Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENILAIAN PEMBELAJARAN EKONOMI

RANAH KOGNITIF

Dosen Pengampu : Nurmala Sari, S.pd., M.Pd

Disusun Oleh:

Ririn Kartika A1A118006

Meilinda Tri Wulandari A1A118015

Muhamad Ilham A1A118055

Dian Raphita A1A118058

Nia Audina A1A118061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Ranah Kognitif tepat waktu. Makalah Ranah
Kognitif disusun guna memenuhi tugas ibu Nurmala Sari, S.Pd., M.Pd pada mata kuliah
Penilaian Pembelajaran Ekonomi di Universitas Jambi. Selain itu, penulis juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Penilaian Ranah Kognitif.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu selaku Dosen mata kuliah
Penilaian Pembelajaran Ekonomi. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait penilaian ranah kognitif. Penulis juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini. Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 27 Februari 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan................................................................................................2
D. Manfaat..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3

A. Pengertian Ranah Kognitif.................................................................3


B. Tujuan Ranah kognitif.......................................................................3
C. Hakikat Penilaian . .........................................................................6
D. Penilaian Kognitif..............................................................................7
E. Teknik Penilaian Kognitif..................................................................7

BAB III PENUTUP......................................................................................12

A. Kesimpulan........................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................13
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan pendidikan di Indonesia kita tentunya mengenal istilah


evaluasi di dalam dunia pendidikan. Kita mengetahui bahwa setiap jenjang dan jenis
pendidikan dalam setiap periode pendidikan tertentu selalu mengadakan evaluasi. Kegiatan
ini di lakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik di dalam memahami
materi pembelajaran, perkembangan hasil belajar, bakat khusus, minat, hubungan sosial sikap
dan kepribadian siswa atau peserta didik dan juga apakah sudah tepat metode dan materinya
sesuai dengan tujuan yang telah di rumuskan.

Akan tetapi dalam realita yang terjadi di dalam dunia pendidikan saat ini seorang guru
yang terkait langsung dengan pembelajaran tak sedikit yang mengalami kesulitan dalam
memahami sasaran dan obyek penilaian hasil belajar peserta didik, selain itu evaluasi yang di
lakukan seorang evaluator tersebut hanya sebatas penilaian semata. Guru hendaknya menjadi
seorang evaluator yang baik yang mampu dan terampil dalam melaksanakan penilaian,
karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia
melaksanakan proses belajar.

Oleh sebab itu salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya
pamahaman mengenai sasaran dan obyek penilaian dalam pembelajaran sehingga jika terjadi
kekurangan ataupun kelemahan didalamnya dapat segera di perbaiki untuk kedepannya agar
tujuan pem-belajaran yang telah di rumuskan pada kurikulum dapat tercapai sesuai yang di
harapkan, kemudian pemakalah akan menguraikan beberapa bagian dari sasaran dan objek
pembelajaran di antaranya mengenai unsur- unsur sasaran penilaian meliputi input,
transformasi, dan output. Kemudian yang menjadi obyek penilaian di antaranya yaitu ranah
kognitif, afektif dan psikomotor. Dan pada makalh kali ini akan membaha mengenai
penilaian dalam ranah kognitif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Ranah Kognitif
2. Apa Saja Tujuan Ranah Kognitif
3. Apa Hakikat Penilaian
4. Apa Itu Penilaian Kognitif
5. Apa Saja Teknik Penilaian Kognitif
C. Tujuan Perumusan
1. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Ranah Kognitif ?
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Tujuan Ranah Kognitif ?
3. Untuk Mengetahui Apa Hakikat Penilaian ?
4. Untuk Mengetahui Apa Itu Penilaian Kognitif ?
5. Untuk Mengetahui Apa Saja Teknik Penilaian Kognitif ?
D. Manfaat
Adapun manfaat pembuatan makalah ini yaitu :
1. Bagi penulis :
Untuk menambah wawasan mengenai penilaian ranah kognitif, sekaligus memenuhi
tugas matakuliah penilaian pembelajaran ekonomi.
2. Bagi pembaca :
Untuk menambah wawasan mengenai ranah kognitif.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ranah Kognitif


Ranah ini meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah
dipelajari, yang berkenaan dengan kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh
pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Ranah
Kognitif berisi tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti
pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Indikator kognitif proses merupakan
perilaku (behavior) siswa yang diharapkan muncul setelah melakukan serangkaian
kegiatan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Selain ranah afektif dan
psikomotorik, hasil belajar yang perlu diperhatikan adalah dalam ranah kognitif.
Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu dalam dirinya apabila telah terjadi
perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan terjadi.

Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai
produk dari proses belajar. Perilaku ini sejalan dengan keterampilan proses sains, tetapi
yang karakteristiknya untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa. Indikator
kognitif produk berkaitan dengan perilaku siswa yang diharapkan tumbuh untuk
mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Indikator kognitif produk disusun dengan
menggunakan kata kerja operasional aspek kognitif.

B. Tujuan Ranah Kognitif


Tujuan pembelajaran dalam ranah kognitif (intelektual) atau yang menurut Bloom
merupakan segala aktivitas yang menyangkut otak dibagi menjadi 6 tingkatan sesuai dengan
jenjang terendah sampai tertinggi (Dalam buku yang berjudul Taxonomy of Educational
Objectives.

1. Mengingat (Remembering), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat
(recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus,
dan lain sebagainya. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam
proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah
(problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang jauh lebih kompleks.Mengingat meliputi mengenali (recognition)
dan memanggil kembali (recalling) Mengenali berkaitan dengan mengetahui
pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya
tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling)
adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan
tepat.
2. Memahami/mengerti (Understanding), memahami/mengerti berkaitan dengan
membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan
komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan
(classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul
ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari
kategori pengetahuan tertentu. Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau
informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya.
Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau
lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan
dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek yang
diperbandingkan.
3. Menerapkan (Applying), menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan
atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau
menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan
prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan
prosedur (executing) dan mengimplementasikan (implementing). Menerapkan
merupakan proses yang kontinu, dimulai dari siswa menyelesaikan suatu
permasalahan menggunakan prosedur baku/standar yang sudah diketahui. Kegiatan
ini berjalan teratur sehingga siswa benar-benar mampu melaksanakan prosedur ini
dengan mudah, kemudian berlanjut pada munculnya permasalahan-permasalahan
baru yang asing bagi siswa, sehingga siswa dituntut untuk mengenal dengan baik
permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan
permasalahan.
4. Menganalisis (Analyzing), Menganalisis merupakan memecahkan suatu
permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari
keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan
tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Menganalisis berkaitan dengan proses
kognitif memberi atribut (attributeing) dan mengorganisasikan (organizing).
Memberi atribut akan muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian
memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi permasalahan.
Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil komunikasi atau
situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur ini dapat menghasilkan
hubungan yang baik.
5. Mengevaluasi (Evaluating), evaluasi berkaitan dengan proses kognitif
memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada.
Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan
konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa.
Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan
sendiri oleh siswa. Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi
(critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak
konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Jika dikaitkan dengan
proses berpikir merencanakan dan mengimplementasikanmaka mengecek akan
mengarah pada penetapan sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik.
Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada
kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis.
Siswa melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu
hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini.
6. Menciptakan (Creating), menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan
unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan
mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan
mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari
sebelumnya. Menciptakansangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada
pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir
kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk
menciptakan. Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan
memproduksi (producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan
merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis yang
diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir divergen yang
merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi mengarah pada perencanaan
untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Memproduksi berkaitan erat
dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan
konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognisi.
C. Hakikat Penilaian
Penilaian merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan
pembelajaran secara umum. Semua kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus selalu
diikuti atau disertai dengan kegiatan penilaian. Kiranya merupakan suatu hal yang tidak lazim
jika terjadi adanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang guru di kelas tanpa pernah
diikuti oleh adanya suatu penilaian. Tanpa mengadakan suatu penilaian, guru tidak mungkin
dapat menilai dan melaporkan hasil pembelajaran peserta didik secara objektif.

Pada hakikatnya kegiatan penilaian yang dilakukan tidak semata-mata untuk meraih
hasil belajar peserta didik saja, melainkan juga berbagai faktor yang lain, antara lain kegiatan
pembelajaran yang dilakukan itu sendiri. Artinya, berdasarkan informasi yang diperoleh dari
penilaian terhadap hasil belajar peserta didik itu dapat pula dipergunakan sebagai salah satu
sarana untuk menilai kualitas pembelajaran yang dilakukan. Selain itu, penilaian juga dapat
dimanfaatkan sebagai umpan balik kegiatan pembelajaran yang selanjutnya.

Pelaksanaan penilaian yang dilakukan secara benar seseuai dengan rambu-rambu


dalam banyak hal akan menjamin peningkatan kualitas pembelajaran. Data hasil penilaian
amat dibutuhkan untuk menyusun dan mengembangkan program pembelajaran selanjutnya.
Penilaian hasil pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses belajar
mengajar. Semua komponen sistem pembelajaran saling memengaruhi dan menentukan satu
dengan yang lain sehingga jika semua komponen berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil
kegiatan penilaian sebelumnya kita akan mengetahui kompetensi apa yang sudah, belum, atau
kurang dikuasai peserta didik dan karenanya dapat dilakukan tindakan selanjutnya yang
sesuai. Penilaian hasil belajar peserta didik memperhatikan prinsip-prinsip penilaian sebagai
berikut:

1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan
dari kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara terencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi
yang ditetapkan. Dan
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik,
prosedur, maupun hasilnya.
D. Penilaian Kognitif
Penilaian kognitif merupakan penilaian untuk mengukur kemampuan peserta didik
berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, serta kecakapan
berpikir tingkat rendah sampai tinggi. Penilaian ini berkaitan dengan ketercapaian
Kompetensi Dasar pada KI-3 yang dilakukan oleh guru mata pelajaran. Penilaian kognif
dilakukan dengan berbagai teknik penilaian. Pendidik menetapkan teknik penilaian sesuai
dengan karakteristik kompetensi yang akan dinilai. Penilaian dimulai dengan
perencanaan pada saat menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mengacu
pada silabus.

Penilaian kognitif, selain untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai
ketuntasan belajar, juga untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan penguasaan
pengetahuan peserta didik dalam proses pembelajaran (diagnostic). Oleh karena itu,
pemberian umpan balik (feedback) kepada peserta didik oleh pendidik merupakan hal yang
sangat penting, sehingga hasil penilaian dapat segera digunakan untuk perbaikan mutu
pembelajaran. Ketuntasan belajar untuk pengetahuan ditentukan oleh satuan pendidikan
dengan mempertimbangkan batas standar minimal nilai Ujian Nasional yang ditetapkan oleh
Pemerintah.Secara bertahap satuan pendidikan terus meningkatkan kriteria ketuntasan
belajar dengan mempertimbangkan potensi dan karakteristik masing-masing satuan
pendidikan sebagai bentuk peningkatan kualitas hasil belajar.

E. Teknik Penilaian Kognitif


Penilaian kognitif dapat berupa tes tulis, observasi pada diskusi, tanya-jawab dan
percakapan serta dan penugasan (Permendikbud nomor 104 tahun 2014).Teknik dan bentuk
instrumen penilaian kompetensi pengetahuan dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut:

1. Tes Tertulis
Instrumen tes tulis umumnya menggunakan soal pilihan ganda dan soal uraian. Soal
tes tertulis yang menjadi penilaian autentik adalah soal-soal yangmenghendaki peserta
didik merumuskan jawabannya sendiri, seperti soal-soal uraian. Soal-soal uraian
menghendaki peserta didik mengemukakan ataumengekspresikan gagasannya dalam
bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri, misalnya
mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan.
a. Soal Pilihan Gand, Soal pilihan ganda terdiri dari bagian pokok soal dan pilihan
jawaban. Pada pilihan jawaban terdiri dari pilihan yang benar dan pengecoh.
Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat
kesederhanaan, serta panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban.
Kaidah penulisan soal pilihan ganda harus memperhatikan materi soal dan
konstruksinya. Materi soal sebaiknya mengikuti kriteria penulisan soal seperti
berikut ini.
 Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku
dan materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indicator dalam kisi-
kisi.
 Pengecoh harus bertungsi, pengecoh dianggap yang berfungsi dengan baik
dipilih lebih banyak oleh kelompok rendah.
 Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal
hanya mempunyai satu kunci jawaban.
Konstruksi soal sebaiknya mengikuti kriteria penulisan soal seperti berikut ini.
 Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Kemampuan atau materi
yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas. Setiap butir soal hanya
mengandung satu persoalan/gagasan.
 Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang
diperlukan saja.
 Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
 Pokok soal tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
 Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar dan logis
ditinjau dari segi materi. Semua pilihan jawaban harus berasal dari konsep
yang sama seperti yang ditanyakan pokok soal, penulisannya harus setara, dan
semua pilihan jawaban harus berfungsi.
 Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
 Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di
atas salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas benar".
 Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan
urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis.
 Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada
soal harus jelas dan berfungsi.
 Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna
tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.
 Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

b. Soal Uraian, Soal bentuk uraian yaitu soal yang menuntut peserta didik untuk
mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan
gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Kaidah
penulisan soal uraian sebaiknya memperhatikan beberapa hal baik dari materi soal
maupun konstruksinya. Kriteria soal uraian adalah sebagai berikut.
 Soal harus sesuai dengan indikator.
 Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.
 Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan pengukuran.
 Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang atau tingkat kelas.
Konstruksi soal sebaiknya mengikuti kriteria penulisan soal seperti berikut ini.
 Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.
 Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
 Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.
 Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas,
terbaca, dan berfungsi
2. Pengembangan Soal “Higher Order Thinking Skill” (HOTS)
Untuk mengembangkan soal HOTS guru memerlukan pemahaman dulu dalam hal
pengertian HOTS, “Higher Order Thinking Skill” (HOTS) atau keterampilan berpikir
tingkat tinggi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, membuat
keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif (Presseisen dalam Costa, 1985). Dalam
pembentukan sistem konseptual IPA proses berpikir tingkat tinggi yang biasa
digunakan adalah berpikir kritis. Indikator keterampilan berpikir kritis dibagi menjadi
lima kelompok (Ennis dalam Costa, 1985) yaitu ; memberikan penjelasan sederhana,
membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat penjelasan lebih lanjut
serta mengatur strategi dan taktik. Keterampilan pada kelima kelompok berpikir kritis
ini dirinci lagi sebagai berikut:
a. Memberikan penjelasan sederhana terdiri dari keterampilan memfokuskan
pertanyaan, menganalisis argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan.
b. Membangun keteramnpilan dasar terdiri dari menyesuaikan dengan sumber,
mengamati dan melaporkan hasil observasi.
c. Menyimpulkan terdiri dari keterampilan mempertimbangkan kesimpulan,
melakukan generalisasi dan melakukan evaluasi.
d. Membuat penjelasan lanjut contohnya mengartikan istilah dan membuat definisi.
e. Mengatur strategi dan taktik contohnya menentukan suatu tindakan dan
berinteraksi dengan orang lain dan berkomunikasi. Keterampilan berpikir kritis
peserta didik antara lain dapat dilatih melalui pemberian masalah dalam bentuk
soal yang bervariasi.
3. Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan
Penilaian terhadap pengetahuan peserta didik dapat dilakukan melalui observasi
terhadap diskusi, tanya jawab, dan percakapan. Teknik ini adalah cerminan dari
penilaian autentik. Ketika terjadi diskusi, guru dapat mengenal kemampuan peserta
didik dalam kompetensi pengetahuan (fakta, konsep, prosedur) seperti melalui
pengungkapan gagasan yang orisinal, kebenaran konsep, dan ketepatan penggunaan
istilah/fakta/prosedur yang digunakan pada waktu mengungkapkan pendapat,
bertanya, atau pun menjawab pertanyaan. Hasil observasi digunakan untuk
mendeteksi kelemahan/kekuatan penguasaan kompetensi pengetahuan dan
memperbaiki proses pembelajaran khususnya pada indikator yang belum muncul.
4. Penugasan
Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang dapat berupa
pekerjaan rumah baik secara individu ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik
tugasnya. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang
dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. Rambu-
rambu penugasan yaitu sebagai berikut:
a. Tugas mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar.
b. Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik, selama proses pembelajaran atau
merupakan bagian dari pembelajaran mandiri.
c. Pemberian tugas disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik.
d. Materi penugasan harus sesuai dengan cakupan kurikulum.
e. Penugasan ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik
menunjukkan kompetensi individualnya meskipun tugas diberikan secara
kelompok.
f. Pada tugas kelompok, perlu dijelaskan rincian tugas setiap anggota kelompok.
g. Tampilan kualitas hasil tugas yang diharapkan disampaikan secara jelas.
h. Penugasan harus mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.
BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Penilaian merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan
pembelajaran secara umum. Pelaksanaan penilaian yang dilakukan secara benar seseuai dengan
rambu-rambu dalam banyak hal akan menjamin peningkatan kualitas pembelajaran. Data hasil
penilaian amat dibutuhkan untuk menyusun dan mengembangkan program pembelajaran selanjutnya.
Ranah Kognitif berisi tentang perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti
pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Dalam Taksonomi Bloom yang direvisi oleh
David R. Krathwohl di jurnal Theory into Practice, aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang
yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Penilaian
kognitif merupakan penilaian untuk mengukur kemampuan peserta didik berupa pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, serta kecakapan berpikir tingkat rendah sampai
tinggi. Penilaian kognitif dapat berupa tes tulis, observasi pada diskusi, tanya-jawab dan percakapan
serta dan penugasan (Permendikbud nomor 104 tahun 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Nabilah (2020). Jurnal ANALISIS KEMAMPUAN KOGNITIF PESERTA DIDIK DALAM MENYELESAIKAN
SOAL MOMENTUM DAN IMPULS. Vol 1 edisi 1 hlm 1-7

https://santisusanti1995.wordpress.com/2013/12/10/taksonomi-bloom-ranah-kognitif-afektif-dan-
psikomotor-serta-identifikasi-permasalahan-pendidikan-di-indonesia/

http://dedyenha.blogspot.com/2012/03/makalah-teknik-penilaian-untuk-ranah.html?m=1

http://firdausanisaa.blogspot.com/2013/12/taksonomi-bloom-ranah-afektif-kognitif.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai