Ana Ekawati Mahbubiyah FST 1
Ana Ekawati Mahbubiyah FST 1
Oleh:
107097002520
JAKARTA
2011
ANALISIS KEBISINGAN PESAWAT TERBANG
DI KAWASAN SEKITAR BANDARA
(STUDI KASUS: BANDARA PEKANBARU DAN SURABAYA)
Skripsi
Oleh:
107097002520
JAKARTA
2011
LEMBAR PERNYATAAN
ّ س بحان هللا وامحلد هلل وال اهل الا هللا وهللا اكرب والحول وال ّقوة الا ابهلل
. . . . العيل العظمي
) ٢٣ : ( املكل.
Katakanlah: "Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati". (tetapi) Amat sedikit kamu bersyukur. (QS. Al-Mulk: 23).
Kata kunci: Kebisingan pesawat terbang, EPNL, EPNdB, FAA, ICAO, Leq, Lsm,
korelasi, Kep. Men. LH no.48/1996
i
ABSTRACT
Key Word: Aircraft Noise, EPNL, EPNdB, FAA, ICAO, LEQ, DNL, correlation,
Kep. Men. LH no.48/1996
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-
Nya sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW selaku suri tauladan terbaik serta kepada para sahabat, keluarga dan
sayangnya kepada penulis, serta adik – adiku tersayang yang selalu membuat
penulis semangat.
2. Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan
3. Bapak Drs. Sutrisno, M.Si selaku Ketua Program Studi Fisika, Fakultas
4. Ibu Elvan Yuniarti, M.Si selaku Dosen Pembimbing Pertama, atas dukungan,
ilmu, dan nasehat yang diberikan serta bimbingannya yang penuh dengan
5. Bapak Arif Tjahjono, M.Si selaku Dosen Pembimbing Kedua, atas ilmu yang
iii
6. Bapak Ir. Wisnu Eka Yulyanto, selaku Dosen Pembimbing Lapangan yang
selalu memberi ilmu, motivasi dan arahan tentang apa yang penulis perlukan
7. Bapak Pramana, Bapak Budi, Bapak Zulfachmi, Bapak Taufik dan Bapak
tugas akhir.
10. Dan semua pihak yang belum disebutkan diatas, yang telah membantu secara
Semoga tugas akhir ini dapat menjadi referensi dari buku bacaan yang telah
ada, serta bermanfaat bagi yang membacanya. Tak lupa pula penulis memohon
maaf sebesar-besarnya atas segala kekurangan yang terdapat pada tugas akhir ini.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
v
3.3 Peralatan Penelitian ................................................................. 24
3.4 Tahapan Penelitian .................................................................. 24
3.5 Pengolahan Data ...................................................................... 25
3.5.1 Pengolahan Data Dari Pengukuran Dinamis
(Penghitungan Nilai PNLT dan EPNL) ....................... 25
3.5.2 Analisis Data ................................................................ 28
3.5.3 Pengolahan Data Dari Pengukuran Statis .................... 32
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
transportasi ini semakin hari dirasa semakin dibutuhkan. Puluhan bahkan ratusan
di seluruh dunia setiap hari dan membuat permasalahan yang serius yaitu
lingkungan. Bila terjadi secara terus-menerus hal ini bisa berdampak pada
tentu saja masalah pendengaran hingga ketulian permanen, dan lain sebagainya.
1
menyebabkan turunnya produksi telur dan produksi susu dari hewan-hewan ternak
hidup, harus diperhitungkan intensitas dari suara itu sendiri yang dihitung dengan
skala desibel (dB). Untuk kenaikan sebesar 10 dB maka sumber suara tersebut
terdengar dua kali lebih keras. Sebagaimana digambarkan dalam contoh berikut:
Seperti yang tercantum diatas, bandar udara dapat dikatakan sebagai sumber
kebisingan paling besar. Bila rumah seseorang berada di jalur penerbangan maka
suara take off dapat mencapai maksimum 150 dB. Dapat dibayangkan pada
bandara yang super sibuk seperti O'Hare di Chicago dimana tiap 15-20 detik ada
2
pesawat melakukan take off maupun landing, efek kebisingannya bahkan masih
dilakukan The National Institute for Occupational Safety and Health hanya
Baku Tingkat Kebisingan belum mengatur baku mutu untuk kawasan sekitar
bandara, metode yang digunakannya pun tidak sesuai untuk diterapkan di kawasan
akibatnya terhadap lingkungan saat ini banyak yang telah berubah, serta tidak
kurang. Sehingga sangat diperlukan berbagai macam penelitian dalam masalah ini
yang kemudian akan menjadi informasi bagi pemerintah terkait untuk sesegara
1
Sudiro Sumbodo. 2003. Isi Lingkungan: Kebisingan Pesawat Terbang (Bagian I). www.sudirodesign.com
diakses pada Kamis 27 Oktober 2011 Jam 19.58 WIB
2
Chappy Hakim. Bom Waktu di Atas Bandara Soekarno-Hatta. Kompas (19 November 2011)
3
Penerbangan Sipil. Akhir 1970-an standar ini mulai diaplikasi terhadap desain
pesawat baru untuk menekan kebisingan. Peraturan baru ICAO yang tertuang
yang mengenalkan konsep kategori stage suara. Annex-16 ini merupakan hasil
studi dan seminar yang dilakukan sejak September 1968. Oleh karena itu, sebagai
1.2. Permasalahan
sekitar bandara dan apakah sesuai dengan baku mutu yang diatur
4
1.3. Batasan Masalah
a. Penelitian ini menggunakan data studi kasus dari dua bandara, yaitu:
(Surabaya).
b. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang didapat dari hasil
Pusarpedal KNLH.
kondisi di lapangan.
5
f. Penghitungan nilai Leq dan Lsm dilakukan oleh pihak Lab. Kebisingan
dan Leq.
EPNL Prediksi.
sekitar bandara.
Tahun 1996.
bidang akustik. Pada penelitian ini akan diperoleh nilai EPNL, Lsm, Leq,
6
dengan Lmax. Selain itu juga sebagai database kebisingan di bidang lingkungan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dibahas secara singkat mengenai latar belakang,
penulisan.
berkaitan dengan tugas akhir ini seperti bunyi, akustika, kebisingan (Noise),
7
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab tiga ini akan dibahas mengenai waktu dan tempat
akhir ini.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Bunyi
bunyi atau suara adalah kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang
merambat melalui medium4. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair,
padat, gas.
Perlu diketahui bahwa bunyi serupa dengan suara. Dalam bahasa Inggris
bunyi disebut sound, sedangkan suara disebut voice. Dari sudut bahasa, bunyi
tidak sama dengan suara oleh karena bunyi merupakan getaran yang dihasilkan
oleh benda mati sedangkan suara merupakan getaran (bunyi) yang keluar dari
mulut atau yang dihasilkan oleh makhluk hidup. Namun dari sudut fisika, bunyi
gelombang longitudinal.
3
Ganijanti Aby Sarojo. 2011. Gelombang dan Optika. Salemba Teknika . Jakarta.
4
http://id.wikipedia.org/wiki/bunyi . Bunyi. Diakses tanggal 26-09-2011 Jam 15.30 WIB
9
Bunyi merambat di udara dengan kecepatan 1.224 km/jam. Bunyi
merambat lebih lambat jika suhu dan tekanan udara lebih rendah. Di udara tipis
dan dingin pada ketinggian lebih dari 11 km, kecepatan bunyi 1.000 km/jam. Di
air, kecepatannya 5.400 km/jam, jauh lebih cepat daripada di udara. Rumus
𝜆
𝑣= ………………………………………….……………… (2.1)
𝑡
2.2. Akustika
mempengaruhi bunyi5. Kata akustik berasal dari bahasa Yunani ”akuostikos” yang
berarti, segala sesuatu yang bersangkutan dengan pendengaran pada suatu kondisi
ruang yang dapat mempengaruhi mutu bunyi. Akustik mempunyai tujuan untuk
mencapai kondisi pendengaran suara yang sempurna yaitu murni, merata, jelas dan
tidak berdengung sehingga sama seperti aslinya, bebas dari cacat dan kebisingan6.
suatu lingkungan, dimana kondisi ideal disediakan, baik dalam ruang tertutup
5
J. F. Gabriel. 2001. Fisika Lingkungan. Hipokrates. Jakarta.
6
http://architecturefiles.blogspot.com/ . Akustika. Diakses pada tanggal 26-09-2011 jam 15.49 WIB
10
2.3. Kebisingan (Noise)
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
bunyi yang dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat dB. Baku tingkat
yang sedang membaca atau mendengarkan musik, maka suara itu adalah
kebisingan bagi orang itu meskipun orang-orang lain mungkin tidak terganggu
oleh suara tersebut. Walaupun pengaruh suara banyak kaitannya dengan faktor-
faktor psikologis dan emosional, ada beberapa kasus dimana pengaruh serius
pada tingkat tekanan suara berbobot A atau karena lamanya telinga terpasang
Dengan mengambil tekanan suara paling rendah yang dapat didengar oleh telinga
manusia sebagai tekanan referensi (20 Pa) maka suatu skala yang menunjukkan
pengukuran besaran suara bisa didapat yaitu berdasarkan tingkat suara relatif
7
Kep. Men. LH no. 48 Tahun1996. Tentang: Baku Tingkat Kebisingan. Kementerian Negara Lingkungan
Hidup. Jakarta
11
terhadap tingkat suara yang rendah, yang masih dapat diterima oleh pendengaran.
Dengan demikian dikatakan bahwa 0 dB sama dengan tidak ada bunyi (secara
teoritis).
Daya suara sama dengan berbanding lurus dengan kuadrat tekanan suara.
Oleh karena itu, diperlukan rasio kuadrat tingkat suara yang terukur dengan
2.5. Frekuensi
merupakan nilai variasi tekanan suara per detik yang dinyatakan dalam Hertz.
Suara yang dapat didengar oleh manusia terdiri dari beberapa frekuensi yang
berlainan, rentang nilai frekuensi yang terjadi sangat besar dan lebar. Umumnya
8
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta
12
spektrum frekuensi suara diklasifikasikan secara besar dalam 3 pita frekuensi
Unit satuan yang paling umum dipakai untuk kekerasan suara adalah
bising pada frekuensi tengah sehingga hal ini sangat berkaitan dengan reaksi
hubungan baik antara resiko kebisingan yang mengakibatkan ketulian dan tingkat
gangguan suara.
manusia. Respon maksimum pada frekuensi 2500 Hz dan menurun pada frekuensi
13
Sedangkan pembobotan C responnya berkisar antara frekuensi 30 Hz
sampai 8000 Hz. Pembobotan ini biasanya digunakan untuk pengukuran level
maksimum dari suatu rentang waktu kejadian bising transien, sedangkan contoh
yang lebih rumit misalnya menyangkut tentang kebisingan yang berubah terhadap
distribusi statistik dari tingkat suara instantaneous yang dapat dianggap sebagai
deret waktu. Pada beberapa kasus, skala mencoba hanya untuk menggambarkan
beberapa aspek dari stimulus bising itu sendiri. Skala penilaian yang berkenaan
dengan kebisingan pesawat udara yang akan dibahas pada bagian ini adalah
14
2.8. PNL (Perceived Noise Level) dan PNLT (Tone-corrected Perceived
Noise Level)
dihitung dari tingkat tekanan suara yang diukur dalam pita frekuensi 1 oktaf atau
1/3 oktaf. Saat ini digunakan oleh Federal Aviation Administration (FAA) dan
yang dirasakan dengan koreksi nada pada dasarnya adalah tingkat kebisingan yang
perhitungan PNL dari bunyi dan penambahan koreksi nada berdasarkan total
15
frekuensi dan jumlah yang melebihi nada kebisingan yang berdekatan di 1/3 oktaf
band9. Sebuah faktor koreksi nada, C, dihitung dari setiap spektrum untuk
kebisingan yang efektif dirasakan dari bising pesawat udara yang melintas10.
Pemikiran dasar dari satuan EPNL ini adalah bahwa gangguan kebisingan oleh
pesawat terbang tidak hanya tergantung pada besarnya tingkat tekanan suara,
tetapi juga lamanya (durasi) kebisingannya. Oleh karena itu, dalam satuan EPNL
telah melibatkan pengaruh dari tingkat tekanan suara, spektrum frekuensi, durasi
dan distribusi spatial dari sumber suara. EPNL merupakan turunan dari besaran
nada murni yang dapat didengar atau frekuensi diskrit (seperti deru dalam pesawat
EPNL dapat diperoleh dari deret waktu PNLTi, didasari pada spektra
bising pita 1/3 oktaf. Kemudian EPNL ditentukan dengan somasi (pada basis
9
Department of the air force. 1987. Environmental Impact Analysis Process. USA
10
Michael J. T. Smith. 1989. Aircraft Noise. Cambridge University Press. UK.
16
“energi”) semua harga-harga PNLTi yang dicacah setiap interval waktu ½ detik,
𝑑 0.1 𝑃𝑁𝐿𝑇 𝑖
𝐸𝑃𝑁𝐿 = 10 log 𝑖=0 10 − 13 ……………………..…. (2.3)
Ket: Pengaruh angka 13 untuk menormalisasi EPNL pada durasi 10 detik.
dB dari PNL atau 10 PNdB dari penghitungan PNL setara dengan penggandaan
harga noys (satuan dari kebisingan yang dirasakan), berarti penurunan lebih besar
10 dB dari harga maksimum PNL akan mengurangi lebih dari ½ skala maksimum
Selain dengan persamaan di atas, EPNL juga dapat ditentukan oleh jumlah
1 𝑡2 𝑃𝑁𝐿𝑇
𝐷 = 10 𝐿𝑜𝑔 𝑡1
𝑎𝑛𝑡𝑖𝑙𝑜𝑔 10 𝑑𝑡 − 𝑃𝑁𝐿𝑇𝑀 ………..…………. (2.5)
𝑇
Dimana T untuk menormalisasi waktu konstan dan PNLTM adalah nilai PNLT
maksimum. Jadi koreksi durasi bising yang berbeda pada gangguan seperti
waktu tertentu, yang setara dengan tingkat kebisingan ajeg (steady) pada selang
waktu yang sama. Satuannya adalah dB(A). Tujuan dari LAeq adalah untuk
17
menyediakan ukuran angka tunggal dari kebisingan rata-rata selama periode waktu
tertentu yang harus selalu ditentukan7. Persamaan LAeq adalah sebagai berikut:
1 𝑇 𝑝𝐴 𝑡 2
𝐿𝐴𝑒𝑞 = 10 log 𝑇 0
𝑑𝑡 ……………………………….. (2.5)
𝑝0
Dimana PO adalah tekanan suara referensi (20 Pa). PA adalah tekanan suara
berbobot A (untuk waktu A) dari kebisingan target (Pa) atau tekanan suara sesaat
1
𝐿𝐴𝑒𝑞 = 10 log 𝑇
𝑇𝑖 . 100.1𝐿𝑖 𝑑𝐵(𝐴) ………………………… (2.6)
Dimana T adalah waktu referensi total, Ti adalah jangka waktu pada level Li, Li
Karena integral tersebut mengukur total energi suara selama selang waktu
18
2.11. Tingkat Paparan Bising (LAe) dan Tingkat Kebisingan Maksimum
(LAmax)
Nilai dari tingkat paparan bising (LAe) ditetapkan dengan tingkat, dalam
decibel (dB). Dari integral kuadrat waktu bobot-A tekanan bising (PA) lebih dari
waktu yang diberikan atau sama, dengan referensi untuk kuadrat dari standar
referensi tekanan bising (Po) atau (20 Pa) dan referensi durasi 1 detik. Unit ini
1 𝑡2 𝑝 𝐴 𝑡 2
𝐿𝐴𝑒 = 10 log 𝑇 𝑡1
𝑑𝑡 ……………………….……………… (2.7)
0 𝑝𝑜
Dimana T0 referensi integral waktu dari 1 detik dan (t2-t1) adalah integrasi dari
interval waktu.
LAmax adalah tingkat maksimum, dalam decibel (dB). Dengan skala bobot-
A tekanan bising (respon lambat) dengan referensi untuk kuadrat dari standar
19
2.12. Lsm (Level Siang Malam) dan Metode Pengukuran Tingkat
Kebisingan Kep-48/MENLH/11/1996
a. Cara Sederhana
Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi
setiap 5 detik, jumlah nilai ukur adalah sebanyak 120. Data pada rentang
waktu tertentu dinyatakan sebagai Lij yang dihitung dari ke 120 sampel
yang dibaca. Jumlah data selama 24 jam minimal sebanyak 7 data, yaitu 4
data pengukuran siang hari dan 3 data pada pengukuran malam hari.
120 nilai ukur dalam interval 5 dB. Nilai Lij dapat menggunakan
persamaan:
1
𝐿𝑖𝑗 = 10 log 120 𝑛𝑘 100.1 𝐿𝑘 𝑑𝐵 𝐴 ..................................... (2.8)
atau
1
𝐿𝑖𝑗 = 10 log 120 100.1 𝐿𝑖 𝑑𝐵 𝐴 .......................................... (2.9)
20
Dimana Lij adalah Leq pada interval antara jam i dan j. nk adalah jumlah
data yang mempunyai Lk. Dan Li adalah level pada data ke-i.
Selanjutnya ulangi untuk harga Lij pada rentang waktu yang lain.
Setelah seluruh harga Lij dihitung maka dapat ditentukan harga Ls dan Lm
1
𝐿𝑚 = 10 log 8 𝑇5 100.1 𝐿5 + … + 𝑇7 100.1 𝐿7 𝑑𝐵 𝐴 ……… (2.11)
Dimana Ls adalah nilai LAeq pada siang hari (16 jam). Lm adalah nilai
LAeq pada malam hari (8 jam). Tn adalah jumlah kisaran waktu yang
b. Cara Langsung
pengukuran LTM5, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan
menggunakan persamaan:
1
𝐿𝑠 = 10 log 16 100.1 𝐿1 + … + 100.1 𝐿16 𝑑𝐵 𝐴 ……….…… (2.12)
1
𝐿𝑚 = 10 log 8 100.1 𝐿17 + … + 100.1 𝐿24 𝑑𝐵 𝐴 …………… (2.13)
Dimana Ls adalah nilai LAeq pada siang hari (16 jam) dari jam 06.00 s/d
22.00. Lm adalah nilai LAeq pada malam hari (8jam) dari jam 23.00 s/d
21
Selanjutnya dari 2 (dua) metode pengukuran tingkat kebisingan di atas
1
𝐿𝑠𝑚 = 10 log 24 16 . 100.1 𝐿𝑠 + 8 . 100.1 (𝐿𝑚 +5) 𝑑𝐵 𝐴 ………….. (2.14)
Dimana Lsm adalah nilai LAeq selama 24 jam. Ls adalah nilai LAeq pada siang
hari (16 jam). Lm adalah nilai LAeq pada malam hari (8 jam).
Catatan: (Lm + 5) menyatakan bahwa hasil pengukuran dimalam hari harus ditambah 5 dB sebagai
pembebanan atau koreksi khusus.
tahun 1996 tanggal 25 Nopember 1996 tentang baku tingkat kebisingan yang
Keterangan:
disesuaikan dengan ketentuan Menteri Perhubungan
Dari tabel di atas terlihat bahwa untuk kawasan khusus seperti di Bandar
Udara dan Cagar Budaya belum ada ketentuan atau ketetapan mengenai baku
22
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret s/d September 2011. Adapun
Data pada penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari hasil
sepanjang hari dalam kondisi cuaca tidak hujan atau cerah. Data berupa
spektrum frekuensi pesawat yang melintas dengan cuplikan data setiap 0.5
23
metode pengukuran yang diadopsi dari ICAO atau FAA dan telah
PC (Personal Computer)
SPSS 19
Lmax
Leq
Software turbo pascal
Lmax vs EPNL
Perbandingan nilai
Nilai EPNL per pesawat
Analisis dengan SPSS 19 EPNL dengan nilai EPNL
Prediksi Prediksi
Kesimpulan
24
3.5. Pengolahan Data
suara, lalu dikoreksi tone dan durasi. Nilai PNLT (maksimum) dan EPNL didapat
PNLT dan EPNL (Program Turbo Pascal). Berikut ini adalah langkah-langkah
melintas dengan cuplikan data setiap 0.5 detik pada peralatan SLM
dikurangi 10 dB.
25
Gambar 3.2. Data Hasil Pencuplikan
4. Untuk mendapatkan nilai PNLT dan EPNL, entry nama file data awal
Gambar 3.3. Tampilan Entry Nama File Data Awal pada Software
26
Tekan enter sebanyak dua kali untuk mendapatkan hasil kalkulasi.
Seperti berikut:
berikut:
27
6. Seluruh hasil penghitungan ditabulasi ke dalam format excel dan
Untuk menentukan nilai PNLT dan EPNL dapat pula dilakukan dengan
mengubah hasil pengukuran lapangan menjadi hasil akhir (nilai PNLT dan EPNL)
diperlukan perhitungan yang cukup rumit. Sehingga pada penelitian ini penulis
Dari hasil penghitungan data di atas maka dapat dianalisis nilai EPNL,
Leq, dan Lsm serta dengan bantuan statistik bisa dicari korelasi antara nilai EPNL
dengan nilai Lmax. Secara garis besar cara pengambilan keputusan atau
kesimpulan untuk korelasi dan regresi antara nilai EPNL dengan nilai Lmax
Namun bisa dijadikan pedoman sederhana bahwa angka korelasi diatas 0.5
11
Singgih santoso. 2011. Mastering SPSS Versi 19. Elex Media Komputindo. Jakarta
28
hubungan yang berlawanan, sedangkan tanda + (positif) menunjukkan
Hipotesis:
korelasi adalah 0.
adalah tidak 0.
Uji dilakukan dua sisi karena yang akan dicari adalah ada atau tidaknya
Berdasarkan probabilitas:
29
Nilai korelasi
Nilai probabilitas
Nilai probabilitas
konstanta
Nilai t hitung
Nilai probabilitas
Koefisien regresi
Dari tabel hasil uji koefisien regresi akan didapatkan sebuah persamaan
30
Dimana: Y = Variabel Dependen; X = Variabel Independen; a = Koefisien
Hipotesis:
31
lapangan. Sehingga didapatkanlah nilai EPNL Prediksi. Selanjutnya
dilakukan secara kontinyu dengan sampling periode waktu setiap 10 menit selama
24 jam. Kemudian sesuai dengan Kep. Men. LH No. 48 Tahun 1996 data tersebut
dihitung dengan menggunakan persamaan (2.14) dan akan didapatkan nilai Lsm.
