Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PEMBAHASAN
2. Definisi
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada
rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi
rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau
berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah
1
abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat
Bedah Indonesia, 13 Juli 2000)
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap
struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh
luka tumpul atau yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006).
Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang melibatkan
daerah antara diafragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa
trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak
disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ
abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi
gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai
organ (Sjamsuhidayat, 1997).
3. Etiologi
Menurut Sjamsuhidayat (1998), penyebab trauma abdomen adalah
sebagai berikut:
a. Penyebab trauma penetrasi
1) Luka akibat terkena tembakan
2) Luka akibat tikaman benda tajam
3) Luka akibat tusukan
b. Penyebab trauma non-penetrasi
1) Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
2) Hancur (tertabrak mobil)
3) Terjepit sabuk pengaman karena terlalu menekan perut
4) Cedera akselerasi/deserasi karena kecelakaan olah raga
2
4. Manifestasi klinis
Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis menurut
Sjamsuhidayat (1997), meliputi:
a. Nyeri tekan diatas daerah abdomen
b. Distensi abdomen
c. Demam
d. Anorexia
e. Mual dan muntah
f. Takikardi
g. Peningkatan suhu tubuh
h. Nyeri spontan.
Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:
a. Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen
b. Terjadi perdarahan intra abdominal.
c. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga
fungsi usus tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis
dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena).
d. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah
trauma.
e. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada
dinding abdomen.
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu:
a. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri
dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat
ditekan dan nyeri lepas.
b. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang
disebabkan oleh iritasi.
3
c. Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda
ini ada saat pasien dalam posisi rekumben.
d. Mual dan muntah
Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) Yang disebabkan oleh
kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi.
5. Patofisiologi
Trauma tumpul abdomen disebabkan kompresi dan deselerasi.
Kompresi rongga abdomen oleh benda-benda terfiksasi, seperti sabuk
pengaman atau setir kemudi akan meningatkan tekanan intraluminal
dengan cepat, sehingga mungkin menyebabkan ruptur usus, atau
pendarahan organ padat. Gaya deselerasi (perlambatan) akan
menyebabkan tarikan atau regangan antara struktur yang terfiksasi dan
yang dapat bergerak. Deselerasi dapat menyebabkan trauma pada
mesenterium, pembuluh darah besar, atau kapsul organ padat, seperti
ligamentum teres pada hati. Organ padat, seperti limpa dan hati
merupakan jenis organ yang tersering mengalami terluka setelah trauma
tumpul abdomen terjadi (Demetriades, 2000).
Trauma tumpul pada abdomen juga disebabkan oleh
pengguntingan, penghancuran atau kuatnya tekanan yang menyebabkan
rupture pada usus atau struktur abdomen yang lain. Luka tembak dapat
menyebabkan kerusakan pada setiap struktur didalam abdomen.
Tembakan menyebabkan perforasi pada perut atau usus yang
menyebabkan peritonitis dan sepsis.
4
6. Pemeriksaan Diagnostic
a. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorax
b. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi
perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan
hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa
terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak
kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi
menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi
usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan
trauma pads hepar.
c. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas
retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan
gambaran usus
d. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai
hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya
trauma pada saluran urogenital.
e. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan
trauma pada ginjal.
f. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam
rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya
alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold
standard).
Indikasi untuk melakukan DPL sbb.:
1) Nyeri Abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
2) Trauma pada bagian bawah dari dada
5
3) Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
4) Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran
(obat,alkohol, cedera otak)
5) Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum
tulang belakang)
6) Patah tulang pelvis
Kontra indikasi relatif melakukan DPL sbb.:
1) Hamil
2) Pernah operasi abdominal
3) 0perator tidak berpengalaman
4) Bila hasilnya tidak akan merubah penata-laksanaan
5) Ultrasonografi dan CT Scan
6) Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum
dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan
retroperitoneum.
7. Komplikasi
a. Menurut Smeltzer (2001), komplikasi segera yang dapat terjadi pada
pasien dengan trauma abdomen adalah hemoragi, syok, dan cedera.
Sedangkan komplikasi jangka panjangnya adalah infeksi.
b. (King et al, 2002; Salomone & Salomone, 2011).Komplikasi yang
dapat muncul dari trauma abdomen terutama trauma tumpul adalah
cedera yang terlewatkan, terlambat dalam diagnosis, cedera
iatrogenik, intra abdomen sepsis dan abses, resusitasi yang tidak
adekuat, rupture spleen yang muncul kemudian
c. Peritonitis merupakan komplikasi tersering dari trauma tumpul
abdomen karena adanya rupture pada organ. Gejala dan tanda yang
sering muncul pada komplikasi dengan peritonitis antara lain:
1) Nyeri perut seperti ditusuk
2) Perut yang tegang (distended)
3) Demam (>380C)
6
4) Produksi urin berkurang
5) Mual dan muntah
6) Haus
7) Cairan di dalam rongga abdomen
8) Tidak bisa buang air besar atau kentut
9) Tanda-tanda syok
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis :
a. Abdominal paracentesis
Menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium,
merupakan indikasi untuk laparotomi.
b. Pemeriksaan laparoskopi
Mengetahui secara langsung penyebab abdomen akut.
c. Pemasangan NGT
Memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma
abdomen.
d. Pemberian antibiotic
Mencegah infeksi.
e. Laparotomi
Penatalaksanaan keperawatan:
a. Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas, pernapasan,
sirkulasi) sesuai indikasi.
b. Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan ; gerakkan
dapat menyebabkan fragmentasi bekuan pada pada pembuluh
darah besar dan menimbulkan hemoragi masif.
1) Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan
serta sistem saraf.
2) Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah sinar x leher
didapatkan.
7
3) Gunting baju dari luka.
4) Hitung jumlah luka.
5) Tentukan lokasi luka masuk dan keluar
c. Kaji tanda dan gejala hemoragi.
d. Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampai
pembedahan dilakukan.
e. Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Prosedur ini
membantu mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi
terhadap rongga peritonium, dan mencegah komplikasi paru
karena aspirasi.
f. Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril, balutan
salin basah untuk mencegah kekeringan visera.
g. Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastian
adanya hematuria dan pantau haluaran urine.
h. Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya
syok, kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diafragma,
eviserasi, atau hematuria.
8
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian data dasar menurut Doengoes (2000),adalah :
a. Aktivitas / istirahat
Data Subyektif :Merasa lemah ,lelah, hilang keseimbangan
Data Obyektif :Perubahan Kesadaran ,masalah dalam keseimbangan
cedera (trauma)
b. Sirkulasi
Data Obyektif :Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi)
Perubahan frekuensi jantung (Bradikardi,takikardi)
c. Integritas ego
Data Subyektif :Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau
dramatis)
Data Obyektif :Cemas , bingung ,depresi
d. Eliminasi
Data Subyektif :Inkontenensia kandung kemih/usus atu mengalami
gangguan fungsi
e. Makanan dan cairan
Data Subyektif :Mual,muntah, dan mengalami perubahan selera
makan
Data Obyektif :Mengalami distensi abdomen
f. Neurosensori
Data Subyektif :Kehilangan kesadaran sementara ,vertigo 5
Data Obyektif :Perubahan kesadaran bisa sampai koma ,perubahan
status mental (Orientasi , Kewaspadaan , Perhatian konsentrasi,
pemecahan masalah ,pengaruh emosi/tingkah laku dan memori)Sangat
sensitif terhadap sentuhan dan gerakan kehilangan sensasi sebagai
tubuh kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
g. Nyeri dan Kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi
yang berbeda, biasanya lama.
9
Data Obyektif : Wajah menyeringai, responmenarik pada rangsangan,
nyeri yang hebat, gelisah , tidak bias beristirahat, merintih
h. Pernafasan
Data Subyektif :Perubahan pola nafas
i. Keamanan
Data Subyektif :Trauma baru/trauma karena kecelakaan
Data Obyektif :Fraktur/dislokasi,gangguan kognitif,gangguan rentang
gerak Demam ,gangguan rentang dan regulasi suhu tubuh
j. Interaksi Sosial
Data Obyektif :Gangguan motorik atau sensorik 6
k. Penyuluhan /Pembelajaran
Data Subyektif :Membutuhkan bantuan dalam pengobatan aktivitas
perawatan diri
2. Diagnosa keperawatan
a. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka
penetrasi abdomen.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak
adekuatnya pertahanan tubuh.
d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status
kesehatan
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
10
C. Intervensi
TUJUAN /
DIAGNOSA INTERVENSI
NO. KRITERIA RASIONAL
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
HASIL
1. Defisit Volume Tujuan : 1. Kaji tanda- 1. untuk
cairan dan elektrolit Terjadi tanda vital mengidentifik
berhubungan keseimbangan asi defisit
dengan perdarahan volume volume cairan
cairan. 2. Pantau cairan 2. mengidentifik
Kriteria hasil parenteral asi keadaan
: Kebutuhan dengan perdarahan
cairan elektrolit,antibi
terpenuhi otik dan
vitamin
3. Kaji tetesan 3. awasi tetesan
infuse untuk
mengidentifik
asi kebutuhan
cairan.
4. Berikan cairan 4. cara
parenteral parenteral
sesuai indikasi. membantu
memenuhi
kebutuhan
nuitrisi tubuh.
5. Tranfusi darah 5. menggantikan
darah yang
keluar
11
trauma abdomen Kriteria hasil nyeri klien.
atau luka penetrasi :Nyeri 2. Beri posisi 2. mengurangi
abdomen berkurang semi fowler. kontraksi
atau hilang abdomen
3. Anjurkan 3. membantu
tehnik mengurangi
manajemen rasa nyeri
nyeri seperti dengan
distraksi mengalihkan
perhatian
4. pemberian 4. analgetik
analgetik membantu
sesuai indikasi. mengurangi
rasa nyeri.
5. Managemant 5. lingkungan
lingkungan yang nyaman
yang nyaman dapat
memberikan
rasa nyaman
klien
12
resiko infeksi.
3. Kaji tanda- 3. suhu tubuh
tanda vital naik dapat di
indikasikan
adanya proses
infeksi.
4. Perawatan luka 4. aseptik dapat
dengan prinsip menurunkan
sterilisasi resiko infeksi
nosokomial
5. Kolaborasi 5. antibiotic
pemberian mencegah
antibiotik adanya infeksi
bakteri dari
luar
13
penanganan untuk
memberikan
penjelasan
kepada klien.
3. Jelaskan 3. apabila klien
prosedur dan tahu tentang
tindakan dan prosedur dan
beri penguatan tindakan yang
penjelasan akan
mengenai dilakukan,
penyakit klien mengerti
dan
diharapkan
ansietas
berkurang
4. Pertahankan 4. lingkungan
lingkungan yang nyaman
yang tenang dapat
dan tanpa membuat
stress klien nyaman
dalam
menghadapi
situasi
5. Dorong dan 5. memotifasi
dukungan klien
orang terdekat
14
Kriteria hasil 2. Dekatkan 2. meminimalisi
: peralatan yang r pergerakan
Mempertahan dibutuhkan kien
kan mobilitas pasien
optimal 3. Berikan latihan
gerak aktif 3. melatih otot-
pasif otot klien
4. Bantu 4. membantu
kebutuhan dalam
pasien mengatasi
kebutuhan
dasar klien
5. Kolaborasi 5. terapi
dengan ahli fisioterapi
fisioterapi. dapat
memulihkan
kondisi klien
D. Evaluasi
a. Kebutuhan cairan terpenuhi
b. Nyeri berkurang atau teratasi
c. Tidak terjadi infeksi
d. Ansietas teratasi atau terkontrol
e. Klien dapat bergerak bebas
15
DAFTAR PUSTAKA
Jong, Wim de. 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2 . EGC : Jakarta
King, Maurice . 2015. Bedah Primer Trauma. EGC : Jakarta
Marijata. 2013. Pengantar Dasar Bedah Klinis. Unit Pelayanan Kampus
fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada : Yogyakarta
Richard A Hodin, MD. 2014. General Approach to Blunt Abdominal Trauma
in Adult. UpToDate
Sabiston, David C. 2016. Buku Ajar Bedah Bagian 1. EGC : Jakarta
Sandy Craig, MD. 2010. Abdominal Blunt Trauma. E-Medicin
16