Anda di halaman 1dari 29

ILMU UKUR TANAH 2

16.0.0. POLYGON THEODOLITE


Prinsip dari polygon theodolite adalah menetapkan sudut jurusan dan
panjang dari gabungan beberapa garis, yang bersama-sama membentuk
kerangka dasar untuk keperluan pemetaan dari suatu daerah tertentu.

Sudut jurusan dan jarak kemudian digambarkan dengan busur derajat atau
dengan system koordinat. Sudut-sudut diukur dengan theodolite searah jarum
jam dan sudut jurusan dihitung dari sudut yang diukur.

Jarak mendatar dari setiap garis dari polygon harus diukur. Dibandingkan
dengan pengukuran sudut, pengukuran jarak biasanya lebih sulit dan untuk
mencapai hasil yang baik harus dilakukan pengukuran dengan teliti/cermat,
dan diberikan koreksi-koreksi untuk mendapatkan jarak mendatar. Prosedur
untuk mengukur jarak dan sudut akan diterangkan kemudian.

A
C D

Gambar 16.1. Polygon Terbuka Dari Titik A ke H

16.1.0. Macam-macam Polygon


A. Polygon Terbuka
Gambar 16.1, adalah contoh dari jenis polygon terbuka. Jarak dari setiap
garis dan sudut dari setiap titiknya diukur.

Pada polygon ini, kesalahan dalam pengukuran sudut maupun jarak tidak
dapat dikontrol/diketahui. Kontrol hanya dapat dilakukan dengan
melakukan pengukuran ulang untuk keseluruhan polygon atau
melakukan pengukuran dengan arah yang berlawanan (dari F ke A).
TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 361
ILMU UKUR TANAH 2

B. Polygon Tertutup
Pada polygon ini, titik awal dan titik akhir merupakan suatu titik yang
sama (gambar 16.2.). Panjang dari pada garis dan sudut-sudut diukur.
Sudut-sudut yang diukur dinyatakan dengan garis tebal/utuh adalah sudut
luar dari polygon. Dan pengukuran dilakukan searah jarum jam.

Dalam hal ini, kita dapat melakukan kontrol dari pengukuran, karena
jumlah dari sudut luar segi banyak harus sama dengan (2n + 4) x 90º,
dimana n adalah jumlah titik. Dalam gambar ini, jumlah dari sudut harus
((2 x 6) + 4)) x 90º = 1440º.
RO

A
C
D

Gambar 16.2. Polygon Tertutup

Biasanya, jumlah sudut dari hasil pengukuran tidak sesuai dengan


ketentuan di atas. Hal ini disebabkan karena kesalahan dalam
pengukuran. Namun demikian, jumlah total sudut tersebut harus
mendekati kepada harga seharusnya dan didalam batas:
1. ± 40 √n detik untuk theodolite presisi (T2)
2. ± √n menit, untuk theodolite dengan pembacaan 20 detik

Sudut dalam dari polygon digambarkan dengan garis lingkaran


terpotong-potong dan diukur apabila pengukuran bergerak berlawanan
arah jarum jam. Jumlah dari sudut-sudut ini harus sama dengan (2n – 4)
x 90º. Dan seperti contoh di atas, kesalahan harus dalam batasan
toleransi. Apabila jumlah dari sudut-sudut pengukuran tidak sama

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 362


ILMU UKUR TANAH 2

dengan (2n ± 4) x 90º, sudut-sudut harus diratakan sehingga memenuhi


syarat tersebut. Contoh dari perataannya akan diberikan kemudian.

16.1.1. Polygon Tertutup Antara Dua Pasang Titik Yang Diketahui


Pada type ini, pengukuran dimulai dari dua titik yang sudah diketahui (A dan
B) dimana sudut jurusan AB juga sudah diketahui dan diakhiri pada titik C
dan D yang juga sudut jurusannya sudah diketahui (gambar 16.3).

Dalam type ini, kita dapat melakukan checking dimana sudut jurusan CD
yang dihitung dari hasil pengukuran sudut harus sesuai dengan sudut jurusan
CD yang diketahui. Biasanya, kedua harga sudut jurusan tersebut tidak
sesuai dan toleransi yang diberikan, ± √n menit, dimana n adalah jumlah titik
pengukuran sudut. Seperti halnya dalam kasus terdahulu, kita disini harus
melakukan perataan. Contohnya akan diberikan kemudian.

B Poligon terdahulu
Sudut Jurusan
(diketahui)

Pengukuran Sudut Poligon


D
Sudut Jurusan
(diketahui)
O

P Q

Gambar 16.3. Polygon Tertutup Antara Dua Titik Yang Diketahui

1. Orientasi dari Kerangka Dasar


Seperti kita ketahui, bahwa theodolite konvensional tidaklah mengukur
sudut jurusan, melainkan mengukur sudut peralatan. Seperti kompas atau
gyro kompas dapat dipasangkan untuk memungkinkan theodolite
mendapatkan arah Utara magnetik atau arah Utara sebenarnya (True
North). Namun peralatan demikian jarang digunakan karena arah Utara
pendekatan dapat ditentukan dengan bantuan peta topografi dan biasanya
di lapangan kita tentukan suatu titik yang sudah diketahui seperti puncak-
puncak gunung atau puncak gereja sebagai acuan untuk pengukukuran.
Titik yang dipilih ini disebut titik acuan dan sudut jurusan antara titik

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 363


ILMU UKUR TANAH 2

acuan dan titik pertama bisa didapatkan dari peta topografi yang ada
dengan ketelitian dalam menit.

Kalau kita inginkan dengan arah Utara sebenarnya sebagai acuan,


dianjurkan untuk memulai dengan dua titik yang sudah diketahui
koordinatnya. Sudut jurusan, panjang, dan koordinat serta ketinggian titik
dapat ditanyakan ke kantor yang berwenang untuk itu.

16.2.0. Pelaksanaan Pengukuran Polygon Dengan Theodolite


Untuk suatu pengukuran polygon, dibutuhkan minimum 4 orang surveyor.
Tugas mereka adalah:
1. Memilih titik-titik yang memenuhi syarat
2. Mengukur jarak antara dua titik
3. Untuk memasang dan memindahkan target dari titik ke titik
4. Mengukur dan mencatat sudut hasil ukuran
5. Memonumenkan/mengabadikan titik-titik untuk keperluan lebih lanjut

16.2.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Titik


Tugas pertama dari tim survey setelah tiba di lapangan adalah meninjau
situasi lapangan dan memilih daerah-daerah yang pantas untuk lokasi titik.
Biasanya titik-titik harus dibuat secara permanen dan dibuat di lapangan.
Patok besi atau kayu dipasang di lapangan sebagai tanda sementara. Apabila
daerah tersebut terletak di jalan raya, paku seng atau paku biasa dipakai
sebagai titik dan disekitarnya dilingkari dengan cat.

Lokasi dari titik harus memenuhi syarat sebagai berikut:


1. Memudahkan untuk melakukan pengukuran
Apabila sudut-sudut dapat diukur dengan ketelitian tinggi, maka
ketelitian pengukuran jarak harus mendekati ketelitian tersebut.
Biasanya, pengukuran jarak dilakukan sepanjang permukaan tanah
dengan menggunakan pita ukur. Jalan raya, jalan tanah, dan jalan kereta
api merupakan daerah yang mudah untuk diukur karena merupakan
daerah yang terbuka dan tidak turun naik. Jadi, hindarilah pengukran
jarak yang melalui daerah alang-alang dan daerah yang turun naik.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 364


ILMU UKUR TANAH 2

2. Hindarilah melakukan pengukuran sudut pada jarak-jarak yang pendek,


karena jarak yang pendek menyebabkan kesalahan pada waktu
pengukuran, yaitu benang silang dan target tidak berhimpit secara
sempurna. Sebagai contoh: Apabila benang silang bergeser 2mm dari
target pada jarak 10m, ini akan sama dengan pergeseran sebesar 40mm
pada jarak 200m.
3. Titik-titik harus dipilih pada daerah pengukuran sehingga titik-titik
tersebut dapat dibidik secara langsung. Apabila titik-titik tersebut tidak
terlihat maka harus dipasang suatu target di atas titik tersebut yang
letaknya tepat di atas titik tersebut. Hal ini dapat dibuat dengan bantuan
jalon dan ditegakkan dengan bantuan benang unting-unting atau nivo
tabung. Apabila jalon tersebut tidak benar-benar tegak di atas titik
tersebut, maka akan menyebabkan kesalahan dalam pengukuran sudut.
Sebagai contoh, dalam gambar 16.4, jalon setinggi 2m didirikan di atas
titik dan puncaknya bergeser sebesar 20mm. Apabila puncaknya dibidik
dari jarak 50m, hal ini akan menyebabkan kesalahan sudut sebesar

2
 2062,58"  82,50 detik.
50
4. Untuk mengontrol hasil ukuran, sebaiknya kedudukan titik itu
diusahakan seperti gambar 16.5.
5. Untuk dapat mencari titik dengan mudah, usahakanlah titik-titik tersebut
terletak dekat dengan objek-objek yang mudah dikenal seperti pohon,
tiang listrik dan lain-lain.

Gambar 16.4. Posisi Jalon Tidak Benar-Benar Tegak Di Atas Titik

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 365


ILMU UKUR TANAH 2

Gambar 16.5. Posisi Kedudukan Titik Untuk Mengontrol Hasil Pengukuran

16.2.2. Pengamatan Jarak


Karena untuk menghitung koordinat recktangular dibutuhkan jarak-jarak
yang mendatar, maka pengamatan harus dibersihkan dari bermacam-macam
kesalahan yang mempengaruhi pengukuran dan koreksi-koreksi yang tepat
harus diberikan pada hasil ukuran untuk mendapatkan jarak mendatar.
Hal ini dapat dipenuhi:
1. Bila pengukuran dilakukan pada daerah kemiringan, maka sudut vertikal
harus diukur.
2. Pengukuran antara dua titik harus dilakukan selurus mungkin. Hal ini
dapat dilakukan dengan bantuan theodolite.
3. Temperatur harus dicatat dan dikoreksi karena perubahan temperatur
harus diberikan.
4. Pita ukur baja harus dikalibrasi sebelum dipakai.
5. Pada waktu menarik pita ukur, usahakanlah kedudukan pita tidak lentur.

Untuk keperluan survey teknik dan survey konstruksi biasanya kita


meluruskan pita ukur dengan mata telanjang dan mengabaikan perubahan
temperatur serta biasanya ketegangan dari pada pita hanya diduga saja.
Untuk survey polygon, sebaiknya digunakan “spring balance” atau “tension
handle”.
Untuk melaksanakan pengukuran jarak dengan baik, dibutuhkan peralatan
sbb:

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 366


ILMU UKUR TANAH 2

1. Pita ukur baja dengan skala terkecil dalam satuan cm. Titik nol dan
titik akhir dari skala harus terletak kira-kira 30cm dari ujung pita.
2. Spring balance harus dikalibrasi dahulu.
3. Pakailah tatakan ukur untuk di daerah yang tanahnya lunak. Untuk
daerah yang dasarnya keras cukup dengan memberi tanda dengan
kapur.

Prosedur
Apabila jarak yang akan diukur lebih panjang dari panjang pita ukur, maka
jarak tersebut harus dibagi-bagi menjadi beberapa seksi/bagian dan
biasanya panjang setiap seksi tersebut sesuai dengan perubahan dari bentuk
permukaan bumi (lihat gambar 16.6.). Sudut miring dari setiap seksi (θ1, θ2,
θ3, θ4) diukur dengan theodolite dan secara meloncat. Kemudian sudut ini
dicatat dalam buku ukur seperti dalam tabel 16.1.

Untuk mengukur dengan ketelitian tinggi dibutuhkan tenaga sebanyak 4


orang. Dua orang pada ujung muka dan sisanya pada ujung belakang.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Pita ukur sepanjang 30,0 m digunakan sebagai alat ukur. Kemudian,
buatlah seksi-seksi sepanjang kira-kira 29,0 m.
2. Gunakanlah tatakan ukur sebagai tanda stasiun kemudian luruskanlah
dengan bantuan theodolite atau mata.
3. Bentangkanlah pita ukur antara dua stasiun dan usakanlah pita ukur
supaya tidak lentur.
4. Seorang menarik pita ukur ke arah belakang dan seorang lagi menarik
ke arah depan (gambar 16.7).
5. Orang ke tiga mengamati skala dari pita ukur dan membaca bacaan
yang berimpit dengan titik yang bersangkutan. Setelah berimpit, dia
memberi kode kepada orang ke empat untuk membaca skala yang
berimpit dengan titik dimana ia berada dan mencatatnya.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 367


ILMU UKUR TANAH 2

Gambar 16.6. Pembagian Jarak Pengukuran

Gambar 16.7. Cara Mengukur Jarak Dengan Pita Ukur

Tabel 16.1. Data Hasil Pengukuran Jarak Dengan Pita Ukur


Garis AB Panjang Pita Ukur 30m Tegangan Standar 5 kg
Sek Pembacaan Rata-
Pembacaan Jarak Sudut Keterang
si Ujung rata
Kedepan (m) Vertikal an
No. Belakang (m)
Garis 1 1 0,110 29,911 29,801
Garis 2 0,122 29,923 29,801 29,801 - 02º10'50"
Garis 3 0,131 29,933 29,802 3
2 0,082 29,892 29,810
0,098 29,908 29,810 29,810 - 04º20'15"
0,106 29,916 29,810
3 0,110 21,926 21,816
0,092 21,908 21,816 21,815 + 06º23'42"
0,099 21,914 21,815 7
4 0,11 32,308 32,418
0,075 32,343 32,418 32,417 - 03º10'45"
0,080 32,336 32,416 0

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 368


ILMU UKUR TANAH 2

6. Kemudian dihitung jaraknya


7. Orang ke dua, lakukanlah pengukuran sebanyak tiga kali.
8. Hasil dari ketiga ukuran kemudian dirata-ratakan.
9. Lakukanlah hal yang sama untuk seksi/bagian berikutnya
10. Jarak AB merupakan penjumlahan dari yang rata-rata seluruh seksi
yang ada diantaranya.
11. Kemudian jarak miring AB direduksi menjadi jarak datar AB.

Contoh: Garis AB
Seksi 1 jarak mendatar = 29,8013 x cos 02º10'50" = 29,780
Seksi 2 jarak mendatar = 29,8100 x cos 04º20'15" = 29,725
Seksi 3 jarak mendatar = 21,6157 x cos 06º23'42" = 21,680
Seksi 4 jarak mendatar = 32,4170 x cos 03º10'45" =32,367+
Jarak Mendatar AB = 113,552

Contoh:
Pengamatan di bawah ini (tabel 16.2) didapatkan dari hasil pengukuran
polygon theodolite (gambar 16.8).

Tabel 16.2. Data Hasil Pengukuran Jarak Dengan Theodolite


Garis Seksi Jarak miring (m) Sudut Miring
PQ 1 52,220 + 03º25'30"
2 29,610 - 00º30'40"
3 17,325 + 04º19'00"

Ketika pita baja (30,0 m) di kalibrasi, ternyata panjangnya adalah 30,004m.


Hitunglah jarak mendatar dari garis PQ?
Q

+ 041900
P + 032530 - 003040

Jarak Mendatar PQ

Gambar 16.8. Pengukuran Jarak Miring Menggunakan Theodolite

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 369


ILMU UKUR TANAH 2

Pemecahan:
Koreksi karena kesalahan pita baja = (L – l) per panjang pita
= (30,004 – 30,000) per pita.
Seksi 1
Jumlah bentangan pita = 53,220/30 = 1,774 kali
Koreksi = 0,004 x 1,774 = 0,007m
Jarak miring setelah dikoreksi = 53,220 + 0,007 = 53,227m

Seksi 2
Jumlah bentangan pita = 29,610/30 = 0,987 kali
Koreksi = 0,004 x 0,0987 = 0,004m
Jarak miring setelah dikoreksi = 29,619 + 0,004 = 29,614m

Seksi 3
Jumlah bentangan pita = 17,325/30 = 0,5775 kali
Koreksi = 0,004 x 0,5775 = 0,002m
Jarak miring setelah dikoreksi = 17,325 + 0,002 = 17,327m

Jarak datar = jarak miring x cosinus sudut miring


Seksi 1 Jarak datar = 53,227 x cos 03º25'30" = 53,132m
Seksi 2 Jarak datar = 29,614 x cos 00º30'40" = 29,613m
Seksi 3 Jarak datar = 17,327 x cos 04º19'00" = 17,278m
Jadi, jarak mendatar PQ = 100,023m

16.3.0. Pengamatan Sudut


Pengukuran sudut sebaliknya dilakukan sebelum pengukuran jarak sehingga
sementara theodolite masih terpasang, kita dapat mengamati sudut-sudut
vertikal dan dapat meluruskan jalur seksi/bagian untuk pengukuran jarak.

Dalam gambar 16.9, theodolite terpasang dititik A dalam keadaan biasa dan
mengukur sudut antara RO dan B. Kemudian mengukur lagi sudut antara RO
dan B dalam keadaan luar biasa sehingga akan kita dapatkan harga rata-rata
dari sudut ROAB. RO adalah titik belakang dan B adalah titik depan.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 370


ILMU UKUR TANAH 2

N

N
F

E N
RO N

D
N

C N

B
A

Gambar 16.9 Pengukuran Sudut Horizontal

Kalau titik tersebut tidak terlihat, maka suatu jenis target harus dipasang di B
dan stasiun-stasiun berikutnya. Biasanya digunakan jalon, dimana jalon
tersebut harus ditegakkan dengan bantuan nivo tabung. Namun demikian,
jenis-jenis target lainnya pun dapat digunakan tergantung dari kreativitasnya
juru ukur. Sejenis target lainnya seperti gambar 16.10 dibuat dari gabungan 3
buah jalon/tongkat dengan benang unting-unting ditengahnya dan tepat di
atas titik.

