Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN AWAL

PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

Nama : Nabila Putri Kusuma

NPM : 140710200010

Waktu Praktikum : Rabu, 16.00 – 18.00

LABORATORIUM GEOFISIKA

DEPARTEMEN GEOFISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2020
MODUL-4

PETA GEOLOGI

Rabu, 23 September 2020

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Praktikan mampu mengetahui pengertian dan unsur dari peta geologi.
2. Praktikan mampu membaca peta geologi.

Alat Praktikum dan Tujuannya:


1. Peta : digunakan sebagai bahan ajar.
2. Alat tulis

II. TEORI DASAR

1. Pengertian Peta Geologi


Peta geologi pada dasarnya merupakan suatu sarana untuk menggambarkan
tubuh batuan, penyebaran batuan, kedudukan unsur struktur geologi dan hubungan
antar satuan batuan serta merangkum berbagai data lainnya. Peta geologi juga
merupakan gambaran teknis dari permukaan bumi dan sebagian bawah permukaan
yang mempunyai arah, unsur-unsurnya yang merupakan gambaran geologi,
dinyatakan sebagai garis yang mempunyai kedudukan yang pasti. Atau singkatnya
adalah peta yang memberikan gambaran mengenai seluruh penyebaran dan susunan
dari lapisan-lapisan batuan dengan perantaraan warna, garis-garis dan tanda-tanda
lainnya.

2. Jenis-jenis Peta Geologi

a. Penggolongan berdasarkan skalanya


- Peta geologi berskala 1:250.000 dan yang lebih besar (1:100.000 ; 1:50.000 dan
seterusnya) disebut peta geologi skala besar, bertujuan menyediakan informasi
geologi. Peta geologi berskala 1:50.000 menyajikan informasi yang lebih rinci dari
peta geologi berskala 1:100.000 dan seterusnya.
- Peta geologi berskala 1:500.000 dan yang lebih kecil (1:1.000.000; 1:2.000.000
dan 1:5.000.000) disebut peta geologi berskala kecil, bertujuan menyajikan tataan
geologi regional dan sintesisnya.

b. Penggolongan berdasarkan kualitasnya


- Peta geologi pendahuluan, yaitu peta yang ditujukan untuk memberikan gambaran
keadaan geologi umum dari daerah yang diselidiki.
- Peta geologi detail, yaitu peta yang sudah lebih terarah kepada keperluan dan
pemakaiannya karena telah ditunjang oleh data yang lebih lengkap terutama data
bawah permukaan tanah.

c. Peta geologi dibedakan atas peta geologi sistematik dan peta geologi tematik.
- Peta geologi sistematik adalah peta geologi yang menyajikan data dasar geologi
dengan nama dan nomor lembarnya mengacu pada SK Ketua Bakosurtanal No.
019.2.2/1/1975 atau SK Penggantinya.
- Peta geologi tematik adalah peta geologi yang menyajikan data geologi untuk
tujuan tertentu, misalnya peta geologi teknik, peta geologi kuarter.

d. Penggolongan berdasarkan isi dan fungsinya


- Peta umum (General Map) yaitu peta yang memuat kenampakan kenampakan
umum (lebih dari satu jenis ) memuat kenampakan fisis alamiah dna kenampakan
budaya. Peta ini lebih berfungsi sebagai orientasi.
- Peta tematik yaitu peta yang memuat satu jenis kenampakan saja peta tertentu baik
kenampakan fisis maupun kenampakan budaya.
- Peta kart yaitu peta yang di desain untuk keperluan navigasi, nautical, aeronautical.