32
BAB IV
selama 3 hari di dua bandara berdasarkan pada poin 3.5.1. di atas maka
Tabel 4.1. Tabel data nilai EPNL untuk Bandara Sultan Syarif Kasim II
Pekanbaru selama 3 hari
PNLT
Nama Jenis Tipe Koreksi EPNL
No. Tanggal Jam Lmax maks
Pesawat Operasi Pesawat Durasi (EPNdB)
(PNdB)
1 Batavia 18/03/2011 09.38 Landing 737-300 92.10 103.01 -4.62 98.39
2 Riau 18/03/2011 09.47 Landing 737-500 88.00 99.06 -7.06 92.00
3 Batavia 18/03/2011 09.56 Landing 737-400 92.00 103.82 -5.44 98.38
4 Wings 18/03/2011 10.04 Landing 72-212A 85.60 101.46 -6.46 95.00
5 TNI 18/03/2011 10.18 Landing HERCULES 94.50 104.85 -7.00 97.85
6 Batavia 18/03/2011 10.22 Take Off 737-300 101.30 112.08 -5.34 106.74
7 Riau 18/03/2011 10.31 Take Off 737-500 97.20 106.20 -4.55 101.65
8 Lion 18/03/2011 11.06 Landing 737-900 91.70 101.38 -5.53 95.85
9 Sriwijaya 18/03/2011 11.24 Landing 737-400 90.50 102.26 -5.08 97.18
10 Lion 18/03/2011 11.46 Take Off 737-900 101.90 110.81 -6.23 104.58
11 TNI 18/03/2011 12.10 Landing HERCULES 94.50 104.93 -7.13 97.79
12 Wings 18/03/2011 12.26 Landing 72-212A 84.50 98.81 -5.04 93.76
13 Riau 18/03/2011 12.36 Landing 737-500 88.80 100.25 -6.00 94.25
14 Charter 18/03/2011 14.41 Landing B1900D 87.10 96.37 -4.09 92.28
15 Sriwijaya 18/03/2011 15.13 Landing 737-200 93.00 109.89 -6.56 103.34
16 Lion 18/03/2011 15.18 Take Off 737-900 102.20 110.17 -5.04 105.13
17 Silk 19/03/2011 09.21 Landing A319-100 85.20 97.60 -5.93 91.68
18 Riau 19/03/2011 09.28 Landing 737-500 93.00 104.37 -5.64 98.73
19 Lion 19/03/2011 09.33 Take Off 737-900 100.70 108.75 -4.86 103.89
20 Batavia 19/03/2011 09.47 Landing A320-200 93.00 104.37 -5.64 98.73
21 Batavia 19/03/2011 09.51 Landing 737-300 90.70 102.01 -6.22 95.79
33
PNLT
Nama Jenis Tipe Koreksi EPNL
No. Tanggal Jam Lmax maks
Pesawat Operasi Pesawat Durasi (EPNdB)
(PNdB)
22 Fire Fly 19/03/2011 10.00 Landing 72-212A 85.60 99.37 -5.91 93.46
23 Batavia 19/03/2011 10.09 Take Off 737-400 95.80 105.70 -5.00 100.70
24 Silk 19/03/2011 10.31 Take Off A319-100 91.10 103.93 -4.63 99.30
25 Lion 19/03/2011 10.50 Landing 737-900 91.30 101.73 -5.53 96.20
26 Lion 19/03/2011 11.36 Take Off 737-900 100.50 109.10 -5.80 103.30
27 Lion 19/03/2011 13.24 Landing 737-900 91.70 100.63 -4.61 96.01
28 Wings 19/03/2011 14.02 Landing 72-212A 85.50 100.76 -5.83 94.93
29 Batavia 19/03/2011 14.20 Landing A320-200 87.40 101.32 -6.73 94.59
30 Sriwijaya 19/03/2011 14.35 Landing 737-200 92.60 104.90 -5.12 99.78
31 Lion 19/03/2011 14.56 Landing 737-900 91.70 102.26 -6.08 96.18
32 Riau 19/03/2011 15.03 Landing 737-500 90.50 102.20 -7.39 94.81
33 Sriwijaya 19/03/2011 15.18 Take Off 737-200 106.20 113.46 -4.13 109.32
34 Lion 19/03/2011 15.52 Landing 737-900 91.10 101.89 -5.63 96.26
35 Lion 19/03/2011 15.58 Take Off 737-900 100.60 108.51 -4.47 104.04
36 Pelita 20/03/2011 08.56 Landing F28-0100 86.00 96.01 -4.09 91.93
37 Batavia 20/03/2011 09.32 Landing 737-300 91.00 102.37 -5.23 97.14
38 Garuda 20/03/2011 09.36 Take Off 737-800 97.30 104.65 -3.77 100.88
39 Pelita 20/03/2011 09.49 Take Off F28-0100 97.90 102.87 -2.51 100.36
40 Lion 20/03/2011 09.56 Take Off 737-900 100.20 108.73 -4.84 103.88
41 Riau 20/03/2011 10.18 Take Off 737-500 94.90 105.26 -5.25 100.01
42 Batavia 20/03/2011 10.24 Take Off 737-300 96.90 106.26 -3.90 102.35
43 Noname 20/03/2011 10.30 Take Off 737-400 95.30 102.22 -9.01 99.20
44 Lion 20/03/2011 10.57 Landing 737-900 91.60 102.28 -5.68 96.60
45 Lion 20/03/2011 13.52 Landing 737-900 91.80 101.51 -5.23 96.27
46 Wings 20/03/2011 14.14 Take Off 72-212A 89.00 96.07 -4.98 91.10
47 Sriwijaya 20/03/2011 14.31 Landing 737-200 93.60 110.83 -6.42 104.41
48 Lion 20/03/2011 14.48 Landing 737-900 91.20 99.37 -4.54 94.83
49 Air Asia 20/03/2011 15.58 Landing A320-200 88.50 101.51 -5.64 95.86
34
Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa nilai EPNL
Durasi. Selain itu, nilai EPNL yang diperoleh dari tiap tipe pesawat itu
berbeda-beda. Dari hasil penelitian terlihat juga bahwa pada tipe pesawat
yang sama cenderung memiliki nilai range EPNL yang hampir sama.
Pada Tabel 4.1. juga terlihat bahwa jenis pesawat dengan tipe
pesawat dengan tipe 737-500 memiliki nilai EPNL dengan range antara
EPNL dengan range antara 94.83 – 105.13 EPNdB, pesawat dengan tipe
pesawat dengan tipe 72-212A memiliki nilai EPNL dengan range antara
pesawat dengan tipe 737-800 memiliki nilai EPNL 100.88 EPNdB dan
pesawat dengan tipe B1900D memiliki nilai EPNL 92.28 EPNdB, hal ini
35
dikarenakan pesawat dengan tipe 737-800 dan B1900D yang melintas
dengan 91.10 EPNdB dan nilai EPNL tertinggi adalah tipe 737-200
umur pesawat, jenis operasinya (landing atau take off), jenis mesin dan
pesawat dengan jenis mesin turbojet. Selain itu, umur pesawat 737-200
yang sudah sangat tua (penerbangan perdana tahun 1969) dari pada tipe
pesawat lain juga dapat menjadi faktor penyebab tingginya nilai EPNL
yang dihasilkan pesawat tipe ini. Begitupun dengan jenis operasi dari
off lebih besar nilai EPNLnya daripada saat landing, hal ini dikarenakan
pesawat memerlukan tenaga yang cukup besar dari mesin untuk terbang.
36
4.1.2. Data Hasil Penghitungan nilai EPNL untuk Bandara Juanda
Surabaya
Surabaya selama 3 hari didapatkan data seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2. Tabel data EPNL untuk Bandara Juanda Surabaya selama 3 hari
PNLT
Nama Jenis Tipe Koreksi EPNL
No. Tanggal Jam Lmax maks
Pesawat Operasi Pesawat Durasi (EPNdB)
(PNdB)
1 Lion 8/4/2011 09.43 Landing 737-900 92.80 103.73 -6.03 97.70
2 Merpati 8/4/2011 09.46 Landing 737-300 94.10 105.63 -5.66 99.97
3 Wings 8/4/2011 10.03 Landing 72-212A 87.30 102.21 -6.73 95.48
4 Lion 8/4/2011 10.06 Landing 737-900 93.50 103.70 -6.00 97.70
5 Garuda 8/4/2011 10.19 Landing 737-800 93.00 104.00 -6.11 97.89
6 Wings 8/4/2011 10.23 Landing 72-212A 87.50 103.32 -7.20 96.13
7 Lion 8/4/2011 10.32 Landing 737-900 92.20 103.35 -6.37 96.99
8 Lion 8/4/2011 10.41 Landing 737-400 96.60 107.53 -6.56 100.97
9 TNI 8/4/2011 10.45 Landing 93.40 105.31 -5.22 100.09
10 Lion 8/4/2011 11.00 Landing 737-900 93.50 103.75 -5.88 97.86
11 Batavia 8/4/2011 11.06 Landing 737-400 95.10 106.35 -5.01 101.34
12 Wings 8/4/2011 11.13 Landing MD-82 96.40 104.54 -6.15 98.40
13 Sriwijaya 8/4/2011 11.16 Landing 737-200 95.00 105.93 -4.04 101.89
14 Wings 8/4/2011 11.18 Landing 72-212A 87.80 102.08 -5.96 96.12
15 Lion 8/4/2011 11.22 Landing 737-900 91.60 102.27 -5.40 96.86
16 Garuda 8/4/2011 11.25 Landing 737-800 91.50 102.61 -5.78 96.83
17 Lion 8/4/2011 11.28 Landing 737-900 93.30 103.70 -5.64 98.06
18 Air Asia 8/4/2011 11.31 Landing A320-200 90.00 101.18 -5.87 95.31
19 Garuda 8/4/2011 11.38 Landing 737-800 89.50 99.93 -5.36 94.57
20 Lion 8/4/2011 11.55 Landing 737-900 93.40 104.05 -6.17 97.88
21 Merpati 8/4/2011 11.58 Landing F28-0100 86.20 99.95 -6.15 93.80
22 Sriwijaya 8/4/2011 12.15 Landing 737-200 92.30 108.54 -5.74 102.80
23 Lion 8/4/2011 12.20 Landing 737-900 92.20 103.22 -5.78 97.43
24 Garuda 8/4/2011 12.25 Landing 737-800 91.50 103.92 -6.95 96.96
25 Wings 8/4/2011 12.28 Landing 72-212A 88.20 103.12 -6.29 96.83
26 Wings 8/4/2011 13.15 Landing 72-212A 87.90 102.86 -6.42 96.44
27 Lion 8/4/2011 13.21 Landing 94.30 105.59 -4.48 101.11
28 Sriwijaya 8/4/2011 13.26 Landing 737-400 93.90 105.70 -5.62 100.08
29 Citilink 8/4/2011 13.32 Landing 93.10 104.03 -6.59 97.45
30 Lion 8/4/2011 13.36 Landing 737-400 94.40 105.82 -5.07 100.75
31 Lion 8/4/2011 13.40 Landing 737-900 93.30 103.34 -5.53 97.81
32 Garuda 8/4/2011 13.43 Landing 737-800 90.30 101.35 -6.14 95.21
33 Citilink 8/4/2011 13.58 Landing 92.50 103.88 -6.82 97.06
34 Batavia 8/4/2011 14.02 Landing 737-400 95.00 106.11 -4.77 101.34
35 Wings 8/4/2011 14.11 Landing 72-212A 87.90 102.02 -6.26 95.77
36 Lion 8/4/2011 14.18 Landing 737-900 93.80 103.85 -5.39 98.46
37 Garuda 8/4/2011 14.28 Landing 737-800 90.30 100.04 -5.57 94.48
38 Sriwijaya 8/4/2011 14.30 Landing 737-300 93.60 104.67 -4.83 99.84
39 Lion 8/4/2011 14.33 Landing 737-900 92.60 102.94 -5.93 97.01
40 Jetstar 8/4/2011 14.45 Landing A320-200 87.90 100.46 -6.09 94.37
37
PNLT
Nama Jenis Tipe Koreksi EPNL
No. Tanggal Jam Lmax maks
Pesawat Operasi Pesawat Durasi (EPNdB)
(PNdB)
41 Lion 8/4/2011 15.02 Landing 737-900 92.80 103.23 -5.78 97.46
42 Air Asia 8/4/2011 15.06 Landing A320-200 89.00 100.07 -5.26 94.81
43 Garuda 8/4/2011 15.13 Landing 737-800 89.60 99.58 -5.47 94.11
44 Express 8/4/2011 15.15 Landing 737-200 94.60 112.24 -6.69 105.56
45 Merpati 8/4/2011 15.18 Landing F28-0100 86.90 99.28 -5.61 93.67
46 TNI 8/4/2011 15.27 Landing 81.50 93.77 -4.80 88.97
47 Lion 8/4/2011 15.32 Landing 737-900 92.20 102.42 -5.40 97.01
48 Trigana 8/4/2011 15.35 Landing 90.60 110.35 -7.48 102.87
49 Wings 8/4/2011 15.38 Landing 72-212A 87.60 102.16 -5.85 96.30
50 Garuda 9/4/2011 09.12 Take Off 737-800 92.20 99.06 -2.56 96.49
51 Trigana 9/4/2011 09.21 Take Off 100.10 103.85 -2.21 101.63
52 Lion 9/4/2011 09.22 Take Off 737-900 97.70 106.22 -5.13 101.09
