Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM SATUAN OPERASI I

KETIDAK PASTIAN PENGUKURAN


DALAM PERCOBAAN

Doni Irawan
05031282025048

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengukuran merupakan kegiatan yang sangat penting dalam setiap
percobaan ilmiah, seperti penelitian dan praktikum. Dalam ilmu-ilmu eksak,
kegiatan pengukuran yang akurat merupakan kunci keberhasilan dalam
pengolahan data dan penyediaan informasi. Namun, dalam setiap kegiatan
pengukuran selalu ada sebuah ketidakpastian nilai pengukuran. Hal itu dapat
diakibatkan oleh keterbatasan alat maupun keterbatasan orang yang melakukan
pengukuran. Untuk mendapatkan tingkat ketepatan nilai yang tinggi, pengukuran
biasanya dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang mempunyai keakuratan
yang tinggi dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga didapatkan sejumlah
data yang mendekati nilai sebenarnya yang kemudian dapat diolah kembali
dengan menggunakan kaidah-kaidah statistika (Burhanuddin, 2011).
Nilai pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dalam setiap
praktikum. Oleh karena itu, diperlukan alat ukur yang mempunyai tingkat
ketelitian yang tinggi sehingga dapat menghasilkan nilai pengukuran dengan
keakuratan yang tinggi. Akurasi alat ukur menggambarkan ukuran ketepatan nilai
hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Dengan demikian tingkat presisi dan
akurasi suatu alat ukur menjadi sangat penting dalam menentukan sebuah
ketidakpastian pengukuran (Lia, 2013).
1.2. Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui ketidak pastian
pengukuran dalam percobaan atau kesalahan (eror) dalam satu percobaan serta
mengetahui kesalahan dalam perhitungan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kesalahn Pengukuran


Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian,
yaituperbedaanantaraduahasilpengukuran. Beberapa penyebab ketidakpastian
tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST),
kesalahanparalaksmaupundalam proses perhitunganpengukurannya. Dengan
demikian amat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui
pengukuran. Beberapa panduan bagaimana cara memperoleh hasil pengukuran

Universitas Sriwijaya
seteliti mungkin diperlukan dan bagaimana cara melaporkan ketidakpastian yang
menyertainya (Burhanuddin, 2011).
Dan selanjutnya, dalam suatu percobaan kita harus berusaha menelaah dan
mempelajarinya. Caranya, kita harus mempunyai data kuantitatif atas percobaan
yang kita lakukan. Senada dengan pendapat Lord Kelvin yang mengungkapkan
kalau kita belum belajar sesuatu bila kita tak bisa mendapatkan sebuah data
kuantitatif (Ibrahim, 2013).Untuk itulah dalam praktikum dibutuhkan sebuah
pengukuran yang akurat. Akan tetapi, ternyata tak ada pengukuran yang mutlak
tepat. Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan satuan yang
dijadikan sebagai patokan.Diketahui bahwa pengukuran dibagi menjadi dua
jenisyaitu pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung. Pengukuran
langsung merupakan pengukuran yang dilakukan terhadap besaran pokok objek
yang akan diukur seperti berat, panjang, dan suhu. Sedangkan pengukuran tidak
langsung ialah pengukuran yang menghitung suatu besaran lain dimana nilainya
didapat dari besaran-besaran lain, misalnya mengukur massa jenis suatu benda
(Ibrahim, 2013).Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan
karakteristik suatu fenomena atau permasalahan secara kualitatik. Dan jika
dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis maka
pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data yang mendukung. Dengan
pengukuran ini kemudian akan diperoleh data-data numerik yang menunjukan
pola-pola tertentu sebagai bentuk karakteristik dari permasalahan tersebut
(Musyarofah, 2013).

2.2. Mistar Ukur


Mistar ukur (penggaris) adalah sebuah alat pengukur dan alat bantu
gambar untuk menggambar garis lurus. Penggaris dapat terbuat dari plastic,
logam, berbentuk pita, dan sebagainya. Juga terdapat penggaris yang dapat dilipat.
Pada mistar ukur terdapat dua satuan ukuran yaitu skala metrik dan inchi.
Ketelitian mistar ukur adalah 1mm, atau 1/8 inchi. Jangkauan ukur dari mistar
ukur bervariasi tergantung panjang maksimal alat ukur, umunya 30cm, 60cm,dan
1m. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk pemeliharaan mistar ukur adalah
sebagai berikut: a) Menghindari penggunaan mistar ukur yang dapat merusak alat

Universitas Sriwijaya
ukur, seperti memukul-mukul ke benda keras, b) Menghindarkan dari tumpukan
benda besar/keras, c) Pembersihan alat ukur setelah digunakan untuk pengukuran
suatu objek atau benda (Saputro. 2016)
2.3. Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat ukur linear serupa dengan mistar ukur
yang mempunyai skala linier pada batang dengan ujungnya yang berfungsi
sebagai sensor penahan benda ukur disebut rahang ukur tetap dan juga terdapat
peluncur dengan sisi yang dibuat sejajar dengan permukaan rahang ukur disebut
rahang ukur gerak yang biasanya dapat digesekan pada batang ukur. Penemu yang
bernama lengkap Pierre Vernier lahir pada 19 Agustus 1580 di Ornans,
FranceComte, Spanyol Habsbrug yang kini menjadi Negara Prancis. Ia meninggal
pada 14 September 1637 dilokasi yang sama dengan tempat kelahirann. Virnier
sang penemu jangka sorong ini tak lain adalah ahli matematika Prancis dan
penemu instrumen ( Saputro.2016). Ketelitian jangka sorong 0,05mm, 0,01mm,
dan 0,1mm. Adapun prosedur penggunaan jangka sorong, diantaranya: 1)
Membuka rahang jangka sorong dengan mengendorkan sekrup pengunci, 2)
Mengkalibrasi alat ukut yaitu : a) Mendorong rahang geser hingga menyentuh
rahang tetap, b) Jangka sorong telah terkalibrasi dan siap digunakan jika rahang
geser berada pada posisi yang tepat di angka nol, yaitu angka nol pada skala
utama dengan angka nol pada skala nonuis saling berhimpit pada satu garis lurus,
3) Menggeser rahang geser ke kanan, 4) Meletakkan benda yang akan diukur
dibagian yang tepat pada jangka sorong, 5) Menggeser rahang geser ke kiri
sehingga benda terjepit diantara rahang geser dan rahang tetap, 6) Menutup
pengunci rahang geser, 7) Membaca skala utama dan skala nonius yang tertera
dengan posisi mata tegak lurus terhadap skala yang akan dibaca, 8) Menuliskan
skala utama, 9) menuliskan skala nonius, 10) Segera menuliskan hasil pengukuran
diperoleh pada data (Wulandhari. 2013).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu Dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 2 Maret 2021 dimulai
pada pukul 13.00 WIB sampai dengan 14.40 WIB, dilaksanakan di Laboratorium
Kimia Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat Dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ketidakpastian pengukuran dalam
percobaan ini yaitu 1) Penggaris dan 2) Jangka Sorong.

Universitas Sriwijaya
Bahan yang digunakan dalam praktikum ketidakpastian pengukuran dalam
percobaan ini yaitu 1) Baterai ABC, 2) Koin500.

3.3. Cara Kerja


Cara kerja dalam praktikum ketidakpastian pengukuran dalam percobaan adalah:
1. Seluruh praktikan diberikan penjelasan dari asisten tentang penggunaan
jangka sorong.
2. Penjelasan tersebut dicatat oleh masing – masing praktikan.
3. Salah satu praktikan ditunjuk untuk menjelaskan kembali tentang penggunaan
jangka sorong.
4. Masing – masing kemasan yang praktikan ukur dengan jangka sorong,
dengan berbagai ketebalan. Ulangi perlakuan sebanyak 3 kali.
5. Hitung data berdasarkan ketidakpastian pengukuran dalam percobaan.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Sriwijaya
4.1. Hasil
Hasil dari pratikum ketidakpastian pengukuran dalam percobaan
adalah:
Tabel 1.1 Tabel Hasil Pengukuran Menggunakan Jangka Sorong
No Bahan Hasil

1 Baterai ABS 13,8 13,7 13,8

2 Koin 500 2,5 2,5 2,6


Tabel 1.2 Tabel Hasil Pengamatan Mengggunakan penggaris
No Bahan Hasil

1 Baterai ABS 1,3 1,3 1,3

2 Koin 500 0,2 0,2 0,2

Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang ketidak pastian penguuran dalam
percobaan. Praktikum kali ini membahas tentang ketidakpastian pengukuran
dalam percobaan, praktikan diharapkan dapat mengetahui dan memahami
ketidakpastian pengukuran serta dapat mengukur ketebalan suatu benda, seperti
ketebalan pada baterai ABC berukuran kecil dan koin 500 berwarna putih. Seperti
yang kita ketahui setiap benda memiliki ketebalan yang berbeda-beda ada yang
tipis dan ada yang tebal. Pengukuran merupakan kegiatan menentukan atau
membandingkan suatu besaran, dimensi, atau suatu ukuran tertentu. Dalam suatu
pengukuran diperlukan alat ukur yang dapat memudahkan kita dalam memperoleh
hasil pengukuran. Alat ukur pengukuran panjang suatu benda terdiri dari tiga
macam yaitu mistar ukur (penggaris), jangka sorong dan mikrometer sekrup.
Dalam praktikum ketidakpastian pengukuran dalam percobaan ini alat ukur
panjang yang digunakan hanya mistar ukur (penggaris) dengan ketelitian 1mm
atau 0,1cm dan jangka sorong dengan ketelitian 0,1mm. Setiap praktikan
diharapkan mengetahui dan memahami cara penggunaan jangka sorong dan mistar
ukur (penggaris), bagian–bagiannya, fungsi dari bagian–bagiannya, membaca
hasil pengukuran yang diperoleh serta cara perawatan alat ukur tersebut. Hal–hal
tersebut dilakukan untuk mengurangi tingkat kesalahan pada pengukuran suatu
benda dan penentuan hasil perhitungannya. Jangka sorong adalah alat ukur yang
mampu mengukur jarak, kedalaman, mengukur ketebalan suatu objek maupun
diameter dalam suatu objek dengan tingkat akurasi dan presisi yang sangat baik
dibandingkan dengan mistar ukur yang hanya digunakan untuk mengukur panjang
suatu objek/ benda.

Praktikum ketidakpastian pengukuran dalam percobaan ini, praktikan


melakukan tiga kali pengulangan pengukuran pada masing-masing benda yaitu
baterai ABC dan koin 500. Dalam tiap pengukuran benda tersebut pada jangka

Universitas Sriwijaya
sorong diperoleh nilai yang berbeda-beda, pada mistar ukur diperoleh nilai yang
hampir sama. Data hasil pengukuran yang saya peroleh adalah pada jangka sorong
pengukuran baterai ABC yaitu pertama 13,8mm, kedua 13,7mm dan ketiga
13,8mm, pengukuran pada koin 500 yaitu pertama 2,5mm, kedua 2,5mm, dan
ketiga 2,6mm. Pada pengukuran menggunakan mistar ukur (penggaris) pada
baterai ABC yaitu pertama 1,3cm, kedua 1,3cm dan ketiga 1,3cm, pengukuran
pada koin 500 yaitu pertama 0,2cm, kedua 0,2cm dan ketiga 0,2cm.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN

Kesimpulan pada praktikum ketidak pastian pengukuran dalam percobaan


kali ini adalah sebagai berikut:
1. Ketelitian penggaris (1 mm) ketelitian jangkasorong (0,1 mm).
2. Pada pengukuran kali ini kesalahan diakibatkan oleh perbedaan tingkat
ketelitian dan kesalahan paralaks.
3. Pengukuran bateri ABS dan koin 500 dengan menggunuakan jangka sorong
dan mistar ukur (enggaris) memperoleh nilai yang berbeda.
4. Jika kita ingin mengukur sesuatu yang memiliki ketelitian lebih, kita harus
menggunakan jangka sorong ketimbang penggaris.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin,M.2011.Dasar Pengukura Ketidak pastian. (online)(http://alvinburha


ni.wordpress.com/2011/01/02/dasar-pengukuran-ketidakpastian/).diakses
pada tanggal 22 Februari 2014.
Ibrahim, D.2013.LaporanPendahuluan PraktikumFisika 1. (online)(www.academi
a.edu/4818249/Laporan_Pendahuluan_Praktikum_Fisika_1).diakses pada
tanggal 22 Februari 2014.
Lia.2013.Pengukura Mekanik danKetidak pastian.(online)(http://lia-sipit.blogspot
.com/2013/02pengukuran-mekanik-dan-ketidakpastian.html).diakses pada
tanggal 22 Februari 2014.
Musyarofah,L.2013.Laporan Fisika Dasar Pengukuran. (online)(http://shofaifa.blo
gspot.com/2013/02/laporan-fisika-dasar-pengukuran.html).diakses pada
tanggal 22 Februari 2014.
Wulandhari, Suci. 2016. Deskrispi Kesalahan Siswa dalam Menggunakan Jangka
Sorong pada Materi Pengukuran di Kelas X SMA Negeri 1Mempawah
Hilir. Pontianak: Unversitas Tanjungpura Pontianak.

LAMPIRAN GAMBAR DAN LAMPIRAN


PERHITUNGAN

Universitas Sriwijaya
Gambar 1.1 Jangka Sorong

Gambar 1.2 Mistar Ukur

Perhitungan Hasil Pengukuran

1. Pengukuran Jangka Sorong pada Baterai ABC dan Koin 500

U l a n g a n
B a h a n
1 2 3
Baterai ABC 13,8 1 3 , 7 13,8

Universitas Sriwijaya
K o i n 5 0 0 2,5 2 , 5 2,6

Baterai ABC
Xi X i 2
13,8 2 7 , 6
13,7 2 7 , 4
13,8 2 7 , 6

∑ 𝑥 𝑖 = 4 1 , 3 ∑ x i 2
= 8 2 , 6

XN (nilai terbaik dari pengukuran)

XN = (13,77)2 = 27,53

Sesatan atau kesalahan dari hasil pengukuran

Koin 500
X i X i 2
2 , 5 6 , 2 5
2 , 5 6 , 2 5
2 , 6 6 , 7 6

∑ 𝑥 𝑖 = 7 , 6 ∑ 𝑥 𝑖 2
= 1 9 , 2 6

XN (nilai terbaik dari pengukuran)


(XN) = (2,53)2 = 6,4009

Sesatan/ kesalahan dari pengukuran

Universitas Sriwijaya
B a h a n U l a n g a n
1 2 3
B a t e r a i A B C 1 3 1 3 1 3
K o i n 5 0 0 2 2 2

2. Pengukuran mistar ukur (penggaris) pada Baterai ABC dan koin 500

Baterai ABC
X i X i 2
1 , 3 2 , 6
1 , 3 2 , 6
1 , 3 2 , 6

∑ 𝑥 𝑖 = 3 , 9 ∑ 𝑥 𝑖 2
= 7 , 8

(nilai terbaik dari pengukuran)

XN = (13)2 = 2,6

Sesatan atau kesalahan dari hasil pengukuran

Koin 500
X i X i 2
0 , 2 0 , 4
0 , 2 0 , 4
0 , 2 0 , 4

∑ 𝑥 𝑖 = 0 , 6 ∑ 𝑥 𝑖 2
= 0 , 1 2

XN (nilai terbaik dari pengukuran)

Universitas Sriwijaya
XN = (0,2)2 = 0,04

Sesatan atau kesalahan dari pengukuran

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai