Anda di halaman 1dari 7

A.

Bentuk inventarisasi sumberdaya hutan ( apa saja potensi yang dikelola)

1. Potensi Kayu
Dari hasil inventarisasi hutan oleh Tim BPKH Wilayah XVI Palu tahun 2015 di wilayah KPH
Tolitoli pada 18 plot inventarisasi, didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Potensi Kayu pada Hutan Alam
Berdasarkan hasil inventarisasi hutan Tim BPKH Wilayah XVI Palu Tahun 2015, KPH
Gunung Dako memiliki potensi tegakan tingkat pohon (dbh>20 cm) rata-rata pada kelas
tutupan hutan lahan kering primer adalah 69 batang/ha dengan volume rata-rata adalah 91,69
m3 /ha. Sedangkan pada tutupan hutan lahan kering sekunder adalah 81 batang/ha dengan
volume rata-rata adalah 89,75 m 3 /ha.
b. Potensi Kayu Hutan Tanaman
Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) untuk kegiatan pengembangan hutan tanaman
(PHT) yang pernah dilaksanakan di wilayah Kabupaten Tolitoli sejak tahun 2004 sampai
tahun 2008 mencakup sepuluh wilayah kecamatan dalam 19 desa sasaran dengan jenis
kegiatan berupa; reboisasi dan pengkayaan tanaman reboisasi, hutan rakyat dan pengkayaan
tanaman hutan rakyat. Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui program Gerhan dan program
RHL lainnya dengan sumber dana dari DAK DR, dan MDM. Kegiatan RHL di wilayah
Kabupaten Tolitoli berdasarkan laporan Dishut Kabupaten Tolitoli/BPDAS Palu Poso
sampai dengan tahun 2009 mencapai luas 995 ha. Berbagai jenis tanaman kayu-kayuan dan
serbaguna (MPTS) yang telah ditanam/dibudidayakan sebagai berikut:
 Pada areal hutan rakyat (HR): (a) Jenis kayu-kayuan adalah Jati (Tectona grandis), Sengon
(Paraserianthes falcataria), Mahoni (Switenia macrophylla); (b) Jenis MPTS adalah Kemiri
(Aleuretes moluccana), Mangga (Mangifera indica), Durian (Durio zibethinus).
 Pada areal reboisasi: Jenis kayu-kayuan adalah Nyatoh (Palaqium sp.), Palapi (Heritiera
sp), Meranti (Shorea sp), Pilado, Kenaga.
Pada tahun 2010-2013, kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) yang pernah
dilaksanakan di wilayah Kabupaten Tolitoli dengan jenis kegiatan berupa; reboisasi dan
pengkayaan tanaman reboisasi, hutan rakyat dan pengkayaan tanaman hutan rakyat.
Kegiatan tersebut dilaksanakan melalui program RHL dengan sumber dana dari DAK DR,
Swadaya, APBN dan APBD murni. Luas areal pengembangan hutan tanaman 3.793 ha
dengan jumlah tanaman 2.370.626 bibit. Selanjutnya kebun bibit rakyat (KBR) seluas 3.875
ha dengan jumlah tanaman 193.750.000 bibit. Jenis tanaman yang diusahakan meliputi:
Palapi, Nantu, Pilado, Kenanga, Meranti, Jabon, Mahoni, Kemiri, dan Durian (Database
RHL Kabupaten Tolitoli, 2013).
c. Potensi Permudaan
Keadaan tumbuhan bawah pada umumnya sedang s.d. rapat, terdiri dari jenis paku-pakuan
dan belukar. Sedangkan permudaan dari tingkat semai dan pancang bervariasi pada masing-
masing plot. Tumbuhan didominasi oleh jenis Bintangur, Jambu-Jambu,dan Dara-Dara.
Permudaan Tingkat Tiang
a) Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi terdapat pada jenis Bintangur (Calophyllum
spp)dengan nilai sebesar 19,06%, sedangkan INP terendah terdapat pada jenis bolangitan
dengan nilai sebesar 0,36 %.Nilai kerapatan relative (KR) tertinggi terdapat pada jenis
Jambu-Jambu dengan nilai sebesar 8,14 %, sedangkan yang terendah terdapat pada jenis
Atedo dengan nilai sebesar 0,09 %. Nilai frekuensi relative (FR) tertinggi terdapat pada
jenis Jambu- Jambudengan nilai sebesar 3,46 %, sedangkan yang terendah terdapat pada
jenis Abeti dengan nilai sebesar 0,23 %.Nilai dominansi relative (DR) tertinggi terdapat
pada jenis Bintangur (Calophyllum spp) dengan nilai sebesar 8,21 %, sedangkan yang
terendah terdapat pada jenis Bolangitan dengan nilai sebesar 0,04 %.
b) Permudaan Tingkat Pancang
Pada tingkat pancang, jenis Bintangur (Calophyllum spp) memiliki nilai indeks nilai
penting (INP), kerapatan relative (KR), dan frekuensi relative (FR) tertinggi dengan nilai
masing-masing adalah 15,38 %, 10,49 %, dan 4,89 %.
c) Permudaan Tingkat Semai
Pada tingkat semai, jenis Bintangur (Calophyllum spp) memiliki nilai tertinggi dalam
indeks nilai penting (INP) dan kerapatan relative (KR) dengan nilai masing-masing
adalah 22,36 % dan 17,65 %. Sedangkan untuk frekuensi relative (FR) terdapat pada
jenis kumedengan nilai sebesar 5,35 %.
d. Potensi Vegetasi Pada Ekosistem Mangrove
Berdasarkan peta kawasan hutan (SK. 869/Menhut-II/2014), KPH Gunung Dako memiliki
ekosistem hutan mangrove dalam blok HL-pemanfaatan. Ekosistem hutan mangrove tersebut
berada di Desa Malempa-Pulias-Labuanlobo Kecamatan Ogodeide. Vegetasi mangrove yang
ada terdiri atas famili Rhizophoraceae, Sonneratiaceae, Avicenniaceae, Meliaceae,
Avicenniaceae, Polypodiaceae. Dari famili Rhizoporaceae terdapat jenis yaitu Rhizophora
mucranata, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylilosa, Rhizophora gricuat, Bruguera
gymnorhiza, dan Rhizophora apiculata; dari famili Sonneratiaceae terdapat jenis Sonneratia
alba; dari famili Avecenniaceae terdapat jenis Avicennia marina dan Avicennia lanata; dari
jenis famili Meliaceae terdapat jenis Xylocarpus granatum dan Xylocarpus molucensis; dari
famili Polypodiaceae terdapat jenis Acrostichum aureum.
Kondisi ekosistem mangrove di wilayah Desa Malempa-Pulias- Labuanlobo berdasarkan
hasil pemantauan menggunakan citra Landsat 8 dan citra Geo-eye tahun 2014 tidak banyak
mengalami kerusakan. Meskipun demikian, pada lokasi mangrove yang berbatasan langsung
dengan permukiman terdapat beberapa titik lokasi mangrove yang telah dikonversi menjadi
tambak dengan jumlah areal yang tidak luas.

