OLEH :
CI INSTITUSI CI LAHAN
(.............................) (..........................)
A. Defenisi
B. Etiologi
Cidera kepala dapat disebabkan oleh dua hal antara lain : Benda tajam,
Trauma benda tajam dapat menyebabkan cidera setempat ;Benda tumpul,
dapat menyebabkan cidera seluruh kerusakan terjadi ketika energi/kekuatan
diteruskan kepada otak
Penyebab lain
1. kecelakaan lalulintas
2. Jatuh
3. Pukulan
4. Kejatuhan benda
5. Kecelakaan kerja / industry
6. Cidera lahir
7. luka tembak
C. Patofisiologi
Pada cedera kepala, kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu
cedera primer dan cedera sekunder. Cedera primer merupakan cedera pada
kepala sebagai akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan oleh
benturan langsung kepala dengan suatu benda keras maupun oleh proses
akselerasi-deselerasi gerakan kepala.
Pada trauma kapitis, dapat timbul suatu lesi yang bisa berupa perdarahan
pada permukaan otak yang berbentuk titik-titik besar dan kecil, tanpa
kerusakan pada duramater, dan dinamakan lesi kontusio. Lesi kontusio di
bawah area benturan disebut lesi kontusio “coup”, di seberang area benturan
tidak terdapat gaya kompresi, sehingga tidak terdapat lesi. Jika terdapat lesi,
maka lesi tersebut dinamakan lesi kontusio “countercoup”. Kepala tidak selalu
mengalami akselerasi linear, bahkan akselerasi yang sering dialami oleh
kepala akibat trauma kapitis adalah akselerasi rotatorik. Bagaimana caranya
terjadi lesi pada akselerasi rotatorik adalah sukar untuk dijelaskan secara
terinci. Tetapi faktanya ialah, bahwa akibat akselerasi linear dan rotatorik
terdapat lesi kontusio coup, countercoup dan intermediate. Yang disebut lesi
kontusio intermediate adalah lesi yang berada di antara lesi kontusio coup dan
countercoup.
Neuron atau sel-sel fungsional dalam otak, bergantung dari menit ke menit
pada suplai nutrien yang konstan dalam bentuk glukosa dan oksigen, dan
sangat rentan terhadap cedera metabolik bila suplai terhenti. Cedera
mengakibatkan hilangnya kemampuan sirkulasi otak untuk mengatur volume
darah sirkulasi yang tersedia, menyebabkan iskemia pada beberapa daerah
tertentu dalam otak [ CITATION Pri13 \l 1033 ].
1. Commotio Cerebri
Tidak sadar selama kurang atau sama dengan 10 menit.
Mual dan muntah
Nyeri kepala (pusing)
Nadi, suhu, TD menurun atau normal
2. Contosio Cerebri
Tidak sadar lebih dari 10 menit
Amnesia anterograde
Mual dan muntah
Penurunan tingkat kesadaran
Gejala neurologi, seperti parese
LP berdarah
3. Laserasio Serebri
Jaringan robek akibat fragmen taham
Pingsan maupun tidak sadar selama berhari-hari/berbulan-bulan
Kelumpuhan anggota gerak
Kelumpuhan saraf otak [ CITATION LeM16 \l 1033 ].
E. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
1) X-ray Tengkorak
2) CT-Scan
F. Komplikasi
a) Hematoma epidural
Letak epidural yaitu antara tulang tengkorak dan duramater. Terjadi akibat
pecahnya arteri meningea media atau cabang-cabangnya. Gejalanya yaitu
setelah terjadi kecelakaan, penderita pingsan atau hanya nyeri kepala
sebentar kemudian membaik dengan sendirinya tetapi beberapa jam
kemudian timbul gejala-gejala yang bersifat progresif seperti nyeri kepala,
pusing, kesadaran menurun, nadi melambat, tekanan darah meninggi, pupil
pada sisi perdarahan mula-mula miosis, lalu menjadi lebar, dan akhirnya
tidak bereaksi terhadap refleks cahaya. Ini adalah tanda-tanda bahwa sudah
terjadi herniasi tentorial.
b) Hematom subdural
Letak subdural yaitu di bawah duramater. Terjadi akibat pecahnya bridging
vein, gabungan robekan bridging veins dan laserasi piamater serta
arachnoid dari kortex cerebri. Gejala subakut mirip epidural hematom,
timbul dalam 3 hari pertama dan gejala kronis timbul 3 minggu atau
berbulan-bulan setelah trauma.
c) Perdarahan Intraserebral
Perdarahan dalam cortex cerebri yang berasal dari arteri kortikal, terbanyak
pada lobus temporalis. Perdarahan intraserebral akibat trauma kapitis yang
berupa hematom hanya berupa perdarahan kecil-kecil saja. Jika penderita
dengan perdarahan intraserebral luput dari kematian, perdarahannya akan
direorganisasi dengan pembentukan gliosis dan kavitasi. Keadaan ini bisa
menimbulkan manifestasi neurologik sesuai dengan fungsi bagian otak
yang terkena.
d) Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah
dan permukaan otak, hampir selalu ada pada cedera kepala yang hebat.
Tanda dan gejala : Nyeri kepala; Penurunan kesadaran ; Hemiparese;
Dilatasi pupil ipsilateral; Kaku kuduk
e) Oedema serebri
Pada keadaan ini otak membengkak. Penderita lebih lama pingsannya,
mungkin hingga berjam-jam. Gejala-gejalanya berupa commotio cerebri,
hanya lebih berat. Tekanan darah dapat naik, nadi mungkin melambat.
Gejala-gejala kerusakan jaringan otak juga tidak ada. Cairan otak pun
normal, hanya tek anannya dapat meninggi dan kesadaran menurun
[ CITATION Pur16 \l 1033 ].
G. Penatalaksanaan
H. Prognosis
A. Pengkajian
Data dasar tergantung pada tipe, lokasi dan keparahan cedera dan mungkin
dipersulit oleh cedera tambahan pada organ-organ vital
1) Aktivitas/Istirahat
2) Sirkulasi
3) Integritas Ego
4) Eliminasi
6) Neurosensori
7) Kenyamanan
8) Pernapasan
Tanda : Perubahan pola napas (apnea yang diselingi oleh
hiperventilasi). Napas berbunyi, stridor, tersedak, ronki, mengi positif
(kemungkinan karena aspirasi).
9) Keamanan
Tanda : Fraktur/dislokasi.
yang kurang
Nur152 \l 1033 ].
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi:
Intervensi
LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Vol. 4 Edisi 5. Jakrta: EGC.
Prine Sylifia A & Wilson Lorraine M. (2013). Patofisiologi Konsep Klinis Proses
- Proses Penyakit. Jakarta: EGC.