Gambar 16.10. Target Dari Gabungan 3 Buah Jalon Dengan Unting-Unting

Gambar 16.11. Pengukuran Dengan 3 Buah Tripod Sekaligus

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 371


ILMU UKUR TANAH 2

Untuk pengukuran setiap sudut dibutuhkan 3 operasi pemasangan unting-


unting, dua untuk target dan 1 untuk alat itu sendiri. Hal ini membutuhkan
waktu dan tenaga. Dengan system ini tentu ada suatu kesalahan yang timbul.
Perambatan dari kesalahan tersebut dapat dieliminir apabila digunakan 3
buah tripod. Pada pengukuran sudut ABC (gambar 16.11), tripod ditegakkan
dan didatarkan dengan system optis tertentu. Target dipasang di A dan C dan
theodolite di B. Sistem optis target dan theodolite dapat ditukar-tukar, dan
dipasangkan di atas tripod.

Sudut ABC diukur dengan aturan yang telah diterangkan dan sudut
selanjutnya (sudut BCD) diukur dengan cara memindahkan tripod A ke titik
D, target A ke B dan theodolite B ke C dan target C ke D.

Dengan cara ini, pengaturan tripod dan optis tidak diperlukan lagi karena
tripod dan system optis di C sudah terpasang, demikian juga dengan target di
B. Harga sudut hasil pengukuran dari polygon terbuka AF pada gambar 16.9
ditulis seperti dalam tabel 16.3.

Target Biasa Luar Biasa Rata-rata


Titik
A RO 00º00'00" 180º00'00"
B 65º34'20" 245º34'20"
65º34'00" 65º34'20" 65º34'20"
B A 00º05'20" 180º05'20"
C 110º10'40" 290º10'40"
110º05'20" 110º05'20" 110º05'20"
C B 00º27'00" 180º27'00"
D 220º17'40" 40º17'40"
219º50'40" 219º50'40" 219º50'40"
D C 00º09'40" 180º09'20"
E 135º02'20" 315º02'20"
134º52'40" 134º53'00" 134º52'50"
E D 00º02'40" 180º02'00"
F 251º01'00" 71º00'40"
250º58'20" 250º58'40" 250º58'30"
Tabel 16.3. Data Pengukuran Polygon Terbuka Titik A dan F

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 372


ILMU UKUR TANAH 2

16.4.0. Perhitungan Sudut Jurusan Dari Sudut Ukuran


16.4.1. Polygon Terbuka
Kwadran dari sudut jurusan setiap garis polygon diperlukan untuk
menghitung koordinat titik-titiknya. Langkah pertama adalah menghitung
sudut jurusan setiap garis dari sudut ukuran yang diperoleh. Dari polygon ini,
garis A-RO (gambar 16.9), dianggap sebagai garis meridian Utara, karena
azimuth adalah sudut antara meridian dan garis bersangkutan.

Sudut Jurusan AB adalah 65º34'20". Ini adalah sudut jurusan ke depan. Pada
gambar 16.12, meridian digambarkan melalui B. Sudut jurusan ke belakang
dari garis ini adalah dari B ke A dan azimuthnya adalah 65º34'20".+
180º00'00" = 245º34'20".
N

1100520 
B 1800000

653420
653420

Gambar 16.12. Mencari Azimuth Garis BA

Sudut ABC (searah jarum jam) adalah 110º05'20" (lihat tabel 16.4) dari
gambar 16.11. Azimuth garis BC adalah sama dengan sudut ABC (jarum
jam).
Sudut NBC = sudut NBA + sudut ABC
= azimuth BA + sudut ABC
= 248º34'20". +110º05'20". = 355º39'20".

Sering terjadi bahwa penjumlahan ini melebihi 360. Dalam hal ini kita harus
menguranginya dengan 360 untuk mendapatkan azimuth yang betul.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 373


ILMU UKUR TANAH 2

Tabel Azimuth Kwadran Sudut Jurusan


AB 65º34'20" 65º34'20" U-T
Sudut Azimuth BA 245º34'20"
+ ABC 110º05'20"
BC 355º39'40" 355º39'40" 04º20'20" U-B
Sudut Azimuth CB 175º39'40"
+ BCD 219º50'40"
395º30'20"
- 360º00'00"
CD 35º30'20" 35º30'20" 35º30'20" U-T
Sudut Azimuth DC 215º30'20"
+ CDE 134º52'50"
DE 350º23'10" 350º23'10" 09º36'50" U-B
Sudut Azimuth ED 170º23'10"
+ DEF 250º58'20"
421º21'40"
- 360º00'00"
EF 61º21'40" 61º21'40" 61º21'40" U-T
Tabel 16.4. Mencari Azimuth Garis AB, BC, CD, DE, dan EF

Contoh: Diketahui:
Garis Sudut Harga Sudut Jarak Datar
EF DEF 85º31'20" 49,380
FG EFG 260º14'00" 114,675
GH FGH 195º31'20" 350,201
HJ GHJ 195º30'40" 210,110

Jawab:
Dari gambar 16.12 di bawah ini di dapat jawabannya pada tabel 16.5

E D

J
H F
G

Gambar 16.12. Polygon Terbuka Dari Titik D ke J

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 374


ILMU UKUR TANAH 2

Tabel Azimuth Kwadran Sudut Jurusan


DE 269º50'10" 89º50'10" S-B
Sudut Azimuth ED 89º50'10"
+ DEF + 85º31'20"
EF 175º21'30" 175º21'30" 04º38'30" S-T
Sudut Azimuth FE 355º21'30"
+ EFG + 260º14'00"
615º35'30"
- 360º00'00"
FG 255º35'30" 255º35'30" 75º35'30" S-B
Sudut Azimuth GF 75º35'30"
+ FGH + 195º31'20"
GH 271º06'50" 271º06'50" 88º53'10" U-B
Sudut Azimuth HG 91º06'50"
+ GHJ 195º30'40"
HJ 286º37'30" 286º37'30" 73º22'30" U-B
Tabel 16.5. Mencari Azimuth Garis DE, EF, FG, GH, dan HJ

16.4.2. Polygon Tertutup


Sebelum sudut jurusan dari polygon tertutup dihitung, sudut ukuran harus
diratakan agar jumlah sudut totalnya sama dengan
a. (2n + 4) x 90, untuk sudut-sudut luar
b. (2n – 4) x 90, untuk sudut-sudut dalam

C
RO

D
N

Gambar 16.13 Pengukuran Sudut Horizontal Bagian Luar

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 375


ILMU UKUR TANAH 2

Pada gambar 16.13, sudut-sudut luar hasil ukuran adalah:


Sudut Harga Sudut Rata-Rata
ABC 272º03'10"
BCD 272º05'51"
CDE 104º50'31"
DEF 261º11'06"
EFA 266º10'15"
FAB 263º38'25"
Total 1439º59'18"

Jumlah sudut luar = (2n + 4) x 90


= 16 x 90 = 1440º00'00"
Jumlah sudut luar hasil ukuran = 1439º59'18"
Jadi, kesalahan sudut = - 42”
Koreksi per sudut = +1/6 x 42” = + 07”

Sudut Harga Sudut Rata- Korek Sudut Setelah Koreksi


ABC Rata
272º03'10" + si
07" 272º03'17"
BCD 272º05'51" + 07" 272º05'58"
CDE 104º50'31" + 07" 104º50'38"
DEF 261º11'06" + 07" 261º11'13"
EFA 266º10'15" + 07" 266º10'22"
FAB 263º38'25" + 07" 263º38'32"
Total 1439º59'18" + 42" 1440º00'00"

Sudut jurusan garis AB diturunkan dari sudut ROAB, adalah 43º40'45" dan
sudut jurusan lainnya dihitung dalam tabel 16.6, seperti contoh di atas.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 376


ILMU UKUR TANAH 2

Tabel Azimuth Kwadran Sudut Jurusan


AB 43º40'45" 43º40'45" U-T
Sudut Azimuth BA 223º40'45"
+ ABC + 272º03'17"
EF 495º44'02"
- 360º00'00"
BC + 135º44'02" 135º44'02" 44º15'58" S-T
Sudut Azimuth CB 315º44'02"
+ BCD + 272º05'58"
587º50'00"
- 360º00'00"
CD + 227º50'00" 227º50'00" 47º50'00" S-B
Sudut Azimuth DC 47º50'00"
+ CDE + 104º50'38"
DE 152º40'38" 152º40'38" 27º19'22" S-T
Sudut Azimuth ED 332º40'38" 286º37'30" 73º22'30" U-B
+ DEF + 261º11'13"
593º51'51"
- 360º00'00"
EF 233º51'51" 233º51'51" 53º51'51" S-B
Sudut Azimuth FE 53º51'51"
+ EFA 266º10'22"
FA 320º02'13" 320º02'13" 39º57'47" U-B
Sudut Azimuth AF 140º02'13"
+ FAB 263º38'32"
403º40'45"
- 360º00'00"
AB 43º40'45" Sesuai dengan azimuth yang diketahui
Tabel 16.6. Mencari Azimuth Garis AB, BC, CD, DE, EF, dan FA

Contoh:
Gambar 16.14 merupakan polygon tertutup dan sudut rata-rata hasil ukuran:
N

Gambar 16.14. Pengukuran Sudut-Sudut Dalam Poligon Tertutup

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 377


ILMU UKUR TANAH 2

Hitunglah sudut jurusan dari setiap garis?

Jawab:
Jumlah sudut dalam seharusnya = (2n – 4) x 90
= 360 º
Jumlah sudut dalam hasil ukuran = 360º00'16"
Kesalahan = + 16”
Koreksi kesalahan per sudut = - ¼ x 16” = - 04”

Sudut Harga Sudut Rata-Rata Koreksi Sudut Setelah Koreksi


PMN 59º41'08" - 04" 59º41'04"
MNO 80º19'04" - 04" 80º19'00"
NOP 119º42'59" - 04" 119º42'55"
OPM 100º17'05" - 04" 100º17'01"
Total 360º00'16" - 16" 360º00'00"

Sudut jurusan dihitung persis seperti yang telah diterangkan di atas dan
hasilnya adalah sebagai berikut:

Garis Azimuth Sudut Jurusan


MN 342º46'56" 17º10'04" U - B
NO 243º05'56" 63º05'56" S – B
OP 182º48'51" 02º48'51" S – B
PM 103º05'52" 76º54'08" S – T

16.4.3. Polygon Terbuka Terikat


Pada gambar 16.3, sudut jurusan BA dan DC adalah 204º11'05" dan
02º10'47". Sudut hasil pengukuran polygon BAPQODC adalah:
Sudut Sudut Ukuran
BAP 72º39'42"
APQ 187º40'12"
PQO 169º23'47"
QOD 161º58'20"
ODC 106º17'21"
Garis BA adalah sisi awal dari polygon dimana semua sudut jurusan akan
dihitung.
Tabel Sudut Jurusan
BA 204º11'05"

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 378


ILMU UKUR TANAH 2

Sudut Azimuth AB 24º11'05"


+ BAP + 72º39'42"
AP 96º50'47" 96º50'47"
Sudut Azimuth PA 276º50'47"
+ APQ + 187º40'12"
464º30'59"
- 360º00'00"
PQ 104º30'59" 104º30'59"
Sudut Azimuth QP 284º30'59"
+ PQO + 169º23'47"
453º54'46"
- 360º00'00"
QO + 93º54'46" + 93º54'46"
Sudut Azimuth OQ 273º54'46"
+ QOD + 161º58'20"
435º53'06"
- 360º00'00"
OD 75º53'06" 75º53'06"
Sudut Azimuth DO 255º53'06"
+ ODC + 106º17'21"
362º10'27"
- 360º00'00"
DC 02º10'27" 02º10'27"
Tabel 16.7. Mencari Sudut Jurusan Garis AB, AP, PQ, QO, OD, dan DC

Sudut jurusan DC hasil hitungan = 02º10'27"


Sudut jurusan DC yang diketahui = 02º10'47"
Kesalahan Polygon = - 20"
Koreksi per sudut = + 1/5 x 20" = + 04"

Sudut-sudut hasil ukuran harus diberikan koreksi-koreksi pengukuran


sebesar + 04" kepada setiap sudut dan kemudian dihitung sudut jurusannya
seperti yang telah diterangkan.

