Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUANG CUT NYA’


DIEN
DI RSUD KANJURUHAN KEPANJEN

OLEH :
ISMA MUFIDA
1810018

PROGRAM STUDI PROGRAM DIPLOMA III


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
MALANG
2021

LAPORAN PENDAHULUAN
BBLR

A. Definisi
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari
2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR
umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga
dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan,
bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006).
BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi
cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).
B. Klasifikasi
Bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 glongan yaitu :

1. Prematuritas murni adalah bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang
dari 37 minggu dan berat badan bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut
neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-SMK)

2. Dismatur,berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi / kehamilan


akibat bayi mengalami retardasi intauteri dan merupakan bayi yang kecil
untuk masa pertumbuhan (KMK). Dismatur dapat terjadi dalam
preterm,term dan post term yang terbagi dalam

1) Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB-KMK)

2) Neonatus cukup bulan-kecil untuk masa kehamilan (NCB-KMK)

3) Neonatus lebih bulan-kecil untuk masa kehamilan (NLB-KMK)

Sedangkan menurut  WHO  membagi Umur kehamilan dalam tiga kelompok :


1.    Preterm   : kurang dari 37 minggu lengkap.
2.    Aterm     : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap.
3.    Pos term : 42 minggu lengkap atau lebih

C. Etiologi
Penyebab BBLR terjadi karena beberapa faktor. Semakin muda usia
kehamilan, semakin besar resiko dapat terjadinya BBLR (Proverawati,
Sulistyorini, 2010). Berikut ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
BBLR secara umum :

a. Faktor Ibu

1) Penyakit : Hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia,


gravidarum, pendarahan antepartum,trauma fisik dan psikologis, infeksi
akut,serta kelainan kardiovaskuler

2) Usia ibu : Angka kejadian BBLR tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20
tahun dan diatas 35 tahun

3) Jarak antara kehamilan sebelumnya pendek yaitu kurang dari 1 tahun

4) Memiliki riwayat BBLR sebelumnya

5) Kondisi ibu saat hamil : peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat
dan ibu yang perokok.

b. Faktor Janin

Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian BBLR antara lain :


kehamilan ganda, ketuban pecah dini, cacat bawaan, kelainan kromosom,
infeksi (missal : Rubella dan Sifilis) dan hidramnion/polihidramnion.

  c. Faktor kehamilan


a.    Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
b.    Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini

d. Faktor Lingkungan

a. Terkena Radiasi

b. Terpapar Zat beracun

D. Manifestasi klinis
Menurut Poverawati,Sulistyorini (2010) manifestasi klinis yang dapat
ditemukan pada bayi degan berat badan lahir rendah adalah.

a. Berat Badan kurang dari 2500 gram

b. Panjang Badan kurang dari 45 cm

c. Lingkar dada kurang 30 cm dan linkar kepala kurang dari 33 cm

d. Kepala lebih besar dari tubuh

e. Rambut lanugo masih banyak,jaringan lemak subkutan tipis atau sedikit

f. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup,sehingga elastisitas belum


sempurna

g. Tumit mengkilap dan telapak kaki halus

h. Genetalia belum sempurna,pada bayi perempuan labia minora belum tertutup


oleh labia mayora, kalau pada bayi laki-laki Testis belum turun kedalam
skrutom,pigmentasi dan rugue pada skorutom kurang

i. Pergerakan kurang dan lemah,tangis lemah,pernapasan belum teratur, dan


sering mendapatkan apne.

j. Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun,sehingga refleks menghisap dan
menelan belum sempurna

k. Suhu tubuh mudah berubah menjadi hipotermi

E. Patofisiologi

Salah satu patofisiologi dari BBLR yaitu asupan gizi yang kurang pada
ibu. Ibu hamil yang kemudian secara otomatis juga menyebabkan berat badan
lahir rendah. Apabila dilihat dari faktor kehamilan salah satu etiologinya yaitu
hamil ganda yang mana pada dasarnya janin berkembang dan tumbuh lebih
dari satu, maka nutrisi atau gizi yang mereka peroleh dalam rahim tidak sama
dengan janin tunggal, yang mana pada hamil ganda gizi dan nutrisi yang
didapat dari ibu harus terbagi sehingga kadang salah satu dari janin pada hamil
ganda juga mengalami BBLR. Kemudian jika dikaji dari faktor janin,salah satu
etiologinya yaitu infeksi dalam rahim yang mana dapat menggangu atau
menghambat pertumbuhan janin dalam rahim yang bisa mengakibatkan BBLR
pada bayi.(Manggiasih dan Jaya.2016).

F. Komplikasi

Menurut Mitayani (2013) Komplikasi yang dapat timbul pada bayi berat badan
lahir rendah adalah sebagai berikut :

1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi)

2. Hipoglikemi simptomatik,terutama pada laki-laki

3. Penyakit membrane hialin : disebabkan karena surfaktan paru belum


sempurna/cukup,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
inspirasi,tidak tertinggal udara residu dalam alveoli,sehingga selalu
dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk pernapasan berikutnya

4. Asfiksia neonatrum

5. Hiperbilirubinnemia : Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia


hal ini mungkin disebabkan karena ganguan pertumbuhan hati

G. Penatalaksanaan

1.    Medis
a.    Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
b.    Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
c.    Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
d.   Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik
yang tepat
2.    Penanganan secara umum:
a.    Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan
sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam
incubator
b.   Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.Bayi berat rendah
harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya
dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah
yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas
25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 30 0C untuk
bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
c.    Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan
baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih
dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7
kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan
telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih
mudah.
d.   Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang
diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi
o2 yang tinggi dalam masa yang panjangakan menyebabkan kerusakan
pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
e.    Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang
kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan
terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan
gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
f.     Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan
pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi
yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara
relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1.    Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia.
2.    Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan.
3.    Titer torch sesuai indikasi.
4.    Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi.
5.    Pemantauan elektrolit.
6.    Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (mis : fhoto thorak)
3.    Riwayat kesehatan
a.    Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal
pada kasus BBLR yaitu:
1)   Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,
merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
2)   Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
3)   Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi
tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
4)   Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
5)   Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji
:
6)   Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta
previa.
7)   Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian
obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
b.    Riwayat post natal
1)   Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3)
asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
2)   Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm  2500
gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
3)   Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial
aesofagal.
4.    Pola nutrisi: Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu
diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk
mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi
dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.
5.    Pola eliminasi: Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi,
jumlah, konsistensi. BAK : frekwensi, jumlah
6.    Latar belakang sosial budaya: Kebudayaan yang berpengaruh terhadap
BBLR kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama
jenis psikotropikaKebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol,
kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
7.    Hubungan psikologis: Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan
rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna
sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat
mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan
BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif
I. Pathway

Prematuritas Dismaturitas

Faktor Ibu : Umur, Faktor Janin :


Paritas, Ras, Faktor Placenta : Retardasi pertumbuhan
Penyakit vaskuler, Kelainan Kromosom,
Infertilitas, Riwayat intra uterin
Kehamilan ganda Malformasi, TORCH
kehamilan tak baik,
Rahim abnormal

Bayi Lahir Prematur Berat Badan <2500


( BBLR/BBLSR)

