Anda di halaman 1dari 36

KEBUTUHAN PENCAHAYAAN PABRIK

PLASTIK PT. ASTRA OTOPARTS

NAMA ANGGOTA:

1. Rika Sri Amalia (16309863)

2. Yogi Oktopianto (16309875)

3. Yurista Vipriyanti (16309876)

Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan


Universitas Gunadarma
2012
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam setiap bangunan gedung harus memiliki kelengkapan fasilitas

bangunan yang bertujuan untuk tercapainya unsur kenyamanan, kesehatan,

keselamatan, kemudahan komunikasi, dan mobilitas dalam bangunan tersebut

sehingga para penghuninya merasa nyaman berada didalam bangunan tersebut.

Kelengkapan fasilitas ini disebut dengan utilitas bangunan.

Sistem perancangan pencahayaan merupakan bagian dari utilitas bangunan

untuk memberikan kenyamanan dan kesehatan pada penghuninya. Penerapan

sistem pencahyaan dapat dilakukan diberbagai jenis gedung salah satunya adalah

di Pabrik. Jika seseorang berada di dalam suatu ruangan tertutup tanpa jendela dan

untuk jangka waktu lama, maka pada suatu ketika ia akan merasa tidak nyaman

dengan kegelapan di ruangan tersebut. Oleh karena itu, setiap ruangan di Pabrik

harus dilengkapi dengan pencahayaan.

1.2 TUJUAN

Tujuan penulisan makalah ini yaitu meliputi sebagai berikut:

1. Mempelajari secara umum tentang pencahayaan atau penerangan.

2. Mengetahui cara perhitungan estimasi beban listrik dan kekuatan cahaya

suatu bangunan.
3. Mengetahui cara perhitungan daya listrik yang dibutuhkan untuk

pencahayaan.

1.3 BATASAN MASALAH

Penulisan isi materi dalam makalah ini dibatasi pada pembahasan

mengenai hal-hal berikut ini :

1. Sistem pencahayaan pada Pabrik Plastik PT. Astra Otoparts

2. Menghitung jumlah titik lampu di setiap ruangan pada Pabrik Plastik PT.

Astra Otoparts

3. Menghitung daya listrik yang dibutuhkan untuk pencahayaan pada Pabrik

Plastik PT. Astra Otoparts


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 URAIAN UMUM

Cahaya adalah energi yang berbentuk gelombang elektromagnetik.

Sumber cahaya adalah sesuatu yang bisa memancarkan cahaya, sumber cahaya

utama adalah matahari.

Sifat dasar cahaya adalah sebagai berikut :

1. Cahaya dapat menembus

Cahaya dapat menembus bahan-bahan yang tidak padat seperti kain, kertas

kalkir dan kaca sehingga kualitas kerasnya cahaya dapat dibuat lunak atau

soft.

2. Cahaya dapat difokuskan

Cahaya dapat kita salurkan kearah mana kita kehendaki, dia dapat

dikumpulkan dan difokuskan agar kuantitasnya lebih besar lagi. Sebagai

contoh adalah sinar Matahari yang difokuskan oleh surya kanta atau kaca

pembesar.

3. Cahaya dapat dipantulkan

Cahaya itu dapat pula kita belokan atau kita pantulkan dengan benda yang

mempunya daya pantul yang tinggi seperti cermin, styrofoam, kertas perak dll

yang lazim kita sebut dengan reflektor untuk menyinari bagian-bagian yang

gelap.
4. Cahaya mempunyai warna

Semua sumber cahaya mempunyai warna atau umumnya kita sebut dengan

suhu warna dalam hitungan derajat Kelvin dan dapat diukur dengan Kelvin

Meter / Color Meter.

Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek

yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut sumbernya, pencahayaan

dibagi menjadi :

1. Pencahayaan Alami

2. Pencahayaan Buatan

2.2 PENCAHAYAAN ALAMI

Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar

matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, berikut ini manfaat dari

cahaya matahari sebagai penerangan alami dalam bangunan adalah sebagai

berikut :

a. Menghemat energi listrik dan biaya operasional bangunan.

b. Dapat membunuh kuman yang ada di ruangan.

c. Memperjelas kesan ruang.

d. Memasukan cahaya alami sejauh mungkin ke dalam bangunan sebagai

sumber penerangan langsung atau tidak langsung


Untuk mendapatkan pencahayaan alami pada suatu ruang diperlukan

jendela-jendela yang besar ataupun dinding kaca sekurang-kurangnya 1/6 dari

pada luas lantai.

Sumber pencahayaan alami kadang dirasa kurang efektif dibanding dengan

penggunaan pencahayaan buatan, selain karena intensitas cahaya yang tidak tetap,

sumber alami menghasilkan panas terutama saat siang hari. Faktor-faktor yang

perlu diperhatikan agar penggunaan sinar alami mendapat keuntungan, yaitu:

Variasi intensitas cahaya matahari

Distribusi dari terangnya cahaya

Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan

Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung

2.3 PENCAHAYAAN BUATAN

Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber

cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi

ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atau saat pencahayaan alami tidak

mencukupi. Fungsi pokok pencahayaan buatan baik yang diterapkan secara

tersendiri maupun yang dikombinasikan dengan pencahayaan alami adalah

sebagai berikut:

1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni melihat secara

detail serta terlaksananya tugas serta kegiatan visual secara mudah dan

tepat.
2. Memungkinkan penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman.

3. Tidak menimbukan pertambahan suhu udara yang berlebihan pada tempat

kerja.

4. Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap menyebar secara

merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan

bayang-bayang.

5. Meningkatkan lingkungan visual yang nyaman dan meningkatkan prestasi.

6. Disamping hal-hal tesebut di atas, dalam perencanaan penggunaan

pencahayaan untuk suatu lingkungan kerja maka perlu pula diperhatikan

hal-hal berikut ini :

Seberapa jauh pencahayaan buatan akan digunakan, baik untuk

menunjang dan melengkapi pencahayaan alami.

Tingkat pencahayaan yang diinginkan, baik untuk pencahayaan tempat

kerja yang memerlukan tugas visual tertentu atau hanya untuk

pencahayaan umum

Distribusi dan variasi iluminasi yang diperlukan dalam keseluruhan

interior, apakah menyebar atau tefokus pada satu arah

Arah cahaya, apakah ada maksud untuk menonjolkan bentuk dan

kepribadian ruangan yang diterangi atau tidak

Warna yang akan dipergunakan dalam ruangan serta efek warna dari

cahaya

Derajat kesilauan obyek ataupun lingkungan yang ingin diterangi,

apakah tinggi atau rendah.


Sistem pencahayaan buatan yang sering dipergunakan secara umum dapat

dibedakan atas 3 macam yakni:

1. Sistem Pencahayaan Merata

Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh ruangan.

Sistem pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak dipergunakan untuk

melakukan tugas visual khusus. Pada sistem ini sejumlah armatur

ditempatkan secara teratur di seluruh langi-langit.

2. Sistem Pencahayaan Terarah

Pada sistem ini seluruh ruangan memperoleh pencahayaan dari salah satu

arah tertentu. Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek

karena akan tampak lebih jelas. Lebih dari itu, pencahayaan terarah yang

menyoroti satu objek tersebut berperan sebagai sumber cahaya sekunder

untuk ruangan sekitar, yakni melalui mekanisme pemantulan cahaya. Sistem

ini dapat juga digabungkan dengan sistem pencahayaan merata karena

bermanfaat mengurangi efek menjemukan yang mungkin ditimbulkan oleh

pencahayaan merata.

3. Sistem Pencahayaan Setempat

Pada sistem ini cahaya dikonsentrasikan pada suatu objek tertentu misalnya

tempat kerja yang memerlukan tugas visual. Sistem pencahayaan ini sangat

bermanfaat untuk :

Memperlancar tugas yang memerlukan visualisasi teliti

Mengamati bentuk dan susunan benda yang memerlukan cahaya dari arah

tertentu.
Melengkapi pencahayaan umum yang terhalang mencapai ruangan khusus

yang ingin diterangi

Membantu pekerja yang sudah tua atau telah berkurang daya

penglihatannya.

Menunjang tugas visual yang pada mulanya tidak direncanakan untuk

ruangan tersebut.