Sudut jurusan yang betul dari garis AP akan bertambah besar + 04" dari
harga semula dan sudut jurusan selanjutnya PQ akan bertambah 2 kali + 04"
= + 08". Jadi, setiap sudut jurusan akan bertambah besar dengan kelipatan +
04" dari harga semula dan sudut jurusan DC akan bertambah dengan 5 kali +
04" = + 20". Jadi, koreksi-koreksi akan lebih cepat didapat dengan
menghitung koreksi per sudut dan menambahkannya kepada sudut jurusan
masing-masing.

Garis Harga Sudut Rata-Rata Koreksi Sudut Setelah Koreksi


BA 204º11'05"

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 379


ILMU UKUR TANAH 2

AP 96º50'47" + 04" 96º50'51"


PQ 104º30'59" + 08" 104º31'07"
QO 93º54'46" + 12" 93º54'58"
OD 75º53'06" + 16" 75º53'22"
DC 02º10'27" + 20" 02º10'47"

Contoh:
AB dan FG adalah dua garis dari polygon utama dengan sudut jurusannya
masing-masing 39º40'20" dan 36º18'30" seperti yang terlihat pada gambar
16.15. Sudut jurusan ini tidak perlu berubah. Polygon cabang diukur antara
kedua garis tersebut dan hasilnya adalah sebagai berikut:
Sudut Sudut Ukuran
ABC 179º59'40"
BCD 210º06'40"
CDE 149º44'40"
DEF 177º46'40"
EFG 179º02'20"

Hitunglah sudut jurusan yang benar dari setiap garis?


N

N C

Gambar 16.15. Poligon terbuka terikat


Jawab:

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 380


ILMU UKUR TANAH 2

Tabel Sudut Jurusan Koreksi Kwadran Sudut Jurusan


AB 39º40'20" - 39º40'20"
Sudut Azimuth BA 219º40'20"
+ ABC + 179º59'40"
399º40'00"
- 360º00'00"
BC + 39º40'00" + 39º40'00" -10" 39º39'50"
Sudut Azimuth CB 219º40'00"
+ BCD + 210º05'40"
429º45'40"
- 360º00'00"
CD + 69º45'40" + 69º45'40" -20" + 69º45'20"
Sudut Azimuth DC 249º45'40"
+ CDE + 149º44'40"
39º30'20" 39º30'20" -30" 39º29'50"
Sudut Azimuth ED 219º30'20"
+ DEF + 177º46'40"
397º17'00"
- 360º00'00"
EF 37º17'00" 37º17'00" -40" 37º16'20"
Sudut Azimuth FE 217º17'00"
+ EFG 179º02'20"
- 360º00'00"
FG 36º19'20" 36º19'20" -50" 36º18'30"
Tabel 16.8. Mencari Sudut Jurusan/Azimuth Garis BC,CD, ED, EF, dan FG

Sudut jurusan FG setelah dikoreksi = 36º18'30"


Salah penutup sudut = 36º18'30"- 36º19'20"= - 50"
Koreksi sudut = - 1/5 x 50" = - 10"

16.5.0. Beberapa Alternatif Untuk Mendapatkan Sudut Jurusan


Beberapa cara yang mungkin untuk mendapatkan sudut jurusan langsung di
lapangan adalah akan diterangkan kemudian. Dalam gambar 16.16, sudut
jurusan AB, BC, CD, diperlukan untuk keperluan hitungan.

Theodolite dipasang di A dengan kedudukan biasa dan bacaan 00º00'00"


diarahkan ke target RO (reference Object), dimana arah RO ini adalah
mengarah ke Utara.

Ketika Theodolite diarahkan ke stasiun B, bacaannya adalah 70º00'00". Jadi,


ini adalah besar dari sudut jurusan AB.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 381


ILMU UKUR TANAH 2

RO N
D
0
B

270

90
N
N
180
0 0

270
270

90
90
A C
180 180

Gambar 16.16. Cara Mencari Sudut Jurusan AB, BC, CD

Theodolite kemudian dipindahkan ke titik B dan sudut jurusan BC


didapatkan dengan cara salah satu diantara metode dibawah ini. Prinsipnya
adalah memasang theodolite sehingga selalu mengarah ke Utara.

16.5.1. Metode Sudut Jurusan Kebelakang


a. Hitung sudut jurusan kebelakang dari garis AB.
Sudut jurusan kebelakang adalah 70º00'00" + 180º00'00" = 250º00'00"
Masukkanlah sudut jurusan ini ke bacaan alat sehingga terbaca bacaannya
adalah 250º00'00" tanpa merubah arah dari teropong.
b. Kemudian dengan mengunci satu pengunci horizontal (Hold), arahkanlah
teropong ke titik A. Karena teropong kearah titik A masih mempunyai
sudut 250º00'00", demikian sudut 00º00'00" tetap terarah ke Utara.
c. Lepaskanlah kunci dari pengunci horizontal (Unhold) dan putarlah
teropong secara horizontal untuk kemudian diarahkan ke titik C. Bacalah
sudut horizontalnya, misalnya bacaannya adalah 130º00'00", dan ini
adalah sudut jurusan BC.
d. Pindahkan instrument ke titik C. Atur dan arahkanlah ke titik B dengan
bacaan linkaran horizontalnya 130º00'00" + 180º00'00" = 310º00'00".
e. Lakukanlah seperti pada tahap C dengan mengarahkan ke titik D dan
bacaan sudutnya adalah 40º00'00", dan ini adalah sudut jurusan CD.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 382


ILMU UKUR TANAH 2

16.5.2. Metode Langsung Dengan Cara Berjalan


a. Ketika selesai melakukan pengamatan dengan cara biasa di titik A,
jagalah bacaan 70º00'00" di lingkaran horizontal dengan mengunci
klemnya (Hold).
b. Pindahkan instrument ke titik B, dan arahkan teropong ke titik A dengan
keadaan luar biasa dan bacaan horizontal sama dengan 70º00'00".
Keadaan ini dapat dilihat pada gambar 16.17 (a).
c. Putarlah teropong 180º00'00" secara vertical sehingga seperti pada
gambar 16.17 (b) (dari keadaan luar biasa menjadi keadaan biasa) dan
arahkan ke titik A sembari melepas klem sudut horizontal (Unhold).
Dalam kedudukan ini skala 00º00'00" tetap mengarah ke Utara.
d. Putarlah alat dan arahkan ke titik C. Bacaan sudut horizontalnya kini
menjadi 130º00'00" dan ini merupakan sudut jurusan BC.

Perlu diketahui bahwa dalam ke dua metode di atas, sudut-sudut diukur


hanya sekali, sehingga mungkin ada kesalahan dalam pengukuran yang
tidak diketahui. Sesungguhnya ke dua metode ini kurang baik untuk
mengukur sudut dan menghitung sudut jurusan. Namun demikian, kedua
metode ini sering digunakan di lapangan untuk pekerjaan-pekerjaan yang
tidak membutuhkan ketelitian tinggi.

Gambar 16.17. Metode Langsung Dengan Cara Berjalan

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 383


ILMU UKUR TANAH 2

16.6.0. Pengeplotan Polygon Theodolite


Semua polygon theodolite diplot secara koordinat rectangular. Bab 7
menerangkan tentang pengeplotan dengan koordinat rectangular sari polygon
kompas. Secara garis besar isinya adalah sebagai berikut:
Selisih absis dan selisih ordinat dari setiap garis dihitung dengan formula:
Selisih Ordinat (yi) = panjang dari garis  kosinus kwadran sudut jurusan
Selisih Absis (xi) = panjang dari garis  sinus kwadran sudut juru-san
Jadi, koordinat titik-titik adalah penjumlahan dari masing-masing yi dan yi
yang berhubungan.
Setelah diketahui panjang dan kwadran sudut jurusan dari garis pada polygon
theodolite yang diturunkan dari data lapangan, koordinat titik-titik dapat
dihitung dengan cara yang sama seperti koordinat pada setiap polygon
kompas.
Disini, diperlukan kalkulator, tetapi dapat juga digunakan daftar logaritma
dengan desimal untuk keperluan ketelitian.
Kalau dipakai daftar logaritma dengan empat desimal akan menghasilkan
sudut jurusan dengan ketelitian dalam menit dan jarak sampai desimal
pertama.

Contoh:
Data di bawah ini merupakan data lapangan dari polygon terbuka (gambar.
16.12).

Tabel 16.9. Data Lapangan Polygon Terbuka Garis DE, EF, FG,GH dan HJ
Kwadran Sudut Jarak
Garis Azimuth
Jurusan Datar (m)
DE 269º50'00"
EF 175º21'30" 04º38'30" S-T 49,38
FG 255º35'30" 75º35'30" S-B 114,67
GH 271º06'50" 88º53'10" U-B 350,20
HJ 286º37'50" 73º22'30" U-B 210,11

Titik D dan E adalah titik-titik dari polygon lain dan koordinat titik E adalah
X = 513,12 dan Y = 494,65m
Hitunglah koordinat titik-titik F, G, H dan J.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 384


ILMU UKUR TANAH 2

Jawab:
Polygon ini digambarkan pada gambar 16.12 dan jawaban hitungannya pada
tabel 16.10
Tabel 16.10. Koordinat Titik-Titik F, G, H dan J.
Kwadran Sudut Selisih Koordinat Koordinat
Garis Jarak X+ X- Y+ Y- x y Titik
Jurusan
+513.21 +494.65 E
EF 04º38'30" S-T 49,38 4.00 - - 49.27 +517.21 +415.43 F
FG 75º35'30" S-B 114,67 - 111.06 - 28.53 +406.15 +416.90 G
GH 88º53'10" U-B 350,20 - 350.13 6.81 - +56.02 +423.71 H
HJ 73º22'30" U-B 210,11 - 210.33 60.11 - -145.31 +483.82 J
4.00 662.52 66.92 77.75 -658.52 -10.83
-662.52 -77.75
-658.52 -10.83

Contoh:
Sudut jurusan yang betul dari polygon tertutup QRSTQ dan jarak datarnya
diberikan seperti di bawah ini.

Tabel 16.11. Sudut Jurusan Polygon Tertutup Titik-Titik QRSTQ


Garis Jarak Datar (m) Kwadran Sudut Jurusan yang betul
QR 172.200 62º02'30" U-T
RS 87.520 27º35'10" U-B
ST 93.810 78º41'15" S-B
TQ 141.080 07º58'00" S-B

S
T

Gambar 16.16. Polygon Tertutup Titik-Titik QRSTQ

a. Hitung koordinat tiap titik relative terhadap titik Q


b. Hitung salah penutup linear
c. Ketelitian Polygon
Jawab:

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 385


ILMU UKUR TANAH 2

a. Lihat tabel 16.12


b. Salah penutup linear :

=  salah _ penutup _ absis 2   salah _ penutup _ ordinat  2

dimana,     2
     2

=  0,033 2   0,183
2

= 0,1855m
salah _ penutup _ linear
c. Ketelitian polygon =
jumlah _ jarak
0,1855 1
 
494,610 2666

Tabel 16.12. Salah Penutup Linear Pengukuran Koordinat Titik-Titik QRSTQ

Kwadran Sudut Selisih Koordinat Koordinat


Garis Jarak Titik
Jurusan ΔX+ ΔX- ΔY+ ΔY- x y
                0 0 Q
QR 62.0416667 U-T 172.20 152.102 - 80.732 - 152.102 80.732 R
RS 27.5861111 U-B 87.52 - 40.529 77.570 - 111.573 158.303 S
ST 78.6875000 S-B 93.81 - 91.987 - 18.402 19.586 139.901 T
TQ 7.9666667 S-B 141.08 - 19.553 - 139.718 0.033 0.183 Q
      494.61 152.102 152.070 158.303 158.120 0.033 0.183  
        -152.070 -158.120        
 
        0.033 0.183        

16.7.0. Perataan Untuk Polygon Tertutup


Polygon theodolite diratakan dengan cara yang sama seperti polygon
terbuka. Formula yang dipakai tidak mempunyai fondasi teorotis dan betul-
betul empiris serta ditemukan dengan cara pengalaman dan pengamatan.
Bila kesalahan penutup jarak telah diketahui maka ini dapat diratakan
sebagai berikut:

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 386


ILMU UKUR TANAH 2

Koreksi untuk absis setiap titik = δxi

 i 
  i
  i
  i

Karena
  i
adalah konstan untuk satu jarring polygon, maka
  i

xi  k1   i

Demikian juga koreksi untuk ordinat = δyi

i 
  i
 i
  i

Jadi, tidaklah efisien untuk menghitung langsung koordinat seperti pada tabel
16.12 jika itu diketahui akan menjadi salah. Kesalahan penutup absis dan
ordinat akan terlihat setelah dihitung x dan y.

Salah penutup absis = jumlah dari xi + dan xi - = xi + + xi –
Salah penutup ordinat = jumlah dari yi + dan yi - = yi + + yi –

Dalam contoh adalah : Σx = + 0,033m


Σy = + 0,183m
Jadi, koreksi terhadap absis = - 0,033m
Koreksi terhadap ordinat = - 0,183m

Tabel 16.13. Perataan Koordinat Polygon Tertutup Titik-Titik QRSTQ


Kwadran Sudut Selisih Koordinat Koreksi Selisih Koordinat dikoreksi Koordinat
Garis Jarak Titik Jarak
Jurusan ∆X+ ∆X- ∆Y+ ∆Y- ΔX ∆Y ΔX+ ∆X- ΔY+ ∆Y- X Y
                            0.000 0.000 Q  
QR 62.0416667 U-T 172.2 152.102 - 80.732 - -0.016 -0.047 152.086   80.686   152.086 80.686 R 172.164
RS 27.5861111 U-B 87.52 - 40.529 77.570 - -0.004 -0.045   40.533 77.526   111.553 158.211 S 87.482
ST 78.6875000 S-B 93.81 - 91.987 - 18.402 -0.010 -0.011   92.00   18.412 19.555 139.799 T 93.822
TQ 7.9666667 S-B 141.08 - 19.553 - 139.718 -0.002 -0.081   19.555   139.799 0.000 0.000 Q 141.160
      494.61 152.102 152.070 158.303 158.120 -0.033 0.183 152.086 152.086 158.211 158.211        
        -152.070 -158.120                      
 
        0.033 0.183                      

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 387


ILMU UKUR TANAH 2

  i  152,102  152,070  304,172m

 0,033
Jadi, k1  304,172

  i  158,302  158,120  316,423m

 0,183
Jadi, k2  316,423

Koreksi-koreksinya adalah sebagai berikut:


Koreksi untuk Garis QR = - k1  152,102 = - 0,016
absis :
Garis RS = - k1  40,529 =- 0,004
Garis ST = - k1  91,987 =- 0,010
Garis TQ = - k1  19,553 =- 0,003 +
- 0,033
Koreksi untuk ordinat : Garis QR = - k2  80,732 = - 0,047
Garis RS = - k2  77,570 = - 0,045
Garis ST = - k2  18,402 = - 0,011
Garis TQ = - k2  139,718 = - 0,081 +
- 0,183
Koreksi dan selisih koordinat ditambahkan untuk mendapatkan selisih
koordinat yang betul. Sebagai contoh garis RS.
 RS   RS   RS  40,529  0,004  40,533

Kemudian, ini ditambahkan untuk mendapatkan koordinat yang betul.


Perhitungan ini dapat dilihat seperti pada tabel 16.13.

Contoh: Daftar di bawah ini adalah selisih koordinat dari polygon tertutup
sederhana.
Tabel 16.14. Selisih Koordinat Polygon Tertutup Titik-Titik ABCDEA
Selisih Koordinat
Garis
D X+ D X- DY+ DY-
AB 95.34 55.52
BC 197.26 71.79
CD 22.55 128.31
DE 265.95 46.88
EA 3.80 97.90

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 388


ILMU UKUR TANAH 2

Hitung dan ratakanlah selisih koordinat tersebut


Jawab: Lihat tabel 16.15
Tabel 16.15. Perataan Koordinat Polygon Tertutup Titik-Titik ABCDEA

Selisih Koordinat Koreksi Selisih Koordinat koreksi Koordinat


Garis Titik
D X+ D X- DY+ DY- DX DY D X+ D X- DY+ DY- X Y

0 0
AB 95.34 55.52 0.049 -0.028 95.291 55.492 95.291 -55.492 A
BC 197.26 - 71.79 0.101 -0.036 197.159 71.826 292.450 16.334 B
CD - 22.55 128.31 0.012 -0.064 22.562 128.31 269.888 144.644 C
DE - 265.95 46.88 0.136 -0.023 266.086 46.857 3.802 97.787 D
EA - 3.8 97.9 0.002 -0.049 3.802 97.851 0.000 -0.064 E
292.6 292.3 200.1 200.3 0.27 -0.230
292.3 200.3

0.3000 -0.2

Σx = + 0,30m
Σy = - 0,20m
  i  152,102  152,063  584,90m

 0,30
Jadi, k1  584,90

 i  158,302  158,120  400,40m

 0,20
Jadi, k 2  400,40

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 389

Anda mungkin juga menyukai