2. Potensi Non-Kayu

Pada wilayah KPH Gunung Dako dapat dijumpai beberapa jenis hasil hutan non-kayu. Jenis-
jenis dimaksud seperti: Rotan Tohiti (Calamus inops), Rotan Batang (Calamus zollingerii), Ronti
(Calamus minahassae), Rotan Susu, Rotan Kaki Kuda, Bambu (Bambusa spp.), Pinang hutan
(Areca sp.), Aren (Arenga pinnata). Selain itu, juga terdapat jenis Gaharu (Gyrinop decipiens),
dan Getah damar (Agathis sp.). Adapun jenis-jenis hasil hutan non-kayu dirinci seperti pada
Tabel 2.8
3. Keberadaan Flora dan FaunaLangka

Di wilayah KPH Gunung Dako terdapat beberapa jenis flora dan fauna langka, tergolong
endemik dan dilindungi. Jenis-jenis flora endemik langka dan dilindungi diantaranya jenis Kayu
Bayur, Durian, Agatis, Angrek bulan (Paraphalaenopsis sp.), dan lain-lain. Jelasnya seperti pada
Tabel 2.9.

Di wilayah KPH Gunung Dako, juga kaya jenis-jenis fauna dari jenis mamalia, reptilia,
burung, dan amphibi. Terdapat jenis fauna langka dan dilindungi seperti Anoa, Babirusa, Maleo,
Rangkong, dan Nuri.

4. Potensi Jasa Lingkungan dan Wisata Alam

Di wilayah KPH Gunung Dako terdapat areal kawasan hutan yang dapat menjadi potensi
pengembangan jasa lingkungan dan wisata alam. Sesuai blok- blok kelola kawasan hutan maka
areal-areal dimaksud adalah blok pemanfaatan di kawasan hutan lindung dan di kawasan hutan
produksi.

BKPM Kabupaten Tolitoli bulan April 2015 mempublikasikan lokasilokasi potensial menjadi
objek wisata yang ada di Kabupaten Tolitoli seperti pada Tabel 2.12 berikut.
Wilayah kerja KPH Gunung Dako memiliki potensi karbon yang tidak sedikit yang dapat
bersumber dari hutan alam dan hutan tanaman. Karena itu, KPH ini dapat mempersiapkan diri
dalam 10 tahun ke depan dalam rangka pengembangan partisipasi implementasi REDD+.
Sebagai langkah awal, dapat dibangun plot-plot percontohan dalam bentuk demonstrasi REDD+.

B. Bentuk pengukuhan kawasan hutan (Pembagian Blok kerja Wilayah KPH)

Pembagian blok wilayah kerja KPH merupakan bagian dari kegiatan tata hutan mengacu kepada
Juknis Nomor P.5/VII-WP3H/2012. Deskripsi luasan masing-masing blok disajikan pada Tabel
2.2.
Hasil tata hutan pada Tabel 2.2 dapat dijelaskan bahwa wilayah KPH Gunung Dako pada
hutan lindung didominasi oleh Blok Inti yaitu seluas 19,78%, sedangkan pada hutan produksi
didominasi oleh Blok Pemanfaatan HHK-HA seluas 41.46%. Komposisi blok pengelolaan pada
KPH Gunung Dako kurang proporsional, karena didominasi oleh Blok Pemanfaatan HHK-HA
yang disebabkan oleh adanya perusahaan IUPHHK-HA PT. Sentral Pitulempa (SK. Menhut).
Berdasarkan kelompok hutan (KH) diketahui bahwa di wilayah KPH Gunung Dako terdapat
sebanyak empat KH yaitu: KH-Dampal Dondo seluas 51.817,09 ha (30,25%), KH-Dondo seluas
25.332,14 ha (14,79%), KH-Dodako seluas 6.741,49 ha (3,94%), dan di KH-Sikala seluas
87.401,81 ha (51,02%).

C. Bentuk Rencana Kehutanan

Dalam upaya mencapai sasaran jangka panjang pengelolaan KPH Gunung Dako di wilayah
Kabupaten Tolitoli yang realistik dan proporsional, ditetapkan asumsi-asumsi dasar. Asumsi
dasar tersebut dijadikan pertimbangan dalam menganalisis masing-masing strategi yang tertuang
dalam SWOT, antara lain:

1. Rencana pengelolaan KPH mendapat dukungan dan komitmen dari Pemerintah dan Pemda
Kabupaten dan Pemda Provinsi Sulawesi Tengah.

2. SDM kehutanan dan pertanian yang kompeten tersedia dan dapat didayagunakan secara
penuh.

3. Regulasi dan kebijakan pengelolaan KPH mendukung program-program yang ditetapkan


dalam rencana kelola KPH.

4. Stakeholder dan sektor lain mendukung dan berpartisipasi secara penuh dalam pengelolaan
KPH.

5. Dana yang diperlukan untuk kegiatan rehabilitasi dan pengembangan hutan tanaman tersedia
sesuai jadwal yang direncanakan.

6. Monitoring dan evaluasi pengelolaan KPH berjalan efektif.

7. Stabilitas politik, keamanan, ekonomi, dan sosial terjaga.


D. Bentuk penatagunaan kawasan hutan (penggunaan hutan)

Kegiatan penggunaan kawasan hutan yang dinilai layak untuk dilaksanakan di wilayah KPH
Gunung Dako masih perlu pengkajian terutama keberadaan potensi tambang di wilayah ini.
Meskipun demikian, apabila di kawasan ini ditemukan adanya potensi tambang seperti mineral
tambang biji besi yang ada di wilayah KPH ini maka dapat dilakukan pengkajian kelayakan
usahanya oleh pengelola KPH.

elain usaha pertambangan, di wilayah KPH ini dimungkinkan pula dilakukan penggunaan
kawasan hutan dengan tujuan strategis lainnya seperti: (a) Kepentingan religi; (b) Pembangunan
jaringan telekomunikasi; (c) Pembangunan jaringan instalasi air, dan lain-lain. Selain
penggunaan kawasan hutan di wilayah untuk tujuan strategis, dapat pula digunakan untuk
kepentingan umum terbatas seperti: (a) Jalan umum; (b) Pengairan; (c) Bak penampungan air;
(d) Fasilitas umum; (e) Repeater telekomunikasi.

Penggunaan kawasan hutan yang ada saat ini di wilayah KPH Gunung Dako adalah
IPPKH non-tambang untuk pembangunan jalan lintas dua kabupaten, yaitu Parigi
Moutong – Buol. Lokasi izin yang diberikan kepada Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah
berada pada blok HP-Jasling dan HHBK seluas 158,59 ha sesuai SK.75/Menhut-II/2013
tanggal 2 April 2013.

Anda mungkin juga menyukai