Permukaan tubuh Prematuritas


relative lebih luas
Fungsi organ-organ
Kehilangan panas belum baik

Resiko Resiko Infeksi


Ketidakseimbangan
Termoregulasi
Reflek menenlan
belum sempurna

Ketidakseimbangan  Pertumbuhan dinding


nutrisi kurang dari dada belum sempurna
kebutuhan tubuh  Vaskuler paru imatur

Ketidakefektifan pola
nafas
J. Pengkajian

1.    Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis


kelamin
2.    Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat
3.    Riwayat kesehatan
a.    Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal
pada kasus BBLR yaitu:
1)   Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,
merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
2)   Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
3)   Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi
tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
4)   Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
5)   Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji
:
6)   Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta
previa.
7)   Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian
obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
b.    Riwayat post natal
1)   Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3)
asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
2)   Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm  2500
gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
3)   Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial
aesofagal.
4.    Pola nutrisi: Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu
diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk
mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi
dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.
5.    Pola eliminasi: Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi,
jumlah, konsistensi. BAK : frekwensi, jumlah
6.    Latar belakang sosial budaya: Kebudayaan yang berpengaruh terhadap
BBLR kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama
jenis psikotropikaKebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol,
kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
7.    Hubungan psikologis: Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan
rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna
sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat
mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan
BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif
8.    Keadaan umum : pada neonates dengan BBLR keadaannya lemah dan hanya
merintih.kesadaran neonates dapat dilihat dari responnya terhadap
rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya
tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukan kondisi neonatos
yang baik.
9.    Tanda-tanda vital : neonates post asfiksia berat kondisi akan baik apabila
penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Suhu normal pada tubuh bayi n
(36 C-37,5C), nadi normal antara (120-140 x/m), untuk respirasi normal pada
bayi (40-60 x/m), sering pada bayi post asfiksia berat respirasi sering tidak
teratur.
10.     Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru, pada
bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
11.     Kepala : kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
12.     Mata : warna conjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjungtiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukan refleksi terhadap
cahaya.
13.     Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lender.
14.     Mulut : bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
15.     Telinga : perhatiakan kebersihannya dan adanya kelainan.
16.     Leher : perhatikan keberhasilannya karena leher neonates pendek.
17.     Thorak : bentuk simetris,terdapat tarikan intercostals,perhatikan suara
wheezing dan ronchi,frekwensi bunyi jantung lebih dari 100x/m.
18.     Abdomen : bentuk silindris,hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah ascus
costae pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya
asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma,bising usus timbul
1-2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI tract
belum sempurna.
19.     Umbilicus : tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan atau tidak adanya
tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
20.     Genetalia : pada neonates aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan
letak muara uretra pada neonates laki-laki, neonates perempuan lihat labia
mayir dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
21.     Anus : perhatikan adanya darah dalam tinja,frekwensi buang air besar serta
warna dari feces.
22.     Ekstremitas : warna biru,gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya
patah tulang atau adanya kelumpuhan syraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.
23.     Reflex : pada neonates preterm post asfiksia berat rflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan
syaraf pusat atau adanya patah tulang.
K. Diagnosis Keperawatan
1. Keidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas otot-otot
pernafasan dan penurunan ekspansi paru atau kelelahan.
2. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan kegagalan
mempertahankan suhu tubuh, penurunan jaringan lemak subkutan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
reflek menghisap dan menelan yang belum sempurna
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang
L. Intervensi
Intervensi Keperawatan adalah prekripsi untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari klien dan tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.tindakan
keperawatan dipilih untuk membantu klien dalam mencapai hasil klien
diharapkan dan tujuan pemulangan (Doenges,2012).
M. Implementasi
Implementasi Keperawatan Pelaksanaan tindakan keperawatan yang
diberikan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun, dimana tindakan
keperawatan memenuhi klien sehingga tujuan keperawatan dapat tercapai
dengan baik. Hal ini terlaksana karena adanya kerjasama yang baik dan
partisipasi klien, keluarga dan keperawatan suatu tim medis lainnya.
N. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai
sejauh mana dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.(Hidayat,2011)
tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemapuan klien dalam mencapai
tujuan.hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan
sehingga perawat dapat mengambil keputusan
a. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan)
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencapai tujuan)
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka
Doenges, E.Marilynn. 2012.  Rencana Asuhan Keperawatan - Edisi 3.  Jakarta :
EGC.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Mitayani. (2013). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta : SalembaMedika
Proverawati, A. 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). NuhaMedika,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai