Anda di halaman 1dari 23

FISIKA KELAS 1

KINEMATIKA

Gerak Lurus Beraturan (GLB)

KINEMATIKA adalah Ilmu gerak yang membicarakan gerak suatu benda tanpa memandang gaya
yang bekerja pada benda tersebut (massa benda diabaikan). Jadi jarak yang ditempuh benda
selama geraknya hanya ditentukan oleh kecepatan v dan atau percepatan a.

Gerak Lurus Beraturan (GLB) adalah gerak lurus pada arah mendatar dengan kocepatan v tetap
(percepatan a = 0), sehingga jarakyang ditempuh S hanya ditentukan oleh kecepatan yang tetap
dalam waktu tertentu.

Pada umumaya GLB didasari oleh Hukum Newton I ( S F = 0 ).

S = X = v . t ; a = v/t = dv/dt = 0

v = S/t = ds/dt = tetap

Tanda D (selisih) menyatakan nilai rata-rata.

Tanda d (diferensial) menyatakan nilai sesaat.

Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)

Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) adalah gerak lurus pada arah mendatar dengan
kecepatan v yang berubah setiap saat karena adanya percepatan yang tetap. Dengan kata lain
benda yang melakukan gerak dari keadaan diam atau mulai dengan kecepatan awal akan
berubah kecepatannya karena ada percepatan (a= +) atau perlambatan (a= -).

Pada umumnya GLBB didasari oleh Hukum Newton II ( S F = m . a ).


vt = v0 + a.t

vt2 = v02 + 2 a S

S = v0 t + 1/2 a t2

vt = kecepatan sesaat benda


v0 = kecepatan awal benda
S = jarak yang ditempuh benda
f(t) = fungsi dari waktu t

v = ds/dt = f (t)

a = dv/dt = tetap

Syarat : Jika dua benda bergerak dan saling bertemu maka jarak yang ditempuh
kedua benda adalah sama.

Gerak Karena Pengaruh Gravitasi

GERAK JATUH BEBAS : adalah gerak jatuh benda pada arah vertikal dari ketinggian h
tertentu tanpa kecepatan awal (v0 = 0), jadi gerak benda hanya
dipengaruhi oleh gravitasi bumi g.

y = h = 1/2 gt2

t =  (2 h/g)

yt = g t =  (2 g h)
g = percepatan gravitasi bumi.
y = h = lintasan yang ditempuh benda pada arah vertikal,(diukur dari posisi benda mula-mula).
t = waktu yang dibutuhkan benda untuk menempuh lintasannya.
GERAK VERTIKAL KE ATAS : adalah gerak benda yang dilempar dengan suatu kecepatan
awal v0 pada arah vertikal, sehingga a = -g (melawan arah
gravitasi).

syarat suatu benda mencapai tinggi maksimum (h maks): Vt = 0

Dalam penyelesaian soal gerak vertikal keatas, lebih mudah diselesaikan dengan menganggap
posisi di tanah adalah untuk Y = 0.

Contoh:

1. Sebuah partikel bergerak sepanjang sumbu-X dengan persamaan lintasannya: X = 5t2 + 1,


dengan X dalam meter dan t dalam detik. Tentukan:

a. Kecepatan rata-rata antara t = 2 detik dan t = 3 detik.


b. Kecepatan pada saat t = 2 detik.
c. Jarak yang ditempah dalam 10 detik.
d. Percepatan rata-rata antara t = 2 detik dan t = 3 detik.

Jawab:

a. v rata-rata = DX / Dt = (X3 - X2) / (t3 - t2) = [(5 . 9 + 1) - (5 . 4 + 1)] / [3 - 2] = 46 - 21 = 25


m/ detik

b. v2 = dx/dt |t=2 = 10 |t=2 = 20 m/detik.

c. X10 = ( 5 . 100 + 1 ) = 501 m ; X0 = 1 m

Jarak yang ditempuh dalam 10 detik = X10 - X0 = 501 - 1 = 500 m

d. a rata-rata = Dv / Dt = (v3- v2)/(t3 - t2) = (10 . 3 - 10 . 2)/(3 - 2) = 10 m/det2


2. Jarak PQ = 144 m. Benda B bergerak dari titik Q ke P dengan percepatan 2 m/s2 dan
kecepatan awal 10 m/s. Benda A bergerak 2 detik kemudian dari titik P ke Q dengan
percepatan 6 m/s2 tanpa kecepatan awal. Benda A dan B akan bertemu pada jarak berapa ?

Jawab:

Karena benda A bergerak 2 detik kemudian setelah benda B maka tB = tA + 2.

SA = v0.tA + 1/2 a.tA2 = 0 + 3 tA2


SB = v0.tB + 1/2 a.tB2 = 10 (tA + 2) + (tA + 2)2

Misalkan kedua benda bertemu di titik R maka


SA + SB = PQ = 144 m
3tA2 + 10 (tA + 2) + (tA + 2)2 = 144
2tA2 + 7tA - 60 = 0

Jadi kedua benda akan bertemu pada jarak SA = 3tA2 = 48 m (dari titik P).

GERAK MELINGKAR BERUBAH BERATURAN (GMBB)

GMBB adalah gerak melingkar dengan percepatan sudut a tetap.

Dalam gerak ini terdapat percepatan tangensial aT = percepatan linier, merupakan percepatan
yang arahnya menyinggung lintasan lingkaran (berhimpit dengan arah kecepatan v).

a = Dw/Dt = aT / R

aT = dv/dt = a R

T = perioda (detik)
R = jarijari lingkaran.
a = percepatan angular/sudut (rad/det2)
aT = percepatan tangensial (m/det2)
w = kecepatan angular/sudut (rad/det)
q = besar sudut (radian)
S = panjang busur

Hubungan besaran linier dengan besaran angular:


vt = v0 + a t wt
S = v0 t + 1/2 a t2 Þ w0 + a t
Þ q = w0 + 1/2 a t2

Contoh:

1. Sebuah mobil bergerak pada jalan yang melengkung dengan jari-jari 50 m. Persamaan gerak
mobil untuk S dalam meter dan t dalam detik ialah:

S = 10+ 10t - 1/2 t2


Hitunglah:
Kecepatan mobil, percepatan sentripetal dan percepatan tangensial pada saat t = 5 detik !

Jawab:

v = dS/dt = 10 - t; pada t = 5 detik, v5 = (10 - 5) = 5 m/det.


- percepatan sentripetal : aR = v52/R = 52/50 = 25/50 = 1/2 m/det2
- percepatan tangensial : aT = dv/dt = -1 m/det2

HUKUM NEWTON I

HUKUM NEWTON I disebut juga hukum kelembaman (Inersia).


Sifat lembam benda adalah sifat mempertahankan keadaannya, yaitu keadaan tetap diam atau
keaduan tetap bergerak beraturan.

DEFINISI HUKUM NEWTON I :


Setiap benda akan tetap bergerak lurus beraturan atau tetap dalam keadaan diam jika tidak ada
resultan
gaya (F) yang bekerja pada benda itu, jadi:

S F = 0 a = 0 karena v=0 (diam), atau v= konstan (GLB)


HUKUM NEWTON II

a = F/m

SF=ma

S F = jumlah gaya-gaya pada benda


m = massa benda
a = percepatan benda

Rumus ini sangat penting karena pada hampir semna persoalan gerak {mendatar/translasi
(GLBB) dan melingkar (GMB/GMBB)} yang berhubungan dengan percepatan den massa benda
dapat diselesaikan dengan rumus tersebut.

HUKUM NEWTON III

DEFINISI HUKUM NEWTON III:

Jika suatu benda mengerjakan gaya pada benda kedua maka benda kedua tersebut
mengerjakan juga gaya pada benda pertama, yang besar gayanya = gaya yang diterima tetapi
berlawanan arah. Perlu diperhatikan bahwa kedua gaya tersebut harus bekerja pada dua benda
yang berlainan.

F aksi =-F reaksi


Gaya Sentripetal

Gaya Sentripetal
Fisika Kelas 1 > Dinamika
266

< Sebelum Sesudah >

Fs adalah gaya yang bekerja pada sebuah benda yang bergerak melingkar dimana arah F. selalu
menuju ke pusat lingkaran.

Fs = m as
Fs= m v2/R = m w2 R
as = v2/R = percepatan sentripetal
Reaksi dari gaya sentripetal disebut gaya sentrifugal, yang besarnya sama tetapi arahnya
berlawanan dengan arah gaya sentripetal.
Usaha (Kerja) Dan Energi

Jika sebuah benda menempuh jarak sejauh S akibat gaya F yang bekerja pada
benda tersebut maka dikatakan gaya itu melakukan usaha, dimana arah gaya F
harus sejajar dengan arah jarak tempuh S.
USAHA adalah hasil kali (dot product) antara gaya den jarak yang ditempuh.

W = F S = |F| |S| cos 

 = sudut antara F dan arah gerak

Satuan usaha/energi : 1 Nm = 1 Joule = 107 erg

Dimensi usaha energi: 1W] = [El = ML2T-2

Kemampuan untuk melakukan usaha menimbulkan suatu ENERGI (TENAGA).

Energi dan usaha merupakan besaran skalar.

Beberapa jenis energi di antaranya adalah:

1. ENERGI KINETIK (Ek)

Ek trans = 1/2 m v2

Ek rot = 1/2 I 2

m = massa
v = kecepatan
I = momen inersia

 = kecepatan sudut

2. ENERGI POTENSIAL (Ep)


Ep = m g h

h = tinggi benda terhadap tanah

3. ENERGI MEKANIK (EM)

EM = Ek + Ep

Nilai EM selalu tetap/sama pada setiap titik di dalam lintasan suatu benda.

Pemecahan soal fisika, khususnya dalam mekanika, pada umumnya didasarkan pada
HUKUM KEKEKALAN ENERGI, yaitu energi selalu tetap tetapi bentuknya bisa
berubah; artinya jika ada bentuk energi yang hilang harus ada energi bentuk lain
yang timbul, yang besarnya sama dengan energi yang hilang tersebut.

Ek + Ep = EM = tetap

Ek1 + Ep1 = Ek2 + Ep2

PRINSIP USAHA-ENERGI

Jika pada peninjauan suatu soal, terjadi perubahan kecepatan akibat gaya yang
bekerja pada benda sepanjang jarak yang ditempuhnya, maka prinsip usaha-
energi berperan penting dalam penyelesaian soal tersebut

W tot = Ek         F.S = Ek akhir - Ek awal

W tot = jumlah aljabar dari usaha oleh masing-masing gaya


        = W1 + W2 + W3 + .......

 Ek = perubahan energi kinetik = Ek akhir - Ek awal


 

ENERGI POTENSIAL PEGAS (Ep)

Ep = 1/2 k  x2 = 1/2 Fp x

Fp = - k x

x = regangan pegas
k = konstanta pegas
Fp = gaya pegas

Tanda minus (-) menyatakan bahwa arah gaya F p berlawanan arah dengan arah
regangan x.

2 buah pegas dengan konstanta K1 dan K2 disusun secara seri dan paralel:

seri paralel

    1      =   1   +   1 


 Ktot = K1 + K2
  Ktot       K1       K2

Note: Energi potensial tergantung tinggi benda dari permukaan bumi. Bila jarak
benda jauh lebih kecil dari jari-jari bumi, maka permukaan bumi sebagai acuan
pengukuran. Bila jarak benda jauh lebih besar atau sama dengan jari-jari bumi,
make pusat bumi sebagai acuan.

Contoh:

1. Sebuah palu bermassa 2 kg berkecepatan 20 m/det. menghantam sebuah paku,


sehingga paku itu masuk sedalam 5 cm ke dalam kayu. Berapa besar gaya tahanan
yang disebabkan kayu ?
Jawab:

Karena paku mengalami perubahan kecepatan gerak sampai berhenti di dalam kayu,
make kita gunakan prinsip Usaha-Energi:

F. S = Ek akhir - Ek awal

F . 0.05 = 0 - 1/2 . 2(20)2

F = - 400 / 0.05 = -8000 N

(Tanda (-) menyatakan bahwa arah gaya tahanan kayu melawan arah gerak paku ).

2. Benda 3 kg bergerak dengan kecepatan awal 10 m/s pada sebuah bidang datar
kasar. Gaya sebesar 205 N bekerja pada benda itu searah dengan geraknya dan
membentuk sudut dengan bidang datar (tg  = 0.5), sehingga benda mendapat
tambahan energi 150 joule selama menempuh jarak 4m.
Hitunglah koefisien gesek bidang datar tersebut ?

Jawab:

Uraikan gaya yang bekerja pada benda:

Fx = F cos = 205 = 40 N

Fy = F sin = 205 . 15 = 20 N

 Fy = 0 (benda tidak bergerak pada arah y)

Fy + N = w   N = 30 - 20 = 10 N

Gunakan prinsip Usaha-Energi

 Fx . S = Ek 

(40 - f) 4 = 150   f = 2.5 N

3. Sebuah pegas agar bertambah panjang sebesar 0.25 m membutuhkan gaya


sebesar 18 Newton. Tentukan konstanta pegas dan energi potensial pegas !
Jawab:

Dari rumus gaya pegas kita dapat menghitung konstanta pegas:

Fp = - k x    k = Fp /x = 18/0.25 = 72 N/m

Energi potensial pegas:

Ep = 1/2 k ( x)2 = 1/2 . 72 (0.25)2 = 2.25 Joule

Daya (Power)

DAYA adalah usaha atau energi yang dilakukan per satuan waktu.

P = W/t = F v (GLB)
P = Ek/t (GLBB)

Satuan daya : 1 watt = 1 Joule/det = 107 erg/det


Dimensi daya : [P] = MLT2T-3

Contoh:

Seorang bermassa 60 kg menaiki tangga yang tingginya 15 m dalam waktu 2 menit. Jika g = 10
m/det2, berapa daya yang dikeluarkan orang tersebut?

Jawab:

P = W/t = mgh/t = 60.10.15/2.60 = 75 watt.

HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM

Hukum kekekalan momentum diterapkan pada proses tumbukan semua jenis, dimana prinsip
impuls mendasari proses tumbukan dua benda, yaitu I1 = -I2.

Jika dua benda A dan B dengan massa masing-masing MA dan MB serta kecepatannya masing-
masing VA dan VB saling bertumbukan, maka :
MA VA + MB VB = MA VA + MB VB

VA dan VB = kecepatan benda A dan B pada saat tumbukan

VA dan VB = kecepatan benda A den B setelah tumbukan.

Dalam penyelesaian soal, searah vektor ke kanan dianggap positif, sedangkan ke kiri dianggap
negatif.

Dua benda yang bertumbukan akan memenuhi tiga keadaan/sifat ditinjau dari keelastisannya,

a. ELASTIS SEMPURNA : e = 1

e = (- VA' - VB')/(VA - VB)

e = koefisien restitusi.
Disini berlaku hukum kokokalan energi den kokekalan momentum.

b. ELASTIS SEBAGIAN: 0 < e < 1


Disini hanya berlaku hukum kekekalan momentum.

Khusus untuk benda yang jatuh ke tanah den memantul ke atas lagi maka koefisien restitusinya
adalah:

e = h'/h

h = tinggi benda mula-mula


h' = tinggi pantulan benda

C. TIDAK ELASTIS: e = 0
Setelah tumbukan, benda melakukan gerak yang sama dengan satu kecepatan v',

MA VA + MB VB = (MA + MB) v'

Disini hanya berlaku hukum kekekalan momentum


Contoh:

1. Sebuah bola dengan massa 0.1 kg dijatuhkan dari ketinggian 1.8 meter dan mengenai lantai,
kemudian dipantulkan kembali sampai ketinggian 1.2 meter. Jika g = 10 m/det2.
Tentukanlah:
a. impuls karena beret bola ketika jatuh.
b. koefisien restitusi

Jawab:

a. Selama bola jatuh ke tanah terjadi perubahan energi potensial menjadi energi kinetik.

Ep = Ek

m g h = 1/2 mv2 ® v2 = 2 gh

® v = Ö2 g h

impuls karena berat ketika jatuh:

I = F . Dt = m . Dv
= 0.1Ö2gh = 0.1 Ö(2.10.1.8) = 0.1.6 = 0,6 N det.

b. Koefisien restitusi:

e = Ö(h'/h) = Ö(1.2/1.8) = Ö(2/3)

2. Sebuah bola massa 0.2 kg dipukul pada waktu sedang bergerak dengan kecepatan 30 m/det.
Setelah meninggalkan pemukul, bola bergerak dengan kecepatan 40 m/det berlawanan arah
semula. Hitung impuls pada tumbukan tersebut !

Jawab:

Impuls = F . t = m (v2 - v1)

= 0.2 (-40 - 30)


= -14 N det

Tanda berarti negatif arah datangnya berlawanan dengan arah datangnya bola.

3. Sebuah peluru yang massanya M1 mengenai sebuah ayunan balistik yang massanya M2.
Ternyata pusat massa ayunan naik setinggi h, sedangkan peluru tertinggal di dalam ayunan. Jika
g = percepatan gravitasi, hitunglah kecepatan peluru pada saat ditembakkan !

Jawab:

Penyelesaian soal ini kita bagi dalam dua tahap, yaitu:

1. Gerak A - B.

Tumbukan peluru dengan ayunan adalah tidak elastis jadi kekekalan momentumnya:

M1VA + M2VB = (M1 + M2) V


M1VA + 0 = (M1 + M2) V

VA = [(M1 + M2)/M1] . v

2. Gerak B - C.
Setelah tumbukan, peluru dengan ayunan naik setinggi h, sehingga dapat diterapkan kekekalan
energi:

EMB = EMC

EpB + EkB = EpC + EkC

0 + 1/2 (M1 + M2) v2 = (M1 + M2) gh + 0

Jadi kecepatan peluru: VA = [(M1 + M2)/M1] . Ö(2 gh)

d. ELASTISITAS KHUSUS DALAM ZAT PADAT


Zat adalah suatu materi yang sifat-sifatnya sama di seluruh bagian, dengan kata lain, massa
terdistribusi secara merata. Jika suatu bahan (materi) berupa zat padat mendapat beban luar,
seperti tarikan, lenturan, puntiran, tekanan, maka bahan tersebut akan mengalami perubahan
bentuk tergantung pada jenis bahan dan besarnya pembebanan. Benda yang mampu kembali ke
bentuk semula, setelah diberikan pembebanan disebut benda bersifat elastis.

Suatu benda mempunyai batas elastis. Bila batas elastis ini dilampaui maka benda akan
mengalami perubahan bentuk tetap, disebut juga benda bersifat plastis.

Hukum Hooke

s=Ee

E = F/A : DL/L = F L/A DL

s = tegangan = beban persatuan luas = F/A


e = regangan = pertambahan panjang/panjang mula-mula = DL/L
E = modulus elastisitas = modulus Young
L = panjang mula-mula
c = konstanta gaya
DL = pertambahan panjang

Contoh:

1. Sebuah kawat baja (E = 2 x 1011 N/m2). Panjang 125 cm dan diameternya 0.5 cm mengalami
gaya tarik 1 N.Tentukan:

a. tegangan.
b. regangan.
c. pertambahan panjang kawat.

Jawab:

a. Tegangan = F/A ; F = 1 N.
A = p r2 = 3.14 (1/4 . 10-2)2
A = 1/(3.14 . 1/16 . 10-4) = 16 . 10-4/3.14 = 5.09 . 104 N/M2
b. Regangan = e = DL/L = (F/A)/E
= 5.09. 104/2.1011 = 2.55.10-7

c. Pertambahan panjang kawat: DL = e . L = 2.55 . 10-7 . 125 = 3.2 . 10-5 cm

Fluida Statis

Fluida ( zat alir ) adalah zat yang dapat mengalir, misalnya zat cair dan gas. Fluida dapat
digolongkan dalam dua macam, yaitu fluida statis dan dinamis.

TEKANAN HIDROSTATIS

Tekanan hidrostatis ( Ph) adalah tekanan yang dilakukan zat cair pada bidang dasar tempatnya.

PARADOKS HIDROSTATIS

Gaya yang bekerja pada dasar sebuah bejana tidak tergantung pada bentuk bejana dan jumlah
zat cair dalam bejana, tetapi tergantung pada luas dasar bejana ( A ), tinggi ( h ) dan massa jenis
zat cair ( r )
dalam bejana.
Ph = r g h
Pt = Po + Ph
F=PhA=rgV r = massa jenis zat cair
h = tinggi zat cair dari permukaan
g = percepatan gravitasi
Pt = tekanan total
Po = tekanan udara luar

HUKUM PASCAL

Tekanan yang dilakukan pada zat cair akan diteruskan ke semua arah sama.

P1 = P2 ® F1/A1 = F2/A2
HUKUM ARCHIMEDES

Benda di dalam zat cair akan mengalami pengurangan berat sebesar berat zat cair yang
dipindahkan.

Tiga keadaan benda di dalam zat cair:


a. tenggelam: W>Fa Þ rb > rz

b. melayang: W = Fa Þ rb = rz

c. terapung: W=Fa Þ rb.V=rz.V' ; rb<rz

W = berat benda
Fa = gaya ke atas = rz . V' . g
rb = massa jenis benda
rz = massa jenis fluida
V = volume benda
V' = volume benda yang berada dalam fluida

Akibat adanya gaya ke atas ( Fa ), berat benda di dalam zat cair (Wz) akan berkurang menjadi:

Wz = W - Fa

Wz = berat benda di dalam zat cair

TEGANGAN PERMUKAAN

Tegangan permukaan ( g) adalah besar gaya ( F ) yang dialami pada permukaan zat cair
persatuan panjang(l)

g = F / 2l

KAPILARITAS

Kapilaritas ialah gejala naik atau turunnya zat cair ( y ) dalam tabung kapiler yang dimasukkan
sebagian ke dalam zat cair karena pengarah adhesi dan kohesi.
y = 2 g cos q / r g r

y = kenaikan/penurunan zat cair pada pipa (m)


g = tegangan permukaan (N/m)
q = sudut kontak (derajat)
p = massa jenis zat cair (kg / m3)
g = percepatan gravitas (m / det2)
r = jari-jari tabung kapiler (m)

Fluida Dinamis

Sifat Fluida Ideal:

- tidak dapat ditekan (volume tetap karena tekanan)


- dapat berpindah tanpa mengalami gesekan
- mempunyai aliran stasioner (garis alirnya tetap bagi setiap partikel)
- kecepatan partikel-partikelnya sama pada penampang yang sama

HUKUM BERNOULLI

Hukum ini diterapkan pada zat cair yang mengalir dengan kecepatan berbeda dalam suatu pipa.
P + r g Y + 1/2 r v2 = c

P = tekanan
1/2 r v2 = Energi kinetik
r g y = Energi potensial

]® tiap satuan
waktu
CEPAT ALIRAN (DEBIT AIR)

Cepat aliran (Q) adalah volume fluida yang dipindahkan tiap satuan waktu.

Q=A.v

A1 . v1 = A2 . v2

v = kecepatan fluida (m/det)


A = luas penampang yang dilalui fluida

Untuk zat cair yang mengalir melalui sebuah lubang pada tangki, maka besar kecepatannya
selalu dapat diturunkan dari Hukum Bernoulli, yaitu:
v = Ö(2gh)

h = kedalaman lubang dari permukaan zat cair

Contoh:

1. Sebuah kolam air berdinding bujursangkar dengan panjang 15 m, tingginya 7,5m.Tentukanlah


tekanan air 4,5 m di bawah permukaan air!

Jawab:

P = r . g . h = 103 . 10 . 4,5
P = 4,5.104 N/m2

2. Air mengalir sepanjang pipa horisontal, penampang tidak sama besar. Pada tempat dengan
kecepatan air 35 cm/det tekanannya adalah 1 cmHg. Tentukanlah tekanan pada bagian pipa
dimana kecepatan aliran airnya 65 cm/det.(g = 980 cm/det2) !

Jawab:

P1 = 1 cmHg = 1.13,6.980 dyne/cm2


P1 = 13328 dyne/cm2
v1 = 35 cm/det; v2 = 65 cm/det

Prinsip Bernoulli:
P1 + pgy1 + 1/2rv12 = P2 + rgy2 + 1/2rv22

Karena y1 = y2 (pipa horisontal), maka:

P1 - P2 = 1/2 r (V22 - V12)


P1 - P2 = 1/2 1 (652 352)
P1 - P2 = 1/2 3000
P1 - P2 = 1500 dyne/cm2

Jadi:

P2 = P1 - 1500
P2 = 13328 - 1500
P2 = 11828 dyne/cm
P2 = 0,87 cmHg

Sifat Termal Zat


Pemuaian suatu benda karena menerima kalor (suhu benda naik) terbagi atas:

1. Muai Panjang (pemuaian satu dimensi)

Lt = Lo ( 1 + a Dt)

Lt = panjang benda pada tºC (m)


Lo = panjang benda pada 0ºC (m)
a = koefisien muai panjang

2. Muai Luas (pemuaian dua dimensi)

At = Ao (1 + b Dt)

At = luas benda pada tºC (m²)


Ao = luas benda pada 0ºC (m²)
b = koefisien muai luas = 2a

3. Muai Volume (pemuaian tiga dimensi)

Vt = Vo ( 1 + g Dt)

Vt = volume benda pada tºC (m3)


Vo = volume benda pada 0ºC (m3)
g = koefisien muai volume = 3a
g = 1/273ºK (khusus pada tekanan dan volume tetap)

Contoh:

1. Sebatang baja (angka muai linier 10-5/ºC) panjangnya 100,0 cm pada suhu 30ºC. Bila panjang
batang baja itu sekarang menjadi 100,1 cm, berapakah suhunya sekarang?

Jawab:

Lt = Lo ( 1 + a Dt)
Dt = (Lt - Lo) / (Lo a)

Dt = (100,1 -100)/(100.10-5) = 100ºC

Dt = takhir - tawal

100 = takhir - 30

takhir = 130ºC
2. Sebuah tabung terbuat dari gelas (a = 10-5/ºC) pada suhu 20ºC mempunyai volume sebesar
250 cm3. Tabung itu berisi penuh dengan eter ( g = 5.10-3/ºC). Berapakah cm3 eter akan tumpah
jika tabung dipanasi sampai 120ºC?

Jawab:

Gelas:

Vo = 250 cm3
Dt = 120 - 20 = 100ºC
g = 3a = 3.10-5/ºC

Vt = Vo(1 + g Dt)
Vt = 250 (1 + 3.10-5.100) = 250,75 cm3

Eter:

Vº = 250 cm3
Dt= 100ºC
g = 5.10-3/ºC

Vt = Vo (1 + g Dt)
Vt = 250 (1 + 5.10-3.100) = 375 cm3

Jadi volume eter yang tumpah = 375 - 250,75 = 124,25 cm3

Anda mungkin juga menyukai