Banyak faktor risiko di lingkungan kerja yang mempengaruhi keselamatan

dan kesehatan pekerja salah satunya adalah pencahayaan. Menurut Keputusan

Menteri Kesehatan No.1405 tahun 2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran

pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara

efektif. Pencahayaan pada pabrik harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Tingkat pencahayaan minimal yang direkomendasikan tidak boleh kurang


dari tingkat pencahayaan pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Tingkat pencahayaan rata-rata, renderansi dan temperature
warna yang direkomendasikan
Sumber : SNI 03-6197-2000
Tabel 2.2 Tingkat Pencahayaan Lingkungan Kerja

Tingkat
Jenis Kegiatan Pencahayaan Keterangan
Minimal (Lux)
Pekerjaan Kasar Ruang penyimpanan & ruang
dan Tidak Terus 100 peralatan/instalasi yang memerlukan
– menerus pekerjaan yang kontinyu
Pekerjaan kasar
Pekerjaan dengan mesin dan perakitan
dan terus – 200
kasar
menerus
Ruang administrasi, ruang kontrol,
Pekerjaan Rutin 300
pekerjaan mesin & perakitan/penyusun
Pembuatan gambar atau bekerja dengan
Pekerjaan agak
500 mesin kantor, pekerjaan pemeriksaan
halus
atau pekerjaan dengan mesin
Pemilihan warna, pemrosesan teksti,
Pekerjaan halus 1000 pekerjaan mesin halus & perakitan
halus
1500
Mengukir dengan tangan, pemeriksaan
Pekerjaan amat Tidak pekerjaan mesin dan perakitan yang
halus menimbulkan sangat halus
bayangan
3000
Tidak Pemeriksaan pekerjaan, perakitan
Pekerjaan terinci
menimbulkan sangat halus
bayangan
Sumber: KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02

2. United Nations Environment Programme (UNEP) dalam Pedoman Efisiensi


Energi untuk Industri di Asia mengklasifikasikan kebutuhan tingkat pencahayaan
ruang tergantung area kegiatannya, seperti berikut:
Tabel 2.3 Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kegiatan

Pencahayaan
Keperluan Contoh Area Kegiatan
(Lux)
Layanan penerangan yang minimum
Pencahayaan dalam area sirkulasi luar ruangan,
20
Umum untuk pertokoan didaerah terbuka, halaman
ruangan dan area tempat penyimpanan
yang jarang
50 Tempat pejalan kaki & panggung
digunakan
70 Ruang boiler
dan/atau tugas-
tugas atau 100 Halaman Trafo, ruangan tungku, dll.
visual sederhana Area sirkulasi di industri, pertokoan dan
150
ruang penyimpan.
Layanan penerangan yang minimum
200
dalam tugas
Meja & mesin kerja ukuran sedang, proses
300 umum dalam industri kimia dan makanan,
kegiatan membaca dan membuat arsip.
Gantungan baju, pemeriksaan, kantor
Pencahayaan umum untuk menggambar, perakitan mesin dan
450
untuk interior bagian yang halus, pekerjaan warna, tugas
menggambar kritis.
Pekerjaan mesin dan diatas meja yang
sangat halus, perakitan mesin presisi kecil
dan instrumen; komponen elektronik,
1500
pengukuran & pemeriksaan bagian kecil
yang rumit (sebagian mungkin diberikan
oleh tugas pencahayaan setempat)
Pencahayaan
Pekerjaan berpresisi dan rinci sekali, misal
tambahan setempat
3000 instrumen yang sangat kecil, pembuatan
untuk tugas visual
jam tangan, pengukiran
yang tepat
Sumber : www.energyefficiencyasia.org
3. Penerangan untuk membaca dokumen lebih tinggi dari pada penerangan untuk
melihat komputer, karena tingkat penerangan yang dianjurkan untuk pekerja
dengan komputer tidak dapat berdasarkan satu nilai dan sampai saat ini masih
kontroversial. Grandjean menyusun rekomendasi tingkat penerangan pada
tempat-tempat kerja dengan komputer berkisar antara 300-700 lux seperti berikut.

Tabel 2.4 Rekomendasi Tingkat Pencahayaan pada Tempat Kerja dengan Komputer

Tingkat Pencahayaan
Keadaan Pekerjaan
(Lux)
Kegiatan Komputer dengan sumber dokumen yang
300
terbaca jelas
Kegiatan Komputer dengan sumber dokumen yang
400 – 500
tidak terbaca jelas
Tugas memasukan data 500 - 700
Sumber: Grandjen, Occupational Ergonomic, 2000

Tabel 2.5 Karakteristik Kinerja Pencahayaan (Luminous)

dari Luminer yang Umum Digunakan

Sumber : Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia, 2010


4. Daya listrik maksimum per meter persegi tidak boleh melebihi nilai pada tabel
berikut :
Tabel 2.6 Daya listrik maksimum untuk pencahayaan

Sumber : SNI 03-6197-2000

Terdapat pengecualian untuk :


a. Pencahayaan untuk bioskop, siaran tv, presentasi audio visual dan
semua fasilitas hiburan yang memerlukan pencahayaan sebagai
elemen teknologi utama dalam pelaksanaan fungsinya.
b. Pencahayaan khusus untuk bidang kedokteran.
c. Fasilitas olahraga dalam ruangan (indoor).
d. Pencahayaan yang diperlukan untuk pameran di galeri, museum, dan
monumen.
e. Pencahayaan luar untuk monumen.
f. Pencahayaan khusus untuk penelitian di laboratorium.
g. Pencahayaan darurat.
h. Ruangan yang mempunyai tingkat keamanan dengan risiko tinggi
yang dinyatakan oleh peraturan atau oleh petugas keamanan dianggap
memerlukan pencahayaan tambahan.
i. Ruangan kelas dengan rancangan khusus untuk orang yang
mempunyai penglihatan yang kurang, atau untuk orang lanjut usia.
j. Pencahayaan untuk lampu tanda arah dalam bangunan gedung;
k. Jendela peraga pada toko/etalase
l. Kegiatan lain seperti agro industry (rumah kaca), fasilitas

5. Penggunaan energi sehemat mungkin dengan mengurangi daya terpasang


melalui :
a. Pemilihan lampu yang mempunyai efikasi lebih tinggi dan
menghindari pemakaian lampu dengan efikasi rendah. Dianjurkan
menggunakan lampu fluoresen dan lampu pelepasan gas lainnya
b. pemilihan armatur yang mempunyai karakteristik distribusi
pencahayaan sesuai dengan penggunaannya, mempunyai efisiensi
yang tinggi dan tidak mengakibatkan silau atau refleksi yang
mengganggu.
c. Pemanfaatan cahaya alami siang hari.
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 DATA UMUM

PT. Astra Otoparts salah satu perusahaan besar di Indonesia. Pabrik Plastik

PT. Astra Otoparts adalah sebagai tempat untuk melakukan proses produksi dan

pengecatan sparepart untuk memenuhi permintaan pasar yang sangat tinggi akan

kendaraan bermotor. Terletak di Jalan Raya Mayor Oking Jayaatmaja Cibinong,

Bogor.

Tabel 3.1 Data Teknis

Luas Tanah 8 ha
Luas Bangunan 17208 m2
Luas Lantai Keseluruhan 37.135 m2
Jumlah lantai 4 lapis
Tinggi bangunan 27 m

Tabel 3.2 Data Elevasi dan Luas

Nama Lantai Elevasi Luas (m2)


Lantai Dasar - 4,000 5.796
Lantai 1 ± 0,000 17.208
Lantai 2 + 4,000 11.827
Lantai 3 + 9,000 2.304
Gambar 3.1 Site Plan Pabrik Plastik PT. Astra Otoparts

3.2 SISTEM PENCAHAYAAN PADA BANGUNAN INDUSTRI

Pengaturan sumber cahaya baik yang berasal dari sinar alam/matahari

(natural light), maupun sinar buatan (artificial light) perlu mendapat perhatian.

Penerangan alami pada siang hari dan penerangan buatan harus direncanakan

sejak awal rancangan sebuah gedung atau bangunan.

Apabila penerangan alami pada siang hari yang masuk melalui jendela di dinding

tidak mencukupi untuk menerangi seluruh ruangan, maka perlu ditambahkan

penerangan buatan (lampu) untuk mencukupinya. Penerangan buatan juga dapat

menggantikan penerangan alami siang hari secara penuh. Sebagaimana dijelaskan

Departemen Pekerjaan Umum (1978:37) bahwa fungsi penerangan buatan

didalam gedung, baik diterapkan secara tersendiri maupun dalam kombinasi

dengan penerangan alami siang hari adalah :

1. Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni-penghuninya

melihat detail-detail dari tugas dan kegiatan visual secara mudah dan tepat.
2. Memungkinkan penghuni-penghuni berjalan dan bergerak secara mudah

dan aman

3. Menciptakan lingkungan visual yang nyaman dan berpengaruh baik

kepada prestasi.

Daya penerangan yang digunakan di bangunan industri adalah

pencahayaan/daya yang berupa titik-titik lampu penerangan. Peletakan lampu

penerangan diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan pencahayaan yang

baik, memenuhi syarat yang diminta, dan merata.

Selain itu, ada sistem lain yang mengkombinasikan antara langsung dan

tidak langsung. Pencahayaan ini juga akan ditentukan oleh bermacam-macam alat

pencahayaan, seperti lampu pijar, lampu TL, lampu SL, lampu halogen, dan

lampu mercury.

Tabel 3.3 Karakteristik Kinerja Pencahayaan (Luminous) dari Luminer

yang umum digunakan pada Bangunan Industri

Jenis Lum/watt Indeks Penerapan Umur


Lampu Kisaran Rata-rata perubahan (jam)
warna
Lampu 8-18 14 Baik sekali Penerangan 1000
pijar umum
Merkuri 44-57 50 Cukup Penerangan 5000
tekanan umum di pabrik
tinggi
(HPMV)
Sodium 67-121 90 Cukup Penerangan 6000-
tekanan umum di pabrik, 12000
tinggi gudang,
penerangan jalan
Sumber : Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia, 2010
Pada ruangan yang tinggi, sebaiknya digunakan lampu pelepasan gas

dengan armature reflector sebagai sumber pencahayaan utama seperti ditunjukkan

pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.4 Contoh Jenis Lampu yang Dianjurkan untuk Berbagai Fungsi/ Jenis

Bangunan Industri

Fungsi/Jenis Lampu pijar Lampu Fluoresen Merkuri Sodium


Bangunan Standar Halogen Standar Super
Industri umum :
Gudang - -
Ruang cuci, -
ruang mesin
Kantin - -
Laboratorium -
Industri khusus :
Pabrik -
elektronik
Industi kayu -
Industri - -
keramik
Industri - -
makanan
Industri kertas - -
Lain-lain :
Industri besar -

Sumber : SNI,BSN, 2000

3.3 BERAGAM JENIS LAMPU LISTRIK

Cahaya dari lampu pijar merupakan pemijaran dari filament pada bohlam.

Macam-macam lampu pijar merupakan GLS (General Lamp Service) yang terdiri

dari :

a. Bohlam bening

b. Bohlam buram
c. Bohlam berbentuk lilin

d. Lampu argenta

e. Lampu superlux

f. Lampu superlux

g. Lampu halogen

Sedangkan lampu tabung cahaya yang dihasilkan berbeda dengan filament

lampu pijar, tetapi melalui proses eksitasi gas atau uap logam yang terkandung

dalam tabung lampu yang terletak dalam tabung lampu yang terletak diantara 2

elektroda yang bertekanan cukup tinggi. Macam-macam lampu tabung antara lain:

1. Neon sign (lampu tabung)

a. TL

b. Lampu Hemat Energi

c. Lampu Reklame

2. Lampu Merkuri

a. Fluoresen

b. Reflector

c. Blended

d. Halide

3. Lampu Sodium

a. SOX

b. SON
A. Lampu Pijar

Lampu pijar ini memiliki keunggulan :


1. Mempunyai nilai “color rendering index” 100 % yang cahayanya tidak
merubah warna asli objek
2. Bentuk fisik lampu sederhana, praktis pemasangannnya
3. Harga relative lebih murah
4. Instalasai murah, tidak perlu perlengkapan tambahan
5. Lampu dapat langsung menyala
Kelemahan lampu pijar :
1. Mempunyai efisiensi rendah, karena energi yang dihasilkan untuk cahaya
hanya 10 % dan sisinya memancar sebagai panas (400 oC)
2. Mempunyai efikasi rendah, yaitu sekitar 12 lumen/watt
3. Silau
4. Sensitive terhadap tegangan
5. Umur lampu pijar relative pendek (sekitar 1000 jam)

B. Lampu Halogen

Lampu halogen dibuat untuk mengatasi

masalah ukuran fisik dan struktur pada

lampu pijar dalam penggunaannya


sebagai lampu sorot, lampu projector dan lampu projector film. Lampu halogen

bekerja pada suhu 2800 oC jauh lebih tinggi dari kerja lampu pijar yang hanya

400oC, karena adanya tambahan gas halogen, walaupun lampu halogen termasuk

jenis lampu pijar, tetapi mempunyai efikasi sekitar 22 lumen/watt.

Tabel 3.5 Karakteristik Lampu Halogen

C. Lampu Fluorescent

Keuntungan :

1. Efikasi (lumen per watt) tinggi

2. Awet, umur lampu hingga 20.000 jam dengan asumsi lampu menyala 3

jam setiap penyalaan. Makin sering dihidup-matikan umur makin

pendek

3. Bentuk lampu yang memanjang menerangi area lebih luas dengan

cahaya baur
4. Warna cahaya yang cenderung putih-dingin menguntungkan untuk

daerah tropis lembab karena secara psikologis akan menyejukkan

ruangan

Kerugian :

1. Memerlukan waktu saat penyalaan lebih lama dari lampu pijar

2. Mempunyai CRI (Color Rendering Index) yang rendah

D. Lampu Merkuri

Keuntungan :

1. Efikasi lampu jauh lebih tinggi dari lampu pijar dan fluorescent

2. Umur lampu sangat lama

3. Biaya operasional rendah

Kerugian :

1. Biaya awal sangat tinggi

2. Harga lampu mahal

3. Membutuhkan waktu untuk bersinar penuh


Tabel 3.6 Jenis Lampu Merkuri

Tabel 3.7 Karakteristik Lampu Merkuri Tekanan Tinggi

E. Lampu Sodium

Keuntungan :

1. Mempunyai efikasi yang tinggi

2. Lebih efisien jika disbanding lampu merkuri

3. Durasi pemakaiannya cukup lama sekitar 40.000=60.000 jam


Kerugian :

1. Untuk menyala perlu waktu 6 sampai 11 menit

2. Pemasangan lampu tidak bebas (harus mendatar/horizontal)

3. Kualitas pantulan warnanya kurang baik, karena warna cahaya yang

dihasilkan merupakan warna monokromatik dari kuning

4. Memerlukan ballast untuk menstabilkan tegangan

Tabel 3.8 Karakteristik Lampu Sodium Tekanan Rendah

Tabel 3.9 Karakteristik Lampu Sodium Tekanan Tinggi


3.4 TABEL YANG DIBUTUHKAN DALAM PERHITUNGAN

Untuk menentukan jumlah titik lampu dan daya listrik yang dibutuhkan

dalam penerangan pabrik tersebut, diperlukan beberapa tabel pendukung sesuai

dengan fungsi bangunan itu sendiri.

Tabel 3.10 Estimasi Beban Listrik Bangunan Industri

Penggunaan Watt/m2
Pencahayaan Lain-lain AC
Bangunan 13,5-22,5 9 -
industry
Sumber : Mechanil&Electrical Equipment for Buildings

Tabel 3.11 Estimasi Kekuatan Cahaya Bangunan Industri

Penggunaan Lux
Pabrik pesawat terbang 700
Pabrik roti 300-500
Pabrik kimia 300
Pabrik keramik 300-1000
Pabrik pakaian 300-500
Pabrik barang-barang listrik 1000
Pabrik jam, perhiasan 1000-5000
Pabrik kulit 300-1000
Gudang industri 50-100
Sumber : Mechanil&Electrical Equipment for Buildings

Tabel 3.12 Tingkat pencahayaan rata-rata, renderansi dan temperature

warna yang direkomendasikan untuk Bangunan Industri

Fungsi Tingkat Kelompok Temperature warna


Ruangan pencahayaan renderasi Warm Cool Daylight
(lux) warna white < white >5300K
3300 K 3300K-
5300K
Industry
(umum)
Gudang 100 3 - -
Pekerjaan 100-200 2 atau 3 - -
kasar
Pek. 200-500 1 atau 2 - -
Menengah
Pek. Halus 500-1000 1 - -
Pek. Amat 1000-2000 1 - -
halus
Pemeriksaan 750 1 - -
warna
Sumber : SNI 03-6197-2000

Tabel 3.13 Kebutuhan Pencahayaan Menurut Area Kegiatan

di Bangunan Industri

Keperluan Pencahayaan Area kegiatan


(lux)
150 Area sirkulasi di
Pencahayaan Umum
industry (pabrik)
untuk ruangan dan
area yang jarang
digunakan
dan/atau tugas-tugas
atau
visual sederhana
Pencahayaan umum 300 Meja & mesin kerja
untuk interior ukuran sedang, proses
umum dalam industri
kimia dan makanan,
kegiatan membaca dan
membuat arsip.

