Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/316662870

PENGARUH KESENJANGAN DIGITAL TERHADAP PEMBANGUNAN PEDESAAN


(RURAL DEVELOPMENT) EFFECT OF DIGITAL DIVIDE ON RURAL
DEVELOPMENT ( RURAL DEVELOPMENT )

Article · April 2016

CITATIONS READS

3 3,425

1 author:

Robby Darwis Nasution


Universitas Muhammadiyah Ponorogo
6 PUBLICATIONS   6 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Robby Darwis Nasution on 04 May 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGARUH KESENJANGAN DIGITAL TERHADAP
PEMBANGUNAN PEDESAAN (RURAL DEVELOPMENT)

EFFECT OF DIGITAL DIVIDE ON RURAL DEVELOPMENT ( RURAL


DEVELOPMENT )

Robby Darwis Nasution


Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
darwisnasution69@gmail.com
(Diterima: 30 April 2016; Direvisi: 10 Juni 2016; Disetujui terbit: 27 Juni 2016)

Abstrak

Masuknya era globalisasi ditandai dengan keterbukaan akses informasi dan transfer teknologi dari negara
maju kepada negara sedang berkembang seperti Indonesia. Tidak selamanya globalisasi membawa
dampak yang baik bagi negara Indonesia karena luasnya wilayah Indonesia yang terdiri dari gugusan
pulau yang menyebabkan tidak terjadinya pemerataan baik terhadap akses informasi maupun dalam
pembangunan. Akses teknologi informasi di Indonesia masih mengalami kesenjangan dimana pengguna
internet masih didominasi di pulau-pulau pusat pemerintahan seperti Jawa dan Bali. Hal ini
mengakibatkan terjadinya kesenjangan digital antara pulau Jawa dan pulau-pulau di wilayah timur
Indonesia. Selain itu, kesenjangan digital juga terjadi tidak hanya antar pulau, tetapi juga antara pusat
kota dan wilayah pinggiran yang mengakibatkan tidak bisa terjadi pemerataan pembangunan di Indonesia.
Selain karena kesenjangan digital yang terjadi, pembangunan di wilayah pedesaan (rural development)
juga terkendala dengan adanya aturan-aturan adat yang mengikat suatu desa serta budaya-budaya
tradisional yang menolak diterimanya paham-paham atau teknologi-teknologi baru hasil dari globalisasi.
Untuk menghindari ketimpangan pembangunan antara wilayah perkotaan dan pedesaan, tentunya harus
dilakukan perubahan paradigma pembangunan pedesaan yang menggabungkan antara kemajuan teknologi
infomasi dan komunikasi dengan kearifan lokal di mana keduanya akan saling menguatkan satu sama
lain. Teknologi informasi dan komunikasi akan membuka akses pengetahuan dan kerjasama baik dengan
wilayah lain ataupun dari negara lain, sedangkan kearifan lokal akan berfungsi sebagai ciri dari desa
tersebut dengan desa yang lain atau bisa dikatakan sebagai corak alamiah dari suatu desa.
Kata Kunci : teknologi informasi, rural development, kesenjangan digital, globalisasi.

Abstract

The entry of the era of globalization is characterized by openness access to information and technology
transfer from developed countries to under developing countries like Indonesia. Not forever globalization
brings good impact for Indonesia because of the vast territory of Indonesia which consists of a group of
islands that lead no good equalization of access to information as well as in development. Access to
information technology in Indonesia is still experiencing gaps where Internet users are still predominant
in the central islands such as Java and Bali government. This resulted in the digital divide between the
islands of Java and the islands in eastern Indonesia. In addition, the digital divide also occurs not only
between the islands, but also between the city center and suburban areas that lead to equitable
development can not take place in Indonesia. In addition to the digital divide that happens, the
development in rural areas is also constrained by the bind rules of customary a village and traditional
cultures that refuse acceptance of ideologies or new technologies result from globalization. To avoid
imbalance development between urban and rural areas, must be carried out changes in rural
development paradigm that combines the advancement of information technology and communication
with local knowledge where the two will be mutually corroberate another one. Information and
communications technology will open up access to knowledge and good cooperation with other regions
or from other countries, while the local wisdom will be a function as a hallmark of the village to another
village or can be regarded as a natural pattern of a village.
Keywords: information technology, digital discrepancy, rural development, globalization

31
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 20 No.1, Juni 2016: 31-44

PENDAHULUAN internet meningkat dengan amat pesat. Hal


Kemajuan ilmu pengetahuan dan ini terjadi beriringan pula dengan ekspansi
teknologi dimasa sekarang ini telah kelas menengah, pertumbuhan ekonomi
perlahan mengubah wajah dunia dari negara, dan proses demokratisasi. Namun,
jaman konvensional kearah pengembangan peningkatan ini tidak dibarengi dengan
berbasis IT (internet). Di dalam perubahan pemerataan pengguna internet di Indonesia
ini tentunya akan mengubah arah beberapa secara geografis. Menurut riset Asosiasi
aspek kehidupan khususnya di Indonesia, Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
dimana aspek sosial kemasyarakatan, (APJII), dan didukung banyak sumber
ekonomi, dan juga pendidikan akan lainnya menyatakan bahwa penggunaan
menyesuaikan dengan perubahan tersebut. internet terbesar di Indonesia didominasi di
(Nasution 2015) Perkembangan ilmu wilayah Barat, yaitu khususnya di pulau
pengetahuan dan teknologi ini adalah salah Jawa. (Marius and Sapto 2015, v) Hal ini
satu pertanda masuknya era baru bagi mengakibatkan sebaran akses infomasi dan
dunia yaitu era globalisasi. Di dalam era komunikasi tidak bisa merata atau dirasa
ini, sebuah negara dituntut untuk lebih sangat lambat untuk bisa terjangkau di
terbuka terhadap informasi atau wilayah-wilayah pinggiran seperti wilayah
modernisasi yang berasal dari asing jika timur Indonesia.
tidak mengininkan negaranya terasing dari Di masa sekarang ini, kebanyakan
pergulatan perdagangan bebas. masyarakat Indonesia tidak lagi dapat
Penyebab utama terjadinya era melepaskan diri dari kegiatan komunikasi
globalisasi ini adalah karena pesatnya berbasis internet. Sejak pemerintah
perkembangan teknologi informasi dan Indonesia mengembangkan infrastruktur
komunikasi yang membuat kehidupan internet pada tahun 1980-an, jumlah
manusia lebih mudah dan efisien. pengguna internet terus meningkat, hingga
Penggabungan antara teknologi komputer tahun 2013 terdapat 71.19 juta pengguna
dan telekomunikasi pada era globalisasi ini internet di Indonesia. Dengan jumlah
telah menghasilkan suatu revolusi dibidang tersebut, penetrasi internet di Indonesia
sistem informasi seperti halnya e- tahun 2013 adalah sebesar 28%, walaupun
commerce, EDI, dan sebagainya sehingga angkat penetrasi terus mengalami
sekarang telah menerobos batas-batas fisik peningkatan, namun pengguna internet di
antar negara. (Simarmata 2005) Revolusi Indonesia tidak merata secara geografis.
sistem informasi ini menjadi wajib bagi Pengguna internet di Indonesia paling
seluruh negara di dunia sehingga setiap banyak ada di Indonesia bagian Barat,
negara harus meninggalkan sistem yakni di pulau Jawa (terutama di kota-kota
informasi konvensional menjadi berbasis besar seperti Jakarta dan Surabaya), Bali
internet. Internet sekarang juga sudah dan Sumatera. Menurut hasil survey APJII
menjadi salah satu kebutuhan pokok mayoritas pengguna internet di Indonesia
manusia dimasa modern seperti sekarang hidup di wilayah barat Indonesia,
ini karena merupakan syarat utama dalam khususnya pulau Jawa. (Marius and Sapto
melaksanakan pembangunan. 2015, 2) ketimpangan digital ini
Dalam dua dekade ini, terhitung selanjutnya menjadi penentu utama
sejak fase awal perkembangan internet di pemerintah dalam melaksanakan
Indonesia tahun 1990-an, jumlah pengguna pemerataan pembangunan di Indonesia

32
yang semula hanya bisa dinikmati oleh tidak relevan lagi dan mulai berubah
wilayah-wilayah pusat pemerintahan. menjadi menjadi unit-unit bisnis dalam
Gambaran ketimpangan digital sebuah ekonomi global. (Winarno 2007,
diatas juga merefleksikan ketidakmerataan 11) Dengan berubahnya negara tradisional
kesejahteraan warga negara di Indonesia menjadi unit-unit bisnis ini, maka
secara keseluruhan baik di wilayah pusat perubahan arah kebijakan yang diambil
pemerintahan maupun di wilayah sebuah negara akan lebih banyak kepada
pinggiran (rural). Upaya pemerataan akses efisiensi dan orientasi ekonomi.
internet sedang dilakukan oleh Pemerintah Tapi kenyataannya, globalisasi
Indonesia melalui program Pita Lebar tidak sepenuhnya berupa fenomena
2014-2019. Perhatian perlu ditujukan pula ekonomi, tetapi juga termasuk didalamnya
pada pengetahuan bahwa pembangunan fenomena politik serta fenomena budaya.
infrastruktur internet bukan hanya Globalisasi berawal dari internasionalisasi
menyangkut hak atas akses informasi, tapi pasar tradisional menjadi pembangunan
juga berkaitan erat dengan pengentasan model baru yang lebih menekankan kepada
kemiskinan, pemerataan pendidikan, dan perdagangan, teknologi, dan pertukaran
pemberdayaan komunitas tertinggal. kebudayaan. (Hoffman 2007, 63) Selain
Perencanaan program pembangunan itu, ada tiga faktor yang saling
ataupun pengembangan bisnis yang tepat berkoindensi dalam menopang globalisasi
sasaran perlu didukung oleh data empirik. ekonomi dan perdagangan dunia dewasa
(Marius and Sapto 2015, v) Dengan ini, yakni revolusi di bidang teknologi
melihat latar belakang diatas maka sangat komunikasi, semakin rendahnya biaya
menarik sekali jika kita menelaah lebih transportasi dan munculnya ideologi
jauh bagaimana pengaruh kesenjangan liberal. (Winarno 2007, 20)
digital di Indonesia terhadap perubahan Pada sisi lain, globalisasi adalah
paradigma pembangunan di wilayah sebuah fenomena yang melibatkan proses-
pinggiran /pedesaan (rural development). proses sosial integrasi ekonomi, budaya,
kebijakan-kebijakan negara, dan
Masuknya Era Globalisasi
Globalisasi merupakan isu penting pergerakan politik di seluruh dunia.
yang muncul dalam beberapa dekade yang Menurut Appadurai (2006), globalisasi
lalu, dimana era ini ditandai dengan merujuk pada keseluruhan proses-proses
semakin majunya perkembangan teknologi sosial yang melibatkan perpindahan orang,
informasi dan komunikasi. Globalisasi komoditas (barang), kapital, pengetahuan,
sendiri merupakan konsep yang berkaitan pemikiran, informasi, dari satu negara ke
dengan internasionalisasi, universalisasi, negara lain. Kajian mengenai global
liberalisasi, dan westernisasi. Selain itu, village tidak dapat dipisahkan dari
globalisasi menyebabkan terjadinya globalisasi. Konsep global village dalam
kompleksitas isu dan nilai yang menyebar terminologi studi globalisasi seringkali
dan menjadi universal (Battersby and disebut sebagai globality. Globalisasi tidak
Siracusa 2009, 59) Di dalam tiga hanya terbatas melalui media tetapi proses-
kelompok besar globalisasi, kelompok proses politik dan ekonomi, serta berkaitan
hiperglobalis mendefiniskan globalisasi dengan relasi dominasi dan hegemoni.
sebagai sejarah baru kehidupan manusia Sementara globality atau global village
dimana negara tradisional telah menjadi merujuk pada fenomena global saling

