Anda di halaman 1dari 3

Tugas Perkuliahan

Patofisiologi

Nama : Ricky Oktaviansyah Abubakar


Mata Kuliah : Patofisiologi
Dosen : Sri Hartati Ns.,M.Kep
Tanggal : 22 April 2020

1.Pengertian Shock
Shock adalah kondisi di mana tekanan darah turun secara drastis, sehingga terjadi gangguan
aliran darah dalam tubuh. Aliran darah yang terganggu membuat pasokan nutrisi dan oksigen
yang berperan pada sel dan organ tubuh agar berfungsi secara normal, menjadi terhambat. Shock
dapat memburuk dengan cepat, maka penanganannya harus segera dilakukan. Jika tidak, shock
dapat menyebabkan komplikasi bahkan kematian.

2. Jenis- jenis Shock


Tergantung penyebabnya, masing-masing dari tipe shock dapat memberikan gejala tambahan,
berupa:
Shock sepsis: Demam, nyeri otot.
Shock hipovolemik: Diare, muntah, perdarahan.
Shock kardiogenik: Denyut jantung melemah, urin yang keluar hanya sedikit atau tidak sama
sekali, nyeri dada.
Shock neurogenik: Nyeri dada, irama jantung melambat, suhu tubuh menurun (hipotermia).
Shock anafilaktik: Kesulitan menelan dan bernapas, sakit pada perut, hidung berair dan bersin-
bersin, bengkak pada lidah atau bibir, kesemutan pada tangan, kaki, mulut, atau kulit kepala.

3.Penyebab Shock
Penyebab syok dapat berbeda-beda. Berikut adalah penyebab syok berdasarkan tipenya:
Shock kardiogenik. Disebabkan oleh gangguan pada jantung, seperti serangan jantung atau gagal
jantung.
Shock neurogeni. Disebabkan oleh cedera saraf tulang belakang, akibat kecelakan atau cedera
saat beraktivitas.
Shock anafilaktik. Disebabkan oleh alergi akibat gigitan serangga, penggunaan obat-obatan, atau
makanan maupun minuman.
Shock sepsis. Disebabkan oleh infeksi yang masuk ke aliran darah, sehingga tubuh mengalami
peradangan atau inflamasi.
Shock hipovolemik. Disebabkan oleh hilangnya cairan atau darah dalam jumlah banyak,
misalnya akibat diare, perdarahan pada kecelakaan, atau muntah darah.
4.Mekanisme terjadiny shock
Ada 3 tahap dalam mekanisme terjadinya syok, yaitu:

• Tahap nonprogresif
Mekanisme neurohormonal membantu mempertahankan curah jantung dan tekanan
darah. Meliputi refleks baroreseptor, pelepasan katekolamin, aktivasi poros rennin-
angiotensin, pelepasan hormonan antidiuretik dan perangsangan simpatis umum. Efek
akhirnya adalah takikardi, vasokontriksi perifer dan pemeliharaan cairan ginjal.
Pembuluh darah jantung dan otak kurang sensitive terhadap respon simpatis tersebut
sehingga akan mempertahankan diameter pembuluh darah, aliran darah dan pengiriman
oksigen yang relative normal ke setiap organ vitalnya.
• Tahap progresif
Jika penyebab syok yang mendasar tidak diperbaiki, syok secara tidak terduga akan
berlanjut ke tahap progresif. Pada keadaan kekurangan oksigen yang menetap, respirasi
aerobic intrasel digantikan oleh glikolisis anaerobik disertai dengan produksi asam laktat
yang berlebihan. Asidosis laktat metabolic yang diakibatkannnya menurunkan pH
jaringan dan menumpulkan respon vasomotor, arteriol berdilatasi dan darah mulai
mengumpul dalam mikrosirulasi. Pegumpulan perifer tersebut tidak hanya akan
memperburuk curah jantung, tetapi sel endotel juga berisiko mengalami cedera anoksia
yang selanjutnya disertai DIC. Dengan hipoksia jaringan yang meluas, organ vital akan
terserang dan mulai mengalami kegagalan. Secara klinis penderita mengalami
kebingungan dan pengeluaran urine menurun.
• Tahap irreversible
Jika tidak dilakukan intervensi, proses tersebut akhirnya memasuki tahap irreversible.
Jejas sel yang meluas tercermin oleh adanya kebocoran enzim lisososm, yang semakin
memperberat keadaan syok. Fungsi kontraksi miokard akan memburuk yang sebagiannya
disebabkan oleh sintesis nitrit oksida. Pada tahap ini, klien mempunyai ginjal yang sama
sekali tidak berfungsi akibat nekrosis tubular akut dan meskipun dilakukan upaya yang
hebat, kemunduran klinis yang terus terjadi hamper secara pasti menimbulkan kematian.
5.Cara Pencegahan Terjadinya Shock

Untuk mencegah terjadinya shock, penyakit tertentu perlu segera ditangani, misalnya penyakit
jantung, diare, atau perdarahan hebat.

Penderita alergi yang pernah mengalami shock anafilaktik, perlu menghindari hal-hal yang dapat
memicu alergi, misalnya makanan atau minuman tertentu. Penderita juga dianjurkan untuk selalu
membawa epinephrine dalam bentuk autoinjector (berbentuk seperti pen), sebagai pertolongan
pertama saat terpapar alergen yang dapat menimbulkan syok anafilaktik. Konsultasikan dengan
dokter sebelum menggunakan obat tersebut.

Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya syok hipovolemik
adalah:
Menghentikan perdarahan yang terjadi.
Mengonsumsi cairan yang cukup.
Dilakukan pemasangan infus untuk menggantikan cairan yang keluar.
Menghindari terjadinya luka bakar.
Minum air putih minimal 2 hingga 3 liter per hari.
Itulah cara-cara untuk mencegah terjadinya syok hipovolemik pada seseorang.

Anda mungkin juga menyukai