Jenis Peta Geologi lainnya


a. Peta Geologi Permukaan (Surface Geological Map)
Peta geologi ini merupakan peta yang memberikan informasi – informasi
geologi secara langsung terletak di bawah permukaan. Skala peta geologi permukaan
bervariasi yaitu antara 1 : 50.000 hingga lebih dari skala tersebut. Peta ini bermanfaat
untuk menentukan lokasi bahan bangunan, drainase, pencarian sumber air dan juga
pembuatan jalan.
b. Peta Singkapan (Outcrop Map)
Merupakan peta yang umumnya berskala besar dan juga mencantumkan lokasi
ditemukannya batuan padat. Peta ini memberi informasi yang berasal dari pemboran
serta sifat batuan dan kondisi strukturalnya. Peta singkapan berguna untuk menentukan
lokasi ditemukannya batuan tertentu.
c. Peta Ikhtisar Geologis
Peta yang memberikan informasi langsung mengenai formasi – formasi yang
tersingkap atau ekstrapolasi terhadap beberapa formasi yang masih tertutup dengan
lapisan endapan Holosen.
d. Peta Struktur
Peta yang memilik garis – garis kedalaman yang dikonstruksikan pada
permukaan sebuah lapisan yang terletak di bawah permukaan.
e. Peta Isopach
Peta yang menggambarkan garis – garis yang menghubungkan titik – titik
sebuah formasi ataupun lapisan dengan ketebalan yang sama. Pada peta ini tidak
ditemukan konfigurasi struktural.
f. Peta Fotogeologi
Peta yang dibuat berdasarkan pada interpretasi dari foto udara. Peta ini harus
diberdasarkan keadaan yang sebenarnya di lapangan.

3. Unsur-unsur Peta Geologi

a. Judul Peta, diambil dari bagian terbesar wilayah yang tercantum dalam satu sheet
peta. Biasanya terletak di bagian atas peta atau di samping untuk peta buatan Badan
Koordinasi dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL).
b. Legenda Peta, penjelasan dari simbul simbul yang tercantum dalam peta. Bagian ini
adalah komponen yang sangat vital karena kita akan jadi buta dalam membaca peta
jika tidak ada legendanya.
c. Skala Peta, bagian yang menunjukan ukuran dalam lembar peta dengan medan
sebenarnya. Skala ini ada dua jenis yaitu skala garis dan skala angka. Dalam peta
topografi biasanya dicantumkan keduanya. Rumus perhitungan : jarak dimedan
sebenarnya = jarak di peta x skalanya. (Contoh : skala peta 1:25000; 1:50000;
1:100000) cara membacanya adalah 1:25000 berarti 1 cm dalam peta adalah 25000
cm di medan sebenarnya atau 250 meter.
d. Garis Koordinat, jaring-jaring dalam peta yang terdiri dari garis vertikal dan garis
horisontal. Guna garis ini adalah untuk batas perhitungan koordinat. Koordinat peta
dikenal ada dua jenis yaitu koordinat grid dan koordinat geografis. Koordinat
geografis merupakan koordinat dari jarring-jaring bumi yang terdiri garis lintang
untuk horizontal dan garis bujur untuk vertical. Penulisanya biasanya denga koordinat
geografis, derajat, menit dan detik. Koordinat grid adalah jaring jaring koordinat lokal
yang dipakai untuk acuan pengkoordinatan dalam peta. Biasanya hanya disebutkan
dengan angka saja dan dikenal dengan koordinat 8 angka atau 12 angka. Untuk peta
Indonesia ada 2 acuan pokok dalam koordinat ini yaitu dengan dikenal dengan sistem
UTM/UPS atau LCO masing masing dengan acuan 00 yang berbeda.
e. Tahun Pembuatan Peta, merupakan keterangan yang menunjukkan tahun terakhir peta
tersebut diperbaharui. Hal ini sangat penting karena kondisi permukaan bumi bisa
berubah sewaktu waktu.
f. Deklinasi, yaitu garis keterangan yang menunjukan beda Utara Peta dan Utara
Magnetik (Utara Kompas). Deklinasi ini direvisi tiap 5 tahun sekali. Kenapa ada
perbedaan antara Utara peta dan Utara sebenarnya dan Utara Magnetik. Seperti kita
ketahui Utara Bumi kita ditunjukan oleh di Kutub Utara. Sedangkan sumbu utara
magnet bumi sebenarnya ada di sebuah kepulauan di dekat dataran Green Land.
Setiap tahun karena rotasi Sumbu bumi ini mengalami pergeseran rata-rata 0,02 detik
bisa ke timur dan ke barat. Jadi utara sebenarnya bisa ditentukan dari mengkonversi
antara utara magnetik dengan utara Peta. Biasanya akan dicantumkan di setiap lembar
peta.

4. Simbol-simbol pada Peta Geologi


Simbol Geologi menunjukkan informasi geologi seperti jenis batuan (biasanya dengan
simbol atau warna), deformasi batuan (sesar, lipatan; simbol dan garis) dan umur
batuan (dengan singkatan informasi skala waktu geologi).
Gambar 1 Contoh simbol-simbol yang digunakan dalam peta geologi
(SNI 13-4691-1998 ICS 07.060 Penyusunan Peta Geologi)

a. Singkatan Huruf
Untuk menunjukan satuan kronostratigrafi yang terdapat pada peta geologi, dapat
ditunjukan menggunakan singkatan huruf. Berikut ini adalah acuan atau dokumen
mengenai satuan kronostratigrafi yang dibuat oleh Elsevier pada tahun 1989 atau
revisinya:
- Huruf pertama (huruf besar) menyatakan zaman, misalnya P untuk Perem, TR
untuk Trias dan T untuk Tersier.Huruf kedua (huruf kecil) menyatakan seri,
misalnya Tm yang artinya kala Miosen dalam zaman Tersier.
- Huruf ketiga (huruf kecil) menyatakan nama formasi atau satuan litologi, misalnya
Tmc yang berarti Formasi Cipluk berumur Miosen.
- Huruf keempat (huruf kecil) menyatakan jenis litologi atau satuan peta yang lebih
rendah (anggota), contohnya Tmcl yang berarti anggota batu gamping Formasi
Cipluk yang berumur Miosen.
- Huruf kelima digunakan atau dipakai hanya untuk batuan yang memiliki kisaran
umur yang panjang, misalnya Tpokc yang artinya Anggota Cawang Formasi Kikim
berumur Paleosen – Oligosen.
- Huruf pT (p kecil sebelum T besar) digunakan untuk singkatan umur batuan
sebelum Tersier yang tidak diketahui umur pastinya.
- Untuk batuan yang memiliki kisaran umur panjang, urutan singkatan umur
berdasarkan pada dominasi umur batuan, misalnya QT untuk batuan yang berumur
Tersier hingga Kuarter yang didominasi batuan berumur Quarter; JK untuk batuan
yang berumur Jura hingga Kapur yang didominasi oleh batuan yang berumur Jura.
- Batuan beku dan batuan malihan yang tidak terperinci susunan dan umurnya,
cukup dinyatakan dengan satu atau dua buah huruf, misalnya a untuk andesit, b
untuk basalt, gd untuk granodiorit, um untuk ultramafik atau ofiolit dan s untuk
sekis.
- Batuan beku dan malihan yang diketahui umurnya menggunakan lambang huruf
zaman, sebagai contoh Kg yang berarti berumur Kapur.
- Pada peta geologi skala kecil, himpunan batuan cukup dinyatakan dengan huruf di
belakang lambang era, zaman atau sub – zaman: misalnya Pzm yang berarti batuan
malihan berumur Paleozoikum, Ks yang berarti sedimen berumur Kapur, Tmsv
yang berarti klastika gunung api berumur Miosen, Tpv yang berarti batuan gunung
api berumur Paleogen, Tn yang berarti batuan terobosan berumur Neogen. Dan
satuan bancuh dinyatakan dengan notasi m.

Gambar 2. Keterangan dari singkatan huruf pada formasi batuan yang menunjukkan umur relatif dari formasi
tersebut. (SNI 13-4691-1998 ICS 07.060 Penyusunan Peta Geologi)

b. Tata Warna
Tata warna digunakan untuk membedakan satuan peta geologi dan dipilih berasaskan
jenis batuan, umur satuan dan satuan geokronologi.
- Warna dasar yang dipakai yaitu kuning, magenta (merah) dan sian (biru) serta
gabunganya. Untuk setiap warna dinyatakan dengan menggunakan sandi 0, 1, 3, 5,
7 dan x, yang merupakan sandi ferajat kekuatan warna atau prosentase penyaringan
pada proses kartografi.
- Warna yang dipilih untuk membedakan satuan batuan sedimen dan endapan
permukaan sepenuhnya menganut sistem warna berdasarkan jenis dan umur. Untuk
membedakannya, beberapa satuan seumur dapat digunakan corak.
- Batuan malihan dapat dibedakan berdasarkan (1) derajat dan fasies serta (2) umur
nisbi batuan pra malihan dan litologi. Tata warna batuan malihan sama dengan
batuan sedimen atau menggunakan bakuan warna khusus.
- Warna batuan beku menyatakan susunan kimianya: asam, menengah, basa, dan
ultrabasa. Untuk dapat membedakannya dipilihlah warna yang berdekatan dan
singkatan huruf atau menurut kunci warna yang sudah dibakukan. Namun, bila
diperlukan dapat menggunakan corak dengan bakuan khusus.
- Batuan gunung api yang berlapis dan diketahui umurnya, akan mengikuti tata
warna untuk batuan sedimen. Perbedaan litologi untuk lahar, breksi gunung api dan
tuf, dinyatakan dengan corak. Beberapa satuan batuan gunung api yang terdapat
pada suatu lembar peta geologi dapat dibedakan berdasarkan susunan kimianya
dengan bakuan warna khusus.
- Satuan tektonit dinyatakan dengan corak khusus.
- Atas dasar pertimbangan keilmuan atau prospek ekonomi, terdapat beberapa hal
yang menonjol seperti batuan terubah, derajat pemalihan atau persifatan khusus
lainnya. Pada peta geologi dapat disajikan secara khusus, di luar yang telah
diuraikan.

c. Skala waktu geologi (Kurun, Masa, Zaman, dan Kala)


Menunjukkan umur relatif batuan seperti Fanerozoikum, Kenozoikum, Tersier,
Neogen dan lain lain. Umur absolut ditunjukkan dengan angka yang terdapat dari
setiap batas skala waktu geologi umur dalam My atau juta tahun (Sandi Stratigrafi
Indonesia, 1996).
Gambar 3. Skala waktu geologi

5. Formasi batuan
- Pada bagian legenda/keterangan peta, biasanya terdapat informasi formasi
batuan. Formasi adalah satuan dasar dalam pembagian satuan litostratigrafi
(Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996). Formasi terdiri dari litologi yang memiliki
keseragaman atau ciri litologi yang nyata, dapat terdiri dari satu macam jenis
batuan, perulangan dari dua jenis batuan atau lebih. Penamaan formasi
biasanya disesuaikan dengan lokasi keterdapatannya.
Gambar 4. Contoh korelasi satuan peta yang menunjukkan hubungan stratigrafi dan umur dari formasi. Di sebelah
kanan terdapat informasi mengenai litologi/batuan yang menyusun berbagai formasi. Contoh diambil dari peta
geologi daerah Poso (Simandjuntak dkk., 1997)

6. Kontur
Garis Ketinggian atau biasa disebut garis kontur, Adalah garis yang
menyerupai sidik jari yang menunjukkan titik ketinggian yang sama dalam peta.
Karena merupakan tanda dari ketinggian yang sama, maka garis ini tidak akan pernah
saling memotong tapi bisa bersinggungan. Lokasi yang lebih rendah akan melingkari
lokasi yang lebih tinggi, itulah ciri garis kontur. Atau bisa juga disebutkan garis
sebelah dalam adalah lebih tinggi dari garis sebelah luar. Dalam peta interval atau
jeda beda ketinggian antara garis kontur biasanya ditunjukan di dekat lokasi legenda.
Untuk peta skala 1:25000 interval konturnya biasanya adalah 12,5 meter sedangkan
peta skala 1:50000 biasanya interval konturnya adalah 25 meter. Terjemahannya
adalah bila interval kontur 25 meter, maka jarak antara garis kontur yang satu dengan
yang lainnya di w:st=îonî medan sebenarnya memiliki beda tinggi secara vertical 25
meter. Garis kontur dengan pola huruv ìVî atau runcing biasanya menunjukan sebuah
jurang/sungai, dan garis kontur dengan pola ìUî atau berpola lengkung biasanya
menunjukan sebuah punggungan dan ìOî merupakan puncak atau Kawah.
7. Singkapan
Informasi-informasi geologi permukaan pada umumnya diperoleh melalui
pengamatan (deskripsi) singkapan-singkapan batuan. Singkapan dapat didefinisikan
sebagai bagian dari tubuh batuan/urat/badan bijih yang tersingkap (muncul) di
permukaan akibat adanya erosi (pengikisan) lapisan tanah penutupnya.
Singkapan-singkapan tersebut dapat ditemukan (dicari) pada bagian-bagian permukaan
yang diperkirakan mempunyai tingkat erosi/pengikisan yang tinggi, seperti :
a. Pada puncak-puncak bukit, dimana pengikisan berlangsung intensif.
b. Pada aliran sungai, dimana arus sungai mengikis lapisan tanah penutup.
c. Pada dinding lembah, dimana tanah dapat dikikis oleh air limpasan.
d. Pada bukaan-bukaan akibat aktivitas manusia, seperti tebing jalan, sumur
penduduk, atau pada parit-parit jalan, tambang yang sudah ada.

Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu singkapan antara lain :


a. Pengukuran jurus dan kemiringan (strike & dip) lapisan yang tersingkap.
b. Pengukuran dan pengamatan struktur-struktur geologi (minor atau major) yang
ada.
c. Pemerian (deskripsi) singkapan, meliputi kenampakan megaskopis, sifat-sifat fisik,
tekstur, mineral-mineral utama/sedikit/aksesoris, fragmen-fragmen, serta dimensi
endapan.

8. Interpolasi
Interpolasi adalah metode untuk mendapatkan data berdasarkan beberapa data
yang telah diketahui. Dalam pemetaan, interpolasi adalah proses estimasi nilai pada
wilayah yang tidak disampel atau diukur, sehingga ter-buatlah peta atau sebaran nilai
pada selu-ruh wilayah. Didalam melakukan interpolasi, sudah pasti dihasilkan error.
Error yang dihasilkan sebelum melakukan interpolasi bisa dikarenakan kesalahan
menentukan metode sampling data, kesalahan dalam pengukuran dan kesalahan dalam
analisa di laboratorium.

9. Manfaat peta geologi


Data geologi umumnya disajikan dalam bentuk berbagai jenis peta, antara
lain: Peta Geohidrologi, Peta Geologi Teknik, Penampang Geologi, Laporan Geologi
dsb. Mengapa orang membutuhkan data geologi ? Data geologi dibutuhkan untuk
menunjang upaya-upaya manusia dalam: Peta geologi sebagai peta yang
menggambarkan sebaran berbagai jenis batuan dan struktur geologi dalam suatu peta
dan merupakan sumber informasi geologi dari suatu wilayah akan bermanfaat bagi
para perencana maupun pelaksana dalam bidang:
1. Keteknikan (Pembangunan Pondasi Bendungan, Jalan Raya, Daya Dukung Lahan,
Daerah Rawan Longsor, Daerah Rawan Banjir, dll)
2. Perencanaan Wilayah dan Kota (Perencanaan Tata Ruang)
3. Pertambangan (Potensi Bahan Galian Ekonomis)
4. Perminyakan (Potensi Sumberdaya Gas dan Minyakbumi)
5. Industri (Potensi Sumberdaya Air dan Mineral).

10. Metode pemetaan geologi

a. Observasi dan Pengamatan


Secara umum, pekerjaan pemetaan geologi lapangan mencakup observasi dan
pengamatan singkapan batuan pada lintasan yang dilalui, mengukur kedudukan batuan,
mengukur unsur struktur geologi, pengambilan sampel batuan, membuat catatan pada
buku lapangan dan mem-plot data geologi hasil pengukuran keatas peta topografi (peta
dasar).

b. Lintasan (traverse)
Dalam melakukan pemetaan geologi yang sistematis, dibutuhkan lintasan-
lintasan pengamatan yang dapat mencakup seluruh daerah pemetaan. Perencanaan
lintasan tersebut sebaiknya dilakukan setelah gambaran umum seperti kondisi geologi
regional dan geomorfologi daerah diketahui, agar lintasan yang direncanakan tersebut
efektif dan representatif.
Pada prinsipnya, lintasan-lintasan yang dibuat pada aliran-aliran sungai atau
jalur-jalur kikisan yang memotong arah umum perlapisan, dengan tujuan dapat
memperoleh variasi litologi (batuan). Kadang-kadang juga diperlukan lintasan-lintasan
yang searah dengan jurus umum perlapisan dengan tujuan dapat mengetahui
kemenerusan lapisan. Secara umum lintasan (traverse) pemetaan ada 2 (dua), yaitu
lintasan terbuka dan lintasan tertutup. Lintasan terbuka mempunyai titik awal dan titik
akhir yang tidak sama, sedangkan lintasan tertutup bersifat loop (titik awal dan titik
akhir sama).
Namun yang perlu (penting) diperhatikan, informasi-informasi yang diperoleh
dari lintasan-lintasan yang dibuat dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan
korelasi (interpretasi) batas satuan-satuan litologi.
Selain itu, ada juga metode pemetaan yang dikenal sebagai lintasan kompas
dan pengukuran penampang stratigrafi. Lintasan kompas (measured section atau tali
kompas) dilakukan dengan tujuan membuat penampang (topografi dan litologi) di
sepanjang lintasan. Sedangkan pengukuran penampang stratigrafi dilakukan untuk
mengetahui ketebalan, struktur perlapisan, variasi satuan litologi, atau mineralisasi
dengan detail (rinci). Umumnya pengukuran penampang stratigrafi dilakukan pada
salah satu lintasan kompas yang dianggap paling lengkap memuat informasi litologi
keseluruhan wilayah.

c. Interpretasi dan informasi data


Informasi-informasi yang dapat dipelajari atau dihasilkan dari kegiatan pemetaan
geologi/alterasi antara lain :
- Posisi atau letak singkapan (batuan, urat, atau batubara).
- Penyebaran, arah, dan bentuk permukaan dari endapan, bijih, atau batubara.
- Penyebaran dan pola alterasi yang ada.
- Variasi, kedudukan, kontak, dan ketebalan satuan litologi (stratigrafi atau
formasi).
- Struktur geologi yang mempengaruhi kondisi geologi daerah.
- Informasi-informasi pendukung lainnya seperti geomorfologi, kondisi geoteknik
dan hidrologi.
- Bangunan-bangunan, dll.

Sedangkan dalam melakukan interpretasi tersebut, beberapa kaidah dasar geologi perlu
diperhatikan, antara lain :
- Efek fisiografis ; berhubungan dengan topografi dan morfologi.
- Zona-zona mineralogis ; berhubungan dengan batas zona endapan/bijih, zona
pelapukan, dan zona (penyebaran) alterasi.
- Aspek stratigrafi dan litologi ; berhubungan dengan perlapisan batuan, zona-zona
intrusi, dan proses sedimentasi.
- Aspek struktur ; berhubungan dengan ketidak selarasan, patahan, lipatan, zona
kekar, kelurusan-kelurusan, dll.
Dari hasil pemetaan geologi/alterasi yang baik, maka dapat memberikan manfaat
antara lain :
- Daerah (zona) pembawa bijih (zona endapan) dapat diketahui (diperkirakan).
- Dapat disusun model geologi endapan yang bersangkutan.
- Pekerjaan eksplorasi yang berlebihan (di luar zona bijih/endapan) dapat
dihindarkan (efisiensi).
- Daerah-daerah yang belum dieksplorasi (dipelajari) dapat diketahui dengan pasti.

Catatan hasil observasi lapangan biasanya dibuat dengan menggunakan terminologi


deskripsi batuan yang baku terutama dalam penamaan batuan. Tatanama batuan dan
pengelompokkan satuan batuan harus mengikuti aturan Sandi Stratigrafi. Pada dasarnya,
peta geologi disusun dan diolah di lapangan melalui kegiatan lapangan, kemudian
disempurnakan setelah dibantu dengan hasil analisa di laboratorium (petrologi / petrografi,
paleontologi, radiometri dsb), analisa struktur dan studi literatur dan data sekunder.
Semua hasil pekerjaan lapangan yang berupa hasil pengukuran kedudukan batuan,
lokasi-lokasi singkapan batuan dan unsur-unsur geologi lainnya harus diplot pada peta
dasar dan pekerjaaan analisis terhadap hubungan antar batuan atau satuan batuan juga
harus dilakukan dan dipecahkan di lapangan. Hal-hal yang tidak dapat dikerjakan dan
dilakukan di lapangan, seperti misalnya analisa paleontologi, analisa petrografi, maupun
analisa sedimentologi, maka diperlukan pengambilan contoh batuan guna keperluan
analisis di laboratorium.
Hasil akhir dari suatu pemetaan geologi lapangan adalah suatu peta geologi beserta
penampang geologinya yang mencakup uraian dan penjelasan dari bentuk bentuk bentang
alam atau satuan geomorfologinya, susunan batuan atau stratigrafinya, struktur geologi
yang berkembang beserta gaya yang bekerja dan waktu pembentukannya dan sejarah
geologinya.
Langkah-langkah Pelaksanaan Pemetaan
1. Persiapan : pengetahuan dasar, ATK, peta, formulir kerja, buku lapangan, palu,
kompas, loupe, HCL, kantong sample, dan peralatan pribadi.
2. Kerja lapangan : lakukan metode pemetaan seperti orientadi lapangan, lintasan kompas
dan pita ukur. Deskripsi singkapan batuan yang ada, hitung kekar dan sesar (apabila
ada).
3. Kerja studio : dilakukan di laboratorium untuk analisis petrografi, analisis fosil, dll
setelah itu susun laporan pemetaan.
Berikut merupakan Metode Pemetaan Geologi berdasarkan Observasi dan Pengamatan :
LAIN-
JENIS CARA KELEBIHAN KEKURANGAN
LAIN
Ø Plotting stasiun Ø Lintasan Ø Ketelitian
pengamatan bebas kurang
berdasarkan Ø Cepat Ø Hasil plotting
orientasi Ø Baik pada sulit dicek
terhadap lahan kembali
sungai, berbukit- Ø Peta topografi
gunung, bukit bukit dan biasanya
Metode dan lain-lain, jarang terbitan lama,
Orientasi sebagai tanaman sedang di
Lapangan patokan yang Ø Sebagai peta lapangan
mudah dikenal tinjau untuk banyak nama
dilapangan pemeriksaan tempat baru
Ø Mengandalkan lapangan atau kondisi
peta topografi sudah berubah
dan titik Ø Tidak
patokan yang terencana
mudah dikenal secara matang
Ø Lintasan Ø Lintasan Ø Tetap
direncanakan bisa “potong bergantung
terlebih kompas” kepada peta
dahulu. Ø Lebih cepat dasar
Metode Dikontrol oleh Ø Kaya akan Ø Kerja terikat
Lintasan kompas dan titik stasiun oleh rencana
Kompas peta rencana Ø Ploting lintasan
lintasan cukup teliti
Ø Plotting dan Ø Mudah dicek
pengamatan
sesuai lintasan
Ø Rencanakan Ø Teliti, efektif Ø Pekerjaan Manfaat
lintasan dan efisien relatif lama lain :
sebelum ke Ø Arah lintasan Ø Peralatan harus Ø Data
lapangan bebas lengkap dapat
Ø Pilih lintasan Ø Data Ø Dikerjakan dipakai
sebaiknya terpercaya minimal 2 membuat
tegak lurus Ø Tidak usah orang (tetapi lintasan
strike tergantung lebih baik lagi terukur
Ø Tiap stasiun kepada peta jika 3 orang) Ø Membuat
Metode
bersinambunga topografi, penampan
Kompas
n malah bisa g
dan Pita
Ø Data dicatat membuat stratigrafi
Ukur
pada formulir peta Ø Mendapat
khusus topografi peta
Ø Yang diukur: Ø Mudah dicek lintasan
Strike/dip lapisan kunci
batuan, azimut, Ø Membuat
slope, jarak peta
antar stasiun topografi
pengamatan
singkapan.

Langkah-langkah yang dilakukan saat dilapangan dan menyusun peta :

Peta Kerangka Geologi


 Pada peta dasar plot semua singkapan batuan dari tiap statsiun pengamatan lengkap
dengan symbol litologi dan besaran strike/dip lapisan batuan sedimen.
 Plot nomor statsiun yang sudah di dapat koordinatnya pada peta dasar
 Plot semua singkapan elemen struktur geologi (singkapan sesar) lengkap dengan
deskripsinya yang ditulis pada keterangan
 Setiap singkapan sesar memiliki datanya sendiri. Lalu olah sesar tersebut termasuk ke
dalam sesar apa
 Lanjutkan dengan membuat peta kerangka geologi, sambungkan lintasan antar semua
statsiun. Peta ini disiapan untuk membuat peta jurus perlapisan
Kolom Stratigrafi
 Kelompokan semua singkapan batuan sejenis dan seposisi stratigrafi
 Membuat oenampang geologi setelah peta pola jurus perlapisan batuan selesai, juga
buat peta geologi sebagai draft
 Gunakan prinsip hukum superposisi dengan melibatkan strik/dip lapisan batuan dan
kemiringan lereng
 Susun kolom stratigrafi dari tiap satuan batuan dan hubngan pengendapannya masing-
masing
 Cek dengan fosil dari sampel masing-masing yang telah diidentifikasikan dan
ditentukan usianya dari lab
Peta Pola Jurus Perlapisan Batuan
 Pada peta dasar tersendiri, plot semua symbol strike/dip dengan besaran angka
pengukurannya dari semua singkapan batuan dan struktur geologi (sesar-sesar)
 Tiap kelompok singkapan batuan sejenis ditandai dengan pola jurus masing-masing
lalu oleh kontur-kontur garis strike yang saling sejajar sesamanya
 Salah satu kontur strike dapat berfungsi sebagai batas antar satuan-satuan batuan yang
berhubungan selaras
 Pada perubahan facies, yang dinyatakan sebagai hubungan lateral jari-jemari, melidah,
membaji, shale out, dll. Kontur saling sejajar sesamanya dan memotong batas facies,
kemudian menerus sejajar dengan kontur-kontur pada satuan batuan disampingnya.
 Bila hubungan antar dua satuan batuan tidak selaras, maka kontur memotong batas
satuan
 Atau apabila kontur dari satuan batuan yang lebih tua dipotong oleh kontur dari satuan
batuan yang lebih muda
 Bila hubungannya sebagai paraconformity, maka kontur dari kedua satuan batuan
masih bisa saling sejajar
 Bila ada sesar naik, maka kontur bisa menghilang dibawah sesar (puncak antiklin yang
tersesar-naikkan bisa berimpit atau berada dibawah sesar tersebut)
 bila ada sesar mendatar (dekstral atau sinistral), maka kontur terpotong oleh sesar tsb
dan di sebelah-menyebelah sesar itu kontur akan membentuk drag fold (lipatan
seretan).
 Untuk satuan batuan yang tidak berlapis (e.g. aneka breksi, batuan beku, batugamping,
dsb) kontur tidak bisa ditarik.
 Dari Peta pola jurus perlapisan batuan diperoleh batas-batas satuan batuan dan pola
sebaran kontur-kontur bernilai jurus/ kemiringan masing-masing dari tiap satuan
batuan tersebut.
 Peta ini menjadi dasar rekonstruksi geolo-gi untuk memperoleh :
Peta Geologi
a. Buat peta geologi berdasarkan peta pola jurus perlapisan batuan : batas-batas tiap
satuan batuan jelas, sumbu lipatan dan sesar-sesar juga jelas,
b. Buat penampang geologi, gunakan metode busur
c. Judul, legenda, deskripsi tiap satuan batuan, peta indeks, dsb., disesuaikan dengan
standard
Peta Geomorfologi
a. Tiap satuan peta jelas faktor-faktor pembatasnya ; batuan, pola deformasi, bentuk
topografi permukaan
b. Kaji benar-benar relevansinya dengan peta geologi agar anda dapat menjelas-kannya
secara ilmiah kaitan bentuk morfologi dengan penyebaran satuan batuan, dengan pola
sesar, lipatan , dsb.
DAFTAR PUSTAKA
Ilmugeografi, R. (n.d.). Peta Geologi: Pengertian-Jenis-Komponen-Simbolnya. Retrieved
from Ilmu Geografi: https://ilmugeografi.com/kartografi/peta-geologi
Noor, D. (2014). Pengantar geologi. Deepublish.
Pramono, G. (n.d.). AKurasi Metode IDW dan Kringing untuk Interpolasi Sebaran Sedimen
Tersuspensi. 99.
Pratiwi, D. (n.d.). Metode Pemetaan Geologi
Sherly Meiwa, S. M. (2020). Peta Geologi, Peta Tofograpi dan Foto Udara. Pengantar
Geologi Rekayasa.

Anda mungkin juga menyukai