Tabel 3.14 Daya listrik maksimum untuk pencahayanan Bangunan Industri

Lokasi Daya pencahayaan maksimum (w/m2)


Bangunan 20
industri
Sumber : SNI 03-6197-2000
3.5 PERHITUNGAN JUMLAH TITIK LAMPU DAN DAYA

Menurut SNI, daya pencahayaan maksimum untuk ruang kantor/ industri

adalah 15 watt/m2.

KUAT PENERANGAN (E)

Perkantoran = 200 - 500 Lux

Apartemen / Rumah = 100 - 250 Lux

Hotel = 200 - 400 Lux

Rumah sakit / Sekolah = 200 - 800 Lux

Basement / Toilet / Coridor / Hall / Gudang / Lobby = 100 - 200 Lux

Restaurant / Store / Toko = 200 - 500 Lux

Industri = 300 Lux

Jumlah lampu dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

E x L xW
N
x LLF x CU x n

N = Jumlah titik lampu

E = Kuat Penerangan /target kuat penerangan yang akan dicapai (Lux)

L = Panjang Ruang (Meter)

W = Lebar Ruang (Meter)

Ø = Total Lumen Lampu / Lamp Luminous Flux

LLF = Light loss factor / Faktor Cahaya Rugi (0,7-0,8)

CU = Coeffesien of utilization / Faktor Pemanfaatan (50-65 %)

n = Jumlah Lampu dalam 1 titik Lampu

a. Lantai Dasar

Luas ( L ) : 5. 796,0 m2
Tinggi :4m

Diketahui :

E = 300 Lux

N = 1 bh,

LLF = 0,8 (Antara 0,7-0,8),

CU = 65% (antara 50-65 %),

Ø = 1800 lumen

Untuk industry/pabrik digunakan lampu Merkuri Fluoresen 50W mempunyai

Luminous Efficacy Lamp sebesar 1800 lumen.

Jumlah Titik Lampu :

E x L xW
N
x LLF x CU x n
300 x 5. 796,0
1800 x 0,8 x 65% x1
1.858 Titik Lampu

Menurut standart SNI, untuk penerangan Industri tidak melebihi 20 w/m²,

maka

Jumlah Titik Lampu xWatt Lampu


Jumlah ( w / m 2 )
Luas Ruangan
1.858 x 50
5.796,0
16 w / m 2

Jumlah Daya = 1.858 bh x 50 watt x 1,2 (koefisien)

= 111.480 watt
b. Lantai 1

Luas ( L ) : 17.208,0 m2

Tinggi :4m

Diketahui :

E = 300 Lux

N = 1 bh,

LLF = 0,8 (Antara 0,7-0,8),

CU = 65% (antara 50-65 %),

Ø = 1800 lumen

Untuk industri/pabrik digunakan lampu Merkuri Fluoresen 50W mempunyai

Luminous Efficacy Lamp sebesar 1800 lumen.

Jumlah Titik Lampu :

E xL
N
x LLF x CU x n
300 x17.208,0
1800 x 0,8 x 65% x1
5.515 Titik Lampu

Menurut standart SNI, untuk penerangan Industri tidak melebihi 20 w/m²,

maka

Jumlah Titik Lampu xWatt Lampu


Jumlah ( w / m 2 )
Luas Ruangan
5.515 x 50
17.208,0
16 w / m 2

Jumlah Daya = 5.515 bh x 50 watt x 1,2 (koefisien)


= 330.900 watt

c. Lantai 2

Luas ( L ) : 11.827,0 m2

Tinggi :4m

Diketahui :

E = 300 Lux

N = 1 bh,

LLF = 0,8 (Antara 0,7-0,8),

CU = 65% (antara 50-65 %),

Ø = 1800 lumen

Untuk industri/pabrik digunakan lampu Merkuri Fluoresen 50W mempunyai

Luminous Efficacy Lamp sebesar 1800 lumen.