53 Garuda 9/4/2011 09.27 Take Off 91.10 98.16 -2.88 95.27
54 Air Asia 9/4/2011 09.39 Take Off 90.20 102.21 -4.00 98.21
55 Batavia 9/4/2011 09.41 Take Off 737-300 90.40 98.11 -1.94 96.17
56 Citilink 9/4/2011 09.57 Take Off 95.00 102.27 -4.26 98.01
57 Sriwijaya 9/4/2011 09.59 Take Off 737-200 108.10 114.80 -3.70 111.11
58 Silk 9/4/2011 10.05 Take Off A320-200 92.10 103.12 -3.95 99.17
59 Wings 9/4/2011 10.10 Take Off 72-212A 85.70 94.20 -4.80 89.41
60 Garuda 9/4/2011 10.14 Take Off 737-800 91.20 97.83 -2.37 95.47
61 Sriwijaya 9/4/2011 10.28 Take Off 737-300 94.90 101.68 -3.29 98.40
62 Citilink 9/4/2011 10.37 Take Off 94.30 100.70 -3.88 96.82
63 Lion 9/4/2011 10.40 Take Off 737-900 96.40 104.53 -4.83 99.71
64 Sriwijaya 9/4/2011 10.44 Take Off 94.10 103.86 -4.14 99.72
65 Wings 9/4/2011 10.46 Take Off 72-212A 83.80 91.46 -3.69 87.77
66 Lion 9/4/2011 11.03 Take Off 737-900 96.50 105.49 -5.85 99.64
67 Wings 9/4/2011 11.05 Take Off 86.10 92.87 -4.40 88.47
68 Lion 9/4/2011 11.08 Take Off 737-900 96.10 104.67 -4.56 100.10
69 Citilink 9/4/2011 11.10 Take Off 95.70 103.41 -3.92 99.50
70 Wings 9/4/2011 11.19 Take Off 72-212A 83.90 90.90 -4.76 86.15
71 Batavia 9/4/2011 11.21 Take Off 737-300 96.10 106.43 -5.48 100.95
72 Garuda 9/4/2011 11.25 Take Off 737-800 93.80 101.30 -3.54 97.76
73 Lion 9/4/2011 11.33 Take Off 737-400 96.00 103.46 -3.60 99.86
74 Lion 9/4/2011 11.52 Take Off 737-900 98.10 104.96 -4.00 100.96
75 Sriwijaya 9/4/2011 12.04 Take Off 737-200 107.00 113.32 -3.92 109.41
76 Sriwijaya 9/4/2011 12.10 Take Off 737-200 103.50 111.07 -5.32 105.74
77 Batavia 9/4/2011 12.16 Take Off 737-300 92.70 101.57 -3.49 98.09
78 Garuda 9/4/2011 14.28 Landing 737-800 89.30 99.11 -4.45 94.67
79 Sriwijaya 9/4/2011 14.34 Landing 737-300 90.80 101.53 -4.41 97.12
80 Batavia 9/4/2011 14.37 Landing 737-400 92.50 103.77 -3.68 100.09
81 Jetstar 9/4/2011 14.41 Landing A320-200 88.80 101.09 -5.91 95.19
82 Air Asia 9/4/2011 14.46 Landing A320-200 89.70 101.06 -5.64 95.42
83 Wings 9/4/2011 14.50 Landing 72-212A 87.40 102.75 -6.14 96.61
84 Lion 9/4/2011 14.55 Landing 737-900 91.70 101.72 -4.71 97.00
85 Express 9/4/2011 15.03 Landing 737-200 94.10 112.82 -7.08 105.74
86 Garuda 9/4/2011 15.07 Landing 737-800 89.90 100.74 -5.10 95.64
87 Merpati 9/4/2011 15.17 Landing F28-0100 87.50 100.94 -6.14 94.81
88 Merpati 9/4/2011 15.27 Landing 737-300 91.80 103.49 -3.91 99.58
89 Batavia 9/4/2011 15.34 Landing 737-400 93.70 105.19 -4.10 101.09
90 Garuda 9/4/2011 15.46 Landing 737-800 89.80 102.44 -6.40 96.04
91 Wings 9/4/2011 15.50 Landing 72-212A 87.60 102.38 -5.70 96.68
92 Sriwijaya 9/4/2011 15.52 Landing 737-200 93.00 111.40 -5.07 106.33
93 Batavia 9/4/2011 15.55 Landing A320-200 91.30 103.48 -6.31 97.17
38
PNLT
Nama Jenis Tipe Koreksi EPNL
No. Tanggal Jam Lmax maks
Pesawat Operasi Pesawat Durasi (EPNdB)
(PNdB)
94 Wings 9/4/2011 16.01 Landing 72-212A 87.20 102.87 -6.17 96.69
95 Batavia 9/4/2011 16.04 Landing 737-300 91.90 103.02 -5.25 97.77
96 Lion 9/4/2011 16.13 Landing 737-900 92.00 102.84 -5.56 97.28
97 TNI 9/4/2011 16.18 Landing 96.20 107.16 -7.73 99.44
98 Merpati 9/4/2011 16.21 Landing 737-300 93.10 104.45 -4.94 99.51
99 TNI 9/4/2011 16.26 Landing 96.20 108.34 -7.58 100.76
100 Batavia 9/4/2011 16.32 Landing 737-300 92.10 104.12 -7.28 96.84
101 TNI 9/4/2011 16.35 Landing HERCULES 95.60 107.62 -8.00 99.63
102 Silk 10/4/2011 08.52 Landing A319-100 93.40 104.97 -6.83 98.15
103 Wings 10/4/2011 08.55 Landing 72-212A 91.10 105.54 -6.35 99.19
104 Sriwijaya 10/4/2011 09.10 Landing 737-200 98.60 114.91 -6.88 108.03
105 Garuda 10/4/2011 09.15 Landing 737-800 95.00 105.25 -7.11 98.14
106 Wings 10/4/2011 09.19 Landing 72-212A 90.40 102.65 -5.04 97.61
107 Citilink 10/4/2011 09.24 Landing 97.00 108.09 -7.85 100.25
108 Merpati 10/4/2011 09.30 Landing 737-300 98.10 110.14 -7.94 102.20
109 Lion 10/4/2011 09.35 Landing 737-900 95.60 106.63 -7.22 99.42
110 Lion 10/4/2011 09.44 Landing 737-900 99.70 109.21 -7.11 102.11
111 Lion 10/4/2011 09.54 Landing 737-900 96.60 107.92 -7.67 100.25
112 Sriwijaya 10/4/2011 09.56 Landing 737-300 95.50 105.53 -5.29 100.24
113 Citilink 10/4/2011 10.10 Landing 96.80 108.82 -7.63 101.20
114 Wings 10/4/2011 10.16 Landing 72-212A 90.30 102.98 -5.02 97.96
115 Lion 10/4/2011 10.21 Landing 737-400 99.60 110.72 -6.39 104.33
116 Garuda 10/4/2011 10.26 Landing 737-800 93.70 102.70 -6.51 96.19
117 Wings 10/4/2011 10.30 Landing 72-212A 92.30 104.65 -5.82 98.83
118 Sriwijaya 10/4/2011 10.34 Landing 737-200 99.40 114.48 -7.55 106.93
119 Lion 10/4/2011 10.57 Landing 737-900 98.20 108.54 -7.46 101.08
120 Wings 10/4/2011 11.00 Landing MD-82 96.70 107.90 -7.22 100.67
121 Lion 10/4/2011 11.17 Landing 737-900 97.50 109.13 -7.88 101.25
122 Sriwijaya 10/4/2011 11.20 Landing 737-200 99.90 114.76 -7.45 107.30
123 Lion 10/4/2011 11.24 Landing 737-900 98.80 108.88 -7.25 101.62
124 Garuda 10/4/2011 11.29 Landing 737-800 96.60 107.88 -7.78 100.10
125 Garuda 10/4/2011 11.32 Landing 737-800 95.80 107.28 -7.26 100.02
126 Air Asia 10/4/2011 11.36 Landing A320-200 95.50 107.41 -8.27 99.14
127 Lion 10/4/2011 14.06 Take Off 737-900 95.60 103.64 -4.40 99.24
128 Noname 10/4/2011 14.22 Take Off 96.80 105.35 -3.50 101.85
129 Batavia 10/4/2011 14.25 Take Off 89.10 98.19 -2.75 95.45
130 Garuda 10/4/2011 14.38 Take Off 737-800 93.70 101.45 -3.88 97.57
131 Citilink 10/4/2011 14.50 Take Off 92.80 101.46 -5.33 96.13
132 Lion 10/4/2011 14.54 Take Off 737-900 96.20 104.27 -4.07 100.20
133 Lion 10/4/2011 14.58 Take Off 737-400 95.60 105.28 -4.96 100.32
134 Lion 10/4/2011 15.01 Take Off 737-900 96.20 105.72 -5.53 100.19
135 Batavia 10/4/2011 15.10 Take Off 737-400 94.70 102.93 -3.47 99.47
39
Gambar 4.2. Nilai EPNL per pesawat di bandara Surabaya
Selain nilai EPNL yang diperoleh dari tiap tipe pesawat itu
berbeda. Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa nilai EPNL
Durasi. Dan dari hasil penelitian terlihat juga bahwa pada tipe pesawat
yang sama cenderung memiliki nilai range EPNL yang hampir sama.
Pada Tabel 4.2. terlihat bahwa jenis pesawat dengan tipe 737-200
pesawat dengan tipe 737-300 memiliki nilai EPNL dengan range antara
EPNL dengan range antara 99.47 – 104.33 EPNdB dB, pesawat dengan
tipe 737-800 memiliki nilai EPNL dengan range antara 94.11 – 100.10
pesawat dengan tipe MD-82 memiliki nilai EPNL dengan range antara
40
EPNL dengan range antara 93.67 – 94.81 EPNdB, pesawat dengan tipe
EPNL 98.15 EPNdB dan pesawat dengan tipe Hercules memiliki nilai
EPNL 99.63 EPNdB, hal ini dikarenakan pesawat dengan tipe A319-100
dengan 86.15 EPNdB dan nilai EPNL tertinggi adalah tipe 737-200
umur pesawat, jenis operasinya (landing atau take off), jenis mesin dan
pesawat dengan jenis mesin turbojet. Selain itu, umur pesawat 737-200
yang sudah sangat tua (penerbangan perdana tahun 1969) dari pada tipe
pesawat lain juga dapat menjadi faktor penyebab tingginya nilai EPNL
yang dihasilkan pesawat tipe ini. Begitupun dengan jenis operasi dari
41
off lebih besar nilai EPNLnya daripada saat landing, hal ini dikarenakan
pesawat memerlukan tenaga yang cukup besar dari mesin untuk terbang.
melihat no. registrasi pesawat yang terletak di bagian bawah sayap dan
kedua bandara memiliki tipe pesawat yang sama untuk nilai EPNL
212A adalah pesawat dengan kontribusi bising paling sedikit. Selain itu,
bila dilihat dari range nilai EPNL yang diperoleh di bandara Pekanbaru
42
4.2. Hasil Penghitungan Kolerasi Dan Regresi Dari Tingkat
korelasi dan regresi antara nilai Lmax dengan nilai EPNL dari data hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.3. Hasil Penghitungan Statistik Korelasi antara nilai EPNL dan Lmax
di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru
Correlations
EPNL Lmax
EPNL Pearson Correlation 1 .915**
Sig. (2-tailed) .000
N 49 49
Lmax Pearson Correlation .915** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 49 49
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
43
Dari tabel hasil penghitungan di atas didapatkan nilai korelasi
antara EPNL dan Lmax sebesar 0.915. Hal ini menunjukkan bahwa
adanya hubungan yang cukup erat atau kuat antara EPNL dengan Lmax.
Tanda ‘+’ pada nilai korelasi menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai
probabilitas 0.000 < 0.025 yang berarti bahwa hubungan antara EPNL
Tabel 4.4. Hasil Penghitungan Statistik Regresi antara nilai EPNL dan Lmax di
Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 26.931 4.602 5.852 .000
Lmax .768 .049 .915 15.531 .000
a. Dependent Variable: EPNL
yang terukur maka semakin tinggi pula nilai EPNL yang dihasilkan.
44
3.5.2b. Untuk t tabel12 dua sisi, didapatkan angka t(0.025; 47) adalah
b) Berdasarkan probabilitas
dengan dua cara di atas dihasilkan angka konstanta yang signifikan. Hal
Sebagai contoh:
12
Junaidi. Titik Persentase Distribusi t d.f. = 1-200. http:/junaidichaniago.wordpress.com diakses pada 20-09-
2011 jam 14.33 WIB.
45
berdasarkan Tabel 4.1. EPNLnya adalah 98.39 EPNdB, dengan
perbedaan (selisih) sebesar 0.73 EPNdB. Dengan cara yang sama untuk
Tabel 4.5. Hasil Perbandingan nilai EPNL Metode FAA dengan nilai EPNL
Prediksi di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru
EPNL
EPNL
Nama Jenis Tipe Metode Lmax
No. Tanggal Jam Prediksi Selisih
Pesawat Operasi Pesawat FAA Pengukuran
(EPNdB)
(EPNdB)
1. Batavia 18/03/2011 09.38 Landing 737-300 98.39 92.10 97.66 0.73
2. Riau 18/03/2011 09.47 Landing 737-500 92.00 88.00 94.52 -2.52
3. Batavia 18/03/2011 09.56 Landing 737-400 98.38 92.00 97.59 0.79
4. Wings 18/03/2011 10.04 Landing 72-212A 95.00 85.60 92.67 2.33
5. TNI 18/03/2011 10.18 Landing HERCULES 97.85 94.50 99.51 -1.66
6. Batavia 18/03/2011 10.22 Take Off 737-300 106.74 101.30 104.73 2.01
7. Riau 18/03/2011 10.31 Take Off 737-500 101.65 97.20 101.58 0.07
8. Lion 18/03/2011 11.06 Landing 737-900 95.85 91.70 97.36 -1.51
9. Sriwijaya 18/03/2011 11.24 Landing 737-400 97.18 90.50 96.44 0.75
10. Lion 18/03/2011 11.46 Take Off 737-900 104.58 101.90 105.19 -0.61
11. TNI 18/03/2011 12.10 Landing HERCULES 97.79 94.50 99.51 -1.72
12. Wings 18/03/2011 12.26 Landing 72-212A 93.76 84.50 91.83 1.93
13. Riau 18/03/2011 12.36 Landing 737-500 94.25 88.80 95.13 -0.88
14. Charter 18/03/2011 14.41 Landing B1900D 92.28 87.10 93.82 -1.54
15. Sriwijaya 18/03/2011 15.13 Landing 737-200 103.34 93.00 98.36 4.99
16. Lion 18/03/2011 15.18 Take Off 737-900 105.13 102.20 105.42 -0.29
17. Silk 19/03/2011 09.21 Landing A319-100 91.68 85.20 92.36 -0.68
18. Riau 19/ 03/2011 09.28 Landing 737-500 98.73 93.00 98.36 0.38
19. Lion 19/03/2011 09.33 Take Off 737-900 103.89 100.70 104.27 -0.38
20. Batavia 19/ 03/2011 09.47 Landing A320-200 98.73 93.00 98.36 0.38
21. Batavia 19/03/2011 09.51 Landing 737-300 95.79 90.70 96.59 -0.80
22. Fire Fly 19/ 03/2011 10.00 Landing 72-212A 93.46 85.60 92.67 0.79
23. Batavia 19/03/2011 10.09 Take Off 737-400 100.70 95.80 100.51 0.19
24. Silk 19/ 03/2011 10.31 Take Off A319-100 99.30 91.10 96.90 2.40
25. Lion 19/03/2011 10.50 Landing 737-900 96.20 91.30 97.05 -0.85
26. Lion 19/ 03/2011 11.36 Take Off 737-900 103.30 100.50 104.12 -0.81
27. Lion 19/03/2011 13.24 Landing 737-900 96.01 91.70 97.36 -1.35
28. Wings 19/ 03/2011 14.02 Landing 72-212A 94.93 85.50 92.60 2.34
29. Batavia 19/03/2011 14.20 Landing A320-200 94.59 87.40 94.05 0.54
30. Sriwijaya 19/ 03/2011 14.35 Landing 737-200 99.78 92.60 98.05 1.73
31. Lion 19/03/2011 14.56 Landing 737-900 96.18 91.70 97.36 -1.18
32. Riau 19/ 03/2011 15.03 Landing 737-500 94.81 90.50 96.44 -1.63
33. Sriwijaya 19/03/2011 15.18 Take Off 737-200 109.32 106.20 108.49 0.83
34. Lion 19/ 03/2011 15.52 Landing 737-900 96.26 91.10 96.90 -0.64
35. Lion 19/03/2011 15.58 Take Off 737-900 104.04 100.60 104.19 -0.15
46
EPNL
EPNL
Nama Jenis Tipe Metode Lmax
No. Tanggal Jam Prediksi Selisih
Pesawat Operasi Pesawat FAA Pengukuran
(EPNdB)
(EPNdB)
36. Pelita 20/03/2011 08.56 Landing F28-0100 91.93 86.00 92.98 -1.05
37. Batavia 20/03/2011 09.32 Landing 737-300 97.14 91.00 96.82 0.32
38. Garuda 20/03/2011 09.36 Take Off 737-800 100.88 97.30 101.66 -0.78
39. Pelita 20/03/2011 09.49 Take Off F28-0100 100.36 97.90 102.12 -1.76
40. Lion 20/03/ 2011 09.56 Take Off 737-900 103.88 100.20 103.88 0.00
41. Riau 20/03/2011 10.18 Take Off 737-500 100.01 94.90 99.81 0.20
42. Batavia 20/03/2011 10.24 Take Off 737-300 102.35 96.90 101.35 1.00
43. Noname 20/03/2011 10.30 Take Off 737-400 99.20 95.30 100.12 -0.92
44. Lion 20/03/2011 10.57 Landing 737-900 96.60 91.60 97.28 -0.68
45. Lion 20/03/2011 13.52 Landing 737-900 96.27 91.80 97.43 -1.16
46. Wings 20/03/2011 14.14 Take Off 72-212A 91.10 89.00 95.28 -4.18
47. Sriwijaya 20/03/2011 14.31 Landing 737-200 104.41 93.60 98.82 5.59
48. Lion 20/03/2011 14.48 Landing 737-900 94.83 91.20 96.97 -2.14
49. Air Asia 20/03/2011 15.58 Landing A320-200 95.86 88.50 94.90 0.96
Selisih rata-rata -0.013
dikatakan koreksi yang diperoleh sebesar 0.013 EPNdB. Selain itu, dari
47
bahwa nilai perbedaan (selisih) terbesar diperoleh pesawat tipe 737-200
yang panjang. Cukup dengan mengetahui nilai Lmax dari tiap pesawat
yang akan diketahui nilai EPNLnya. Semakin kecil nilai perbedaan yang
Pada Tabel 4.5. terlihat bahwa jenis pesawat dengan tipe 737-200
dengan tipe 737-800 memiliki selisih dengan nilai -0.78 EPNdB dan
pesawat dengan tipe B1900D memiliki nilai selisih -1.54 EPNdB, hal ini
48
demikian untuk bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru terdapat
dengan -1.69 EPNdB dan nilai selisih tertinggi adalah tipe 737-200
Juanda Surabaya
berikut:
Tabel 4.6. Hasil Penghitungan Statistik Korelasi antara nilai EPNL dan Lmax
di Bandara Juanda Surabaya
Correlations
EPNL Lmax
EPNL Pearson Correlation 1 .852**
Sig. (2-tailed) .000
N 135 135
Lmax Pearson Correlation .852** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 135 135
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
EPNL dan Lmax sebesar 0.852. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
hubungan yang cukup erat atau kuat antara EPNL dengan Lmax. Tanda
‘+’ pada nilai korelasi menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai EPNL
49
0.000 < 0.025 yang berarti bahwa hubungan antara EPNL dan Lmax
Tabel 4.7. Hasil Penghitungan Statistik Regresi antara nilai EPNL dan Lmax di
Bandara Juanda Surabaya
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 26.062 3.869 6.736 .000
Lmax .778 .042 .852 18.755 .000
a. Dependent Variable: EPNL
semakin tinggi nilai Lmax yang terukur maka semakin tinggi pula nilai
3.5.3b Untuk t tabel dua sisi, didapatkan angka t(0.025; 133) adalah 1.97796.
50
b) Berdasarkan probabilitas
dengan dua cara di atas dihasilkan angka konstanta yang signifikan. Hal
Sebagai contoh:
sebagai berikut:
51
Tabel 4.8. Hasil Perbandingan nilai EPNL Metode FAA dengan nilai EPNL
Prediksi di Bandara Juanda Surabaya
EPNL
EPNL
Nama Jenis Tipe Metode Lmax
No. Tanggal Jam Prediksi Selisih
Pesawat Operasi Pesawat FAA Pengukuran
(EPNdB)
(EPNdB)
1. Lion 08/04/2011 09.43 Landing 737-900 97.70 92.8 98.26 -0.56
2. Merpati 08/04/2011 09.46 Landing 737-300 99.97 94.1 99.27 0.70
3. Wings 08/04/2011 10.03 Landing 72-212A 95.48 87.3 93.98 1.50
4. Lion 08/04/2011 10.06 Landing 737-900 97.70 93.5 98.81 -1.11
5. Garuda 08/04/2011 10.19 Landing 737-800 97.89 93.0 98.42 -0.53
6. Wings 08/04/2011 10.23 Landing 72-212A 96.13 87.5 94.14 1.99
7. Lion 08/04/2011 10.32 Landing 737-900 96.99 92.2 97.79 -0.80
8. Lion 08/04/2011 10.41 Landing 737-400 100.97 96.6 101.22 -0.25
9. TNI 08/04/2011 10.45 Landing 100.09 93.4 98.73 1.36
10. Lion 08/04/2011 11.00 Landing 737-900 97.86 93.5 98.81 -0.95
11. Batavia 08/04/2011 11.06 Landing 737-400 101.34 95.1 100.05 1.29
12. Wings 08/04/2011 11.13 Landing MD-82 98.40 96.4 101.06 -2.66
13. Sriwijaya 08/04/2011 11.16 Landing 737-200 101.89 95.0 99.97 1.92
14. Wings 08/04/2011 11.18 Landing 72-212A 96.12 87.8 94.37 1.75
15. Lion 08/04/2011 11.22 Landing 737-900 96.86 91.6 97.33 -0.47
16. Garuda 08/04/2011 11.25 Landing 737-800 96.83 91.5 97.25 -0.42
17. Lion 08/04/2011 11.28 Landing 737-900 98.06 93.3 98.65 -0.59
18. Air Asia 08/04/2011 11.31 Landing A320-200 95.31 90.0 96.08 -0.77
19. Garuda 08/04/2011 11.38 Landing 737-800 94.57 89.5 95.69 -1.12
20. Lion 08/04/2011 11.55 Landing 737-900 97.88 93.4 98.73 -0.85
21. Merpati 08/04/2011 11.58 Landing F28-0100 93.80 86.2 93.13 0.67
22. Sriwijaya 08/04/2011 12.15 Landing 737-200 102.80 92.3 97.87 4.93
23. Lion 08/04/2011 12.20 Landing 737-900 97.43 92.2 97.79 -0.36
24. Garuda 08/04/2011 12.25 Landing 737-800 96.96 91.5 97.25 -0.29
25. Wings 08/04/2011 12.28 Landing 72-212A 96.83 88.2 94.68 2.15
26. Wings 08/04/2011 13.15 Landing 72-212A 96.44 87.9 94.45 1.99
27. Lion 08/04/2011 13.21 Landing 101.11 94.3 99.43 1.68
28. Sriwijaya 08/04/2011 13.26 Landing 737-400 100.08 93.9 99.12 0.96
29. Citilink 08/04/2011 13.32 Landing 97.45 93.1 98.49 -1.04
30. Lion 08/04/2011 13.36 Landing 737-400 100.75 94.4 99.51 1.24
31. Lion 08/04/2011 13.40 Landing 737-900 97.81 93.3 98.65 -0.84
32. Garuda 08/04/2011 13.43 Landing 737-800 95.21 90.3 96.32 -1.11
33. Citilink 08/04/2011 13.58 Landing 97.06 92.5 98.03 -0.97
34. Batavia 08/04/2011 14.02 Landing 737-400 101.34 95.0 99.97 1.37
35. Wings 08/04/2011 14.11 Landing 72-212A 95.77 87.9 94.45 1.32
36. Lion 08/04/2011 14.18 Landing 737-900 98.46 93.8 99.04 -0.58
37. Garuda 08/04/2011 14.28 Landing 737-800 94.48 90.3 96.32 -1.84
38. Sriwijaya 08/04/2011 14.30 Landing 737-300 99.84 93.6 98.88 0.96
39. Lion 08/04/2011 14.33 Landing 737-900 97.01 92.6 98.10 -1.09
40. Jetstar 08/04/2011 14.45 Landing A320-200 94.37 87.9 94.45 -0.08
41. Lion 08/04/2011 15.02 Landing 737-900 97.46 92.8 98.26 -0.80
42. Air Asia 08/04/2011 15.06 Landing A320-200 94.81 89.0 95.30 -0.49
43. Garuda 08/04/2011 15.13 Landing 737-800 94.11 89.6 95.77 -1.66
44. Express 08/04/2011 15.15 Landing 737-200 105.56 94.6 99.66 5.90
45. Merpati 08/04/2011 15.18 Landing F28-0100 93.67 86.9 93.67 0.00
46. TNI 08/04/2011 15.27 Landing 88.97 81.5 89.47 -0.50
47. Lion 08/04/2011 15.32 Landing 737-900 97.01 92.2 97.79 -0.78
52
EPNL
EPNL
Nama Jenis Tipe Metode Lmax
No. Tanggal Jam Prediksi Selisih
Pesawat Operasi Pesawat FAA Pengukuran
(EPNdB)
(EPNdB)
48. Trigana 08/04/2011 15.35 Landing 102.87 90.6 96.55 6.32
49. Wings 08/04/2011 15.38 Landing 72-212A 96.30 87.6 94.21 2.09
50. Garuda 09/04/2011 09.12 Take Off 737-800 96.49 92.2 97.79 -1.30
51. Trigana 09/04/2011 09.21 Take Off 101.63 100.1 103.94 -2.31
52. Lion 09/04/2011 09.22 Take Off 737-900 101.09 97.7 102.07 -0.98
53. Garuda 09/04/2011 09.27 Take Off 95.27 91.1 96.94 -1.67
54. Air Asia 09/04/2011 09.39 Take Off 98.21 90.2 96.24 1.97
55. Batavia 09/04/2011 09.41 Take Off 737-300 96.17 90.4 96.39 -0.22
56. Citilink 09/04/2011 09.57 Take Off 98.01 95.0 99.97 -1.96
57. Sriwijaya 09/04/2011 09.59 Take Off 737-200 111.11 108.1 110.16 0.95
58. Silk 09/04/2011 10.05 Take Off A320-200 99.17 92.1 97.72 1.45
59. Wings 09/04/2011 10.10 Take Off 72-212A 89.41 85.7 92.74 -3.33
60. Garuda 09/04/2011 10.14 Take Off 737-800 95.47 91.2 97.02 -1.55
61. Sriwijaya 09/04/2011 10.28 Take Off 737-300 98.40 94.9 99.89 -1.49
62. Citilink 09/04/2011 10.37 Take Off 96.82 94.3 99.43 -2.61
63. Lion 09/04/2011 10.40 Take Off 737-900 99.71 96.4 101.06 -1.35
64. Sriwijaya 09/04/2011 10.44 Take Off 99.72 94.1 99.27 0.45
65. Wings 09/04/2011 10.46 Take Off 72-212A 87.77 83.8 91.26 -3.49
66. Lion 09/04/2011 11.03 Take Off 737-900 99.64 96.5 101.14 -1.50
67. Wings 09/04/2011 11.05 Take Off 88.47 86.1 93.05 -4.58
68. Lion 09/04/2011 11.08 Take Off 737-900 100.10 96.1 100.83 -0.73
69. Citilink 09/04/2011 11.10 Take Off 99.50 95.7 100.52 -1.02
70. Wings 09/04/2011 11.19 Take Off 72-212A 86.15 83.9 91.34 -5.19
71. Batavia 09/04/2011 11.21 Take Off 737-300 100.95 96.1 100.83 0.12
72. Garuda 09/04/2011 11.25 Take Off 737-800 97.76 93.8 99.04 -1.28
73. Lion 09/04/2011 11.33 Take Off 737-400 99.86 96.0 100.75 -0.89
74. Lion 09/04/2011 11.52 Take Off 737-900 100.96 98.1 102.38 -1.42
75. Sriwijaya 09/04/2011 12.04 Take Off 737-200 109.41 107.0 109.31 0.10
76. Sriwijaya 09/04/2011 12.10 Take Off 737-200 105.74 103.5 106.59 -0.84
77. Batavia 09/04/2011 12.16 Take Off 737-300 98.09 92.7 98.18 -0.09
78. Garuda 09/04/2011 14.28 Landing 737-800 94.67 89.3 95.54 -0.87
79. Sriwijaya 09/04/2011 14.34 Landing 737-300 97.12 90.8 96.70 0.42
80. Batavia 09/04/2011 14.37 Landing 737-400 100.09 92.5 98.03 2.06
81. Jetstar 09/04/2011 14.41 Landing A320-200 95.19 88.8 95.15 0.04
82. Air Asia 09/04/2011 14.46 Landing A320-200 95.42 89.7 95.85 -0.43
83. Wings 09/04/2011 14.50 Landing 72-212A 96.61 87.4 94.06 2.55
84. Lion 09/04/2011 14.55 Landing 737-900 97.00 91.7 97.40 -0.40
85. Express 09/04/2011 15.03 Landing 737-200 105.74 94.1 99.27 6.47
86. Garuda 09/04/2011 15.07 Landing 737-800 95.64 89.9 96.00 -0.36
87. Merpati 09/04/2011 15.17 Landing F28-0100 94.81 87.5 94.14 0.67
88. Merpati 09/04/2011 15.27 Landing 737-300 99.58 91.8 97.48 2.10
89. Batavia 09/04/2011 15.34 Landing 737-400 101.09 93.7 98.96 2.13
90. Garuda 09/04/2011 15.46 Landing 737-800 96.04 89.8 95.93 0.11
91. Wings 09/04/2011 15.50 Landing 72-212A 96.68 87.6 94.21 2.47
92. Sriwijaya 09/04/2011 15.52 Landing 737-200 106.33 93.0 98.42 7.91
93. Batavia 09/04/2011 15.55 Landing A320-200 97.17 91.3 97.09 0.08
94. Wings 09/04/2011 16.01 Landing 72-212A 96.69 87.2 93.90 2.79
95. Batavia 09/04/2011 16.04 Landing 737-300 97.77 91.9 97.56 0.21
96. Lion 09/04/2011 16.13 Landing 737-900 97.28 92.0 97.64 -0.36
97. TNI 09/04/2011 16.18 Landing 99.44 96.2 100.91 -1.47
53
EPNL
EPNL
Nama Jenis Tipe Metode Lmax
No. Tanggal Jam Prediksi Selisih
Pesawat Operasi Pesawat FAA Pengukuran
(EPNdB)
(EPNdB)
98. Merpati 09/04/2011 16.21 Landing 737-300 99.51 93.1 98.49 1.02
99. TNI 09/04/2011 16.26 Landing 100.76 96.2 100.91 -0.15
100. Batavia 09/04/2011 16.32 Landing 737-300 96.84 92.1 97.72 -0.88
101. TNI 09/04/2011 16.35 Landing HERCULES 99.63 95.6 100.44 -0.81
102. Silk 10/04/2011 08.52 Landing A319-100 98.15 93.4 98.73 -0.58
103. Wings 10/04/2011 08.55 Landing 72-212A 99.19 91.1 96.94 2.25
104. Sriwijaya 10/04/2011 09.10 Landing 737-200 108.03 98.6 102.77 5.26
105. Garuda 10/04/2011 09.15 Landing 737-800 98.14 95.0 99.97 -1.83
106. Wings 10/04/2011 09.19 Landing 72-212A 97.61 90.4 96.39 1.22
107. Citilink 10/04/2011 09.24 Landing 100.25 97.0 101.53 -1.28
108. Merpati 10/04/2011 09.30 Landing 737-300 102.20 98.1 102.38 -0.18
109. Lion 10/04/2011 09.35 Landing 737-900 99.42 95.6 100.44 -1.02
110. Lion 10/04/2011 09.44 Landing 737-900 102.11 99.7 103.63 -1.52
111. Lion 10/04/2011 09.54 Landing 737-900 100.25 96.6 101.22 -0.97
112. Sriwijaya 10/04/2011 09.56 Landing 737-300 100.24 95.5 100.36 -0.12
113. Citilink 10/04/2011 10.10 Landing 101.20 96.8 101.37 -0.17
114. Wings 10/04/2011 10.16 Landing 72-212A 97.96 90.3 96.32 1.64
115. Lion 10/04/2011 10.21 Landing 737-400 104.33 99.6 103.55 0.78
116. Garuda 10/04/2011 10.26 Landing 737-800 96.19 93.7 98.96 -2.77
117. Wings 10/04/2011 10.30 Landing 72-212A 98.83 92.3 97.87 0.96
118. Sriwijaya 10/04/2011 10.34 Landing 737-200 106.93 99.4 103.40 3.53
119. Lion 10/04/2011 10.57 Landing 737-900 101.08 98.2 102.46 -1.38
120. Wings 10/04/2011 11.00 Landing MD-82 100.67 96.7 101.29 -0.62
121. Lion 10/04/2011 11.17 Landing 737-900 101.25 97.5 101.92 -0.67
122. Sriwijaya 10/04/2011 11.20 Landing 737-200 107.30 99.9 103.78 3.52
123. Lion 10/04/2011 11.24 Landing 737-900 101.62 98.8 102.93 -1.31
124. Garuda 10/04/2011 11.29 Landing 737-800 100.10 96.6 101.22 -1.12
125. Garuda 10/04/2011 11.32 Landing 737-800 100.02 95.8 100.59 -0.57
126. Air Asia 10/04/2011 11.36 Landing A320-200 99.14 95.5 100.36 -1.22
127. Lion 10/04/2011 14.06 Take Off 737-900 99.24 95.6 100.44 -1.20
128. Noname 10/04/2011 14.22 Take Off 101.85 96.8 101.37 0.48
129. Batavia 10/04/2011 14.25 Take Off 95.45 89.1 95.38 0.07
130. Garuda 10/04/2011 14.38 Take Off 737-800 97.57 93.7 98.96 -1.39
131. Citilink 10/04/2011 14.50 Take Off 96.13 92.8 98.26 -2.13
132. Lion 10/04/2011 14.54 Take Off 737-900 100.20 96.2 100.91 -0.71
133. Lion 10/04/2011 14.58 Take Off 737-400 100.32 95.6 100.44 -0.12
134. Lion 10/04/2011 15.01 Take Off 737-900 100.19 96.2 100.91 -0.72
135. Batavia 10/04/2011 15.10 Take Off 737-400 99.47 94.7 99.74 -0.27
Selisih rata-rata 0.036
54
Gambar 4.4. Perbandingan nilai EPNL Pengukuran dengan nilai EPNL
Prediksi
bahwa koreksi yang diperoleh sebesar 0.036 EPNdB. Selain itu, dari
panjang. Cukup dengan mengetahui nilai Lmax dari tiap pesawat yang
Pada Tabel 4.6. terlihat bahwa jenis pesawat dengan tipe 737-200
55
memiliki selisih rata-rata 0.20 EPNdB, pesawat dengan tipe 737-400
tipe A319-100 memiliki selisih dengan nilai -0.58 EPNdB dan pesawat
dengan tipe Hercules memiliki nilai selisih 0.81 EPNdB, hal ini
selisih terendah adalah tipe 72-212A dengan EPNdB dan nilai selisih
(Leq)
56
4.3.1. Hasil Penghitungan Leq Untuk Bandara Sultan Syarif Kasim
II Pekanbaru
Gambar 4.5. Grafik Leq terhadap waktu pengukuran di sekitar Bandara Sultan
Syarif Kasim II Pekanbaru
yang mana sumber bising utama pada TU1 Kantor BPMP dan TU2
terlihat saat jam-jam tertentu pada Gambar 4.5. grafik di atas ditunjukkan
melonjak secara signifikan dan level puncak ini hampir bersamaan terjadi
untuk setiap titik ukur. Dengan menggunakan software SPSS 19, maka
57
Tabel 4.9. Hasil Penghitungan Statistik data Leq untuk Bandara Sultan Syarif
Kasim II Pekanbaru
Statistics
Valid 72 72 72
N
Missing 0 0 0
Mean 60.3307 61.6446 52.7450
Std. Error of Mean .53688 1.55419 1.00493
Median 60.0250 61.1000 52.8950
Std. Deviation 4.55561 13.18773 8.52713
Variance 20.754 173.916 72.712
Skewness -.112 .327 .500
Std. Error of Skewness .283 .283 .283
Kurtosis -.190 -.775 .267
Std. Error of Kurtosis .559 .559 .559
Range 22.00 44.76 37.60
Minimum 49.90 41.35 39.87
Maximum 71.90 86.11 77.47
di TU2 Musholla dengan nilai 86.11 dB(A) dan nilai Leq minimum
terkecil terjadi di TU3 Rumah Warga dengan nilai 39.87 dB(A). Nilai
TU2 Musholla yaitu sebesar 44.76 dB(A). Nilai rentang Leq minimum
58
b. Nilai Rasio Skewness (Kemencengan) yaitu nilai skewness dibagi
Skewness berada diantara -2 dan +2. Sesuai dengan teori statistik bahwa
Gambar 4.6. Histogram data Leq untuk lokasi pengukuran di Kantor BPMP
59
Batang histogram pada Gambar 4.7. menggambarkan bahwa
normal. Terlihat dari bentuk kurva pada histogram yang mirip seperti
Gambar 4.8. Histogram data Leq untuk lokasi pengukuran di Rumah Warga
Gambar 4.9. Grafik Leq terhadap waktu pengukuran di sekitar Bandara Juanda
Surabaya
60
Pada Gambar 4.9. ditampilkan grafik Leq terhadap waktu disetiap
bising utama pada TU1 Griya Karya dan TU3 RM Depot adalah aktifitas
berada di sisi samping bandara (side line) sehingga lebih didominasi oleh
puncak disaat jam-jam tertentu pula, yang melonjak secara signifikan dan
level puncak ini hampir bersamaan terjadi untuk setiap titik ukur. Dengan
Tabel 4.10. Hasil Penghitungan Statistik data Leq untuk Bandara Juanda
Surabaya
Statistics
TU1_Griya_Karya TU2_Kantor_Desa TU3_RM_Depot
N Valid 72 72 72
Missing 0 0 0
Mean 65.7576 60.3961 63.8528
Std. Error of Mean 1.00608 .84405 .65991
Median 69.4600 60.4100 65.3000
Std. Deviation 8.53685 7.16203 5.59950
Skewness -1.584 -.461 -.820
Std. Error of Skewness .283 .283 .283
Kurtosis 1.521 -.379 .435
Std. Error of Kurtosis .559 .559 .559
Range 32.59 29.39 26.00
Minimum 42.23 44.38 49.50
Maximum 74.82 73.77 75.50
terjadi di TU3 RM Depot dengan nilai 75.50 dB(A) dan nilai Leq
minimum terkecil terjadi di TU1 Griya Karya dengan nilai 42.23 dB(A).
61
Nilai rentang terbesar antara Leq minimum dan maksimum terjadi di
lokasi TU1 Griya Karya sebesar 32.59 dB(A). Nilai rentang Leq
1.521
TU1 Griya Karya : 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑢𝑟𝑡𝑜𝑠𝑖𝑠 = = 2.720
0.559
−0.379
TU2 Kantor Desa : 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑢𝑟𝑡𝑜𝑠𝑖𝑠 = 0.559
= −0.677
0.435
TU3 RM Depot : 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑢𝑟𝑡𝑜𝑠𝑖𝑠 = 0.559
= 0.778
−1.584
TU1 Griya Karya : 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑘𝑒𝑤𝑛𝑒𝑠𝑠 = = −5.597
0.283
−0.461
TU2 Kantor Desa : 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑘𝑒𝑤𝑛𝑒𝑠𝑠 = = −1.628
0.283
−0.820
TU3 RM Depot : 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑆𝑘𝑒𝑤𝑛𝑒𝑠𝑠 = 0.283
= −2.897
Berdasarkan penghitungan di atas, dapat dilihat bahwa data Leq dari nilai
Rasio Kurtosis untuk lokasi pengukuran di TU2 Kantor Desa dan TU3
TU1 Griya Karya tidak berdistribusi Normal. Sedangkan data Leq dari
62
berdistribusi Normal. Sebaliknya untuk lokasi pengukuran di TU1
Gambar 4.10. Histogram data Leq untuk lokasi pengukuran di Griya Karya
bentuk kurva tak normal (tidak berbentuk seperti lonceng) dan cenderung
penghitungan Rasio Kurtosis dan Rasio Skewness di atas bahwa data Leq
Gambar 4.11. Histogram data Leq untuk lokasi pengukuran di Kantor Desa
Kantor Desa bisa dikatakan normal atau mendekati normal. Dilihat dari
63
bentuk kurva pada histogram mirip seperti lonceng, dengan kemencengan
sedikit ke kanan.
cenderung ke kanan.
Lingkungan Hidup No.48 Tahun 1996 maka diperoleh Level Siang (Ls),
Level Malam (Lm), dan Level Siang Malam (Lsm) seperti berikut:
64
Tabel 4.11. Data Lsm di Kawasan Pemukiman Sekitar Bandara
Lsm
Kota Nama Titik Pengukuran Tanggal Pengukuran Ls (dB) Lm (dB)
(dB)
18 s/d 19 Maret 2011 64.7 55.7 63.7
Kantor BPMP 19 s/d 20 Maret 2011 63.7 56.4 63.1
20 s/d 21 Maret 2011 63.4 56.6 62.9
18 s/d 19 Maret 2011 77.0 50.8 75.2
Pekanbaru Musholla 19 s/d 20 Maret 2011 78.6 53.3 76.8
20 s/d 21 Maret 2011 79.1 48.5 77.4
18 s/d 19 Maret 2011 57.6 51.5 57.2
Rumah Warga 19 s/d 20 Maret 2011 57.6 51.5 57.2
20 s/d 21 Maret 2011 69.0 49.3 67.3
08 s/d 09 April 2011 70.6 63.1 69.9
Griya Karya 09 s/d 10 April 2011 70.4 60.3 69.3
10 s/d 11 April 2011 71.6 62.7 70.6
08 s/d 09 April 2011 67.0 58.7 66.2
Surabaya Kantor Desa 09 s/d 10 April 2011 64.1 61.0 64.8
10 s/d 11 April 2011 66.1 61.6 66.3
08 s/d 09 April 2011 67.0 60.4 66.5
RM Depot 09 s/d 10 April 2011 66.6 60.8 66.4
10 s/d 11 April 2011 69.6 59.5 68.5
Dimana: Ls (dB) = Level Siang; Lm (dB) = Level Malam; Lsm (dB) = Level Siang –
Malam
Gambar 4.13. Grafik Ls, Lm, dan Lsm di kawasan pemukiman sekitar 2 bandara
Keterangan : TU = Titik Ukur
65
Pada Gambar 4.13. tampak bahwa nilai Lsm yang diperoleh
100% telah melewati baku mutu kebisingan untuk pemukiman. Hal ini
Dari Gambar 4.13. juga ditunjukkan bahwa nilai Lsm yang paling
rendah adalah 57.20 dB(A) di TU3 Pekanbaru terjadi pada tanggal 18-20
Maret 2011 dan yang tertinggi adalah 77.40 dB(A) di TU2 Pekanbaru
terjadi pada tanggal 20-21 Maret 2011. Selain itu pun dapat dilihat bahwa
Pekanbaru yang masih alami atau berupa hutan lebih sepi dibandingkan
bising dari pesawat udara yang melintas di titik ukur bandara Pekanbaru
66
BAB V
5.1. Kesimpulan
sebagai berikut:
1. Nilai EPNL dari tiap (type) pesawat itu berbeda-beda. Untuk bandara
EPNdB dan nilai EPNL tertinggi adalah tipe 737-200 yaitu 109.32
adalah tipe 72-212A yaitu 86.15 EPNdB dan nilai EPNL tertinggi
4. Dari tiga lokasi titik pengukuran nilai Leq yang diperoleh di bandara
di bandara Surabaya nilai Leq yang diperoleh berada pada range antara
67
42.23 – 75.5 dB(A). Yang menjadi penyumbang bising terbesar di
sebesar 63.23 dB(A), TU2 Musholla sebesar 76.47 dB(A), TU3 Rumah
Warga sebesar 60.57 dB(A). Sedangkan Nilai Lsm rata-rata dari hasil
dan Surabaya 100% telah melebihi baku mutu yang diatur dalam
5.2. Saran
Penelitian ini masih merupakan tahap awal dan sebagai database di bidang
Forecast), atau mencari korelasi dari parameter kebisingan lain seperti WECPNL
dengan Lsm seperti yang telah dilakukan oleh beberapa negara maju, dan lain
sebagainya.
68
DAFTAR PUSTAKA
[2] Chappy Hakim. Bom Waktu di Atas Bandara Soekarno-Hatta. Kompas (19
November 2011)
[3] Ganijanti Aby Sarojo. 2011. Gelombang dan Optika. Salemba Teknika.
Jakarta.
[10] Michael J. T. Smith. 1989. Aircraft Noise. Cambridge University Press. UK.
[11] Singgih Santoso. 2011. Mastering SPSS Versi 19. Elex Media Komputindo.
Jakarta
69
[13] Yully Melyani Lubis. 2002. Pengkajian Tingkat Kebisingan Pesawat Udara
DC-10 Secara Offline. Jur. Teknik Lingkungan Fak. Arsitektur Lansekap dan
Teknik Lingkungan. Univ Trisakti. Jakarta .
[18] J.r. Hassal dan K. Zaveri M.Phil. 1988. Acoustics Noise Measurements.
Acoustical Publications Inc. Ohio
70
LAMPIRAN 1
1. Tingkat tekanan suara dalam 1/3 oktaf dari frek 50-10000 Hz dicacah setiap ½ detik, kemudian diubah
menjadi kebisingan yang dirasakan (PN) n, dalam satuan Noys. Harga n didapatkan dari tabel Noys
yang terdapat pada standar ICAO. Dan berdasarkan hubungan matematis sebagai berikut:
𝑛 = 10𝑚 𝐿−𝐿𝑜 𝑁𝑜𝑦𝑠
Dimana n adalah kebisingan yang dapat didengar (noys), L ialah tingkat kebisingan tekanan suara hasil
pengukuran (dB), m dan Lo merupakan konstanta yang diberikan (lihat Tabel Faktor Koreksi m dan
Lo).
Tabel Faktor Koreksi m dan Lo
Band centre
Lower range of L Upper range of L
frequency
Hz L m Lo L m Lo
50 64 to 91 0.04348 64 92 to 150 0.03010 52
63 60 to 85 0.04057 60 86 to 150 0.03010 51
80 56 to 85 0.03683 56 86 to 150 0.03010 49
100 53 to 79 0.03683 53 80 to 150 0.03010 47
125 51 to 79 0.03534 51 80 to 150 0.03010 46
160 48 to 75 0.03333 48 76 to 150 0.03010 45
200 46 to 73 0.03333 46 74 to 150 0.03010 43
250 44 to 74 0.03205 44 75 to 150 0.03010 42
315 42 to 94 0.03068 42 95 to 150 0.03010 41
Full range of L
400 40 to 150 0.03010 40
500 40 to 150 0.03010 40
630 40 to 150 0.03010 40
800 40 to 150 0.03010 40
1000 40 to 150 0.03010 40
1250 38 to 148 0.03010 38
1600 34 to 144 0.02996 34
2000 32 to 142 0.02996 32
2500 30 to 140 0.02996 30
3150 29 to 139 0.02996 29
4000 29 to 139 0.02996 29
5000 30 to 140 0.02996 30
6300 31 to 141 0.02996 31
Lower range of L Upper range of L
2. Harga-harga n di atas kemudian digabungkan untuk memperoleh kebisingan total, berdasarkan berikut:
𝑁 = 𝑛𝑚𝑎𝑥 + 0.15 𝑛 − 𝑛𝑚𝑎𝑥 , Noys
Dimana N adalah kebisingan total (total noiseness), nmax ialah nilai terbesar n dari seluruh pita,
𝑛 merupakan jumlah harga kebisingan yang dapat didengar untuk seluruh pita.
3. Harga kebisingan total N, kemudian diubah menjadi tingkat kebisingan yang dirasakan PNL, dengan
persamaan berikut: 𝑃𝑁𝐿 = 40 + 33.22 log 𝑁, 𝑃𝑁𝑑𝐵
4. Menghitung koreksi nada karena adanya komponen nada murni dan ketidakteraturan spektrum,
kemudian harga koreksi nada yang didapat ditambahkan pada harga tingkat kebisingan yang dirasakan
seperti yang didapatkan pada tahap ke-3. Untuk menghitung harga koreksi nada tersebut diperlukan
beberapa tahap sebagai berikut:
Kolom 1 No. frekuensi.
Kolom 2 Frekuensi (Hertz).
Kolom 3 SPL dimulai dari 80Hz.
13
Yully Melyani Lubis. 2002. Pengkajian Tingkat Kebisingan Pesawat Udara DC-10 Secara Offline. Jurusan Teknik Lingkungan Fak.
Arsitektur Lansekap dan Teknik Lingkungan. Trisakti. Jakarta .
Kolom 4 S dalam dB, yaitu selisih (data bawah – data atas).
Kolom 5 Selisih S dalam dB, jarak antaradata bawah terhadap data atas:
a). Apabila data pada kolom 5 lebih besar dari 5 maka warnai kolom 4.
b). Apabila kolom 4 data positif dan lebih besar dari data atasnya maka warnai data di
kolom 3 yang sejajar dengannya.
c). Apabila pada kolom 4 data negatif dan data atasnya positif maka warnai data di
kolom 3 disilang atas.
d). Apabila data pada kolom 4 negatif dan data atasnya pu negatif maka data kolom 3
tidak perlu diwarnai.
Kolom 6 SPL’ dalam dB, apabila data pada kolom 3tidak diwarnai data ditulis ulang pada
kolom 6 dan apabila data kolom 3 diwarnai maka data atas dan data bawah yang
diwarnai dijumlah lalu dibagi 2.
Kolom 7 S’ dalam dB, pengurangan data bawah dengan data atas pada kolom 6 dan untuk
kolom paling atas dan bawah mengikuti data sebelum dan sesudahnya.
Kolom 8 S dalam dB, yaitu rata-rata dari 3 data pada kolom 7.
Kolom 9 SPL” dalam dB, penjumlahan data kolom 9 dengan kolom 8.
Kolom 10 F dalam dB, kolom 3 dikurang kolom 9 tetapi yang ditampilkan hanya data ≥ 3.
Kolom 11 C dalam dB, yaitu syaratnya terdapat pada Tabel Harga Koreksi Nada dan nilai yang
paling max ditambahkan dengan nilai PNL.
Tabel Harga Koreksi Nada
𝑃𝑁𝐿𝑇 /10
5. Menghitung koreksi durasi dengan persamaan 𝐷 = 10 log 10 − 𝑃𝑁𝐿𝑇𝑚𝑎𝑥 − 13
6. Harga tingkat kebisingan yang dirasakan efektif EPNL adalah penjumlahan harga PNLTmax dengan
faktor koreksi durasi (D) atau 𝐸𝑃𝑁𝐿 = 𝑃𝑁𝐿𝑇𝑚𝑎𝑥 + 𝐷
Leq-C4P1
50Hz 63Hz 80Hz 100Hz 125Hz 160Hz 200Hz 250Hz 315Hz 400Hz 500Hz 630Hz 800Hz 1kHz 1.25kHz 1.6kHz 2kHz 2.5kHz 3.15kHz 4kHz 5kHz 6.3kHz 8kHz 10kHz
dB
78,6 58,5 60,5 75,5 69,9 67,6 65,5 63,1 62,8 61,8 59,5 58,6 60,4 60,4 62,4 61,5 60,1 59,5 59,4 57,9 56,1 53,7 51,5 50,5 44,9
78,4 61,4 65,1 70,9 64,6 70,5 65,4 61,7 63,8 63,1 62,7 62,1 62,9 62,6 64,7 64,3 64,2 64,2 63,2 61,2 60,4 58 57,1 56,3 46,9
80 65,5 64,3 67,9 70,2 69,9 67,6 62,7 66,5 65,2 64,6 66,3 65,6 65,4 67,5 67,6 67 66,6 67,1 65,9 63,4 61,3 61 58,9 48,8
81,7 65,5 67,8 71,5 71,5 68,9 68,1 66,8 71,5 66 68,9 69,4 67,4 68,3 69 68,2 67,2 67,5 66,7 64,8 62,2 59,8 61,2 57,8 49,3
85 69 66,7 73,8 73,7 75,8 68,4 71,3 72,4 68,3 72 71,8 72 72 72,9 71,4 71,3 69,5 68,8 68 67,5 66 68 64,6 56,3
86,6 69,6 72,9 81,7 75,2 74,1 69,9 73,2 72,1 72,1 72,2 73 73 72,3 71,8 71 70,5 69,3 68,8 68,2 66,8 66,1 68 65,8 58,8
88,2 68,3 76,9 78,5 78 74,5 74,4 76,6 74,3 73,2 75,4 74,6 74,8 73,9 73,9 73,3 72,8 72,5 71,7 70,9 70,1 70,4 73,1 70,6 64,6
91,3 74,9 74,5 79,9 77,9 75,3 80,3 77,6 77,8 79 78,7 77,7 77,5 75,8 77,8 76,5 75,4 74,6 74,2 72,8 71,6 72,2 76 71,6 67,2
92,8 78,8 81,1 81,1 77,5 75,4 78,8 82,1 79,7 79,9 80,8 81,7 80,5 80,1 79 78,4 76,6 76 74,7 73,9 73,1 73,5 74,7 69,6 66,7
93,7 81,2 81,5 81 76,3 79,4 81 86 82,3 81,5 80,6 81,9 81,5 80,2 79 77,1 75,8 75,2 74,9 74,1 73,9 75,3 72,6 70,9 71,7
90,7 73 77,6 79 77,7 75,8 79,6 81,3 78,9 77,5 81,2 79 78 77,8 77,2 75,4 73,2 73,1 72,5 72,2 72,8 74,2 71,4 69,9 69,8
88,2 69,2 72,3 78,6 79 75,6 73,2 77,9 76,2 79 77,8 76,4 75,3 75,5 72,9 72 70,7 69,6 68,7 68,2 69,6 69,5 68,1 64,8 63,8
86,4 74,5 71,1 72,4 75,2 74,3 73,8 74,1 76,5 75,8 75,5 74,7 72,8 73,4 71,8 69,6 67,9 67,4 66 65,5 65,5 65,2 64,1 60,2 57,5
83,8 73,7 69,6 75,1 72,6 74,1 73,6 70,4 70,2 73,6 70,2 70,8 71,5 70,5 69,1 66,5 64,6 63,2 62,3 61,2 62,1 60 56,9 53,4 50,4
81,9 70,9 68 74,2 68,7 69,1 73,2 71,4 69 70,3 69,9 66,9 66,9 68,6 66,8 65,2 62,8 61,4 60,5 59,9 60,2 58,3 54,5 50,7 48,6
79,6 66,2 66,7 69,7 66,7 67,4 68,3 70,1 68,9 67,2 68,2 66,8 66,5 67,8 66,8 63,7 61,5 59,8 58,5 58,5 59 57,3 52,1 49,3 46,5
78,2 65,1 64,3 69,5 65,9 65,9 65,3 67,7 67,7 65,9 64 67,1 64,2 64,6 62,2 59,7 58,3 57,6 55,9 55,4 55,9 54,5 49,2 45,4 45,1
Hasil Perhitungan EPNL secara Manual (Pesawat Garuda 1026 Landing Surabaya 10 A pril 2011)
Jumlah PNLT
50Hz 63Hz 80Hz 100Hz 125Hz 160Hz 200Hz 250Hz 315Hz 400Hz 500Hz 630Hz 800Hz 1kHz 1.25kHz 1.6kHz 2kHz 2.5kHz 3.15kHz 4kHz 5kHz 6.3kHz 8kHz 10kHz n max Jumlah n N Log N PNL C PNLT
(antilog)
1,16 2,07 3,72 4,8 4,29 4,68 4,93 7,61 5,45 7,41 7,67 6,68 7,11 7,46 8,11 9,88 11,58 12,58 11,82 9,88 7,81 8,03 5,16 2,24 12,58 162,15 35,01 1,54 91,3 0,85 92,15 1640599411
1,65 1,87 4,52 5,79 7,52 4,79 6,97 8,13 6,41 9,19 9,06 9,19 9,19 9,78 10,12 13,11 13,29 14,54 14,74 14,24 11,98 12,84 8,26 3,79 14,74 210,95 44,17 1,65 94,65 0,79 95,44 3500829575
1,75 3,34 8,84 6,57 6,55 5,37 8,06 7,95 8,38 9,32 9,85 9,85 9,38 9,06 9,85 12,4 13,11 14,54 14,94 13,57 12,07 12,84 8,97 4,5 14,94 221,05 45,86 1,66 95,19 0 95,19 3305110692
1,54 4,85 6,74 8,33 6,77 7,58 10,27 9,36 9,06 11,63 11 11,16 10,48 10,48 11,55 14,54 16,34 17,76 18 17,04 16,23 18,25 12,49 6,71 18 268,15 55,52 1,74 97,95 0 97,95 6239255728
2,98 3,87 7,59 8,26 7,22 11,55 11 11,96 13,65 14,62 13,64 13,45 11,96 13,73 14,42 17,39 18,89 21,1 20,52 18,89 18,38 22,29 13,38 8,03 22,29 318,78 66,76 1,82 100,61 0 100,61 1,1511E+10
4,4 7,18 8,4 7,99 7,28 10,41 15,03 13,64 14,55 16,91 18 16,56 16,11 14,92 16,45 18,89 20,81 21,84 22,14 20,95 20,1 20,38 11,66 7,76 22,14 352,35 71,67 1,86 101,63 0 101,63 1,457E+10
5,6 7,45 8,33 7,21 10,08 12,12 19,69 16,33 16,29 16,67 18,25 17,75 16,22 14,92 15,03 17,88 19,69 22,14 22,45 22,14 22,76 17,63 12,75 10,95 22,76 370,35 74,9 1,87 102,27 0,72 102,99 1,9907E+10
2,46 5,18 7,03 8,12 7,52 11 14,22 12,9 12,28 17,38 14,92 13,93 13,73 13,17 13,36 14,94 17,04 18,76 19,69 20,52 21,1 16,23 11,9 9,61 21,1 317,01 65,49 1,82 100,33 2,45 102,78 1,8978E+10
1,68 3,16 6,8 9,07 7,4 6,92 11,23 10,7 13,65 13,73 12,46 11,55 11,71 9,78 10,55 12,58 13,38 14,44 14,94 16,46 15,26 12,93 8,37 6,35 16,46 255,1 52,26 1,72 97,08 0,53 97,61 5762812215
2,86 2,82 4,02 6,57 6,66 7,24 8,63 10,93 10,89 11,71 11,08 9,71 10,12 9,06 8,94 10,37 11,5 11,98 12,4 12,4 11,34 9,81 6,09 4,11 12,4 211,25 42,23 1,63 94 0 94 2513225730
2,64 2,45 5,05 5,27 6,55 7,13 6,51 6,91 9,32 8,11 8,45 8,87 8,28 7,51 7,21 8,26 8,61 9,28 9,22 9,81 7,92 5,97 3,81 2,5 9,81 165,66 33,19 1,52 90,53 0,57 91,1 1287258371
2 2,11 4,68 3,79 4,36 6,92 7,02 6,33 7,38 7,94 6,45 6,45 7,26 6,41 6,59 7,29 7,6 8,2 8,43 8,61 7,04 5,06 3,16 2,1 8,61 143,18 28,8 1,46 88,48 0 88,48 704464685
Jumlah 1159,94 8,992E+10
EPNL 96,54
++++++++++++++++++++++++++++++++++
Jenis Pesawat : GARUDA
Jenis Operasi : PK-GFJ / LANDING
Titik Pengukuran : SURABAYA
Waktu Pengukuran : 10-Apr-11
Tujuan Penerbangan : Jam 1026
++++++++++++++++++++++++++++++++++
--------------------------------------------------------
PENCACAH PNL CN PNLT
--------------------------------------------------------
1 91.30 0.85 92.15
2 94.65 0.79 95.44
3 94.81 1.27 96.08
4 97.64 0.43 98.07
5 100.61 0.68 101.29
6 101.63 0.53 102.16
7 101.98 0.72 102.70
8 100.33 0.49 100.82
9 97.08 0.53 97.61
10 94.00 0.24 94.25
11 90.36 0.67 91.03
12 88.48 0.97 89.45
--------------------------------------------------------
PNLT Maksimum = 102.70PN dB
Koreksi Durasi = -6.51PN dB
EPNL = 96.19EPN dB
Riau (737-500) Jam 09.47 WIB Lion (737-900) Jam 11.06 WIB
Wings (72-212A) Jam 14.02 WIB Lion (737-900) Jam 15.52 WIB
Batavia (737-300) Jam 09.32 WIB
Lion (737-900) Jam 15.58 WIB Pelita (F28-0100) Jam 09.49 WIB
Pelita (F28-0100) Jam 08.56 WIB Lion (737-900) Jam 09.56 WIB
Riau (737-500) Jam 10.18 WIB Noname (737-400) Jam 10.30 WIB Lion (737-900) Jam 13.52 WIB
Hari Jumat (08 April 2011) Lion (737-900) Jam 10.32 WIB
Lion (737-900) Jam 09.43 WIB Lion (737-900) Jam 10.06 WIB
Lion (737-400) Jam 10.41 WIB Batavia (737-400) Jam 11.06 WIB Wings (72-212A) Jam 11.18 WIB
TNI (-) Jam 10.45 WIB Wings (MD-82) Jam 11.13 WIB
Lion (737-900) Jam 11.22 WIB
Lion (-) Jam 13.21 WIB Citilink (-) Jam 13.58 WIB
Lion (737-400) Jam 13.36 WIB
Lion (737-900) Jam 13.40 WIB Batavia (737-400) Jam 14.02 WIB
Sriwijaya (737-400) Jam 13.26 WIB
Wings (72-212A) Jam 14.11 WIB
Sriwijaya (737-300) Jam 14.30 WIB Lion (737-900) Jam 15.02 WIB
Lion (737-900) Jam 14.33 WIB Air Asia (A320-200) Jam 15.06 WIB
Air Asia (-) Jam 09.39 WIB Citilink (-) Jam 09.57 WIB Silk (A320-200) Jam 10.05 WIB
Lion (737-900) Jam 10.40 WIB
Wings (72-212A) Jam 10.10 WIB Sriwijaya (737-300) Jam 10.28 WIB
Lion (737-900) Jam 11.03 WIB Wings (72-212A) Jam 11.19 WIB
Garuda (737-800) Jam 11.25 WIB Lion (737-900) Jam 11.52 WIB
Express (737-200) Jam 15.03 WIB Merpati (F28-0100) Jam 15.17 WIB
Sriwijaya (737-200) Jam 09.10 WIB Citilink (-) Jam 09.24 WIB
Lion (737-900) Jam 09.54 WIB Wings (72-212A) Jam 10.16 WIB Wings (72-212A) Jam 10.30 WIB
Sriwijaya (737-200) Jam 10.34 WIB Lion (737-900) Jam 11.17 WIB Garuda (737-800) Jam 11.29 WIB
Lion (737-900) Jam 10.57 WIB Sriwijaya (737-200) Jam 11.20 WIB
Wings (MD-82) Jam 11.00 WIB Lion (737-900) Jam 11.24 WIB Air Asia (A320-200) Jam 11.36 WIB
Lion (737-900) Jam 14.06 WIB
A. SHU Leq dan Lsm Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Tanggal pengukuran: 20 s/d 21 Maret 2011
Pada Titik Ukur 1 (Kantor BPMP)
Tanggal pengukuran: 18 s/d 19 Maret 2011
B. SHU Leq dan Lsm Bandara Juanda Surabaya Tanggal pengukuran: 10 s/d 11 April 2011
Pada Titik Ukur 1 (Perumahan Griya Karya)
Tanggal pengukuran: 08 s/d 09 April 2011
Tanggal pengukuran: 10 s/d 11 April 2011
Pada Titik Ukur 2 (RM Depot)
Tanggal pengukuran: 08 s/d 09 April 2011