Anda di halaman 1dari 11

Daftar Isi

BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
A. Kedudukan Akhlak.................................................................................................2
B. Definisi Akhlak......................................................................................................3
C. Karakteristik Akhlak..............................................................................................5
BAB III.............................................................................................................................8
PENUTUP.........................................................................................................................8
Kesimpulan...................................................................................................................8
DAFTAR REFERENSI...............................................................................................9

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting bagi


manusia, karena indikator kebaikan atau keburukan manusia dapat di ukur dari
akhlak manusia tersebut. Oleh karean itu, akhlak merupakan cerminan dari
tindakan kita sehari-hari, manusia yang baik akhlaknya akan cenderung bersikap
dan bertingkah laku wajar dan cenderung baik dalam kehidupan sehari-harinya.
Namun, sebaliknya orang yang berakhlak buruk akan cenderung berperilaku tidak
wajar dan cenderung buruk di mata orang lain. Oleh karena itu, manusia di tuntut
agar berakhlak yang terpuji karena agama islam pun mengajrkan kepada kita
untuk senantiasa menjadi umat yang berakhlak terpuji, karena kedudukan akahlak
sangat penting dalam agama islam.
Akhlak merupakan misi pertama yang di bawa oleh Nabi Muhammad
SAW yang mana beliau meluruskan ajaran dan membersihkan hati semua umat di
seluruh alam semesta dari akhlak yang tercela. Oleh karena itu, makalah ini
mengajak kita untuk memahami bahwa kedudukan akhlak merupakan rislah Nabi
Agung Muhammad SAW yang senantiasa harus kita laksakan bersama agar hidup
yang kita jalani selalu dalam kodrat manusia sebagaimana mestinya, yakni
berakhlak terpuji. Oleh karena itu, untuk membentuk pribadi yang
berakhlak,kekuasaan berakhlak dan masyarkat berakhlak merupakan tugas utama
umat islam, yang slah satu pengembangannya adalah dalam dunia pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kedudukan akhlak dalam islam?
2. Apa definisi akhlak?
3. Bagaimana karakteristik akhlak?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kedudukan Akhlak

Akhlak merupakan pokok esensi ajaran Islam, disamping aqidah dan


syariah, sehingga dengan akhlak akan terbina mental dan jiwa manusia untuk
memiliki hakekat kemanusiaan yang tinggi. Dengan akhlak akan dilihat corak
dan hakekat kemanusiaan yang tinggi. Dengan akhlak akan dilihat corak dan
hakekat manusia yang sebenarnya.

‫انما بعثت ألتمم مكارم األخالق‬

Artinya:

“Aku diutus di muka bumi untuk menyempurnakan akhlak”. (H.R. Ahmad)

Hadits di atas mengisyaratkan bahwa akhlak merupakan ajaran yang


diterima Rasulullah dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi umat yang pada
saat itu dalam kejahiliaan. Dimana mannusia mengagungkan hawa nafsu, dan
sekaligus menjadi hamba hawa nafsu.

Inilah yang menjadi alasan kenapa akhlak menjadi syarat penyempurna


keimanan seorang karena keimanan yang sempurna yaitu mampu menjadi
power kebaikan dalam diri seorang baik secara vertical maupun horizontal.a

2
rtinya, keimanan yangmampu menggerakkan seseorang untuk senantiasa
berbuat baik kepada sesama manusia.1

‫ حدثنا يحيي بن سعيد عن محمد بن عمرو عن‬,‫حدثنا أحمد بن حنبل‬ -٤٦٨٢

‫ أكمل‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫أبي سلمة عن أبي هريرة قال‬
‫المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا‬

“Dari Abu Hurairah Rasulullah SAW bersabda : sesunggunya orang- orang


mukmin yang terbaik (muliah) adalah orang yang paling baik akhlaknya.”

Hadits diatas berbicara mengenai pendidikan akhlak, dimana dalam


hadits diatas mengatakan yang paling mulia orang mukmin adalah orang yang
memiliki akhlak yang mualia dan baik.

B. Definisi Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab. Ia adalah bentuk jama’ dari khuluq.
Secara etimologi, khuluq berarti ath-thab’u (karakter) dan as-sajiyyah
(perangai),2 budi pekerti, tingkah laku. Sedangkan menurut istilah adalah
pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk (benar dan salah),
mengatur pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan
pekerjaannya. Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu
dengan perilaku atau perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka
disebut akhlak yang buruk atau akhlak mazmumah. Sebaliknya, apabila
perilaku tersebut baik disebut akhlak mahmudah.
Secara terminologi, ada beberapa definisi yang diutarakan oleh para
ulama tentang makna akhlak. Al-Ghazali memaknai akhlak dengan:

1
Yusuf al Qardhawi, Karakteristik Islam, Kajian Analistik, Risalah Gusti, Surabaya,
1995, hlm, 67.
2
Abdul Karim Zaidân, Ushûl ad-Da’wah: Mu’assasah ar-Risalah, Beirut, 1988, hlm. 79.

3
‫عبارة عن هيئة في النفس راسخة عنها تصدر| األفعال بسهولة ويسر| من غير حاجة إلى‬
‫فكر وروية‬3

“Sebuah tatanan yang tertanam kuat dalam jiwa yang darinya muncul beragam
perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan.”

Sebagian lagi mendefinisikan akhlak dengan:

‫مجموعة من المعاني والصفات المستقرة في ضضوئها وميزاننها| يحسن الفعل في نظر‬


‫ ومن ثم يقدم عليه او يحجم عنه‬,‫اإلنسان او يقبح‬

“Sekumpulan nilai-nilai dan sifat yang menetap di dalam jiwa, yang dengan
petunjuk dan standarnya sebuah perbuatan dinilai baik atau buruk oleh
seseorang, yang untuk kemudian dia melakukan perbuatan tersebut atau
mengurungkannya.”

Selain akhlak digunakan pula istilah etika dan moral. Etika berasal dari
bahasa yunani “ethes ’’ artinya adat. Etika adalah ilmu yang meyelidki baik
dan buruk dengan memperhatikan perbuatan manusia sejauh yang diketahui
oleh akal pikiran. Sedangkan moral berasal dari bahasa Latin “ mores ” yang
berarti kebiasaan.4

Persamaan antara akhlak dengan etika adalah keduanya membahas


masalah baik dan buruk tingkah laku manusia. Perbedaannya terletak pada
dasarnya sebagai cabang filsafat, etika bertitik tolak dari pikiran manusia.
Sedangkan akhlak berdasarkan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Akhlak tidak
terlepas dari aqidah dan syariah. Oleh karena itu, akhlak merupakan pola
tingkah laku yang mengakumulasikan aspek keyakinan dan ketaatan sehingga
tergambarkan dalam perilaku yang baik.
3
Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Ihya’ Ulum ad-Din, Dar al-Ma’rifah, Beirut, tt,
jilid 3, hlm. 53
4
Syarifah Habibah, Akhlak dan Etika Dalam Islam, Jurnal Pesona Dasar, Universitas
Syiah Kuala Vol. 1 No. 4, 2015, hal, 73 – 87.

4
Akhlak merupakan perilaku yang tampak ( terlihat ) dengan jelas, baik
dalam kata-kata maupun perbuatan yang memotivasi oleh dorongan karena
Allah. Namun demikian, banyak pula aspek yang berkaitan dengan sikap batin
ataupun pikiran, seperti akhlak diniyah yang berkaitan dengan berbagai aspek,
yaitu pola perilaku kepada Allah, sesama manusia, dan pola perilaku kepada
alam. Akhlak islam dapat dikatakan sebagai aklak yang islami adalah akhlak
yang bersumber pada ajaran Allah dan Rasulullah. Akhlak islami ini
merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka sehingga dapat menjadi
indikator seseorang apakah seorang muslim yang baik atau buruk.

Akhlak ini merupakan buah dari akidah dan syariah yang benar. Secara
mendasar, akhlak ini erat kaitannya dengan kejadian manusia yaitu khaliq
(pencipta) dan makhluq (yang diciptakan). Rasulullah diutus untuk
menyempurnakan akhlak manusia yaitu untuk memperbaiki hubungan
makhluq (manusia) dengan khaliq (Allah Ta’ala) dan hubungan baik antara
makhluq dengan makhluq.

Kata “menyempurnakan ” berarti akhlak itu bertingkat, sehingga perlu


disempurnakan. Hal ini menunjukan bahwa akhlak bermacam-macam, dari
akhlak sangat buruk, buruk, sedang, baik, baik sekali hingga sempurna.
Rasulullah sebelum bertugas menyempurnakan akhlak, beliau sendiri sudah
berakhlak sempurna. Perhatikan firman Allah Swt dalam Surah Al-Qalam [68]:
4:

‫َظ ٍيم‬ ٍ ُ‫ك لَ َعلَ ٰى ُخل‬


ِ ‫قع‬ َ َّ‫َوإِن‬

Artinya:

“Dan sesungguhnya engkau ( Muhammad ) benar-benar berbudi pekerti yang


agung ”

5
Dalam ayat diatas, Allah Swt. sudah menegaskan bahwa Nabi
Muahammad Saw. mempunyai akhlak yang agung. Hal ini menjadi syarat pokok
bagi siapa pun yang bertugas untuk memperbaiki akhlak orang lain. Logikanya,
tidak mungkin bisa memperbaiki akhlak orang lain kecuali dirinya sendiri sudah
baik akhlaknya.

Karena akhlak yang sempurna itu, Rasulullah Saw patut dijadikan uswah
alhasanah (teladan yang baik). Firman Allah Swt dalam surah Al-Ahzab [33]: 21:

‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرسُو ِل هَّللا ِ أُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكانَ يَرْ جُو هَّللا َ َو ْاليَوْ َ|م اآْل ِخ َر َو َذ َك َ|ر هَّللا َ َكثِيرًا‬

Artinya :

“ Sesungguhya pribadi Rasulullah merupakan teladan yang baik untuk kamu dan
untuk orang yang mengharapkan menemui Allah dan hari akhirat dan mengingat
Allah sebanyak-banyaknya”.

C. Karakteristik Akhlak
1. Rabbaniyah atau dinisbatkan kepada Rabb (Tuhan).
Rabbbaniyah dari sisi tujuan akhirnya (Rabbbaniyah al-ghoyah).
Rabbbaniyah al-ghoyah maknanya adalah Islam menjadikan tujuan akhir
dan sasaran terjauh yang hendak dijangkau oleh manusia adalah menjaga
hubungan yang baik dengan Allah dan berhasil meraih ridha-Nya. Inilah
tujuan akhir yang digariskan oleh Islam sehingga segenap usaha dan kerja
keras manusia serta puncak cita-citanya adalah bagaimana ia berhasil
mendapatkan ridha Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Hal ini telah diisyaratkan
oleh Allah dalam firman-Nya:
‫ك ْال ُم ْنتَهَ ٰى‬
َ ِّ‫َوأَ َّن إِلَ ٰى َرب‬

6
“Dan bahwasanya kepada Tuhamulah kesudahan segala sesuatu.” (QS.
an-Najm: 42)5
Tidak dipungkiri bahwa Islam itu memiliki tujuan dan sasaran-
sasaran lain yang bersifat social humanity (kemanusiaan) dan sosial
kemasyarakatan. Namun setelah dikaji lebih dalam, ternyata ditemukan
bahwa sasaran-sasaran ini adalah dalam rangka mewujudkan sasaran yang
lebih besar, yaitu mardhatillah. Inilah sasaran dari semua sasaran dan tujuan
dari semua tujuan.
Segala yang ada dalam Islam baik syariat, akhlak, bimbingan dan
arahan, itu semata-mata dimaksudkan hanya untuk menyiapkan manusia
agar menjadi seorang hamba yang mukhlis (memurnikan pengabdiannya)
kepada Allah semata, bukan kepada selain-Nya. Karenanya, maka ruh dan
totalitas Islam itu adalah tauhid. Bertolak dari sini maka dapat kita katakan
bahwa tujuan dari akhlak Islam adalah untuk mewujudkan ridha Allah
Ta’ala dan meraih balasan yang baik di sisi-Nya.
2. Insaniyah (manusiawi)
Sesungguhnya akhlak Islam memiliki sebuah risalah atau misi yang
sangat penting yaitu memerdekakan manusia, membahagiakan,
menghormati dan memuliakan manusia. Dari tinjauan ini maka risalah Islam
adalah risalah yang insaniyah (manusiawi), karena ia diturunkan untuk
manusia, sebagai pedoman hidup manusia, untuk mewujudkan
kemaslahatan manusia dan selaras dengan fitrah manusia.
Bagi siapa saja yang mau mempelajari kitabullah dan sunnah Rasul-
Nya, niscaya akan tampak jelas dan gamblang baginya bahwa Islam itu telah
mengarahkan perhatian dan kepeduliannya yang sangat besar pada sisi
kemanusiaan. Jika kita amati rangkaian ibadah-ibadah yang besar, kita akan
dapati salah satu sisinya pasti memiliki aspek kemanusiaan. Shalat
misalnya, ia adalah suatu ibadah yang besar, namun salah satu aspek
kemanusiaannya adalah ia sebagai penolong manusia dalam mengarungi
lika-liku kehidupan dan mengatasi problematikanya di alam yang fana ini.

5
https://tafsirweb.com/7633-surat-al-ahzab-ayat-21.html

7
Demikian pula zakat, tampak jelas sekali aspek kemanusiaan pada
ibadah ini. Dengan zakat manusia akan mewujudkan sikap tolong-menolong
dan kepedulian sosial di antara mereka. Ibadah zakat memiliki aspek
kemanusiaan bagi yang mengeluarkannya dan bagi yang menerimanya. Bagi
yang mengeluarkan zakat (muzakki) zakat adalah sebagai tazkiyah
(pembersih dan penyuci jiwanya) dari sifat kikir dan individualis, sedangkan
bagi pihak yang menerimanya (mustahiq) zakat sebagai sarana pemenuhan
kebutuhannya dan membebaskan dirinya dari kefakiran.
Ibadah puasa sebagai sarana untuk mendidik iradah (daya kehendak)
manusia agar ia memiliki kemauan yang kuat dan mampu bersabar
menghadapi berbagai musibah, serta mendidik perasaannya agar peka
terhadap penderitaan sesamanya. Sehingga selanjutnya ia merasa terpanggil
untuk selalu membantu sesama.
Semua pekerjaan yang bermanfaat yang dilakukan seorang muslim
demi pengabdiannya kepada masyarakat, atau menolong personil-
personilnya, khususnya mereka yang tergolong kaum dhu‟afa‟ dan papa
juga merupakan salah satu bentuk ibadah.
Oleh karena itu, kita dapati banyak hadits-hadits yang menganjurkan
bersedekah setiap hari di mana matahari terbit padanya. Menyingkirkan duri
dari tengah jalan adalah ibadah, membantu seorang yang lemah untuk
menaiki kendaraannya atau membantu mengangkatkan barang mereka ke
kendaraanya adalah sedekah, bahkan senyum anda di hadapan saudara anda
adalah sedekah. Juga kata-kata yang baik adalah sedekah, dan semua hal
yang baik (ma‟ruf) adalah sedekah. Lebih dari itu, seorang yang
menyalurkan syahwatnya pada tempat yang halal tercatat sebagai ibadah
dan akan mendapatkan pahala atas perbuatannya itu.6

6
Yusuf al Qardhawi, Karakteristik Islam, Kajian Analistik, Risalah Gusti, Surabaya,
1995, hlm.76.

8
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Akhlak berasal dari bahasa Arab. Ia adalah bentuk jama’ dari khuluq.
Secara etimologi, khuluq berarti ath-thab’u (karakter) dan as-sajiyyah (perangai),
budi pekerti, tingkah laku. Sedangkan menurut istilah adalah pengetahuan yang
menjelaskan tentang baik dan buruk (benar dan salah), mengatur pergaulan
manusia, dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya.
Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan
perilaku atau perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut
akhlak yang buruk atau akhlak mazmumah. Sebaliknya, apabila perilaku tersebut
baik disebut akhlak mahmudah.

9
DAFTAR REFERENSI

al Qardhawi, Yusuf. 1995. Karakteristik Islam, Kajian Analistik. Risalah Gusti,


Surabaya.

al-Ghazali, Muhammad. Ihya’ Ulum ad-Din. Dar al-Ma’rifah, Beirut.

Habibah, Syarifah. 2015. Akhlak dan Etika Dalam Islam. Jurnal Pesona Dasar,
Universitas Syiah Kuala Vol. 1 No. 4.

https://tafsirweb.com/7633-surat-al-ahzab-ayat-21.html. (diakses tanggal 22


Desember, 2019)

Karim Zaidân, Abdul. 1988. Ushûl ad-Da’wah. Mu’assasah ar-Risalah. Beirut.

10

Anda mungkin juga menyukai