Anda di halaman 1dari 9

Akhlak Kepada Allah SWT: Berdo’a,BerTaubat dan BerDzikir

Nama : Julian Nanda Mardiwanto


Kelas : A1 Malam
Nim : 2010031805009

JURUSAN TEKNOLOGI INFORMASI


STMIK AMIK RIAU
PEKANBARU
2020/2021
1. Akhlak Kepada Allah SWT

Kata akhlak berasal dari kata bahasa arab, yaitu “khuluq” yang artinya budi pekerti,
perangai tingkah laku atau tabiat, dan dapat kita ketahui bahwa akhlak sifat-sifat yang
dibawa manusia sejak lahir yang tertanam pada jiwanya. Sedangkan menurut istilah,
akhlak ialah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan tanpa
berpikir dan di renungi lagi.

Dengan demikian akhlak pada hakikatnya adalah sikap yang melekat pada diri manusia,
sehingga manusia dapat melakukan tanpa berpikir, akhlak dikenal juga dengan istilah
moral dan etika. Moral yang berati adat atau kebiasaan, moral selalu dikaitkan dengan
ajaran baik dan buruk di terima umum atau masyrakat, karena adat istiadat dalam satu
masyarakat merupakan standar menentukan baik dan buruknya.

Sedangkan akhlak kepada Allah dapat di artikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebgai makhluknya. Sehingga akhlak kepada allah
dapat di artikan segala sikap atau pebuatan manusia yang di lakukan tanpa berfikir lagi
yang memang ada pada diri manusia sebagai mamba Allah SWT.

1. Do’a

Menurut bahasa “ad-du’aa” artinya memanggil, meminta tolong, atau memohon sesuatu.
Sedangkan doa menurut pengertian syariat adalah memohon sesuatu atau memohon
perlindungan kepada Allah SWT dengan merendahkan diri dan tunduk kepadaNya. Doa
merupakan bagian dari ibadah dan boleh dilakukan setiap waktu dan setiap tempat,
karena Allah SWT selalu bersama hamba-hambaNya.

Do’a dalam pengertian adalah pendekatan diri kepada Allah SWT dengan sepenuh hati,
dan rasulullah shallallahu’alaihi wasallam telah menegaskan keistemewaan do’a di sisi
Allah SWT adalah melebihi segala keistimewaan yang ada, dalam hal ini rasulullah
bersabda: tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi allah di banding dengan do’a (hr.
tarmizi, nasai,abu dawud). Do’a adalah bentuk pengagungan terhadap allah dengan di
sertai keikhlasan hati serta permohonan petolongan disertai kejernihan nurani agar
selamat dari segala. selamat dari segala musibah serta meraih keselamatan abadi. Doa
berarti memohon atau meminta sesuatu yang baik kepada Allah SWT yang Maha
Pemurah. Allah SWT menyuruh orang-orang Islam berdoa atau meminta sesuatu
kepadaNya seperti firman Allah SWT Q.S Al-mu’min : 60.

Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.


Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk
neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.”

Etika dalam Berdo’a

Etika dalam do’a adalah bagian dari ibadah untuk mendapatkan kemakbulan dalam
berdo’a.

1. Memulai Berdo’a dengan Membaca Basmalah


Berdoa hendaknya dimulai dengan membaca basmalah (karena malakukan perbuatan
yang baik hendaknya dimulai dengan basmalah), hamdalah dan sholawat.

1
2. Memilih Waktu
Seorang muslim dalam berdo’a hendaklah memilih waktu dan situasi yang baik sehingga
do’anya dapat di kabulkan Allah SWT: seperti pada hari arafah, hari jumat, bulan
ramdhan, malam lailatul-qadar,waktu sahur (menjelang shubuh), atau di tengah
keheningan malam.

 Hari harafah adalah hari dimana kaum muslimin dari seluruh penjuru dunia
berkumpul disuatu tempat, padang arafah , berkumpul untuk mendekatkan diri
kepada allah dalam pelaksanaan ibadah haji.
 Bulan ramadhan memiki keistimewaan untuk memprbanyak do’a dikarnakan
pada bulan itu dibukakan pintu-pintu surga dibuka seleba-lebarrnya.
 Hari jumat memiliki keistimewaan untuk memperbnyak do’a dikarnkan termasuk
hari yang paling mulia dalam satu minggu.sebab di dalamnya terdapt waktu yang
apabila seseorang memanjatkan pasti dikabulkan allah.
 Malam lailatul-qadar memiliki keistimewaan untuk memperbnyak doa di
karenakan termasuk malam yang palng di muliakan allah, beribadah di dalamnya
lebih baik bribadah seribu bulan, Dalam hal ini rasulullah menegaskan: “Barang
siapa melakukan ibadah pada malam qadar (lailatul qadar) di landasi iman dan
keikhlasan hati, maka di ampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.
 Waktu sahur (menjelang subuh) memiliki keistimewan untuk memperbanyak doa
dikarnakan disaat itu hati seseorang sedang dalam keadaan tenang bersih lagi
suci.
 Pada waku sahur, allah menebarkan ampunan dan rahmat-nya kepada setiap
manusia yang memanjatkan doa.

3. Mengangkat Tangan dan Menghadap Kiblat


Seorang muslim ketika berdo’a hendaklah menghadap kiblat.sebab yang demikian adalah
sunat. Disamping itu hendaklah mengangkat tangan ketika berdo’a, dan mengusapkan
kedua telapak tangan ke wajah ketika selesai brdo’a. Karna itu bagian dari sunnah rasul.

Do’a yang di panjatkan disertai mengangkat tangan mudah di kabulkan oleh Allah SWT,
dalam hal ini Rasulullah menegaskan: “sesungguhnya tuhan mu hidup kekal lagi maha
mulia, merasa malu terhadap hamba-nya yang mengangkat tangan tinggi-tinggi ketika
berdo’a sehingga tidak ada lagi alasan untuk tidak mengabulkan permohonannya .”(HR
A bu daud dan tirmidzi dari salaman AL-Fairisi).

4. Dimulai dengan Memuji Allah SWT


Seoramg muslim ketika berdo’a hendaklah memulai do’anya dengan memuji keagungan
Allah, bahwa pujian kepada Allah bershalawat kepada Nabi baik di tengah, di awal
maupun di akhir do’a. Bahwa pujian kepadaAallah dengan menyebut asma-nya yang
mulia (asmaul-husna) dan bacaan shalawat nabi ketika memulai suatu do’a merupakan
etika dalam berdo’a. Sebuah do’a akan di kabulakan Allah bila disertai bacaan asmaul-
husna dan shlawat nabi, dan para nabi meyakinin bahwa hal tersebut merupakan etika
yang sngat tinggi di dalam berdo’a, sehingga mereka menjadikan pujian terhadap allah
merupakan permulaan dari do’a.

2
5. Khusyuk dalam Berdo’a
Ketika dalam berdo’a hendaklah menunjukkan siakap merendahkan diri dan kekhsyuk’an
hati. Misalnya, dengan mengulang bacaan do’a hingga tiga kali, tidak tergesa-gesa , serta
penuh keyakinan bahwa do’a yang panjatkan pasti di kabulkan oleh Allah SWT kepada
setiap hambanya yang memanjatkan do’a dalam Al-Qur’an telah di tegaskan :

Artinya : ”berdo’a lah kepada tuhan mu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut
.sesungguhnya allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah
kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah allah memperbaikinya , dan berdo’alah
kepadnya dengan rasa takut tidak di terima dan penuh harapan akan di kabulkan ,
sesungguhnya rahmat allah sngatlah dekat kepada orang-orang yang berbuat baik .”(QS-
A’raf:55-56).

6. Dengan Suara Sederhana


Ketika memanjatkan do’a hendalah dengan volume suara yang sederhana, tidak tidak
terlalu keras tidak pula terlalu pelan. Sebab orang yang berdo’a berarti sedang berdialog
dan berhadapan langsung dengan Allah SWT, dan selayaknya bila dia merendahkan
suara hingga hatinya lebih khusyuk dan merasa dekat dengan-Nya.

7. Memilih Do’a Qur’ani dan Hadisi


Ketika berdo’a hendaklah kita memilih do’a-do’a yang telah di ajarkan Al-Qur’an
maupun Al-Hadist, Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’Ulumuddin menegaskan: yang
terbaik bagi seseorang yang memanjatkan do’a adalah memilih do’a yang benar-benar
telah diajarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist, sebab kemakbulannya sudah teruji,
keberhasilannya dalam mendatangkan kemaslahatan bagi ummat.

8. Tidak Menyimpang dari Syariat


Ketika berdo’a hendaklah jangan menyimpang dari garis ajaran syariat Islam, dan jangan
berdo’a untuk kesengsaraan orang lain atau untuk kecelakaan diri sendiri. Sebab sudah
kebiasaan bagi manusia, bila dilanda musibah yang berat kemudian putus asa dan
berdo’a dengan do’a yang konyol, misalnya, meminta agar segera meninggal atau
mendapatkan musibah yang lebih berat lagi dan apabila marah pada orang lain, kemudian
mendo’akannya dengan do’a yang tidak baik.

2. Taubat

Taubat adalah kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan atau kembali dari jalan yang
jauh dari allah ke jalan yang lebih dekat ke pada allah dan meninggalkan seluruh dosa
dan kemaksiatan, menyesali perbuatan dosa yang telah lalu, dan berkeinginan teguh
untuk tidak mengulngi lagi perbuatan dosa tersebut pada waktu yang kan datang. Allah
berfirman Q.S. Al-Tahrim 8:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-
3
orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di
sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah
bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas
segala sesuatu.”

Hukum taubat adalah wajib bagi setip muslim atau muslimah yang sudah mukallaf (balig
dan berakal). Taubat baru dinggap sah dan dapat menghapus dosa apabila telah
memenuhi syarat yang telah di tentukan. Bila dosa itu terhadap Allah SWT. Maka syarat
taubatnya ada tiga macam, yaitu:

1. Menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah diperbuat.


2. Meninggalkan perbuatan maksiat itu.
3. Bertekan dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan mengulangi
lagi perbuatan maksiat itu.

Namun bila dosa itu terhadap sesama manusia, maka syarat taubatnya ditambah dua lagi
yaitu :

1. Meminta maaf kepada orang yang di dzalimi dan dirugikan.


2. Menganti kerugian setimbang dengan kerugian yang di alaminya akibat
perbuatan zalim itu atau minta kerelaan.

Dosa terhadap sesama manusia akibat perbuatan zalim itu hendaknya disellesaikan di
dunia ini juga. Karena kalau tidak., pelaku dosanya di alam akhirat termasuk orang yang
merugi bahkan celaka. Apabila seorang telah terlanjur berbuat dosa, kemudian bertaubat
dengan sebenar-benarnya, tentu ia akan memperoleh banyak hikmah dan manfaat. Tentu
saja taubat yang dilakukan harus memenuhi syarat taubat seperti tersebut. Adapu hikmah
daan manfaat yang diperoleh dari taubat itu antara lain: dosanya diampuni, memperolah
rahmat Allah, dan bimbingan untuk masuk surga. Allah SWT berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat semurni-
murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkan kamu ke dalam surga”. (Q.S At-Tahrim, 66 : 8).

Perlu diketahui dan disadari oleh setiap orang yang telah terlanjur berbuat dosa, bahwa
seorang yang telah membaca istigfar (mohon ampunan dosa kepada Allah), tetapi terus
menerus berbuat dosa, maka ia akan dianggap telah mengolok-ngolok Tuhannya.
Demikian juga seorang yang berbuat dosa dan baru bertaubat ketika “sakaratul maut”
maka taubatnya tidak akan diterima Allah SWT.

Taubat yang di terima dan benar itu mempunyai beberapa tanda :

1. Agar setelah taubat ia menjadi lebih baik dari sebelumnya.


2. Agar rasa takut itu terusmenyertainya, dan tidak pernah merasa aman dari
siksa allah SWT.
3. Hatinya merasa terlepas, dan hancur tercabik-cabik karena menyesal dan
merasa takut,sesuai dengan besar kecilnya dosanya.
4. Merasa remuk-redam tersensiri dalam hati, yang tidak diserupai oleh apa
pun, seperti seorang hamba yang telah berbuat salah dan memberontak
kepada tuhannya.

4
Sebab – sebab manusia harus bertaubat :

1. Telah melakukan dosa kecil atau dosa besar.


2. Supaya setiap amalan diterima oleh Allah dengan mudah.
3. Supaya manusia tidak sombong dengan kekuasaan dan keagungan Allah.

Sebab Allah menerima taubat hambanya :

1. Allah maha penyayang dengan mengampunkan dosa hambanya.


2. Supaya hambanya bersih daripada dosa dan memperoleh balasan syurga
di akhirat.
3. Orang yang bertaubat akan berasa benci dengan dosa yang dilakukan.
4. Supaya seseorang itu sentiasa melakukan kebaikan dan meninggalkan
kejahatan.

Syarat – syarat taubat :

1. Menyesal terhadap maksiat yang dilakukan.


2. Berhenti melakukan maksiat dengan segera.
3. Berazam tidak akan mengulangi lagi.
4. Berterus terang memohon maaf jika berkaitan dengan hak orang lain.

Hikmah Taubat :

1. Memberi peluang kepada orang yang berdosa kembali kejalan Allah.


2. Memberi ketenangan hati kepada muslim yang bertaubat.
3. Mendapat keampunan serta petunjuk Allah.
4. Sebagai satu cara mendekatkan diri kepada Allah.

3. Dzikir

Pengertian dzikir menurut bahasa berasal dari kata “dzakaro” yang artinya ingat . Kata
dzikir mengambil dari masdarnya dzikron, kemudian terkenal dengan istilah dzikir.
Sedangkan dzikir menurut syara’ adalah ingat kepada Allah dengan etika tertentu yang
sudah ditentukan dalam Al Qur’an dan Hadits dengan tujuan mensucikan hati dan
mengagungkan Allah.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah,
zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab : 41).

Allah sudah menunjukkan dasar pokok bahwa dzikir mampu menentramkan hati
manusia. Hanya dengan dzikirlah hati akan menjadi tentram, sehingga tidak timbul nafsu
yang jahat. Berdzikir dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dalam keadaan
bagaimamanapun, kecuali ditempat yang tidak sesuai dengan kesucian Allah. Seperti
bertasbih dan bertahmid di WC.

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran : 191).

5
Dzikir Menurut Imam Nawawi Al BAntaniyu Penulis kitab Al Adzkar, menjelaskan
dalam kitabnya bahwa dzikir bisa dilakukan dengan lisan dan hati. Tingkatan dzikir akan
menjadi lebih sempurna jika melakukannya denga hati dan lisan. Jika harus memilih,
mana yang lebih utama, menurutnya, harus dengan hati saja, namun akan lebih afdhol
(utama) jika melakukannya dengan hati dan lisan sesuai dengan sunah Rosulullah.

Dzikir ialah menyebut allah dengan tasbih (subhanallah), membaca tahlil (la-ilaha
illallahu), membaca tahmid (alhamdulillahi), baca tqdis (quddusun), membaca taqbir
(allahu akbar), membaca hauqalah (la haula wala quata illa billahi), membaca hasbalah
(hasbiyallahu), membaca basmalah (bismillahirrohmanirrohim)membaca Al-Qur’an dan
membaca do’a-do’a yang di terima dari allah SAW.

1. Bentuk dan Cara Berdzikir

1. Dzikir dengan hati, yaitu dengan cara bertafakur, memikirkan ciptaan Allah
sehingga timbul di dalam fikiran kita bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa.
Semua yang ada di alam semesta ini pastilah ada yang menciptakan, yaitu Allah
SWT. Dengan melakukan dzikir seperti ini, keimanan seseorang kepada Allah
SWT akan bertambah.
2. Dzikir dengan lisan (ucapan), yaitu dengan cara mengucapkan lafazh-lafazh yang
di dalammya mengandung asma Allah yang telah diajarkan oleh Rasulullah
kepada ummatnya. Contohnya adalah : mengucapkan tasbih, tahmid, takbir, tahlil,
sholawat, membaca Al-Qur’an dan sebagainya.
3. Dzikir dengan perbuatan, yaitu dengan cara melakukan apa yang diperintahkan
Allah dan menjauhi larangan-laranganNya. Yang harus diingat ialah bahwa semua
amalan harus dilandasi dengan niat. Niat melaksanakan amalan-amalan tersebut
adalah untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT. Dengan demikian menuntut
ilmu, mencari nafkah, bersilaturahmi dan amalan-amalan lain yang diperintahkan
agama termasuk dalam ruang lingkup dzikir dengan perbuatan.

Manfaat Dzikirullah

Selalu ingat dan menyebut nama Allah setiap saat dan sepanjang waktu dikala berdiri,
duduk dan berbaring merupakan gambaran nyata dari keimanan ,ketakwaan dan rasa
tawakkal seseorang. Allah akan memperlihatkan menfaat nyata dari amalan dzikrullah
seseorang dalam kehidupannya sehari hari hari antara lain :

1. Mendapat ketenangan hati dan bebas dari perasaan jengkel, kecewa,


sedih, duka, dendam dan stress berkepanjangan.
2. Dikeluarkan Allah dari kegelapan (hidup yang penuh kesukaran,
kesempitan,kepanikan, kekalutan ,kehinaaan dan serba kekurangan )
kepada cahaya yang terang benderang ( hidup bahagia,nyaman, aman,
mulia, sejahtera dan berkecukupan).
3. Terpelihara dan terhindar dari melakukan perbuatan keji dan mungkar.
4. Terpelihara dari kelicikan dari tipu daya syetan yang menyesatkan.
5. Selalu mendapat jalan keluar dari berbagai kesulitan yang datang
menghadang dan mendapat rezeki dari tempat yang tidak pernah diduga,
serta selalu dicukupkan semua kebutuhan hidupnya.

6
Untuk melaksanakan dzikir ada tata krama yang harus diperhatikan, yakni adab
berdzikir. Semua bentuk ibadah bila tidak menggunakan tata krama atau adab, maka akan
sedikit sekali faedahnya. Dalam kitab Al Mafakhir Al-’Aliyah fil Ma-atsir Asy-
Syadzaliyah disebutkan pada pasal Adabuddz-Dzikr, sebagaiman dituturkan oleh Asy-
Sya’roni bahwa adab berdzikir itu banyak tetapi dapat dikelompokkan menjadi 20 (dua
puluh), yang terbagi menjadi tiga bagian; 5 (lima) adab dilakukan sebelum bedzikir, 12
(dua belas) adab dilakukan pada saat berdzikir, 2 (dua) adab dilakukan seelah selesai
berdzikir.

