Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP


KINERJA MAKROEKONOMIDI INDONESIA DENGAN
MODELSTRUCTURAL VECTOR AUTOREGRESSION (SVAR)

Heru Setiawan1

Abstract
In this paper we attempt to analyze effects of fiscal and monetary policy on output,
inflation and interest rates in Indonesia using Structural Vector Autoregression (SVAR)
for the period 2001:1 – 2017:3. We follow Blanchard and Perotti (2002) methodology to
identify the structural shocks and analyze the transmission mechanisms of fiscal and
monetary policy on economic activity. The estimation results show that expansionary
fiscal policy through increase in government spending are found to have relatively small
(though positive) effect on output. Moreover, the increase in government spending lead
to relatively higher inflation and interest rate. A tax shock, which is mean the
contractionary fiscal policy, give negative effect on the output but turn into positive effect
after one year. A shock in interest rate follow by decrease in inflation, which is
accordance with Taylor Rule. Overall, the empirical result indicate the less potent fiscal
policy to stimulate output in short-time period while putting upward pressure on inflation
and nominal interest rate.
Keywords : fiscal policy, monetary policy, Structural Vector Autoregression (SVAR)

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis dampak kebijakan fiskal dan moneter di
Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), inflasi dan tingkat suku bunga
menggunakan model Structural Vector Autoregression (SVAR) dengan periode
observasi 2001:1 sampai dengan 2017:3. Penelitian ini menggunakan metodologi
Blanchard dan Perotti (2002) untuk mengidentifikasi structural shocks dan menganalisis
mekanisme transmisi dampak kebijakan fiskal dan moneter terhadap aktivitas ekonomi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan fiskal ekspansif melalui kenaikan
belanja pemerintah memberikan dampak positif terhadap PDB dan memicu terjadinya
kenaikan inflasi serta tingkat suku bunga. Shock pada penerimaan pajak (kebijakan fiskal
kontraktif) berdampak negatif terhadap output tetapi dampak tersebut berubah positif
setelah satu tahun. Shock pada tingkat suku bunga diikuti dengan menurunnya tingkat
inflasi sesuai dengan kaidah Taylor Rule. Secara umum, kebijakan fiskal di Indonesia
belum mampu menstimulasi output dalam jangka pendek dengan cepat dan justru
memberi tekanan pada kenaikan inflasi dan tingkat suku bunga nominal.
Kata kunci : kebijakan fiskal, kebijakan moneter, Structural Vector Autoregression
(SVAR)

1
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wonocolo Surabaya
23
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470

Latar Belakang
Filosofi kebijakan fiskal didasari dampak pengganda fiskal (multiplier
oleh teori Keynes yang lahir sebagai effect) atas belanja tersebut (Mankiw,
reaksi atas terjadinya depresi besar 2013:303).
(great depression) yang melanda Tujuan penelian ini adalah
perekonomian Amerika pada tahun menganalisis dampak dinamis
1930-an. Keynes mengkritik pendapat kebijakan fiskal dan moneter terhadap
ahli ekonomi Klasik yang menyatakan aktivitas ekonomi di Indonesia.
bahwa perekonomian akan selalu Metodologi ekonometrik yang
mencapai full employment sehingga digunakan adalah model Structural
setiap tambahan belanja pemerintah Vector Autoregression (SVAR) yang
akan menyebabkan turunnya pertama kali dikembangkan oleh
pengeluaran swasta (crowding out) Blanchard dan Perotti (2002). Model
dalam jumlah yang sama atau demgan SVAR yang digunakan pertama kali
kata lain setiap tambahan belanja hanya mengunakan tiga variabel yaitu
pemerintah tersebut tidak akan belanja pemerintah riil, penerimaan
mengubah pendapatan agregat. pajak riil dan PDB riil. Namun
Keynes mengemukakan bahwa demikian, dalam penelitian ini
sistem pasar bebas tidak akan dapat ditambahkan dua variabel lain terkait
membuat penyesuaian-penyesuaian sektor moneter yaitu inflasi dan tingkat
menuju kondisi full employment. Untuk suku bunga pasar.
mencapai kondisi tersebut, diperlukan Selain metode SVAR yang
campur tangan pemerintah dalam digunakan oleh Blanchard dan Perotti
bentuk berbagai kebijakan, salah satu (2002), studi empiris tentang dampak
perwujudannya adalah kebijakan fiskal kebijakan fiskal terhadap
dan moneter. Menurut Keynes, setiap perekonomian secara umum di
tambahan belanja pemerintah tidak lakukan menggunakan empat model
hanya merelokasi sumber daya dari pendekatan yaitu (1) Bayesian
sektor swasta kepada pemerintah, Structural VAR yang digunakan oleh
tetapi juga disertai dengan adanya Afonso dan Sousa (2009), (2) Sign
24
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470

Restriction Approach SVAR yang menyimpulkan bahwa kebijakan


dikembangkan oleh Mountford dan ekspansi fiskal memberikan efek
Uhlig (2009), (3) Fiscal Dummy negatif terhadap investasi swasta
Approach SVAR oleh Ramey and serta tidak berpengaruh signifikan
Shapiro (1998), serta (4) The terhadap kenaikan permintaan
Recursive Approach SVAR yang agregat.
digunakan pertama kali oleh Fatas dan Peranan kebijakan fiskal dalam
Mihov (2001) dan Favero (2002). Dari stabilisasi perekonomian negara tidak
berbagai penelitian yang telah dapat dipisahkan dengan kebijakan
dilakukan selama ini di berbagai moneter. Cazacu (2015:12) dalam
negara dan metode yang berbeda- penelitiannya menyebutkan bahwa
beda, kesimpulan mengenai dampak kestabilan perekonomian suatu
dinamis shock pada belanja negara ditentukan oleh kebijakan
pemerintah dan pajak juga fiskal dan moneter yang diambil dalam
menghasilkan efek yang berbeda- mengantisipasi shock yang terjadi
beda(Caldara dan Kamps, 2008:10). dalam perekonomian. Interaksi
Blanchard dan Perotti (2002) kebijakan fiskal dan moneter terjadi
melakukan penelitian di negara- sangat dinamis di dalam
negara OECD dengan kesimpulan perekonomian di mana kebijakan
yaitu besaran pengganda fiskal moneter dapat mempengaruhi inflasi,
(multipliers effect) cenderung turun inflasi mempunyai dampakterhadap
dari waktu ke waktu dan pada nilai utang publik secara riil, dan
beberapa kasus menjadi negatif. selanjutnya disiplin fiskal dapat
Sementara itu, Penelitian Ravnik mempengaruhi kredibilitas moneter. Di
(2011) dengan sampel negara Kroasia sisi lain, kebijakan fiskal dan gejolak
menyimpulkan bahwa kebijakan inflasi juga akan mempengaruhi
stimulus fiskal di Kroasi melalui tingkat konsumsi, permintaan agregat
kenaikan belanja justru menyebabkan dan juga tingkat pengangguran. Oleh
turunnya output. Sebaliknya, kebijakan karena itu, penelitian ini tidak hanya
fiskal melalui penerimaan pajak mengakomodasi variabel fiskal tetapi
berdampak positif terhadap output. juga moneter dalam peranannya
Sedangkan penelitian yang dilakukan terhadap pertumbuhan ekonomi di
oleh Mountford dan Uhlig (2009) Indonesia.

25
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470

Penelitian ini disajikan dalam 5 yang lebih baik yang ditandai dengan
bagian yaitu pendahuluan, tinjauan pertumbuhan ekonomi dan
literatur mengenai dampak kebijakan kesejahteraan masyarakat (welfare
fiskal dan moneter terhadap economics). Menurut Keynes,
perekonomian, metodologi SVAR dan kebijakan fiskal akan menghasilkan
deskripsi data yang digunakan, hasil angka pengganda fiskal (multiplier
empiris penelitian yaitu analisis effect) bagi output nasional. Dasar
Impulse Response Function dan pemikiran dari Keynes adalah bahwa
Variance Decomposition VAR serta ekspansi fiskal menimbulkan dampak
bagian terakhir kesimpulan. pengganda terhadap permintaan
agregat kemudian sejalan dengan
TINJAUAN LITERATUR
kondisi penawaran agregat yang
Mankiw (2013:68) menguraikan
masih mampu untuk merespon
definisi kebijakan fiskal sebagai
kenaikan permintaan agregat, maka
“kebijakan ekonomi yang digunakan
hal itu tidak menyebabkan terjadinya
oleh pemerintah untuk
kenaikan harga (Abimanyu, 2005:3).
mengelola/mengarahkan
Pada dasarnya instrumen
perekonomian ke kondisi yang lebih
kebijakan fiskal sangat beragam dan
baik atau diinginkan dengan cara
berkaitan dengan keuangan negara
mengubah-ubah penerimaan dan
seperti perpajakan, bea cukai, utang,
belanja pemerintah.” Pada umumnya
desentralisasi fiskal, dan sebagainya.
dikenal dua jenis kebijakan fiskal yaitu
Namun, secara umum kebijakan fiskal
kebijakan fiskal ekspansif dan
ditempuh melalui dua sarana yaitu
kontraktif. Kebijakan fiskal ekspansif
dengan mengubah-ubah penerimaan
diharapkan dapat meningkatkan
dan belanja pemerintah yang
pendapatan nasional dan menurunkan
tercermin dalam APBN setiap tahun
tingkat pengangguran. Sebaliknya
anggaran.
kebijakan fiskal kontraktif ditujukan
Sementara itu,kebijakan
untuk menurunkan tingkat inflasi dan
moneter merupakan kebijakan yang
memperkecil defisit neraca
dijalankan oleh bank sentral terkait
pembayaran luar negeri (Mankiw,
dengan manajemen uang beredar dan
2013:392).
tingkat suku bunga untuk
Kebijakan fiskal bertujuan untuk
mempengaruhi variabel di dalam
mengarahkan perekonomian ke arah
26
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470

perekonomian (Mishkin, 2010:10). moneter dan fiskal mempunyai fokus


Tujuan yang ingin dicapai secara dan tujuan yang berbeda. Setiap
umum adalah terciptanya stabilitas shock pada kebijakan moneter dan
ekonomi makro yang antara lain fiskal akan ditransmisikan pada
dicerminkan oleh stabilitas harga variabel lain di dalam perekonomian.
(terjaganya laju inflasi), membaiknya Jika pemerintah ingin meningkatkan
pendapatan per kapita, serta pertumbuhan ekonomi, salah satu
tersedianya kesempatan kerja yang kebijakan yang dapat diambil adalah
luas (Mishkin, 2010:11). menaikkan porsi belanja pemerintah.
Dalam teori makroekonomi dan Kenaikan belanja pemerintah akan
keuangan publik, model ekonomi tidak menyebabkan naiknya permintaan
dibangun atas persamaan tunggal agregat. Dengan naiknya permintaan
tetapi oleh sistem persamaan agregat akan menyebabkan harga
struktural. Oleh karena itu, perubahan barang cenderung naik. Kenaikan
dalam satu variabel makroekonomi permintaan yang melebihi penawaran
akan berpengaruh secara simultan akan menyebabkan inflasi. Dalam
terhadap variabel makro yang lain. menghadapi tekanan inflasi ini, bank
Sasaran akhir dari kebijakan sentral akan mengambil kebijakan
makroekonomi adalah untuk mencapai moneter yaitu dengan menaikkan suku
output yang tinggi, inflasi yang bunga acuan. Akibatnya, defisit fiskal
terkendali, dan pengangguran yang akan semakin besar, terutama jika
rendah, sedangkan tujuan akhirnya pemerintah harus membayar bunga
dapat dikatakan adalah untuk atas hutang-hutangnya (Mankiw,
mencapai kesejahteraan masyarakat 2013:315).
(Mankiw, 2013:533). Inti dari kebijakan Pada saat bank sentral
makro Keynes adalah bagaimana mengambil kebijakan menaikkan suku
pemerintah bisa mempengaruhi bunga, maka terjadi penurunan
permintaan agregat melalui permintaan uang, kemudian
mekanisme APBN yaitu mengubah- pertumbuhan kredit konsumen
ubah penerimaan pajak dan belanja menurun, biaya investasi semakin
pemerintah. tinggi dan tabungan menjadi
Berdasarkan kerangka teori instrumen yang lebih menarik
telah dijelaskan bahwa kebijakan sehingga permintaan agregat kembali

27
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470

turun. Pada saat yang sama, negara kecil dengan perekonomian


kebijakan moneter yang restriktif akan terbuka (small open economy). Sejauh
mengakibatkan turunnya inflasi dan mana dampak dinamis adanya shock
membatasi terjadinya kontraksi defisit pada kebijakan fiskal dan moneter
anggaran (Mishkin, 2010:535). mempengaruhi tingkat pertumbuhan
Penelitian dengan model ekonomi di Indonesia selanjutnya akan
Structural Vector Autoregression dianalisis.
(SVAR) pertama kali di kembangkan
oleh Blanchard dan Perotti (2002).
Model SVAR Blanchard dan Perotti
hanya mengunakan tiga variabel yaitu
belanja pemerintah riil, penerimaan
METODE PENELITIAN
pajak riil dan PDB riil. Dari berbagai
DESAIN DAN DATA PENELITIAN
penelitian yang telah dilakukan selama
Untuk melakukan analisis
ini di berbagai negara, kesimpulan
pengaruh kebijakan fiskal dan moneter
mengenai dampak dinamis shock
terhadap pertumbuhan ekonomi di
pada belanja pemerintah dan pajak
Indonesia, penelitian ini menggunakan
juga menghasilkan efek yang berbeda-
metode penelitian kuantitatif dengan
beda (Caldara dan Kamps, 2008:10).
menggunakan data sekunder.
Penelitian ini mengadopsi model
Berbagai penelitian lain yang
penelitian yang dilakukan oleh
telah dilakukan juga memberikan
Blanchard dan Perotti (2002) yang
kesimpulan yang beragam. Secara
meneliti dampak kebijakan fiskal di
umum, kebijakan fiskal mampu
negara-negara OECD dengan
memberikan stimulasi pada
modelStructural Vector Auto
perekonomian di mana fiscal multiplier
Regression(SVAR).
yang dihasilkan berkisar antara 0,3
Variabel yang digunakan dalam
sampai 1,2 persen dan nilai
penelitian ini adalah output nasional
pengganda untuk kenaikan belanja
yang dinyatakan oleh nilai Produk
lebih besar daripada pemotongan
Domestik Bruto (Y), belanja
pajak (Hemming dkk., 2002:17).
pemerintah (G), penerimaan pajak (T),
Penelitian ini sendiri menggunakan
tingkat inflasi (P) dan tingkat suku
objek observasi negara Indonesia,
bunga (R). Semua data dinyatakan
28
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470

dalam bentuk riil triwulanan sulit diperoleh sehingga variabel pajak


berdasarkan harga konstan tahun dalam penelitian ini merupakan nilai
2000 dan dilakukan penyesuaian penerimaan pajak total.
musiman (seasonally adjusted) kecuali Variabel belanja pemerintah
data inflasi dan tingkat suku bunga. diambil dari realisasi belanja
Periode observasi dalam penelitian ini pemerintah dalam format I-Account
adalah 2001:1 sampai dengan 2017:3. dari Badan Kebijakan Fiskal (BKF)
Data PDB dalam penelitian ini setelah dikurangi dengan belanja
di ambil berdasarkan hasil dari untuk pembayaran utang dan bunga
pengurangan nilai PDB riil dengan utang. Pembayaran utang dan bunga
belanja riil sesuai variabel PDB dalam pada dasarnya tidak memberikan
penelitian yang dilakukan oleh insentif fiskal bagi sektor swasta
Blanchard dan Perotti (2002). sehingga dikeluarkan dari definisi
Blanchard dan Perotti (2002) belanja pemerintah dalam
menggunakan nilai ini berdasarkan penelitianini. Sementara itu, data suku
alasan bahwa ekspansi fiskal melalui bunga merupakan data suku bunga di
kenaikan belanja akan mendorong pasar uang antar bank (PUAB) dan
permintaan agregat atau pengeluaran data inflasi dihitung menggunakan
sektor swasta sehingga nilai belanja pertumbuhan indikator indeks harga
itu sendiri dikeluarkan dari perhitungan konsumen (IHK) secara triwulanan.
PDB.
MODEL PENELITIAN
Penerimaan pajak merupakan
Penelitian ini menggunakan
penerimaan total semua jenis pajak
metodologi penelitian yang sama
baik langsung maupun tak langsung
dengan penelitian Blancard dan
termasuk penerimaan bea dan cukai.
Perotti (2002) yaitu menggunakan
Blanchard dan Perotti (2002), Perotti
model Structural Vector
(2002), Fernandez (2006), dan
Autoregression (SVAR). Model
Eskesen (2009) menggunakan
spesifikasi dasar dari VAR yang akan
variabel net taxes dalam penelitiannya
digunakan dalam penelitian ini berupa
yaitu jumlah total penerimaan pajak
model dinamis reduced form VAR
dikurangi nilai transfer langsung
yaitu:
kepada individu. Data transfer atau
subsidi langsung kepada masyarakat

29
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470

Xt = D (L)Xt-1 + ut (1) Aut = Bvt (2)


Keterangan: A dan B merupakan matriks n x
Xt = vektor variabel n yang menjelaskan (i) hubungan
endogen instan antar variabel dan (ii) hubungan
D (L) = autoregressive lag polynomial linier antara reduced form innovations
ut = vector reduced form innovations dengan structural shocks. Structural
shocks ini diasumsikan independen
Reduced form VAR dihasilkan dan terdistribusi identik sehingga tidak
dari pendugaan persamaan masing- mengandung hubungan silang
masing variabel endogen yang persamaan (zero cross correlation).
dipengaruhi oleh lagged value dari Bentuk Structural VAR dapat
variabel itu sendiri dan semua variabel dihasilkan dengan mengalikan
endogen dalam sistem VAR dengan persamaan (1) dengan A dan
metode Ordinary Least Square (OLS). menggunakan hubungan pada
Reduced form innovations dalam persamaan (2) sehingga menjadi
spesifikasi VAR secara umum akan persamaan berikut:
mempunyai non-zero cross correlation
AXt = AD(L)Xt-1 + Aut = AD(L)Xt-1 + Bvt
atau saling berhubungan satu sama
(3)
lain. Hal ini disebabkan karena
Persamaan (3) dapat diselesaikan
variabel endogen merupakan data
untuk mencari Xt sehingga
makroekonomi yang secara teoritis
menghasilkan spesifikasi SVAR
saling berhubungan satu sama lain.
sebagai berikut:
Reduced form innovations ini
dapat menjadi instrumen yang
menggambarkan pergerakan shock
terhadap variabel dalam VAR dengan Xt = [I-D(L)L]-1A-1 Bvt (4)
Xt merupakan vektor lima
restriksi tertentu sesuai teori ekonomi
variabel endogen yaitu PDB, belanja
sehingga dihasilkan model Structural
pemerintah, penerimaan pajak, suku
VAR. Sesuai dengan literatur standar
bunga dan inflasi. Sesuai dengan
dalam Structural VAR, korelasi antara
spesifikasi model dalam penelitian
reduced form innovations dengan
Blanchard dan Perotti (2002),
structural shocks direpresentasikan
hubungan linier antara reduced form
dalam persamaan berikut:
innovations (ut) dengan structural 30
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470

shock (vt) dalam persamaan (2) dapat seasonally adjusted dapat digunakan
dituliskan sebagai berikut: untuk identifikasi structural shock pada
belanja dan pajak yang dinyatakan
= + + + +
dalam persamaan sebagai berikut:
(5) =– ( ++) =
,

= + + + +
+ (7)
(6)
,
=– ( ++ )=

Koefisien merefleksikan respon + (8)

otomatis belanja pemerintah dan Persamaan yang lainnya adalah

penerimaan pajak terhadap perubahan sebagai berikut:

nilai output, tingkat suku bunga dan = + + ++


(9)
inflasi. Sedangkan koefisien
menunjukkan efek instan dari = + + +

structural shock pada periode k (10)

terhadap variabel j. Koefisien and = + +


merupakan hasil reduced form (11)

innovations sehingga tidak dapat di Jika persamaan tersebut dinyatakan

estimasi melalui OLS. dalam bentuk matriks adalah sebagai


berikut:
PDB riil dan ukuran-ukuran
pendapatan lain mencerminkan 1 0

1 0 0

kualitas kinerja perekonomian, namun


1 0 X =
pada saat diteliti terdapat pola 0 1

musiman yang teratur. Output [ 1] [ ]

perekonomian meningkat selama 0 0 0

0 0 0 0

setahun dan mencapai puncaknya


0 0 0 0 x
pada kuartal keempat kemudian 0 0 0

merosot pada kuartal pertama. Siklus [0 0 0 0] [ ]

musiman terjadi karena pola produksi Selanjutnya, Restriksi SVAR


dan preferensi tertentu misalnya pola (short run restriction) yang digunakan
konsumsi cenderung dilakukan pada untuk identifikasi model SVAR dalam
akhir tahun. Sesuai dengan penelitian penelitian ini adalah:
Blanchard dan Perotti (2002) bahwa 1) Koefisien = 0.
nilai residual innovations data
31
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470

Teori yang mendasari ini adalah Hal ini didasari teori bahwa jika bank
kebijakan terkait belanja yang akan sentral menaikkan suku bunga maka
dikeluarkan oleh pemerintah dampaknya akan ditransmisikan ke
dialokasikan terlebih dahulu daripada pasar keuangan baru kemudian
kebijakan terkait penerimaan pajak. ditransmisikan ke indikator
Identifikasi ini sama dengan penelitian perekonomian yang lain. Proses ini
yang dilakukan oleh Cazacu (2015), memerlukan waktu lebih dari satu
Boiciuc (2015), Ravnik dan Zilic (2011) kuartalan, selain itu dalam jangka
serta Blanchard dan Perotti (2002). pendek, harga komoditas cenderung
2) Koefisien dan = 0. kaku (sticky).
Hal ini disebabkan wewenang belanja 5) Koefisien = 0,9327.

pemerintah sepenuhnya di tangan Koefisien ini menggambarkan


pemerintah dan dengan adanya inside elastisitas penerimaan pajak terhadap
lag diperlukan waktu lebih dari tiga pendapatan atau output nasional.
bulan untuk memberikan respon atas Dengan adanya keterbatasan data,
adanya shock pada perekonomian. penelitian ini mengambil nilai
3) Koefisien = 0,5. elastisitas berdasarkan penelitian lain.
Koefisien ini menggambarkan Berdasarkan literatur, Wibowo (2000)
elastisitas belanja pemerintah melakukan penelitian tentang
terhadap inflasi. Hal yang mendasari elastisitas pajak di Indonesia
adanya nilai elastisitas tersebut adalah menggunakan data mulai tahun
tidak dihitungnya kenaikan belanja gaji 1969/1970 sampai dengan tahun
pegawai pemerintah dalam 1999/2000. Hasil penelitian tersebut
penghitungan inflasi, padahal porsi menyimpulkan bahwa koefisien
komponen gaji tersebut sangat besar elastisitas pajak Indonesia adalah
dalam belanja pemerintah. Perotti 0,9327.
(2008) mengasumsikan nilai elastisitas 6) Koefisien = 1 Contemporaneous
sebesar 0,5 dalam penelitiannya effect atas variabel
pajak terhadap shock pada inflasi ( ) merupakan
seperti halnya penelitian yang elastisitas penerimaan pajak terhadap perubahan
tingkat
dilakukan Caldara dan Kamps (2006),
inflasi. Berdasarkan literatur,
Lozano dan Rodriquez (2008), serta
elastisitas pajak tidak langsung
Stikova (2006).
4) Koefisien = 0. 32
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470

terhadap inflasi dapat diasumsikan dilakukan uji kointegrasi, pemilihan


sama dengan 0 sehingga diperlukan panjang lag maksimum dan uji
penghitungan elastisitas pajak stabilitas VAR.
langsung terhadap inflasi di Indonesia. Tabel 1 Hasil Uji Kointegrasi
Dengan adanya keterbatasan data Hypothe Eigenv Trace 0.05 Pro
dan tidak adanya penelitian lain yang sized alue StatisCritic b.**
No. of tic al
identik, nilai elastisitas yang digunakan CE(s) Value
None * 0.5240 97.91 69.81 0.00
dalam penelitian ini di asumsikan 89 089 889 01
sebesar 1. Hal ini didasari At most 0.3447 53.35 47.85 0.01
1* 87 939 613 39
kenyataan bahwa pertumbuhan At most 0.2213 27.99 29.79 0.07
2 27 168 707 96
penerimaan pajak selama periode
At most 0.1438 12.98 15.49 0.11
observasi selalu lebih tinggi daripada 3 47 185 471 55
At most 0.0592 3.663 3.841 0.05
tingkat inflasi sehingga nilai elastisitas 4 31 465 466 56
tersebut sebenarnya lebih dari 1. Trace test indicates 2 cointegrating eqn(s)
at the 0,05 level

Sumber: Hasil estimasi Eviews 6.0


ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kedua
Penelitian ini telah
pengujian di atas (ADF test dan
dilakukan sesuai literatur dan dapat
Johansen’s Cointegrasion Test) dapat
dikatakan telah menghasilkan estimasi
dikatakan bahwa tren antar variabel
SVAR yang valid. Sebelum melakukan
dalam penelitian akan “saling
uji SVAR, terlebih dahulu dilakukan uji
menghilangkan” sehingga perbedaan
stasioneritas terhadap data. Meskipun
antar variabel akan stasioner. Dalam
hasil uji ADF test menunjukkan
analisis ekonometrika dimungkinkan
beberapa variabel mengandung unit
adanya dua variabel yang masing-
root pada tingkat level, pengujian data
masing tidak stasioner tetapi
pada penelitian ini dilakukan
kombinasi linier antara keduanya
menggunakan data pada tingkat level.
merupakan data runtun waktu yang
Hal ini didasari teori bahwa regresi
stasioner (Nachrowi dan Usman,
pada tingkat level diperbolehkan untuk
2006:366). Berdasarkan hal tersebut,
keperluan analisis dengan syarat
dalam penelitian ini data asli tidak
terdapat kointegrasi antar variabel di
perlu ditranformasi dengan
dalam penelitian (Harris dan Sollis,
pembedaan (differencing) karena hal
2003:15). Setelah uji stasioneritas,
tersebut justru akan menghilangkan
33
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470

dinamika hubungan jangka panjang menganalisis dampak dinamis


antar variabel. kebijakan fiskal dan moneter di
Tabel 2 Hasil Uji Pemilihan Lag Indonesia.
Kriteria Lag yang Berikutnya, hasil uji Impulse
LR FPE AIC SC dipilih
4 5 6 1 6 Response Function sesuai structural
factorization yang telah diestimasi
Sumber: Hasil estimasi Eviews 6.0
akibat adanya shock pada variabel
Berdasarkan uji pemilihan
belanja pemerintah disajikan dalam
panjang lag maksimum dengan kriteria
tabel berikut:
Akaike Information Criteria (AIC), Final
Prediction Error (FPE), Scwartz Tabel 3Respon Variabel
Information Criteria (SC), dan Endogen terhadap Shock Belanja
Pemerintah
Likelihood Ratiodihasilkan lag terpilih Respon Variabel Endogen
adalah 6. Semua langkah peneltian Uraian PDB Inflasi Pajak Suku
Bung
telah dilakukan sesuai dengan teori a
ekonometrika dan hasil uji stabilitas Shock Positif Positif Positif Positif
pada , , , ,
model VAR yang digunakan dalam variabe mulai mulai mulai mulai
l kuarta kuarta kuarta kuarta
penelitian ini menunjukkan tidak Belanja l III lV l II l IV
adanya unit root (stabil). Pemeri
ntah
Selanjutnya dilakukan uji Nilai 0,006 0,005 0,029 0,003
Respo 161 708 972 522
estimasi structural factorization VAR di n (kuart (kuart (kuart (kuart
mana hasil estimasi koefisien SVAR Maksi al V) al al IV) al
mal VIII) VIII)
ini hanya menggambarkan respon Nilai 0,003 0,003 0,011 0,001
tunggal dari suatu variabel terhadap rata- 2 2 0 7
rata
adanya shock tunggal sehingga tidak respon
Sumber: Hasil estimasi Eviews 6.0
menggambarkan transmisi dinamis
Berdasarkan Tabel 3 di ketahui
dari suatu shock. Untuk mengetahui
bahwa adanya shock pada variabel
pengaruh shock yang terjadi pada
belanja pemerintah memberikan efek
salah satu variabel dalam sistem VAR
negatif sebesar0,158484 terhadap
terhadap semua variabel endogen
variabel PDB dan secara statistik
lainnya, diperlukan uji Impulse
signifikan. Respon negatif ini berubah
Response Function dan Variance
menjadi positif pada kuartal III
Decomposition berdasarkan hasil
berdasarkan hasil uji Impulse
structural factorization di atas untuk
Response Function (IRF) meskipun
34
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470

secara rata-rata hanya sebesar dan suku bunga inilah yang menjadi
0,0032. Hasil uji variance salah satu faktor penyebab target
decomposition menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak tercapai
fluktuasi PDB lebih banyak ketika kebijakan fiskal ekspansif
dipengaruhi oleh belanja dan dapat ditempuh.
dijelaskan dengan baik oleh belanja Tabel 4 Respon Variabel Endogen
terhadap Shock Penerimaan Pajak
pemerintah dengan persentase rata-
rata sebesar 38%. Respon Variabel Endogen
Uraia Suku Belanja PDB Inflasi
Dengan demikian dapat n Bung Pemeri
a ntah
dikatakan bahwa berdasarkan hasil Shock Positif Positif, Negat Positif
penelitian, kebijakan fiskal ekspansif pada , kecuali if, ,
variab kecua kuartal kuart kuart
melalui peningkatan belanja el li V, VIII al II al I
Pajak kuart dan IX samp dan
pemerintah berdampak positif
al II ai VI
terhadap pertumbuhan ekonomi yang dan deng
VI an IV
dampaknya mulai terlihat sejak kuartal Nilai 0,001 0,0442 - 0,000
III. Besaran pengganda fiskal atas Resp 921 32 0,009 709
on (kuart (kuartal 668 (kuart
kenaikan belanja cenderung lemah Maksi al I) II) (kuart al VI)
mal al II)
terhadap nilai output riil. Lemahnya Nilai 0,001 0,0043 0,005 0,001
besaran pengganda fiskal tersebut rata- 4 0 9
rata
dapat disebabkan oleh beberapa respo
n
faktor yaitu tingkat produktivitas
Sumber: Hasil estimasi Eviews 6.0
belanja pemerintah masih rendah Berdasarkan Tabel 4 di atas,
karena sebagian besar digunakan
hasil penelitian atas shock pada
untukbelanjapegawaidan variabel pajak menunjukkan bahwa
kemungkinan adanya dampak respon PDB menunjukkan arah negatif
crowding out. pada kuartal II sampai dengan VI. Jika
Berdasarkan hasil penelitian ini, pemerintah menaikkan target
kenaikan belanja pemerintah tidak penerimaan pajak, maka hal ini
terbukti secara signifikan menyebabkan biaya perusahaan atau
menyebabkan kenaikan inflasi dan perorangan menjadi lebih tinggi. Efek
suku bunga, meskipun demikian hasil berikutnya, konsumsi rumah tangga
uji IRF menunjukkan adanya kenaikan perusahaan dan perekonomian dapat
inflasi mulai kuartal V. Kenaikan inflasi
35
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470

tertekan. Pada kuartal I dan setelah moneter di Indonesia mengikuti kaidah


kuartal VII, respon PDB atas Taylor rule. John Taylor
shockpada variabel pajak mengemukakan bahwa bank sentral
menunjukkan arah positif. Dampak dapat menggunakan instrumen tingkat
positif ini, meskipun nilainya lemah, suku bunga untuk merespon
dapat disebabkan karena perubahan berubahnya indikator perekonomian
kebijakan perpajakan di Indonesia terutama inflasi. Dalam
selama periode observasi. rekomendasinya, ketika inflasi
Tabel 5 Respon Variabel mengalami kenaikan, bank sentral
Endogen terhadap Shock Inflasi
sebaiknya juga menaikkan suku
Respon Variabel Endogen bunga. Dan sebaliknya, ketika inflasi
Uraia Pajak Suku Belanja PDB
n Bung Pemeri mengalami penurunan, bank sentral
a ntah
Shock Negat Positif Bervari Bervar
sebaiknya juga menurunkan suku
pada if, , asi iasi bunga.
variab kuarta samp
el l II ai Tabel 6 Respon Variabel Endogen
Inflasi dan denga terhadap Shock Suku Bunga
mulai n
kuarta kuarta Respon Variabel Endogen
l IV l VII Uraia Belanja PDB Inflasi Pajak
Nilai - 0,008 - - n Pemeri
Resp 0,019 281 0,0203 0,003 ntah
on 636 (kuart 45 510 Shock Negatif, Positif Negat Negat
Maksi (kuart al III) (kuartal (kuart pada kecuali , if, if,
mal al VI) X) al IV) variab kuartal kecua kuarta kecua
Nilai 0,010 0,001 0,0110 0,001 el VI li l II li
rata- 1 6 7 Suku kuarta samp kuarta
rata Bung l VI ai l V,
respo a dan denga VIII,
n VII n VII IX
Sumber: Hasil estimasi Eviews 6.0 dan X
Nilai - 0,009 - -
Resp 0,0481 774 0,012 0,014
Berdasarkan Tabel 5 di atas on 55 (kuart 906 968
Maksi (kuartal al V) (kuart (kuart
dapat dikatakan bahwa dampak mal V) al IV) al III)
Nilai 0,0146 0,000 0,005 0,007
adanya shock pada variabel inflasi rata- 6 5 7
memberikan efek positif terhadap rata
respo
variabel suku bunga sebesar 0,307046 n
(signifikan secara statistik). Sumber: Hasil estimasi Eviews 6.0

Hasil penelitian tersebut


mengindikasikan bahwa kebijakan
36
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470

Selanjutnya, berdasarkan hasil


penelitian yang diringkas dalam Tabel
6 di atas, diketahui bahwa pengaruh
unexpected shock pada variabel suku Tabel 7 Rata-rata Forecast Error
Variance(%)
bunga secara umum menunjukkan Uraian Variabel Endogen
arah negatif pada variabel belanja Belanja PDB Inflasi Pajak Suku
Pemerin Bunga
pemerintah dan penerimaan pajak di tah
Shock pada - 38 10,14 14,17 4,56
mana keduanya secara statistik tidak Belanja
Pemerintah
signifikan. Respon yang ditunjukkan Shock pada 8,66 - 4,33 9,43 1,05
variabel PDB riil menunjukkan arah PDB
Shock pada 3,28 2,98 - 7,74 37,03
positif sedangkan respon variabel Inflasi
Shock pada 16,03 17,25 2 - 2,76
inflasi negatif mulai kuartal II sampai Pajak
Shock pada 12,78 14,64 20,41 3,88 -
dengan kuartal VI. Berdasarkan hasil Suku Bunga
uji variance decomposition, fluktuasi Sumber: Hasil estimasi Eviews 6.0

yang terjadi pada inflasi dapat Hasil uji variance

dijelaskan oleh suku bunga dengan decomposition menunjukkan bahwa

nilai forecast error variance rata-rata forecast error variance dari variabel

sebesar 37,03%. PDB yang dapat dijelaskan oleh


variabel belanja pemerintah rata-rata
Berdasarkan hasil penelitian
sebesar 38%. Sementara itu, forecast
dapat dikatakan bahwa kebijakan
error variance dari variabel PDB yang
moneter yang diambil oleh Bank
dapat dijelaskan oleh variabel
Indonesia telah sesuai dengan teori
penerimaan pajak rata-rata sebesar
ekonomi yang ada (Taylor Rule dan
17,25%. Variabel inflasi dapat
Phillips Curve). Adanya kenaikan
menjelaskan terjadinya fluktuasi pada
inflasi akibat kebijakan fiskal direspon
tingkat output sebesar 2,98%,
oleh bank Indonesia dengan
sedangkan variabel suku bunga dapat
menaikkan tingkat suku bunga
menjelaskan terjadinya fluktuasi pada
sehingga output riil dan inflasi kembali
tingkat output sebesar 14,64%. Hal ini
menurun seiring dengan aktivitas
mengindikasikan bahwa fluktuasi dari
perekonomian yang kembali menuju
titik keseimbangan baru. variabel PDB lebih banyak
dipengaruhi oleh variabel belanja
pemerintah dan pajak (ceteris
paribus).
37
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470

Hasil uji variance Penelitian ini bertujuan untuk


decomposition selanjutnya menganalisis dampak kebijakan fiskal
menunjukkan variabel suku bunga dan kebijakan moneter terhadap tingkat
dapat menjelaskan terjadinya fluktuasi output nasional, inflasi dan suku bunga
pada inflasi rata-rata sebesar 20,41%. dengan menggunakan model
Sementara itu, forecast error variance StructuralVector Autoregression
dari variabel inflasi yang dapat (SVAR). Kebijakan fiskal di Indonesia
dijelaskan oleh variabel PDB dan pada dasarnya berpengaruh positif
penerimaan pajak rata-ratanya kecil terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi
yaitu sebesar 4,33% dan 2%. Hal ini dan mampu mendorong permintaan
mengindikasikan bahwa fluktuasi dari agregat. Namun demikian, efektivitas
variabel inflasi lebih banyak kebijakan fiskal di Indonesia dapat
dipengaruhi oleh variabel suku bunga dikatakan kurang efektif jika dilihat dari
(ceteris paribus). besaran pengganda fiskal yang
Berdasarkan Tabel 3 di atas dihasilkan. Kebijakan fiskal
juga diketahui bahwa fluktuasi pada ekspansif di Indonesia dapat
variabel suku bunga sebagian besar mendorong kenaikan inflasi meskipun
dapat di jelaskan oleh variabel inflasi responnya sangat lemah.
dengan rata-rata sebesar 37,03%. Hasil penelitian juga
Sementara itu variabel belanja mengindikasikan bahwa kebijakan
pemerintah hanya dapat menjelaskan moneter di Indonesia mengikuti kaidah
terjadinya fluktuasi pada tingkat suku Taylor Rule di mana kenaikan inflasi
bunga sebesar 4,56%. Variabel PDB tersebut di respon oleh bank sentral
dan pajak lebih kecil lagi nilai forecast dengan menaikkan tingkat suku
error variance-nya yaitu sebesar bunga. Dampak kebijakan moneter
1,05% dan 2,76%. Hasil ini berupa kenaikan tingkat suku bunga
mengindikasikan bahwa fluktuasi dari mengakibatkan turunnya nilai output
tingkat suku bunga lebih banyak meskipun responnya sangat lemah.
dipengaruhi oleh variabel inflasi Hasil penelitian ini dapat
(ceteris paribus). digunakan sebagai referensi
PENUTUP pengambilan kebijakan fiskal dan
Saran moneter oleh pemerintah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pilihan

38
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470

alternatif kebijakan yang paling efektif


untuk menghasilkan pertumbuhan
ekonomi yang optimal adalah
kenaikan belanja yang dibarengi
dengan pemotongan pajak (tax cut).
Namun demikian, terdapat beberapa
keterbatasan dalam penelitian ini di
antaranya yaitu periode waktu
observasi dan pemilihan variabel.
Semakin panjang periode observasi
maka hasil estimasi model akan
semakin valid, apalagi jika data yang
digunakan adalah data bulanan.
Penulis menyarankan penelitian
berikutnya untuk menggunakan
variabel net ekspor dan kurs mata
uang riil. Alasan yang mendasarinya
adalah bahwa perekonomian
Indonesia tergolong terbuka sehingga
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
eksternal dari luar negeri. Dalam
penelitian ini, penulis juga
menggunakan variabel belanja secara
keseluruhan dikurangi belanja utang
dan cicilan bunga. Penulis
menyarankan penggunaan variabel
belanja pemerintah secara parsial
misalnya dengan memisahkan belanja
pemerintah pusat dengan belanja
transfer agar analisis kebijakan fiskal
lebih spesifik.

39
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-43 ISSN 2541-1470

DAFTAR PUSTAKA ofEconomic Modelling, 26 (6), pages


Abimanyu, Anggito. 2005. Kebijakan Fiskal 1147-1160.
dan Efektivitas Stimulus Fiskal di Goeltom, M. S. 2012. Koordinasi Kebijakan
Indonesia Aplikasi Model Makro Moneter Dan Fiskal: Tantangan Dan
MODFI dan CGE-INDORANI. Jurnal Strategi Pemeliharaan Stabilitas
Ekonomi Indonesia, 1(1), 1-36. Makro Dan Pertumbuhan Ekonomi
Adiningsih, S. dan Laksmi, Y. D. 2012. Untuk Mewujudkan Kesejahteraan
Koordinasi Kebijakan Moneter Dan Rakyat.Koordinasi dan Interaksi
Fiskal: Tantangan Dan Strategi Kebijakan Fiskal-Moneter:
Pemeliharaan Stabilitas Makro Dan Tantangan ke Depan. Yogyakarta:
Pertumbuhan Ekonomi Untuk Kanisius.
Mewujudkan Kesejahteraan Gujarati, D. N. 2004. Basic Econometrics
Rakyat.Koordinasi dan Interaksi Fourth Edition. New York: McGraw-
Kebijakan Fiskal-Moneter: Hill International Edition.
Tantangan ke Depan. Yogyakarta: Harris, R. dan Robert, S. 2003. Applied Time
Kanisius. Series Modelling and Forecasting.
Baily, M. N. dan Philip, F. 1991. England: John Wiley and Sons, Ltd.
Macroeconomics. Boston: Richard D Hemming, R. Michael, K. Selma, M. 2002.
Irwin Inc. The Effectiveness of Fiscal Policy in
Bhattarai, K. dan Trzeciakiewicz, D. 2017. Stimulating Economic Activity—A
Macroeconomic impacts of fiscal Review of the Literature. IMF
policy shocks in the UK: A DSGE Working Paper No. 02, International
analysis. Journal ofEconomic Monetary Fund.
Modelling, 61(2), 321-338. Mankiw, N. G. Euston, Q, dan Peter, W.
Blanchard, O. dan Perotti, R. 2002. An 2014. Pengantar Ekonomi Makro
Empirical Characterization of the Edisi Asia Volume 2. Jakarta:
Dynamic Effects of Changes in Penerbit Salemba Empat.
Government Spending and Taxes on Mankiw, N. G. 2013. Macroeconomics Eight
Output. Quarterly Journal of Edition. New York: Worth Publishers.
Economics117 (4), 1329–1368. Marinas, M. C. 2010. The Effectiveness of
Boiciuc, I. 2015. The effects of fiscal policy Fiscal Policy in Combating Economic
shocks in Romania. A SVAR Crisis. An Analysis Based on the
Approach. Procedia Economics and Economic Literature. Theoretical and
Finance32, 1131 – 1139. Applied Economics Volume XVII 2010
Cazacu, A. M. 2015. Fiscal-Monetary Policy 11(552), 63-78.
Interaction. Svar Evidence From A Mishkin, F.S. 2010. The Economics of
Cee Country. European Scientific Money, Banking, and Financial
Journal, 45 (3), 1857 – 7881. Markets 9th. New Jersey: Pearson.
Ducanes, R. Geoffrey, I. 2006. Mountford, A. dan Uhlig, H. 2009. What are
Macroeconomic Effect of Fiscal The Effect of fiscal Policy Shocks?.
Policies: Empirical Evidence from Journal of Applied Econometrics,
Bangladesh, People’s Republic of 24(6), 960-992.
China, Indonesia, and Philippines. Nachrowi, N. D. dan Hardius, U. 2006.
Working Paper Series No. 85, Asian Pendekatan Populer dan Praktis
Development Bank ERD. Ekonometrika Untuk Analisis
Dungey, M. dan Renee, F. 2009. The Ekonomi dan Keuangan. Jakarta:
Identification Of Fiscal And Monetary Lembaga Penerbit FE Universitas
Policy in a structural VAR. Journal Indonesia. 40
Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan Desember 2018; 03(2): 23-41 ISSN 2541-1470
Van Den Berg, H. 2001. Economic
Deal.International Development Growth and Development
Economics Associates. IDEAs (International Edition). New
Giordano, R. Momigliano, S. Neri, S, dan York: McGraw Hill
Perotti. R. 2008. The Effects of Wibowo, P. 2008. Mencermati Dampak
Fiscal Policy in Italy: Evidence from Desentralisasi Fiskal Terhadap
a VAR Model. European Journal of Pertumbuhan Ekonomi Daerah.
Political Economy, 23 (2), 707-733 Jurnal Keuangan Publik, 5(1),
Puspita, K. 2006. Pengaruh Distribusi 55-83.
Pendapatan Terhadap Wibowo, T. 2000. Pengaruh Pajak
Pertumbuhan Ekonomi Propinsi di Terhadap Produk Domestik
Indonesia 1993-2002. Tesis, Bruto dan Proyeksi Tahun 2000-
Universitas Indonesia. 2004. Kajian Ekonomi dan
Ravnik, R dan Zilic, I. 2011. The use of Keuangan Tahun IV No. 3
SVAR analysis in determining the http://www.fiskal.depkeu.go.id/.
effects of fisscal shocks in Croatia. http://www.bps.co.id/.
Financial Theory and http://www.bi.go.id/.
Practice.Journal of Public Finance, http://www.depkeu.go.id/.
35(1), 25-58 http://www.imf.org/.
Republik Indonesia. Nota Keuangan dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara. Berbagai Tahun Anggaran.
Rossi, B. dan S. Zubairy. 2011. What Is the
Importance of Monetary and Fiscal
Shocks in Explaining U.S.
Macroeconomic Fluctuations?
Journal of Money, Credit and
Banking, 43 (2), 1247-1270.
Sekaran, U. 2003. Research Methods for
Business: A Skill Building
Approach (4th edition). England:
John Wiley and Sons, Ltd.
Serwa, D. & Wdowinski, P. 2017.
Modeling Macro-Financial
Linkages: Combined Impulse
Response Functions in SVAR
Models. Central European Journal
of Economic Modelling and
Econometrics, 9 (4): 323-357
Stock, J. H. & Watson, M. W. 2001. Vector
Autoregressions. Journal of
Economic Perspectives, 15 (4),101-
115.
The Organisation for Economic
Cooperation and Development.
2015. Survey Ekonomi OECD
Indonesia. OECD. 41

Anda mungkin juga menyukai