33
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 20 No.1, Juni 2016: 31-44

ketergantungan yang merupakan hasil dari makna, identitas, dan bentuk bentuk
proses globalisasi. (Appadurai 2006) kelembagaan di dalam konteks sosiologis
Global village merupakan bentukan dari globalisasi. (Pamungkas 2015, 256) Secara
globalisasi dan akibat yang ditimbulkan tidak langsung, pola-pola perilaku yang
dari apa yang dilakukan manusia di era ditimbulkan dari efek munculnya
globalisasi ini yaitu manusia yang lebih globalisasi telah merubah pola perilaku
condong berorientasi dengan kehidupan masyarakat yang semakin
digital. Orientasi inilah yang selanjutnya mengesampingkan norma-normal sosial
yang mendorong terbentuknya komunitas- dan berubah arah menjadi norma-norma
komunitas digital (yang tidak bertatap digital.
muka secara langsung) dan disebut juga
Dampak Perkembangan Teknologi
dengan global village. Informasi dan Komunikasi
Konsep globalisasi telah menghasilkan Perkembangan teknologi informasi
apa yang McLuhan prediksi tentang global dan komunikasi dari efek masuknya
village yang unsur-unsur pembentuknya globalisasi, sangat terasa sekali di dalam
saling berhubungan namun demikian, kehidupan sehari-hari di mana segala
anggota-anggota dari desa besar ini aktifitas manusia sekarang bisa dilakukan
tidaklah bersifat terhubungkan (connected) melalui media digital seperti contoh
secara homogen. (Walkosz, Jolls and Sund berbelanja, pesat hotel atau tiket kereta api,
2008) Lingkungan media global pesan makanan dan lain sebagainya.
mengijinkan audiensnya berbagi beberapa Perubahan perilaku manusia yang tercipta
hal yang sama seperti program-program akibat perubahan perkembangan jaman ini
TV, keinginan terhadap produk yang sama, tentu saja membawa dampak baik dampak
dan hal-hal yang diiklankan oleh media. posisitif maupun negatif bagi kehidupan
Konglomerasi media global yang bersifat manusia.
komersial ini menyediakan akses terhadap Perkembangan teknologi informasi
program tv, film, video, daln lain-lain dan komunikasi memiliki manfaat dan efek
sehingga dikhawatirkan memunculkan yang mempengaruhi cara kerjanya
imperialisme budaya dan menghasilkan komunikasi dan tekonologi itu sendiri.
kultur dominan. Generasi muda cenderung Teknologi informasi dan komunikasi
lebih percaya dan tergantung pada terutama komputer telah banyak
platform media daripada bimbingan orang dimanfaatkan di berbagai bidang
tua mereka. Proses globaliasi dan kehidupan misalnya di bidang pendidikan,
lokalisasi menghasilkan output yang unik industri, kesehatan, transportasi, dan
di daerah-daerah tertentu seperti telah sebagainya. Sekarang kita akan membahas
disebutkan di muka menjadi relevan dalam tentang dampak yang diakibatkan oleh
hal ini. Globalisasi adalah sebuah proses di perkembangan teknologi komunikasi dan
mana korporasi-korporasi global informasi, tentu saja dampak yang
memproduksi dan memasarkan produknya diakibatkan oleh perkembangan teknologi
dalam lingkungan tertentu di tingkat lokal komunikasi dan informasi memiliki
untuk memenuhi variasi permintaan dampak positif dan dampak negatif.
konsumen. Konsep ini juga merupakan Seperti yang kita ketahui perkembangan
kerangka untuk menganalisis cara-cara teknologi komunikasi dan informasi pada
dimana aktor aktor sosial mengkonstruksi jaman sekarang sangatlah pesat, seperti

34
yang kita ketahui di kota dengan mudah teknologi komunikasi dan informasi, bisa
orang-orang dapat mengakses internet atau melalui jejaringan sosial atau media sosial.
informasi di mana saja dan kapan saja (Mareta 2014)
tanpa ada batas usia dari yang muda Selain itu, teradapat dampak positif
hingga yang tua, berbeda dengan orang- lain yaitu terkait dengan dampak teknologi
orang yang tinggalnya di pedesaan, orang- informasi terhadap budaya. Dampak
orang yang ditinggal di perdesaan sangat positif perkembangan teknologi
susah untuk dapat mengakses internet atau komunikasi dan informasi terhadap budaya
sebuah informasi, jika mereka ingin adalah kita dapat dengan mudah
mengakses atau mendapatkan sebuah mengetahui dan mempelajari budaya-
informasi mereka harus keluar dari desa budaya asing yang ada di dunia. Dampak
mereka seperti ke kota maka terjadilah positif dalam bidang pendidikan adalah
kesenjangan sosial antara yang dikota banyak munculnya web-web yang berisi
dengan yang didesa. (Mareta 2014) tentang informasi pendidikan dan ilmu
Adapun dampak positif yang pengetahuan sehingga semua murid atau
ditimbulkan dari perkembangan teknologi mahasiswa bisa belajar tidak hanya di
komunikasi dan informasi adalah selain buku saja tetapi juga bisa belajar melalui
mudah untuk mengakses informasi yang internet. Munculnya metode belajar yang
kita butuhkan, kita dapat dengan mudah baru, karena murid atau mahasiswa tidak
mencari lowongan pekerjaan, karena pada lagi harus memperhatikan papan tulis
jaman sekarang banyak sekali perusahaan karena guru atau dosen pada jaman
yang memasang iklan lowongan pekerjaan sekarang bisa menjelaskan materi
di web dan dapat diakses oleh semua orang pembelajaran mereka melalui power point
tanpa batasan, pada jaman sekarang orang- dan mahasiswa tinggal mencatat apa yang
orang dapat bekerja dirumah saja tanpa penting yang disampaikan oleh dosen atau
harus pergi ke kantor karena mereka dapat guru. Sistem pembelajaran tidak harus
bekerja secara online yang biasanya melalui tatap muka, karena proses belajar
disebut dengan freelance online dan bagi pada jaman sekarang dengan melihat
para mereka pengusaha rumahan, mereka sebuah video atau rekaman suara dari
dapat menawarkan atau menjual produk sebuah file saja kita bisa mendapatkan
atau barang mereka secara online dan para pelajaran penting yang disampaikan, itu
pembeli dapat memesan dan membelinya merupakan beberapa dampak positif dari
secara online. Dampak positif terhadap perkembangan teknologi komunikasi dan
bidang komunikasi adalah semua orang informasi. (Mareta 2014)
dapat berkomunikasi dengan lancar dan Sedangkan dampak negatif yang
cepat tanpa terhalang oleh waktu dan jarak ditimbulkan oleh perkembangan teknologi
jauh, yang pada jaman dulu sangat komunikasi dan informasi adalah dengan
menganggu seseorang jika ingin banyaknya yang bisa memasang iklan
berkomunikasi dengan orang lain dan lowongan pekerjaan di internet atau sebuah
penyebaran informasi dengan mudah dan web, maka dampak negatifnya adalah iklan
kita juga dapat dengan mudah tersebut bisa saja merupakan sebuah iklan
mengirimkan informasi atau bertukar penipuan yang dilakukan oleh orang-orang
informasi, kita juga bisa mendapatkan yang iseng atau orang-orang yang ingin
banyak teman akibat pekembangan berbuat kriminal terhadap orang lain dan

35
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 20 No.1, Juni 2016: 31-44

soal bekerja secara online bisa saja orang bidang pendidikan murid atau mahasiswa
yang sudah melakukan pekerjaannya bisa dengan mudah copy paste sesuatu
dengan baik, tidak dibayar sesuai dengan sehingga seorang murid atau mahasiswa
pekerjaan yang sudah ia kerjaan. Dampak menjadi tidak kreatif dan tidak
negatif dalam bidang komunikasi adalah menciptakan sesuatu yang baru atau juga
dengan banyaknya muncul media sosial bisa tejadi plagiarisme suatu karya
atau disebut dengan jejaring sosial seseorang. Dengan adanya perkembangan
seseorang dapat memanfaatkannya sebagai teknologi komunikasi dan informasi
bentuk kriminal misalnya seseorang seseorang bisa saja saling menghujat satu
mengajak bertemu dengan orang yang baru dengan lainnya di media sosial, seseorang
saja ia kenal melalui salah satu jejaring tidak memiliki privasinya sendiri dan lain-
sosial dan setelah bertemu orang tersebut lainnya. (Mareta 2014)
berkejahatan terhadap orang itu misalnya Dampak-dampak yang ditimbulkan
merampok atau memperkosa orang dari kemajuan teknologi informasi dan
tersebut. (Mareta 2014) komunikasi nyatanya telah menyatukan
Selain itu, juga terdapat dampak dunia dengan membuat para penggunanya
negatif perkembangan teknologi informasi dari seluruh dunia dapat berhubungan
dan komunikasi terhadap budaya diamana dengan yang lain dengan adanya internet,
dengan mudah budaya asing masuk ke manusia dapat berkomunikasi dengan
dalam suatu negara, misalnya budaya barat orang lain secara bebas tanpa dibatasi jarak
dan budaya korea yang masuk ke dan waktu sehingga sering kita dengar
indonesia, akibatnya masyarakat indonesia istilah “distance is dead”. Dampak positif
lebih senan dengan budaya barat atau yang muncul dari perkembangan teknologi
korea itu sendiri dan mulai meninggalkan informasi dan komunikasi di bidang sosial
budaya asli mereka atau budaya asli adalah manusia dapat tetap saling
indonesia. Dampak negatif terhadap berkomunikasi satu sama lain melalui
manusianya sendiri adalah orang-orang media sosial yang terhubung dengan media
pada jaman sekarang lebih banyak sibuk internet. Sebagai contoh melalui media
dengan handphonenya masing-masing sosial, manusia masih dapat berkomunikasi
sehingga menjadi makhluk individual dengan melakukan chatting, baik dalam
bukan makhluk sosial, lebih senang sibuk jarak yang dekat maupun jarak yang jauh.
sendiri daripada berkumpul dengan teman- Dampak buruk atau negatifnya adalah
temannya, karena perkembangan teknologi apabila manusia tidak bisa menggunakan
komunikasi dan informasi yang pesat teknologi itu secara bijak akan menjadi
manusia menjadi malas karena hampir bahaya apabila manusia menjadi
semua kegiatan pada jaman sekarang bisa tergantung kepada teknologi tersebut.
dilakukan di rumah. Dan jika ingin Fragmentasi sosial itu sendiri merupakan
membicarakan sesuatu bisa melalui terjadinya perpecahan dalam masyarakat
jejaring sosial tanpa harus bertemu tatap sehingga individu menjadi semakin
muka dengan orang yang akan kita ajak terasing dan ikatan sosial juga menjadi
berbicara. Dan bisa juga membuat semakin lemah. (Hartanto 2014)
seseorang tidak berpikir kreatif karena Dalam bidang politik, teknologi
mereka bisa mencontek ide seseorang komunikasi dan informasi juga sangat
dengan mudah. Dampak negatif dalam diperlukan agar suatu program dan ide bisa