Adapun 5 (lima ) adab yang harus diperhatikan sebelum berdzikir adalah :

1. Taubat, yang hakekatnya adalah meninggalkan semua perkara yang tidak


berfaedah bagi dirinya, baik yang berupa ucapan, perbuatan, atau keinginan.
2. Mandi dan atau wudlu.
3. Diam dan tenang. Hal ini dilakukan agar di dalam dzikir nanti dia dapat
memperoleh shidq, artinya hatinya dapat terpusat pada bacaan Allah yang
kemudian dibarengi dengan lisannya yang mengucapkan Lailaaha illallah.
4. Menyaksikan dengan hatinya ketika sedang melaksanakan dzikir terhadap
himmah syaikh atau guru mursyidnya.
5. Meyakini bahwa dzikir thoriqoh yang didapat dari syaikhnya adalah dzikir yang
didapat dari Rasulullah SAW, karena syaikhnya adalah naib (pengganti ) dari
Beliau.

Sedangkan 12 (dua belas) adab yang harus diperhatikan pada saat melakukan dzikir
adalah :

1. Duduk di tempat yang suci seperti duduknya didalam shalat.


2. Meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya.
3. Mengharumkan tempatnya untuk berdzikir dengan bau wewangian, demikian
pula dengan pakaian di badannya.
4. Memakai pakaian yang halal dan suci.
5. Memilih tempat yang gelap dan sepi jika memungkinkan.
6. Memejamkan kedua mata, karena hal itu akan dapat menutup jalan indra dhohir,
karena dengan tertutupnya indra dhohir akan menjadi penyebab terbukanya indra
hati atau bathin.
7. Membayangkan pribadi guru mursyidnya diantara kedua matanya. Dan ini
menurut ulama thoriqoh merupakan adab yang sangat penting.
8. Jujur dalam berdzikir. Artinya hendaknya seseorang yang berdzikir itu dapat
memiliki perasaan yang sama, baik dalam keadaan sepi (sendiri) atau ramai
(banyak orang).
9. Ikhlas, yaitu membersihkan amal dari segala ketercampuran. Dengan kejujuran
serta keikhlasan seseorang yang berdzikir akan sampai derajat Ash-Shidiqiyah
dengan syarat dia mau mengungkapkan segala yang terbesit di dalam hatinya
(berupa kebaikan dan keburukan ) kepada syaikhnya.Jika dia tidak mau
mengungkapkan hal itu, berarti dia berkhianat dan akan terhalang dari fath
(keterbukaan bathiniyah).
10. Memilih shighot dzikir bacaan La ilaaha illallah, karena bacaan ini memiliki
keistimewaan yang tidak didapati pada bacaan-bacaan dzikir syar’i lainnya.
11. Menghadirkan makna dzikir didalam hatinya.
12. Mengosongkan hati dari segala apapun selain Allah dengan La ilaaha illallah,
agar pengaruh kata “illallah” terhujam didalam hati dan menjalar ke seluruh
anggota tubuh.

7
Dan 4 (Empat) adab setelah berdzikir adalah :

1. Bersikap tenang ketika telah diam (dari dzikirnya), khusyu’ dan menghadirkan
hatinya untuk menunggu waridudz-dzkir. Para ulama thoriqoh berkata bahwa bisa
jadi waridudz-dzikr datang dan sejenak memakmurkan hati itu pengaruhnya lebih
besar dari pada apa yang dihasilkan oleh riyadloh dan mujahadah tiga puluh
tahun.
2. Mengulang-ulang pernapasannya berkali-kali. Karena hal ini (menurut ulama
thoriqoh) lebih cepat menyinarkan bashiroh, menyingkapkan hijab-hijab dan
memutus bisikan-bisikan hawa nafsu dan syetan.
3. Menahan minum air. Karena dzikir dapat menimbulkan hararah (rasa hangat di
hati orang yang melakukannya, yang disebabkan oleh syauq dan tahyij (rasa rindu
dan gairah) kepada Al-Madzkur/ Allah SWT yang merupakan tujuan utama dari
dzikir, sedang meminum air setelah berdzikir akan memadamkan rasa tersebut.
4. Para guru mursyid berkata:”Orang yang berdzikir hendaknya memperhatikan tiga
tata krama ini, karena natijah (hasil) dzikirnya hanya akan muncul dengan hal
tersebut.”Wallahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai