latihan
10. Berikan pujian atas

21
keberhasilan klien
11. Tanyakan kepada klien :
“Bagaimana perasaan ibu
setelah teratur melakukan
ibadah? Apakah keinginan
marah berkurang
9. Klien dapat 1. Klien dapat menyebutkan 1. Diskusikan dengan klien
mendemonstrasi jenis, dosis, dan waktu tentang jenis obat yang
kan kepatuhan minum obat serta diminumnya (nama, warna,
minum obat manfaat dari obat itu besarnya); waktu minum
untuk mencegah (prinsip 5 benar: benar obat (jika 3x : pukul 07.00,
perilaku orang, obat, dosis, waktu 13.00, 19.00); cara minum
kekerasan dan cara pemberian) obat.
2. Klien 2. Diskusikan dengan klien
mendemonstrasikan tentang manfaat minum
kepatuhan minum obat obat secara teratur :
sesuai jadwal yang a.Beda perasaan sebelum
ditetapkan minum obat dan
3. Klien mengevaluasi sesudah minum obat
kemampuannya dalam b. Jelaskan bahwa dosis
mematuhi minum obat hanya boleh diubah
oleh dokter
c.Jelaskan mengenai
akibat minum obat
yang tidak teratur,
misalnya, penyakit
kambuh
3. Diskusikan tentang proses
minum obat :
a.Klien meminat obat

22
kepada perawat ( jika
di rumah sakit), kepada
keluarga (jika di
rumah)
b. Klien memeriksa obat
susuai dosis
c.Klien meminum obat
pada waktu yang tepat.
9.2.2. Susun jadwal minum
obat bersama klien
9.3.1 Klien mengevaluasi
pelaksanaan minum obat
dengan mengisi jadwal
kegiatan harian (self-
evaluation)
9.3.2 Validasi pelaksanaan
minum obat klien
9.3.3 Beri pujian atas
keberhasilan klien
9.3.4 Tanyakan kepada klien :
“Bagaiman perasaan ibu
setelah minum obat
secara teratur? Apakah
keinginan untuk marah
berkurang?”
10. Klien dapat 1. Klien mengikuti TAK : 10.1.1 Anjurkan klien untuk
mengikuti stimulasi persepsi mengikuti TAK :
TAK : pencegahan perilaku stimulasi persepsi
stimulasi kekerasan pencegahan perilaku
persepsi 2. Klien mempunyai jadwal kekerasan

23
pencegahan TAK : stimulasi persepsi 10.1.2 Klien mengikuti TAK :
perilaku pencegahan perilaku stimulasi persepsi
kekerasan kekerasan pencegahan perilaku
3. Klien melakukan kekerasan (kegiatan
evaluasi terhadap tersendiri)
pelaksanaan TAK 10.1.3 Diskusikan dengan
klien tentang kegiatan
selama TAK
10.1.4 Fasilitasi klien untuk
mempraktikan hasil
kegiatan TAK da beri
pujian atas
keberhasilannya
10.2.1 Diskusikan dengan
klien tentang jadwal
TAK
10.2.2 Masukkan jadwak TAK
ke dalam jadwal kegiatan
harian (self- evaluation).
10.3.2 Validasi kemampuan
klien dalam mengikuti
TAK
10.3.3 Beri pujian atas
kemampuan mengikuti
TAK
10.3.4 Tanyakan pada klien:
“Bagaimana perasaan
Ibu setelah mengikuti
TAK?”
11. Klien 11.1 Keluarga dapat 11.1.1 Identifikasi kemampuan

24
mendapatkan mendemonstrasikan cara keluarga dalam merawat
dukungan merawat klien klien sesuai dengan yang
keluarga dalam telah dilakukan keluarga
melakukan cara terhadap klien selama ini
pencegahan 11.1.2 Jelaskan keuntungan
perilaku peran serta keluarga
kekerasan dalam merawat klien
11.1.3 Jelaskan cara- cara
merawat klien :
a. Terkait dengan cara
mengontrol perilaku
marah secara
konstruktif
b. Sikap dan cara bicara
c. Membantu klien
mengenal penyebab
marah dan
pelaksanaan cara
pencegahan perilaku
kekerasan
11.1.4 Bantu keluarga
mendemonstrasikan cara
merawat klien
11.1.5 Bantu keluarga
mengngkapkan
perasaannya setelah
melakukan demonstrasi
11.1.6 Anjurkan keluarga
mempraktikannya pada
klien selama di rumah

25
sakit dan melanjutkannya
setelah pulang ke rumah.

26
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
PK (perilaku kekerasan) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat memebahayakan secara fisik maupun psikologis, baik pada
dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang
tak terkontrol. Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang
diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau
merusak lingkungan.
B. Saran
Apabila menemui seseorang atau memiliki keluarga dan orang terdekat yang
mengalami tanda dan gejala dari perilaku kekerasan seperti yang telah tercantum
dalam makalah ini, sebaiknya langsung memeriksakannyaa ke Rumah Sakit Jiwa
agar mendapatkan penangan yang lebih baik.

27
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna dkk. 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN
(Basic Course). Jakarta : EGC
https://www.academia.edu/35885123/Perilaku_Kekerasan
https://www.academia.edu/34368570/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PA
SIEN_DENGAN_RISIKO_PERILAKU_KEKERASAN

28

Anda mungkin juga menyukai