Kata akhlak berasal dari kata bahasa arab, yaitu “khuluq” yang artinya budi pekerti,
perangai tingkah laku atau tabiat, dan dapat kita ketahui bahwa akhlak sifat-sifat yang
dibawa manusia sejak lahir yang tertanam pada jiwanya. Sedangkan menurut istilah,
akhlak ialah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan tanpa
berpikir dan di renungi lagi.
Dengan demikian akhlak pada hakikatnya adalah sikap yang melekat pada diri manusia,
sehingga manusia dapat melakukan tanpa berpikir, akhlak dikenal juga dengan istilah
moral dan etika. Moral yang berati adat atau kebiasaan, moral selalu dikaitkan dengan
ajaran baik dan buruk di terima umum atau masyrakat, karena adat istiadat dalam satu
masyarakat merupakan standar menentukan baik dan buruknya.
Sedangkan akhlak kepada Allah dapat di artikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebgai makhluknya. Sehingga akhlak kepada allah
dapat di artikan segala sikap atau pebuatan manusia yang di lakukan tanpa berfikir lagi
yang memang ada pada diri manusia sebagai mamba Allah SWT.
1. Do’a
Menurut bahasa “ad-du’aa” artinya memanggil, meminta tolong, atau memohon sesuatu.
Sedangkan doa menurut pengertian syariat adalah memohon sesuatu atau memohon
perlindungan kepada Allah SWT dengan merendahkan diri dan tunduk kepadaNya. Doa
merupakan bagian dari ibadah dan boleh dilakukan setiap waktu dan setiap tempat,
karena Allah SWT selalu bersama hamba-hambaNya.
Do’a dalam pengertian adalah pendekatan diri kepada Allah SWT dengan sepenuh hati,
dan rasulullah shallallahu’alaihi wasallam telah menegaskan keistemewaan do’a di sisi
Allah SWT adalah melebihi segala keistimewaan yang ada, dalam hal ini rasulullah
bersabda: tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi allah di banding dengan do’a (hr.
tarmizi, nasai,abu dawud). Do’a adalah bentuk pengagungan terhadap allah dengan di
sertai keikhlasan hati serta permohonan petolongan disertai kejernihan nurani agar
selamat dari segala. selamat dari segala musibah serta meraih keselamatan abadi. Doa
berarti memohon atau meminta sesuatu yang baik kepada Allah SWT yang Maha
Pemurah. Allah SWT menyuruh orang-orang Islam berdoa atau meminta sesuatu
kepadaNya seperti firman Allah SWT Q.S Al-mu’min : 60.
Etika dalam do’a adalah bagian dari ibadah untuk mendapatkan kemakbulan dalam
berdo’a.
1
2. Memilih Waktu
Seorang muslim dalam berdo’a hendaklah memilih waktu dan situasi yang baik sehingga
do’anya dapat di kabulkan Allah SWT: seperti pada hari arafah, hari jumat, bulan
ramdhan, malam lailatul-qadar,waktu sahur (menjelang shubuh), atau di tengah
keheningan malam.
Hari harafah adalah hari dimana kaum muslimin dari seluruh penjuru dunia
berkumpul disuatu tempat, padang arafah , berkumpul untuk mendekatkan diri
kepada allah dalam pelaksanaan ibadah haji.
Bulan ramadhan memiki keistimewaan untuk memprbanyak do’a dikarnakan
pada bulan itu dibukakan pintu-pintu surga dibuka seleba-lebarrnya.
Hari jumat memiliki keistimewaan untuk memperbnyak do’a dikarnkan termasuk
hari yang paling mulia dalam satu minggu.sebab di dalamnya terdapt waktu yang
apabila seseorang memanjatkan pasti dikabulkan allah.
Malam lailatul-qadar memiliki keistimewaan untuk memperbnyak doa di
karenakan termasuk malam yang palng di muliakan allah, beribadah di dalamnya
lebih baik bribadah seribu bulan, Dalam hal ini rasulullah menegaskan: “Barang
siapa melakukan ibadah pada malam qadar (lailatul qadar) di landasi iman dan
keikhlasan hati, maka di ampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.
Waktu sahur (menjelang subuh) memiliki keistimewan untuk memperbanyak doa
dikarnakan disaat itu hati seseorang sedang dalam keadaan tenang bersih lagi
suci.
Pada waku sahur, allah menebarkan ampunan dan rahmat-nya kepada setiap
manusia yang memanjatkan doa.
Do’a yang di panjatkan disertai mengangkat tangan mudah di kabulkan oleh Allah SWT,
dalam hal ini Rasulullah menegaskan: “sesungguhnya tuhan mu hidup kekal lagi maha
mulia, merasa malu terhadap hamba-nya yang mengangkat tangan tinggi-tinggi ketika
berdo’a sehingga tidak ada lagi alasan untuk tidak mengabulkan permohonannya .”(HR
A bu daud dan tirmidzi dari salaman AL-Fairisi).
2
5. Khusyuk dalam Berdo’a
Ketika dalam berdo’a hendaklah menunjukkan siakap merendahkan diri dan kekhsyuk’an
hati. Misalnya, dengan mengulang bacaan do’a hingga tiga kali, tidak tergesa-gesa , serta
penuh keyakinan bahwa do’a yang panjatkan pasti di kabulkan oleh Allah SWT kepada
setiap hambanya yang memanjatkan do’a dalam Al-Qur’an telah di tegaskan :
Artinya : ”berdo’a lah kepada tuhan mu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut
.sesungguhnya allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah
kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah allah memperbaikinya , dan berdo’alah
kepadnya dengan rasa takut tidak di terima dan penuh harapan akan di kabulkan ,
sesungguhnya rahmat allah sngatlah dekat kepada orang-orang yang berbuat baik .”(QS-
A’raf:55-56).
2. Taubat
Taubat adalah kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan atau kembali dari jalan yang
jauh dari allah ke jalan yang lebih dekat ke pada allah dan meninggalkan seluruh dosa
dan kemaksiatan, menyesali perbuatan dosa yang telah lalu, dan berkeinginan teguh
untuk tidak mengulngi lagi perbuatan dosa tersebut pada waktu yang kan datang. Allah
berfirman Q.S. Al-Tahrim 8:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-
3
orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di
sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah
bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas
segala sesuatu.”
Hukum taubat adalah wajib bagi setip muslim atau muslimah yang sudah mukallaf (balig
dan berakal). Taubat baru dinggap sah dan dapat menghapus dosa apabila telah
memenuhi syarat yang telah di tentukan. Bila dosa itu terhadap Allah SWT. Maka syarat
taubatnya ada tiga macam, yaitu:
Namun bila dosa itu terhadap sesama manusia, maka syarat taubatnya ditambah dua lagi
yaitu :
Dosa terhadap sesama manusia akibat perbuatan zalim itu hendaknya disellesaikan di
dunia ini juga. Karena kalau tidak., pelaku dosanya di alam akhirat termasuk orang yang
merugi bahkan celaka. Apabila seorang telah terlanjur berbuat dosa, kemudian bertaubat
dengan sebenar-benarnya, tentu ia akan memperoleh banyak hikmah dan manfaat. Tentu
saja taubat yang dilakukan harus memenuhi syarat taubat seperti tersebut. Adapu hikmah
daan manfaat yang diperoleh dari taubat itu antara lain: dosanya diampuni, memperolah
rahmat Allah, dan bimbingan untuk masuk surga. Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat semurni-
murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkan kamu ke dalam surga”. (Q.S At-Tahrim, 66 : 8).
Perlu diketahui dan disadari oleh setiap orang yang telah terlanjur berbuat dosa, bahwa
seorang yang telah membaca istigfar (mohon ampunan dosa kepada Allah), tetapi terus
menerus berbuat dosa, maka ia akan dianggap telah mengolok-ngolok Tuhannya.
Demikian juga seorang yang berbuat dosa dan baru bertaubat ketika “sakaratul maut”
maka taubatnya tidak akan diterima Allah SWT.
4
Sebab – sebab manusia harus bertaubat :
Hikmah Taubat :
3. Dzikir
Pengertian dzikir menurut bahasa berasal dari kata “dzakaro” yang artinya ingat . Kata
dzikir mengambil dari masdarnya dzikron, kemudian terkenal dengan istilah dzikir.
Sedangkan dzikir menurut syara’ adalah ingat kepada Allah dengan etika tertentu yang
sudah ditentukan dalam Al Qur’an dan Hadits dengan tujuan mensucikan hati dan
mengagungkan Allah.
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah,
zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab : 41).
Allah sudah menunjukkan dasar pokok bahwa dzikir mampu menentramkan hati
manusia. Hanya dengan dzikirlah hati akan menjadi tentram, sehingga tidak timbul nafsu
yang jahat. Berdzikir dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dalam keadaan
bagaimamanapun, kecuali ditempat yang tidak sesuai dengan kesucian Allah. Seperti
bertasbih dan bertahmid di WC.
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran : 191).
5
Dzikir Menurut Imam Nawawi Al BAntaniyu Penulis kitab Al Adzkar, menjelaskan
dalam kitabnya bahwa dzikir bisa dilakukan dengan lisan dan hati. Tingkatan dzikir akan
menjadi lebih sempurna jika melakukannya denga hati dan lisan. Jika harus memilih,
mana yang lebih utama, menurutnya, harus dengan hati saja, namun akan lebih afdhol
(utama) jika melakukannya dengan hati dan lisan sesuai dengan sunah Rosulullah.
Dzikir ialah menyebut allah dengan tasbih (subhanallah), membaca tahlil (la-ilaha
illallahu), membaca tahmid (alhamdulillahi), baca tqdis (quddusun), membaca taqbir
(allahu akbar), membaca hauqalah (la haula wala quata illa billahi), membaca hasbalah
(hasbiyallahu), membaca basmalah (bismillahirrohmanirrohim)membaca Al-Qur’an dan
membaca do’a-do’a yang di terima dari allah SAW.
1. Dzikir dengan hati, yaitu dengan cara bertafakur, memikirkan ciptaan Allah
sehingga timbul di dalam fikiran kita bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa.
Semua yang ada di alam semesta ini pastilah ada yang menciptakan, yaitu Allah
SWT. Dengan melakukan dzikir seperti ini, keimanan seseorang kepada Allah
SWT akan bertambah.
2. Dzikir dengan lisan (ucapan), yaitu dengan cara mengucapkan lafazh-lafazh yang
di dalammya mengandung asma Allah yang telah diajarkan oleh Rasulullah
kepada ummatnya. Contohnya adalah : mengucapkan tasbih, tahmid, takbir, tahlil,
sholawat, membaca Al-Qur’an dan sebagainya.
3. Dzikir dengan perbuatan, yaitu dengan cara melakukan apa yang diperintahkan
Allah dan menjauhi larangan-laranganNya. Yang harus diingat ialah bahwa semua
amalan harus dilandasi dengan niat. Niat melaksanakan amalan-amalan tersebut
adalah untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT. Dengan demikian menuntut
ilmu, mencari nafkah, bersilaturahmi dan amalan-amalan lain yang diperintahkan
agama termasuk dalam ruang lingkup dzikir dengan perbuatan.
Manfaat Dzikirullah
Selalu ingat dan menyebut nama Allah setiap saat dan sepanjang waktu dikala berdiri,
duduk dan berbaring merupakan gambaran nyata dari keimanan ,ketakwaan dan rasa
tawakkal seseorang. Allah akan memperlihatkan menfaat nyata dari amalan dzikrullah
seseorang dalam kehidupannya sehari hari hari antara lain :
6
Untuk melaksanakan dzikir ada tata krama yang harus diperhatikan, yakni adab
berdzikir. Semua bentuk ibadah bila tidak menggunakan tata krama atau adab, maka akan
sedikit sekali faedahnya. Dalam kitab Al Mafakhir Al-’Aliyah fil Ma-atsir Asy-
Syadzaliyah disebutkan pada pasal Adabuddz-Dzikr, sebagaiman dituturkan oleh Asy-
Sya’roni bahwa adab berdzikir itu banyak tetapi dapat dikelompokkan menjadi 20 (dua
puluh), yang terbagi menjadi tiga bagian; 5 (lima) adab dilakukan sebelum bedzikir, 12
(dua belas) adab dilakukan pada saat berdzikir, 2 (dua) adab dilakukan seelah selesai
berdzikir.
Sedangkan 12 (dua belas) adab yang harus diperhatikan pada saat melakukan dzikir
adalah :
7
Dan 4 (Empat) adab setelah berdzikir adalah :
1. Bersikap tenang ketika telah diam (dari dzikirnya), khusyu’ dan menghadirkan
hatinya untuk menunggu waridudz-dzkir. Para ulama thoriqoh berkata bahwa bisa
jadi waridudz-dzikr datang dan sejenak memakmurkan hati itu pengaruhnya lebih
besar dari pada apa yang dihasilkan oleh riyadloh dan mujahadah tiga puluh
tahun.
2. Mengulang-ulang pernapasannya berkali-kali. Karena hal ini (menurut ulama
thoriqoh) lebih cepat menyinarkan bashiroh, menyingkapkan hijab-hijab dan
memutus bisikan-bisikan hawa nafsu dan syetan.
3. Menahan minum air. Karena dzikir dapat menimbulkan hararah (rasa hangat di
hati orang yang melakukannya, yang disebabkan oleh syauq dan tahyij (rasa rindu
dan gairah) kepada Al-Madzkur/ Allah SWT yang merupakan tujuan utama dari
dzikir, sedang meminum air setelah berdzikir akan memadamkan rasa tersebut.
4. Para guru mursyid berkata:”Orang yang berdzikir hendaknya memperhatikan tiga
tata krama ini, karena natijah (hasil) dzikirnya hanya akan muncul dengan hal
tersebut.”Wallahu a’lam.