Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SYARIAT ISLAM

“THOHAROH”

Dosen Pengampu : Dr. Syamsul Rizal, M.S.H.I, M.Pd.I,

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Danang Galih Putra

Muhammad Rafli

Santi Susanti

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT UMMUL QURO AL-ISLAMI BOGOR

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami


kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Thoharah”
ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada bidang
mata kuliah Syariat Islam. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca, juga bagi penulis.

Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada


bapak dosen dan seluruh pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 19 Februari 2020

Kelompok 1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................

Daftar Isi.................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

A. Latar Belakang.............................................................................................

B. Rumusan Masalah.........................................................................................

C. Tujuan.........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................

A. Pengertian Thaharah....................................................................................

B. Media Thaharah..........................................................................................

C. Tata Cara Thoharah........................................................................................

BAB III PENUTUP................................................................................................

A. Kesimpulan....................................................................................................

B. Saran............................................................................................................

C. Daftar Pustaka...............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.    LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari sesuatu (barang) yang

kotor dan najis, sehingga thaharah dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana

mensucikan diri sendiri agar sah saat menjalankan ibadah. Hal ini tidak lain

karena thaharah ( bersuci ) mempunyai hubungan yang sangat erat dan tidak dapat

dipisahkan dengan ibadah. Sebaliknya, ibadah juga berkaitan erat dengan

thaharah. Artinya, dalam melaksanakan suatu amalan ibadah, seseorang harus

terlebih dahulu berada dalam keadaan bersih lagi suci, baik dari hadas besar

maupun hadas kecil, termasuk sarana dan prasarana yang digunakan dalam

beribadah, mulai dari pakaian, tempat ibadah dan lain sebagainya. Dengan kata

lain, thaharah dengan ibadah ibarat dua sisi mata uang, dimana antara satu sisi

dengan sisi lainnya tidak dapat dipisahkan.

Dalam pembahasan fiqih, secara umum selalu diawali dengan uraian

tentang thaharah. Dalam hukum Islam bersuci dan segala seluk beluknya adalah

termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting terutama karena diantaranya

syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan melaksanakan

sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula badan, pakaian dan tempatnya dari

najis. Oleh karena itu kami disini ingin membahas serta mengulas lebih dalam lagi

tentang thaharah
1.2     RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian thaharah?

2. Apa hukum melakukan thaharah?

3. Apa saja macam-macam thaharah?

4. Apa saja alat-alat bersuci?

1. 3 TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui pengertian thaharah

2. Mengetahui apa hukum melakukan thaharah

3. Mengetahui macam-macam thaharah

4. Mengetahui apa saja alat bersuci


BAB II

PEMBAHASAN

A.    THAHARAH

  Pengertian Thaharah

Kata taharah berasal dari bahasa arab yang berarti bersih, suci atau

kebersihan. Sedangkan menurut syariat adalah membersihkan diri, pakaian,

tempat dan benda-benda lain dari najis dan hadats menurut cara-cara yang

telah di tentukan oleh syariat agama Islam. Kegiatan bersuci dapat dilakukan

dengan berwudhu, tayamum, mandi, istinja’ dan bersuci membersihkan

badan, pakaian dan tempat.

Rasulullah SAW bersabda:

“Artinya : Islam itu bersih, maka dari itu jagalah kebersihan.

Sesungguhnya tidak masuk surga, kecuali orang yang bersih (HR. Tabrani)

Hukum Thaharah

Kesucian dalam ajaran Islam dijadikan syarat sahnya sebuah ibadah,

seperti shalat, thawaf, dan sebagainya. Bahkan manusia sejak lahir hingga

wafatnya juga tidak bisa lepas dari masalah kesucian. Oleh karena itu para

ulama bersepakat bahwa berthaharah adalah sebuah kewajiban. Sehingga


Allah sangat menyukai orang yang mensucikan diri sebagaimana firman

berikut ini:

‫إِ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ التَّوَّابِينَ َوي ُِحبُّ ْال ُمتَطَه ِِّرين‬.

Artinya : Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan

menyukai orang-orang yang mensucikan diri (Q.S Al-Baqarah ayat 222)

Macam - Macam Thaharah

a.       Wudlu

Dalam perkembangannya, wudlu sebagai wahana mensucikan diri dari

hadas kecil, dapat digantikan dengan praktek penyucian lainnya yaitu ketika tidak

didapatkan air.

Adapun rukun wudlu adalah sebagai berikut :

a)      Niat. hendaknya berniat menghilangkan hadast kecil, dan cara melakukannya

tepat pada waktu membasuh muka, sesuai dengan pengertian niat itu sendiri :

“Qhasdus Syai’in, muqtarinan bi fi’lihi”. Yang artinya : meniatkan sesuatu secara

beriringan dengan perbuatan.

b)      Membasuh seluruh muka ( mulai dari tumbuhnya rambut kepala hingga bawah

dagu, dan dari telinga kanan hingga telinga kiri )

c)      Membasuh kedua tangan sampai siku-siku

d)     Mengusap sebagian rambut kepala

e)      Membasuh kedua belah kaki sampai mata kaki

f)       Tertib ( berturut-turut )

b.      Tayamum
Menurut pengertian bahasa, tayammum berarti maksud atau tujuan. Sedang

menurut pengertian syariat, tayamum berarti menuju ke pasir untuk mengusap

wajah dan sepasang tangan dengan niat agar diperbolehkan melakukan shalat

Adapun rukun dan tata cara tayamum adalah sebagai berikut :

a)    Niat

Para ulama berbeda pendapat tentang bagaimana niat tayamum seharusnya.

Ulama Malikiyah dan Syafi’iah berpendapat hampir sama, niat tayamum yang

dianggap sah adalah niat tayamum untuk diperbolehkan melaksanakan sholat atau

niat melaksanakan kewajiban tayamum, sedangkan untuk menghilangkan hadats

tidak sah.Sedangkan ulama Hanafiah berpendapat bahwa niat hanya merupakan

syarat sah tayamum, bukan rukun. Menurut kelompok ini,  yang penting niat

disertai tujuan tayamum.

b)      Mengusap wajah dan kedua tangan dengan debu.

Menurut  Malikiyah dan Hanabillah orang yang akan bertayamum harus

menepukkan tanganya ke tanah yang suci satu kali kemudian mengusapkanya ke

tangan dan wajah, sedangkan menurut Hanafiyah dan Syafi’iyah harus

menepukkan tangan dua kali, yang pertama untuk diusapkan ke tangan dan yang

kedua ke wajah.

Batasan dalam mengusap wajah tidak diharuskan debu merata sampai kulit

dasar jenggot meskipun tidak lebat. Sedangkan bagian tangan sebagian ulama

berpendapat hanya mengusap sampai pergelangan tangan saja dan menganggap

sampai ke siku sebagai sunnah, namun sebagian mengqiyaskan dengan wudhu

yaitu membasuh sampai siku-siku.

c)       Tertib
Syafi’iah dan Hanabilah berpendapat bahwa tartib menjadi rukun tayamum

untuk menghilangkan hadats kecil, sedangkan untuk menghilangkan hadats besar

tidak menjadi rukun. Malikiyah dan Hanafiyah berpendapat bahwa tartib hanya

sunah, bukan wajib.

d)      Muwalah

Shafi’iyah dan Hanafiyah berpendapat bahwa muwalah atau berurutan

tidak termasuk rukun tayamum, melainkan sunah. Sedangkan Malikiyah dan

Hanabilah berpendapat untuk memasukkanya ke dalam rukun tayamum.

c.       Mandi besar

Mandi adalah meratakan atau mengalirkan air keseluruh tubuh. Sedangkan

mandi besar atau junub atau wajib adalah mandi dengan menggunakan air suci

dan bersih ( air mutlak ) yang mensucikan dengan mengalirkan air tersebut

keseluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tujuan mandi wajib

adalah untuk menghilangkan hadast besar yang harus dihilangkan sebelum

melakukan ibadah sholat.

Mandi itu disyariatkan berdasarkan Firman Allah SWT :

‫و ان كنتم جنبا فا طهروا‬

Artinya:” Dan jika kamu junub hendaklah bersuci!” (Q.S Al-Maidah : 6)

Hal-hal yang mewajibkan mandi wajib. Mandi itu diwajibkan atas lima

perkara :

a. Keluar air mani disertai syahwat, baik diwaktu tidur maupun bangun, dari laki-

laki atau wanita.


b.    Hubungan kelamin, yaitu memasukan alat kelamin pria kedalam alat kelamin

wanita, walau tidak sampai keluar air mani.

c  Firman Allah Ta’ala : “ jika kamu junub, hendaklah kamu bersuci ”.

d.  Terhentinya haid dan nifas.

e. Mati, bila seorang menemui ajal wajiblah memandikannya berdasarkan ijma’.

f. Orang kafir bila masuk islam

Rukun ( Fardhu ) dan Tata Cara Mandi Besar.

Rukun mandi besar ada dua antara lain :

1)    Niat ( bersamaan dengan membasuh permulaan anggota tubuh ).

2)   Membasuh air dengan tata keseluruhan tubuh, yakni dari ujung rambut sampai

ujung kaki.

Tata Cara Mandi Wajib. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama mandi

ialah sebagai berikut :

a)  Membaca Niat. Yaitu “ Nawaitul ghusla lirof’il hadatsil fardlol ilaahita’ala ”.

b)  Membilas atau membasuh seluruh badan dengan air ( air mutlak yang

menyucikan ) dari ujung kaki ke ujung rambut secara merata.

c)  Hilangkan najis yang lain bila ada

d)   Istinja’ ( cebok )

Bersuci setelah buang air kecil atau air besar disebut istinja’. Dalam hal ini

boleh memakai air, dan jika tidak mendapati air maka boleh memakai tiga buah

batu kering. Tiga buah batu yang dimaksud adalah bisa berupa tiga buah batu atau

juga satu batu yang memiliki tiga sisi ( segitga ). Hukum Istinja’ adalah wajib,

bagi yang tidak melakukannya terhitung dosa.

Etika saat buang air, dalam ajaran Islam :


a.    Masuk kamar mandi mendahulukan kaki kiri, dan keluar menggunakan kaki

kanan

b.    Hendaklah memakai alas kaki atau sandal

c.    Selama dikamar mandi jangan bicara kecuali terpaksa

d.   Hendaklah jauh dari orang agar baunya tidak menggangu

e.    Menjauhi diri dari pandangan orang lain

f.     Jangan buang air di air yang tenang ( tidak mengalir )

Alat Alat Untuk Bersuci

1. Air

Alat bersuci ialah, air berdasar firman allah, Q.S. 8 (Al-Anfal) ayat 11:

‫بِ ِه لِيُطَهِّ َر ُك ْم َما ًء ال َّس َما ِء ِمنَ َعلَ ْي ُك ْم َويُنَ ِّز ُل‬

Artinya: “ Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk

mensucikan kamu dengan hujan itu”

Ditinjau dari hukumnya air dibagi menjadi empat :

1. Air mutlak yaitu air suci yang dapat dipakai mensucikan. Sebab belum

berubah sifat ( bau, rasa, dan warnanya ).Yang termasuk pengertian air

muthlaq ini ialah:

a. Air hujan

b. Air salju dan air es.

c. Air laut

d. Air embun
e. Air telaga/danau/sungai

f. Air mata air

2. Air Mutaghayar (Suci tetapi tidak dapat mensucikan) Air yang halal di

minum tetapi tidak syah digunakan untuk bersuci. Misalnya air kopi,

teh, susu dll.

3. Air musyammas yaitu air suci yang dapat dipakai untuk mensucikan,

namun makruh digunakan karna dapat menimbulkan penyakit. Contoh

nya, air bertempat dilogam yang bukan emas, dan terkana panas

matahari.

4. Air musta’mal yaitu air suci tetapi tidak dapat dipakai untuk

mensucikan karena sudah dipakai untuk bersuci seperti wudhu dan

mandi, meskipun air itu tidak berubah warna, rasa, dan baunya.

5. Air mutanajis yaitu air yang terkena najis,. Karenanya air tersebut

tidak suci dan tidak dapat dipakai mensucikan. Air yang tidak halal

untuk diminum dan tidak syah untuk di gunakan bersuci. Mutanajis

adalah Air yang telah tercampur dengan benda yang bernajis yang

berubah warna, rasa serta baunya yang kurang dari dua kullah

2.       Tanah

Dapat mensucikan telapak kaki dan sandal yang dipergunakan berjalan

diatas tanah, atau dapat dipergunkan untuk menggosok sesuatu yang melekat

diatas sandal, dengan syarat bahan najis itu dapat hilang, menurut imamiyah

dan hanafi.
Macam – Macam Hadats

Hadas adalah suatu keadaan tidak suci dan tidak dapat dilihat, tetapi wajib

disucikan demi sahnya ibadah. Hadas dibagi dua :

1.    Hadas kecil penyebabnya keluar sesuatu dari dubur dan kubul, menyentuh

lawan jenis yang bukan muhrimnya, dan tidur nyenyak dalam keadaan tidak tetap.

Cara mensucikan hadas kecil ini adalah dengan wudhu atau tayamum.

2.    Hadas Besar penyebabnya keluar air mani, bersetubuh ( baik keluar mani atau

tidak), menstruasi atau nifas ( keluar darah karena melahirkan ), dan lain

sebagainya. Cara mensucikan hadas besar adalah dengan mandi wajib.

Macam - Macam Najis dan Cara Mensucikannya

Najis adalah suatu benda kotor menurut syara’ ( hukum agama ). Benda –

benda najis itu meliputi :

1.    Darah, dan nanah

2.    Bangkai, kecuali bangkai manusia, ikan laut, dan belalang

3.    Anjing dan babi

4.    Segala sesuatu yang dari dubur dan qubul

5.    Minuman keras, seperti arak

6.    Bagian atau anggota tubuh binatang yang terpotong dan sebagainya sewaktu

masih hidup

Adapun macam - macam najis yaitu sebagai berikut :

1.    Najis Ringan ( mukhofafah ), yaitu air kencing bayi lelaki yang berumur dua

tahun, dan belum makan sesutu kecuali air susu ibunya. Menghilangkannya cukup

diperceki air pada tempat yang terkena najis tersebut. Jika air kencing itu dari bayi
perempuan maka wajib dicuci bersih. Rasulullah SAW bersabda, “ Sesungguhnya

pakaian dicuci jika terkena air kencing anak perempuan, dan cukup diperciki air

jika terkena kencing anak laki - laki “. ( HR. Abu Dawud, Ahmad, dan Hakim )

2.    Najis Sedang ( mutawasitoh ), yaitu segala sesuatu yang keluar dari dubur dan

qubul manusia atau binatang, barang cair yang memabukkan, dan bangkai

( kecuali bangkai manusia, ikan laut, dan belalang ) serta susu, tulang, dan bulu

hewan yang haram dimakan. Dalam hal ini tikus termasuk golongan najis, karena

tikus hidup di tempat - tempat kotor seperti comberan dan tempat sampah

sekaligus mencari makanan disana. Sedangkan kucing tidak najis. Rasulullah

SAW telah bersabda, “ Sungguh kucing itu tidak najis, karena ia termasuk

binatang yang jinak kepada kalian “. ( HR Ash-habus Sunan dari Abu Qotadah

ra.)

Najis mutawasitoh dibagi dua :

a)      Najis I, yaitu yang berwujud ( tampak dan tidak dilihat ). Misalnya, kotoran

manusia atau binatang.

b)      Najis hukmiyah, yaitu najis yang tidak berwujud ( tidak tampak dan tidak

terlihat ), seperti bekas air kencing, dan arak yang sudah mongering.

Cara membersihkan najis mutawashitho ini, cukupalah dibasuh tiga kali agar

sifat - sifat najisnya( yakni warna, rasa, dan baunya ) hilang.

3.    Najis berat ( mugholladhoh ) adalah najis anjing dan babi. Cara

menghilangkannyaharus dibasuh sebanyak tujuh kali dan salah satu air yang

bercampur tanah. Muhammad Rasulullah SAW bersabda : “ Jika bejana salah


seorang diantara kalian dijilat anjing, cucilah tujuh kali dan salah satunya

hendaklah dicampur dengan tanah ”. ( HR.Muslim ).

Selain tiga jenis kotoran diatas, ada satu lagi, yaitu najis ma’fu ( najis yang

dimaafkan ). Antara lain nanah dan darah yang cuma sedikit, debu, air dari lorong

- lorong ynag memercik sedikit yang sulit dihindarkan.

MANDI WAJIB

1. Pengertian mandi wajib

Mandi wajib adalah cara menghilangkan hadast besar dan kecil dengan

cara membasuh seluruh tubuh mulai dari puncak kepala hingga ujung kaki.

Apabila seorang muslim sedang berhadas besar maka dilarang untuk melakukan

sholat , menyentuh kitab suci al-quran sebelum bersuci (mandi wajib) terlebih

dahulu. Adapun sebab-sebab yang mewajibkan mandi wajib :

1. Bersetubuh

2. Keluarnya mani (bersetubuh dan lain-lain)

3. Mati (bukan mati syahid)

4. Karena selesai nifas

5. Karena wiladah

6. Selesai haid

2. Tata cara mandi wajib

Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan selama mandi karena

wajib untuk dilakukan :


1.Membaca niat : "Nawaitul ghusla lirof'il hadatsil akbari fardlol lillaahi

ta'aalaa" yang artinya "Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadas besar

fardlu karena Allah".

2.Membilas/membasuh seluluh badan dengan air (air mutlak yang

mensucikan) dari ujung kaki keujung rambut secara merata.

3.Hilang kan najisnya bilaada.

3. Sunah mandi wajib

Berikut ini adalah hal-hal yang boleh-boleh saja dilakukan (tidak wajib

hukum islamnya):

1. Sebelum mandi membaca basmalah.

2. Membersihkan najis terebih dahulu.

3. Membasuh badan sebanyak tiga kali

4. Melakukan wudhu/wudlu sebelum mendi wajib

5. Mandi menghadap kiblat

6. Mendahulukan badan sebelah kanan daripada yang sebelah kiri

7. Membaca do'a setelah wudhu/wudlu

Dilakukan sekaligus selesai saat itu juga (muamalah)


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Bersuci dari hadas maupun najis termasuk dalam perihal thaharah atau

bersuci. Dalam hukum Islam juga disebutkan, bahwa segala seluk beluknya

termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting. Macam - macam Thaharah ada

empat yaitu pertama, tentang wudhu yaitu menghilangkan najis dari badan.

Kedua, tentang bertayamum yaitu pengganti air wudhu disaat kekeringan. Ketiga,

mandi besar yaitu menyiram air keseluruh tubuh disertai niat. Keempat, Istinja’

yaitu membersihkan kotoran yang keluar dari salah satu dua pintu keluarnya

kotoran itu.

Bersuci bisa juga menggunakan alat - alat bantu yang dianjurkan oleh

Rasullullah SAW yaitu Air, tanah, dan masih banyak lagi yang bisa digunakan.

Macam - macam hadas juga terbagi menjadi dua ialah hadas kecil yaitu yang

disebabkan oleh keluar sesuatu dari dubur dan kubul, sedangkan hadas besar yaitu

yang disebabkan oleh keluarnya air mani dan

bersetubuh. Dan macam - macam Najis terbagi menjadi tiga yaitu Najis

Mukhofafah, Najis Mutawashitho, dan Najis Mogholladhoh.


DAFTAR PUSTAKA

Fathul Qorib,  Syaikh Muhammad bin Qasim al-Ghazziy

Safinah, Syaikh Salim bin Sameer

Anda mungkin juga menyukai