Nabila Putri Kusuma 010 LA04
Nabila Putri Kusuma 010 LA04
NPM : 140710200010
LABORATORIUM GEOFISIKA
DEPARTEMEN GEOFISIKA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2020
MODUL-4
PETA GEOLOGI
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Praktikan mampu mengetahui pengertian dan unsur dari peta geologi.
2. Praktikan mampu membaca peta geologi.
c. Peta geologi dibedakan atas peta geologi sistematik dan peta geologi tematik.
- Peta geologi sistematik adalah peta geologi yang menyajikan data dasar geologi
dengan nama dan nomor lembarnya mengacu pada SK Ketua Bakosurtanal No.
019.2.2/1/1975 atau SK Penggantinya.
- Peta geologi tematik adalah peta geologi yang menyajikan data geologi untuk
tujuan tertentu, misalnya peta geologi teknik, peta geologi kuarter.
a. Judul Peta, diambil dari bagian terbesar wilayah yang tercantum dalam satu sheet
peta. Biasanya terletak di bagian atas peta atau di samping untuk peta buatan Badan
Koordinasi dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL).
b. Legenda Peta, penjelasan dari simbul simbul yang tercantum dalam peta. Bagian ini
adalah komponen yang sangat vital karena kita akan jadi buta dalam membaca peta
jika tidak ada legendanya.
c. Skala Peta, bagian yang menunjukan ukuran dalam lembar peta dengan medan
sebenarnya. Skala ini ada dua jenis yaitu skala garis dan skala angka. Dalam peta
topografi biasanya dicantumkan keduanya. Rumus perhitungan : jarak dimedan
sebenarnya = jarak di peta x skalanya. (Contoh : skala peta 1:25000; 1:50000;
1:100000) cara membacanya adalah 1:25000 berarti 1 cm dalam peta adalah 25000
cm di medan sebenarnya atau 250 meter.
d. Garis Koordinat, jaring-jaring dalam peta yang terdiri dari garis vertikal dan garis
horisontal. Guna garis ini adalah untuk batas perhitungan koordinat. Koordinat peta
dikenal ada dua jenis yaitu koordinat grid dan koordinat geografis. Koordinat
geografis merupakan koordinat dari jarring-jaring bumi yang terdiri garis lintang
untuk horizontal dan garis bujur untuk vertical. Penulisanya biasanya denga koordinat
geografis, derajat, menit dan detik. Koordinat grid adalah jaring jaring koordinat lokal
yang dipakai untuk acuan pengkoordinatan dalam peta. Biasanya hanya disebutkan
dengan angka saja dan dikenal dengan koordinat 8 angka atau 12 angka. Untuk peta
Indonesia ada 2 acuan pokok dalam koordinat ini yaitu dengan dikenal dengan sistem
UTM/UPS atau LCO masing masing dengan acuan 00 yang berbeda.
e. Tahun Pembuatan Peta, merupakan keterangan yang menunjukkan tahun terakhir peta
tersebut diperbaharui. Hal ini sangat penting karena kondisi permukaan bumi bisa
berubah sewaktu waktu.
f. Deklinasi, yaitu garis keterangan yang menunjukan beda Utara Peta dan Utara
Magnetik (Utara Kompas). Deklinasi ini direvisi tiap 5 tahun sekali. Kenapa ada
perbedaan antara Utara peta dan Utara sebenarnya dan Utara Magnetik. Seperti kita
ketahui Utara Bumi kita ditunjukan oleh di Kutub Utara. Sedangkan sumbu utara
magnet bumi sebenarnya ada di sebuah kepulauan di dekat dataran Green Land.
Setiap tahun karena rotasi Sumbu bumi ini mengalami pergeseran rata-rata 0,02 detik
bisa ke timur dan ke barat. Jadi utara sebenarnya bisa ditentukan dari mengkonversi
antara utara magnetik dengan utara Peta. Biasanya akan dicantumkan di setiap lembar
peta.
a. Singkatan Huruf
Untuk menunjukan satuan kronostratigrafi yang terdapat pada peta geologi, dapat
ditunjukan menggunakan singkatan huruf. Berikut ini adalah acuan atau dokumen
mengenai satuan kronostratigrafi yang dibuat oleh Elsevier pada tahun 1989 atau
revisinya:
- Huruf pertama (huruf besar) menyatakan zaman, misalnya P untuk Perem, TR
untuk Trias dan T untuk Tersier.Huruf kedua (huruf kecil) menyatakan seri,
misalnya Tm yang artinya kala Miosen dalam zaman Tersier.
- Huruf ketiga (huruf kecil) menyatakan nama formasi atau satuan litologi, misalnya
Tmc yang berarti Formasi Cipluk berumur Miosen.
- Huruf keempat (huruf kecil) menyatakan jenis litologi atau satuan peta yang lebih
rendah (anggota), contohnya Tmcl yang berarti anggota batu gamping Formasi
Cipluk yang berumur Miosen.
- Huruf kelima digunakan atau dipakai hanya untuk batuan yang memiliki kisaran
umur yang panjang, misalnya Tpokc yang artinya Anggota Cawang Formasi Kikim
berumur Paleosen – Oligosen.
- Huruf pT (p kecil sebelum T besar) digunakan untuk singkatan umur batuan
sebelum Tersier yang tidak diketahui umur pastinya.
- Untuk batuan yang memiliki kisaran umur panjang, urutan singkatan umur
berdasarkan pada dominasi umur batuan, misalnya QT untuk batuan yang berumur
Tersier hingga Kuarter yang didominasi batuan berumur Quarter; JK untuk batuan
yang berumur Jura hingga Kapur yang didominasi oleh batuan yang berumur Jura.
- Batuan beku dan batuan malihan yang tidak terperinci susunan dan umurnya,
cukup dinyatakan dengan satu atau dua buah huruf, misalnya a untuk andesit, b
untuk basalt, gd untuk granodiorit, um untuk ultramafik atau ofiolit dan s untuk
sekis.
- Batuan beku dan malihan yang diketahui umurnya menggunakan lambang huruf
zaman, sebagai contoh Kg yang berarti berumur Kapur.
- Pada peta geologi skala kecil, himpunan batuan cukup dinyatakan dengan huruf di
belakang lambang era, zaman atau sub – zaman: misalnya Pzm yang berarti batuan
malihan berumur Paleozoikum, Ks yang berarti sedimen berumur Kapur, Tmsv
yang berarti klastika gunung api berumur Miosen, Tpv yang berarti batuan gunung
api berumur Paleogen, Tn yang berarti batuan terobosan berumur Neogen. Dan
satuan bancuh dinyatakan dengan notasi m.
Gambar 2. Keterangan dari singkatan huruf pada formasi batuan yang menunjukkan umur relatif dari formasi
tersebut. (SNI 13-4691-1998 ICS 07.060 Penyusunan Peta Geologi)
b. Tata Warna
Tata warna digunakan untuk membedakan satuan peta geologi dan dipilih berasaskan
jenis batuan, umur satuan dan satuan geokronologi.
- Warna dasar yang dipakai yaitu kuning, magenta (merah) dan sian (biru) serta
gabunganya. Untuk setiap warna dinyatakan dengan menggunakan sandi 0, 1, 3, 5,
7 dan x, yang merupakan sandi ferajat kekuatan warna atau prosentase penyaringan
pada proses kartografi.
- Warna yang dipilih untuk membedakan satuan batuan sedimen dan endapan
permukaan sepenuhnya menganut sistem warna berdasarkan jenis dan umur. Untuk
membedakannya, beberapa satuan seumur dapat digunakan corak.
- Batuan malihan dapat dibedakan berdasarkan (1) derajat dan fasies serta (2) umur
nisbi batuan pra malihan dan litologi. Tata warna batuan malihan sama dengan
batuan sedimen atau menggunakan bakuan warna khusus.
- Warna batuan beku menyatakan susunan kimianya: asam, menengah, basa, dan
ultrabasa. Untuk dapat membedakannya dipilihlah warna yang berdekatan dan
singkatan huruf atau menurut kunci warna yang sudah dibakukan. Namun, bila
diperlukan dapat menggunakan corak dengan bakuan khusus.
- Batuan gunung api yang berlapis dan diketahui umurnya, akan mengikuti tata
warna untuk batuan sedimen. Perbedaan litologi untuk lahar, breksi gunung api dan
tuf, dinyatakan dengan corak. Beberapa satuan batuan gunung api yang terdapat
pada suatu lembar peta geologi dapat dibedakan berdasarkan susunan kimianya
dengan bakuan warna khusus.
- Satuan tektonit dinyatakan dengan corak khusus.
- Atas dasar pertimbangan keilmuan atau prospek ekonomi, terdapat beberapa hal
yang menonjol seperti batuan terubah, derajat pemalihan atau persifatan khusus
lainnya. Pada peta geologi dapat disajikan secara khusus, di luar yang telah
diuraikan.
5. Formasi batuan
- Pada bagian legenda/keterangan peta, biasanya terdapat informasi formasi
batuan. Formasi adalah satuan dasar dalam pembagian satuan litostratigrafi
(Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996). Formasi terdiri dari litologi yang memiliki
keseragaman atau ciri litologi yang nyata, dapat terdiri dari satu macam jenis
batuan, perulangan dari dua jenis batuan atau lebih. Penamaan formasi
biasanya disesuaikan dengan lokasi keterdapatannya.
Gambar 4. Contoh korelasi satuan peta yang menunjukkan hubungan stratigrafi dan umur dari formasi. Di sebelah
kanan terdapat informasi mengenai litologi/batuan yang menyusun berbagai formasi. Contoh diambil dari peta
geologi daerah Poso (Simandjuntak dkk., 1997)
6. Kontur
Garis Ketinggian atau biasa disebut garis kontur, Adalah garis yang
menyerupai sidik jari yang menunjukkan titik ketinggian yang sama dalam peta.
Karena merupakan tanda dari ketinggian yang sama, maka garis ini tidak akan pernah
saling memotong tapi bisa bersinggungan. Lokasi yang lebih rendah akan melingkari
lokasi yang lebih tinggi, itulah ciri garis kontur. Atau bisa juga disebutkan garis
sebelah dalam adalah lebih tinggi dari garis sebelah luar. Dalam peta interval atau
jeda beda ketinggian antara garis kontur biasanya ditunjukan di dekat lokasi legenda.
Untuk peta skala 1:25000 interval konturnya biasanya adalah 12,5 meter sedangkan
peta skala 1:50000 biasanya interval konturnya adalah 25 meter. Terjemahannya
adalah bila interval kontur 25 meter, maka jarak antara garis kontur yang satu dengan
yang lainnya di w:st=îonî medan sebenarnya memiliki beda tinggi secara vertical 25
meter. Garis kontur dengan pola huruv ìVî atau runcing biasanya menunjukan sebuah
jurang/sungai, dan garis kontur dengan pola ìUî atau berpola lengkung biasanya
menunjukan sebuah punggungan dan ìOî merupakan puncak atau Kawah.
7. Singkapan
Informasi-informasi geologi permukaan pada umumnya diperoleh melalui
pengamatan (deskripsi) singkapan-singkapan batuan. Singkapan dapat didefinisikan
sebagai bagian dari tubuh batuan/urat/badan bijih yang tersingkap (muncul) di
permukaan akibat adanya erosi (pengikisan) lapisan tanah penutupnya.
Singkapan-singkapan tersebut dapat ditemukan (dicari) pada bagian-bagian permukaan
yang diperkirakan mempunyai tingkat erosi/pengikisan yang tinggi, seperti :
a. Pada puncak-puncak bukit, dimana pengikisan berlangsung intensif.
b. Pada aliran sungai, dimana arus sungai mengikis lapisan tanah penutup.
c. Pada dinding lembah, dimana tanah dapat dikikis oleh air limpasan.
d. Pada bukaan-bukaan akibat aktivitas manusia, seperti tebing jalan, sumur
penduduk, atau pada parit-parit jalan, tambang yang sudah ada.
8. Interpolasi
Interpolasi adalah metode untuk mendapatkan data berdasarkan beberapa data
yang telah diketahui. Dalam pemetaan, interpolasi adalah proses estimasi nilai pada
wilayah yang tidak disampel atau diukur, sehingga ter-buatlah peta atau sebaran nilai
pada selu-ruh wilayah. Didalam melakukan interpolasi, sudah pasti dihasilkan error.
Error yang dihasilkan sebelum melakukan interpolasi bisa dikarenakan kesalahan
menentukan metode sampling data, kesalahan dalam pengukuran dan kesalahan dalam
analisa di laboratorium.
b. Lintasan (traverse)
Dalam melakukan pemetaan geologi yang sistematis, dibutuhkan lintasan-
lintasan pengamatan yang dapat mencakup seluruh daerah pemetaan. Perencanaan
lintasan tersebut sebaiknya dilakukan setelah gambaran umum seperti kondisi geologi
regional dan geomorfologi daerah diketahui, agar lintasan yang direncanakan tersebut
efektif dan representatif.
Pada prinsipnya, lintasan-lintasan yang dibuat pada aliran-aliran sungai atau
jalur-jalur kikisan yang memotong arah umum perlapisan, dengan tujuan dapat
memperoleh variasi litologi (batuan). Kadang-kadang juga diperlukan lintasan-lintasan
yang searah dengan jurus umum perlapisan dengan tujuan dapat mengetahui
kemenerusan lapisan. Secara umum lintasan (traverse) pemetaan ada 2 (dua), yaitu
lintasan terbuka dan lintasan tertutup. Lintasan terbuka mempunyai titik awal dan titik
akhir yang tidak sama, sedangkan lintasan tertutup bersifat loop (titik awal dan titik
akhir sama).
Namun yang perlu (penting) diperhatikan, informasi-informasi yang diperoleh
dari lintasan-lintasan yang dibuat dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan
korelasi (interpretasi) batas satuan-satuan litologi.
Selain itu, ada juga metode pemetaan yang dikenal sebagai lintasan kompas
dan pengukuran penampang stratigrafi. Lintasan kompas (measured section atau tali
kompas) dilakukan dengan tujuan membuat penampang (topografi dan litologi) di
sepanjang lintasan. Sedangkan pengukuran penampang stratigrafi dilakukan untuk
mengetahui ketebalan, struktur perlapisan, variasi satuan litologi, atau mineralisasi
dengan detail (rinci). Umumnya pengukuran penampang stratigrafi dilakukan pada
salah satu lintasan kompas yang dianggap paling lengkap memuat informasi litologi
keseluruhan wilayah.
Sedangkan dalam melakukan interpretasi tersebut, beberapa kaidah dasar geologi perlu
diperhatikan, antara lain :
- Efek fisiografis ; berhubungan dengan topografi dan morfologi.
- Zona-zona mineralogis ; berhubungan dengan batas zona endapan/bijih, zona
pelapukan, dan zona (penyebaran) alterasi.
- Aspek stratigrafi dan litologi ; berhubungan dengan perlapisan batuan, zona-zona
intrusi, dan proses sedimentasi.
- Aspek struktur ; berhubungan dengan ketidak selarasan, patahan, lipatan, zona
kekar, kelurusan-kelurusan, dll.
Dari hasil pemetaan geologi/alterasi yang baik, maka dapat memberikan manfaat
antara lain :
- Daerah (zona) pembawa bijih (zona endapan) dapat diketahui (diperkirakan).
- Dapat disusun model geologi endapan yang bersangkutan.
- Pekerjaan eksplorasi yang berlebihan (di luar zona bijih/endapan) dapat
dihindarkan (efisiensi).
- Daerah-daerah yang belum dieksplorasi (dipelajari) dapat diketahui dengan pasti.