Jumlah Titik Lampu :

E xL
N
x LLF x CU x n
300 x11.827,0
1800 x 0,8 x 65% x1
3.791 Titik Lampu

Menurut standart SNI, untuk penerangan Industri tidak melebihi 20 w/m²,

maka

Jumlah Titik Lampu xWatt Lampu


Jumlah ( w / m 2 )
Luas Ruangan
3.791 x 50
11.827,0
16 w / m 2
Jumlah Daya = 3.791 bh x 50 watt x 1,2 (koefisien)

= 227.460 watt

d. Lantai 3

Luas ( L ) : 2.304,0 m2

Tinggi :5m

Diketahui :

E = 300 Lux

N = 1 bh,

LLF = 0,8 (Antara 0,7-0,8),

CU = 65% (antara 50-65 %),

Ø = 1800 lumen

Untuk industry/pabrik digunakan lampu Merkuri Fluoresen 50W mempunyai

Luminous Efficacy Lamp sebesar 1800 lumen.

Jumlah Titik Lampu :

E xL
N
x LLF x CU x n
300 x 2.304,0
1800 x 0,8 x 65% x1
738 Titik Lampu

Menurut standart SNI, untuk penerangan Industri tidak melebihi 20 w/m²,

maka
Jumlah Titik Lampu x Watt Lampu
Jumlah ( w / m 2 )
Luas Ruangan
738 x 50
2.304,0
16 w / m 2

Jumlah Daya = 378 bh x 50 watt x 1,2 (koefisien)

= 22.680 watt

Tabel 3.15 Jumlah Titik Lampu

Luas Jumlah Titik


Lantai
(m2) Lampu (Buah)
Lantai Dasar 5. 796,0 m2 1858
Lantai 1 17.208,0 m2 5515
Lantai 2 11.827,0 m2 3791
Lantai 3 2.304,0 m2 738
Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 3.16 Jumlah Daya

Luas Daya
Lantai
(m2) (Watt)
Lantai Dasar 5. 796,0 m2 111.48
Lantai 1 17.208,0 m2 330.9
Lantai 2 11.827,0 m2 227460
Lantai 3 2.304,0 m2 22.68
Sumber : Hasil Perhitungan
BAB 4

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan analisis pencahayaan pada bangunan industri dapat

disimpulkan bahwa:

1. Bangunan industri menerapkan 2 sistem pencahayaan, yaitu

pencahayaan langsung dan tidak langsung dengan memanfaatkan alat-

alat penerangan seperti lampu TL dan lainnya.

2. Jenis lampu yang cocok dengan fungsi bangunan industri adalah lampu

Merkuri Merkuri Fluoresen 50W mempunyai Luminous Efficacy

Lamp sebesar 1800 lumen.

3. Jumlah titik lampu yang dibutuhkan pada lantai dasar adalah 1858,

lantai 1 adalah 5515, lantai 2 adalah 3791 dan lantai 3 berjumlah 738

buah.

4. Daya listrik yang dibutuhkan tiap lantainya adalah 111,48 , 330,9 ,

227460 , dan 22,68 watt.

4.2 SARAN

Dalam instalasi sistem pencahayaan dibutuhkan ketelitian dan pengawasan

yang baik. Jenis pencahayaan dan alat penerangan disesuaikan dengan

kebutuhan dan fungsi bangunan tersebut, sehingga daya listrik dapat

disesuaikan.
DAFTAR PUSTAKA

SNI 03-6197-2000 tentang Konservasi Energi Pada Sistem Pencahayaan

Kepmenkes RI No. 1405/MENKES/SK/XI/02


Nugraha, Ristiara. 2011. Proyek Pembangunan Pabrik dan Kantor Adiwira

Plastik PT.Astra Otoparts. Universitas Gunadarma. Depok.

Handoko, Yeffry. Bab 7 Jenis-jenis Lampu. Unikom. Jakarta

Sumardhati, Prih. 2008. Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1. Direktorat

Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Tangoro, Dwi. 2006. Utilitas Bangunan. Universitas Indonesia. Jakarta.

www.energyefficiencyasia.org

Anda mungkin juga menyukai