36
berjalan dengan baik dan diketahui oleh informasi dan komunikasi dilakukan
seluruh anggota masyarakat. Dengan secara manual yaitu via pos. Dua hal yang
adanya teknologi informasi dan berbeda ini memiliki permasalahan yang
komunikasi memberikan dampak yaitu mendasar yaitu waktu penyampaian pesan
informasi sosialisasi nilai-nilai politik yang berbeda dimana yang melalaui
tersebar luas secara merata. Selain internet langsung bisa diakses seketika itu
memberikan informasi mengenai persoalan juga, tetapi yang melalui Pos tentu harus
politik, media komunikasi juga akan menunggu beberapa hari untuk bisa
menyampaikan nilai-nilai yang dianut oleh diakses.
masyarakat. Media berperan sebagai Asosiasi Penyelenggara Jasa
mediator antara pemerintah dengan rakyat Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan
sehingga rakyat bisa mengutarakan jumlah pengguna internet di Indonesia
pendapatnya dan bisa memberi masukan telah mencapai 88 juta orang hingga akhir
untuk membangun negara yang lebih baik. tahun 2014. Berdasarkan populasi ini,
Oleh karena itu, teknologi informasi dan jumlah pengguna Internet terbanyak adalah
komunikasi juga berperan aktif dalam di Provinsi Jawa Barat sebanyak 16.4 juta,
mendukung perkembangan politik suatu diikuti oleh Jawa Timur 12.1 juta
Negara. (Hartanto 2014) pengguna dan Jawa Tengah 10.7 juta
pengguna. (Marius and Sapto 2015, 20)
Kesenjangan Digital di Indonesia
Selain itu, Pengguna internet jika
Direktur Pemberdayaan
dibedakan setiap pulau maka pulau Jawa
Informatika Kemenkominfo Mariam F
memiliki nilai tertinggi penduduk
Barata menyatakan bahwa, sampai tahun
pengguna internet di Indonesia sedangkan
2015 baru terdapat 74 juta pengguna
penduduk dengan pengguna internet
internet di Indonesia atau setara dengan 29
terendah berada di pulau Kalimantan
persen dari total penduduk dan itupun
Setelah itu pulau Maluku dan Irian Jaya.
kebanyakan masih berada di wilayah
perkotaan. Di Indonesia senidiri masih
terjadi kesenjangan digital di tingkat
masyarakat padahal internet menjadi salah
satu pintu masuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat yaitu melalui
penyebaran informasi dan ilmu
pengetahuan. (kominfo 2015) Dengan
masih adanya kesenjangan digital ini tentu
Gambar 1. Peta Pengguna Internet Berdasarkan
penyebar luasan informasi dan komunikasi
Pulau Di Indonesia Berdasarkan Survey Asosiasi
dari pusat pemerintahan kepada seluruh Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)
penjuru negeri ini tentu tidak bisa merata. 2014
Di daerah-daerah yang sudah terjangkau
akses internet maka informasi dan Dari grafik di atas tentu kita bisa
komunikasi dari pusat bisa dilakukan melihat seberapa jauh kesenjangan
dengan menggunakan jalan tersebut, penggunaan/akses internet dari pulau Jawa
sedangkan wilayah-wilayah yang belum dan pulau-pulau lain di Indonesia. Kita
terjangkau akses internet maka penyebaran bisa lihat kesenjangan ini dari angka

37
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 20 No.1, Juni 2016: 31-44

pengguna internet di Pulau Jawa pulau Jawa jauh lebih murah dibandingkan
menyentuh 52 Juta jiwa sedangkan di biaya akses internet di Irian Jaya, hal ini
wilayah Kalimantan dan Irian Jaya masih terkait dengan mahalnya biaya perawatan
dikisaran angka 4 sampai dengan 5 juta serta mahalnya infrastruktur di sana.
jiwa pengguna internet. Ini berarti Selain kesenjangan internet yang
kesenjangan pengguna internet di pulau terjadi di wilayah pulau Jawa dan Pulau
pusat pemerintahan yaitu Jawad dan Bali Maluku serta Irian Jaya, menurut
jika dibandingkan dengan Kalimantan, Indonesia Netizen Survey ada sekitar
Maluku serta Irian Jaya adalah 1:10 83.4% pengguna intenet di Indonesia lebih
sehingga perbandingan ini mengisyaratkan banyak berdomisili di wilayah urban yaitu
besaran kesenjangan digital yang terjadi di di wilayah-wilayah perkotaan yang
Indonesia. menjadi pusat pemerintahan. Secara tidak
Menteri Komunikasi dan langsung data ini menggambarkan tidak
Informatika (Menkominfo) Rudiantara meratanya pengembangan infrastruktur
mengakui bahwa Indonesia secara internet di Indonesia dan ketersediaan
keseluruhan memang belum bisa layanan sambungan internet yang sama di
menyamai negara-negara tetangga yang setiap daerah di Indonesia padahal
menduduki urutan teratas soal kecepatan memiliki akses internet yang dapat
internet seluler. Namun, dia menekankan diandalkan di setiap daerah termasuk
bahwa hal itu terjadi lantaran kualitas daerah pedesaan juga telah diidentifikasi
akses internet di Tanah Air memang sebagai faktor kunci untuk pembangunan.
"jomplang" alias belum merata dari (Marius and Sapto 2015, 2) Dengan
Sabang sampai Merauke. Apabila demikian maka ketidakmerataan akses
pengamatan dilakukan secara lebih internet anatara wilayah core (kota) atau
spesifik ke kota-kota tertentu di Indonesia, dnegan wilayah pheripery (pinggiran)
maka bisa dilihat bahwa sebenarnya tentu saja membawa dampak timpangnya
Indonesia tak terlalu tertinggal. Dari data pembangunan antara daerah perkotaan
OpenSignal memperlihatkan bahwa serta pedesaan.
adanya kesenjangan yang lebar antar- Berkaitan dengan ketimpangan
wilayah di Indonesia terjadi di daerah yang terjadi di perkotaan dan pedesaa
Papua dan Maluku. Kesenjangan ini tersebut maka pemerintah melalui
misalnya seperti kecepatan download Peraturan Presiden No. 96 tahun 2014
hanya berkisar di angka 200-300 Kbps tentang Rencana Pita Lebar Indonesia
atau jauh lebih rendah dibandingkan 2014-2019 pemerintah menargetkan 30%
wilayah Jawa yang mencatat rata-rata 3,5 populasi di perkotaan bisa menikmati
Mbps (3.500 Kbps), apalagi Jakarta yang internet broadband pada tahun 2019.
sebesar 7 Mbps. Dengan kata lain, warga Sementara di pedesaan, target penetrasi
Jakarta menikmati kecepatan internet 23 broadband akan mencapai 6%. Dari
kali hingga 25 kali lebih tinggi rencana pembangunan ini pemerintah
dibandingkan dua wilayah di Indonesia mengharapkan harga layanan broadband
Timur tersebut. (Yusuf 2016) Bukan hanya dapat mencapai 5% dari total pendapatan
perbedaan kecepatan yang terjadi antara per kapita. (Marius and Sapto 2015, 2)
wilayah pulau Jawa dengan Irian Jaya atau Dengan langkah tersebut maka harapan
Maluku, tetapi biaya akses internet di pemerintah terhadap ketimpangan digital

38
yang terjadi di Indonesia bisa teratasi atau Kesenjangan yang terjadi antara keduanya
minimal meminimalisir nilai dari bukan hanya pembangunan dalam bentuk
ketimpangan yang terjadi antara pulau satu fisik (sarana prasarana) saja tetapi juga
dengan pulau yang lain. pembangunan SDM seperti tersedianya
sekolahan yang memadai serta sektor-
Dampak Ketimpangan Digital
sektor ekonomi seperti tersedianya pasar
Terhadap Rural Development
atau anggutan umum. Tidak jarang,
Dengan kesenjangan digital yang
perbedaan kesenjangan antara kota dan
terjadi antara wilayah perkotaan dan
desa yang semakin jauh ini juga telah
wilayah pinggiran maka semakin
memberikan corak khusus terhadap budaya
menambah jarak (GAP) kemajuan
dari keduanya.
pembangunan antara wilayah kota dan
Menurut Bambang Prakoso,
wilayah pinggiran karena internet atau
kecenderungan stigma yang melekat pada
dunia digital merupakan pintu utama
masyarakat pedesaan adalah identik
dalam rangka mempercepat laju
dengan sikap yang kolot dan tradisional.
pembangunan suatu daerah. Kalau kita
Terjadinya keterbelakangan sosial
melihat lebh jauh permasalahan yang
masyarakat desa dalam pembangunan
dihadapi oleh wilayah pedesaan (rural)
dinisbatkan karena sulitnya masyarakat
adalah masih banyaknya perangkat desa
desa menerima budaya modernisasi,
atau penduduk desa yang memiliki SDM
sulitnya untuk menerima teknologi baru,
(Sumber Daya Manusia) yang rendah, dan
malas, tidak memiliki motivasi yang kuat
ini bertolak belakang dengan prasyarat
untuk berubah, merasa cukup puas dengan
diterimanya perkembangan teknologi
pemenuhan kebutuhan subsistem, serta
informasi yang mensyaratkan majunya
budaya shared provety (berbagi
SDM sebagai kunci utamanya.
kemiskinan bersama). (Mahardhani 2014,
Selama ini, tampak perjalanan
42-43) Masih kakunya penduduk desa
pembangunan daerah masih didominasi
dengan aturan-aturan adat serta sulitnya
oleh strategi yang menempatkan
menerima modernisasi ini maka menjadi
pembangunan masyarakat desa pada posisi
penghambat utama sebuah desa untuk bisa
setelah pembangunan Kota (kelurahan).
menjadi maju dalam pembangunan.
Padahal sebagian besar penduduk
Kamaluddin (1983) menyebutkan beberapa
Indonesia bermukim di daerah pedesaan
sikap tradisional dalam masyarakat yang
yang pada umumnya taraf hidup mereka
tidak sesuai dengan keperluan
masih rendah. (Mulyadi 2009, 1) Prioritas
pembangunan dan modernisasi. Di
pembangunan yang dilakukan oleh
antaranya adalah : (Alhada 2012)
pemerintah ini yang selanjutnya
1. Sikap lambat menerima perubahan
menjadikan desa pinggiran semakin
atau hal-hal yang baru sungguhpun
terpinggirkan dengan rusaknya akses jalan
akan menguntungkan mereka.
atau informasi menuju desa tersebut atau
2. Sikap lebih suka mencari jalan
minimnya sarana dan prasarana yang
yang paling mudah dan cepat
disediakan pemerintah di desa pinggiran.
mendatangkan hasil sungguhpun
Dominasi pembangunan wilayah perkotaan
tidak begitu besar, sebaliknya
inilah telah menciptakan kesenjangan
kurang berani memikul resiko pada
antara wilayah kota dan wilayah desa.
usaha-usaha yang kemungkinan

39
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 20 No.1, Juni 2016: 31-44

keuntungannya lebih besar dan 3. Tipe masyarakat dengan tingkat


sifatnya jangka panjang. kematangan tinggi. Cirinya adalah
3. Sikap kurang bertanggung jawab mau mengerjakan sesuatu dan tahu
dalam tugas pekerjaan serta mudah bagaimana cara mengerjakannya.
untuk tidak menepati janji dalam Terhadap situasi seperti ini, tipe
hubungan-hubungan ekonomi. kepemimpinan yang cocok adalah
berifat demokratis.
Menurut Wilbert Moore, konsep
Perubahan Arah Paradigma Rural
modernisasi ialah suatu transformasi
Development
secara menyeluruh masyarakat tradisional Cara pandang kita terhadap desa
atau masyarakat pramodern menjadi adalah sebagai “negara kecil” dan bukan
masyarakat yang corak teknologi serta sebagai kampung halaman, pemukiman
organisasi sosialnya akan mengikuti penduduk, perkumpulan komunitas,
negara-negara yang maju dari segi pemerintahan terendah dan wilayah
ekonomi dan stabil dari segi politik. (Long administrative semata. Di desa, orang
1987, 12-13) Di Indonesia sendiri terdapat terikat secara sesiometrik dengan
tiga tingkat kematangan masyarakat Desa masyarakat, institusi lokal dan
yaitu: (Mulyadi 2009, 117) pemerintahan desa. Selama ini pemerintah
1. Masyarakat dengan kematangan menciptakan desa sebagai pemerintahan
rendah. Ciri kelompok ini adalah semu (pseudo government) dimana posisi
mereka tidak mau mengerjakan desa tidak jelas apakah sebagai
sesuatu karena tidak mengetahui pemerintahan atau sebagai komunitas
apa yang akan mereka kerjakan. masyarakat. Pemerintahan semu ini
Menghadapi situasi seperti ini, tipe tergambar dari banyaknya kewajiban yang
kepemimpinan yang lebih berhasil harus dilaksanakan oleh desa dan sedikit
adalah gaya kepemimpinan otoriter sekali kewenangan yang dimiliki. Karena
(bersifat memberi arahan atau itu, pemerintahan desa bukanlah entitas
pedoman agar orang yang dipimpin yang menyatu secara kolektif seperti
menjadi tahu dan mau bekerja) kesatuan masyarakat hukum, tetapi sebagai
2. Masyarakat dengan tingkat
dua aktor yang saling berhadap-hadapan.
kematangan menengah. Cirinya (Eko, et al. 2014, 16)
adalah masyarakat mau Jika kita lihat lebih jauh dari
mengerjakan sesuatu tetapi tidak berbagai literatur teori pembangunan,
mengetahui cara mengerjakannya. didalamnya terdapat istilah pembangunan
Tipe kepemimpinan yang cocok desa atau yang sering disebut sebagai rural
dengan kondisi seperti ini adalah development (pembangunan pedesaan).
menggabungkan unsur otoriter Perbedaan yang mencolok dari pola
dengan demokratis, artinya seorang pembangunan desa yaitu pada paradigma
pemimpin harus bisa membedakan lama cenderung bersifat state centric
kapan saatnya memberikan
(otokratis, top down, sentralistik, hierarkis,
perintah dan kapan saatnya untuk dan juga sektoral) sedangkan pada
memberikan ruang terhadap paradigma baru lebih condong kepada
gagasan-gagasan yang muncul dari rekognisi dan subsidiaritas yang bersifat
masyarakat.

40
society centric. Jika kita lihat dari sisi positif bagi pembangunan desa, tetapi
perkembangan teknologi informasi, terkadang masuknya teknologi informasi
didalam paradigma lama masih cenderung ini mengakibatkan banyaknya
mengandalkan terjadinya transfer pertambahan jumlah penduduk yang
teknologi dari negara maju sedangkan pada menganggur, transformasi yang tidak jelas,
paradigma baru cenderung menghargai dan pola komunikasi yang sejalan dengan
kearifan dan teknologi lokal serta sudah perubahan komunitas di desa. Kesemuanya
mulai melakukan upaya pengembangan itu merupakan inovasi, baik itu hasil
teknologi secara partisipatoris. (Eko, et al. penemuan dalam berpikir atau peniruan
2014, 36-37) Dengan memasukkan muatan yang dapat menimbulkan difusi atau
lokal ang masih dipegang teguh oleh desa integrasi. Selain itu, terjadi juga peristiwa-
maka harapan utama dalam pembangunan peristiwa perubahan kultural yang meliputi
pedesaan adalah masih terjaganya budaya “cultural lag”,”cultural survival”,
atau corak yang dimiliki oleh desa. Corak “cultural conflict” dan “cultural shock”.
di setiap desa terutama di Indonesia Pergeseran nilai tradisional ke nilai
tentunya berbeda-beda sesuai kebudayaan modern masyarakat modern dengan nilai
yang dimiliki di setiap desa, dan corak dan tujuan ekonomi yang lebih menonjol
kebuyaaan inn tentunya menjadi nilai lebih cenderung memandang sumberdaya
bagi pembangunan di pedesaan. pedesaan sebagai suatu komoditas yang
Di dalam isi Undang-Undang Desa secara ekonomi dapat meningkatkan nilai
yang termuat dalam UU No. 6 Tahun finansial bagi kelompok tertentu, di mana
2014, salah satu faktor penentu produktivitas dalam rentang waktu tertentu
pembangunan desa adalah sistem merupakan pertimbangan utama.
informasi desa. Lebih jauh dalam UU Sebaliknya masyarakat tradisional dan
Desa ini menjelaskan bahwa sistem para industri memandang sumber daya
informasi yang dimaksud untuk yang sama sebagai milik ulayat yang harus
membangun transparansi, akses dijaga kelestariannya untuk kepentingan
masyarakat melalui website desa, akses jangka panjang. Bagi mereka aspek
pasar untuk mempermudah pergerakan pemerataan lebih penting dari
ekonomi dari hasil komoditi desa, serta produktivitas. (Alhada 2012)
membangun sistem terpadu terkait dengan Beralih dari dampak negatif yang
data kependudukan dalam upaya anti dihasilkan oleh masuknya teknologi
trafficking. (desa 2014) Di dalam cita-cita informasi, tujuan utama dari sistem
kabinet kerja Joko Widodo informasi sendiri adalah menghasilkan
mengembangkan “Tri Sakti” sebagai informasi yang berguna bagi pemakainya.
modal awal untuk memulai pembangunan Data yang diolah di dalam sistem
dari sektor terendah, yaitu desa. Tri Sakti informasi tidak akan berguna jika tidak
Nawacita Kabinet Kerja Joko Widodo memiliki tiga pilar, yaitu tepat kepada
memuat tiga hal yaitu, desa yang berdaulat orangnya atau relevan (relevance), tepat
dalam politik, berdikari dalam ekonomi, waktu (timeliness), dan memiliki tigkat
serta berkepribadian dalam budaya. akurasi tinggi (accurate). (Jogiyanto 2005,
(Kurniawan 2015, 13) 36-37) Lebih lanjut menurut Wahyono,
Tekologi informasi yang masuk ke faktor yang mempengaruhi sistem
dalam desa tidak selamanya berdampak informasi antara lain, faktor metode

41
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 20 No.1, Juni 2016: 31-44

kuantitatif yang digunakan, faktor pada akhirnya mengakibatkan terjadinya


penggunaan komputer sebagai alat bantu, ketimpangan yang tinggi antara
aktor Sumber daya manusia. (Wahyono pembangunan perkotaan dan pembangunan
2004, 24-25) Dengan kata lain, tidak ada pedesaan.
salahnya pemerintah membuat kebijakan Selain karena kesenjangan digital
pemerataan teknologi informasi sampai di yang terjadi, ketimpangan pembangunan
pelosok-pelosok desa dengan tetap antara wilayah perkotaan dan wilayah
menjaga kearifan lokal sebagai nilai lebih pedesaan (rural development) juga
dari sebuah desa. Sudah saatnya desa di terkendala dengan adanya aturan-aturan
Indonesia tidak terkurung oleh adat yang engikat suatu desa serta budaya-
keterbatasan informasi komunikasi, dan budaya tradisional yang menolak
sudah saatnya desa di Indonesia bisa diterimanya paham-paham atau teknologi-
bersaing di tingkat global sehingga teknologi baru hasil dari globalisasi. Untuk
menjadi desa global. menghindari ketimbangan pembangunan
antara wilayah perkotaan dan pedesaan,
PENUTUP tentunya harus dilakukan perubahan
Kesimpulan paradigma pembangunan pedesaan yang
Masuknya era globalisasi ditandai menggabungkan antara kemajuan
dengan keterbukaan akses informasi dan teknologi informasi dan komunikasi
transfer teknologi dari negara maju kepada dengan kearifan lokal dimana keduanya
negara sedang berkembang seperti akan saling menguatkan satu sama lain.
Indonesia. Tidak selamanya globalisasi Teknologi informasi dan komunikasi akan
membawa dampak yang baik bagi negara membuka akses pengetahuan dan
Indonesia karena luasnya wilayah kerjasama baik dengan wilayah lain
Indonesia yang terdiri dari gugusan pulau ataupun dari negara lain, sedangkan
yang menyebabkan tidak terjadinya kearifan lokal akan berfungsi sebagai ciri
pemerataan baik terhadap akses informasi dari desa tersebut dengan desa yang lain
maupun dalam pembangunan. Pemerataan atau bisa dikatakan sebagai corak alamiah
akses teknologi informasi dan komunikasi dari suatau desa. Dengan melakukan
ini selanjutnya berperan penting dalam perubahan paradigma rural development
mendorong perkembangan pembangunan maka bisa dipastikan pembangan di
di suatu negara. Kesenjangan digital yang Indonesia akan menjadi lebih merata serta
terjadi di Indonesia dipicu dari luasnya terciptanya desa global bercorak kearifan
wilayah negara ini serta struktur negara lokal.
Indonesia yang terbentuk dari gugusan-
Saran
gugusan pulau-pulau. Kondisi geografis
Untuk memeratakan pembangunan di
negara Indonesia ini pulau pusat
Indonesia, sebaiknya pemeritah segera
pemerintahan dengan pulau-pulau
menyiapkan langkah strategis yang
pinggiran. Selain kesenjangan digital yang
berkaitan dengan pemerataan teknologi
terjadi antar pulau, kesenjangan digital di
informasi dan komunikasi. Kalau kita lihat
Indonesia ini nyatanya juga terjadi antara
sekarang perluasan jaringan teknologi
wilayah perkotaan dan wilayah pedesaan
informasi dan komunikasi masih
(pinggiran). Kesenjangan digital antara
mengandalkan BTS (tower) pemancar
wilayah kota dan wilayah pedesaan ini

42
sebagai perluasan jaringan, mungkin http://revolusidesa.com/uudesa
kedepan pemerintah harus membuka (accessed September 10, 2015).
langkah baru dengan memberikan akses Eko, Sutiri, et al. Desa Membangun
Indonesia. Yogyakarta: Forum
informasi komunikasi langsung melalui
Pengambangan Pembaharuan Desa
satelit untuk daerah-daerah terpencil. (FPPD), 2014.
Dengan demikian, harapan kedepan adalah Hartanto, Adrian. "Perkembangan
tidak terjadi lagi kesenjangan digital di Teknologi Informasi dan
Indonesia sehingga pembangunan akan Komunikasi Berdampak pada
lebih merata baik di pulau pusat Berbagai Konteks."
pemerintahan atau pulau terpencil atau http://komunikasi.us. Mei 17, 2014.
http://komunikasi.us/index.php/cou
antara kota dan pedesaan.
rse/perkembangan-teknologi-
Selain saran di atas, muatan lokal atau komunikasi/1668-perkembangan-
kearifan lokal tiap-tiap desa atau wilayah teknologi-informasi-dan-
harus terus dijaga sebagai ciri khas suatu komunikasi-berdampak-pada-
daerah sehingga bisa menjadikan nilai berbagai-konteks (accessed Juni
lebih dibandingkan dengan daerah yang 18, 2016).
lain. Jika kesenjangan digital bisa teratasi Hoffman, John. A Glossary of Political
Theory. Edinburgh: Edinburgh
dan dikuatkan dengan kearifan lokal maka
University Press, 2007.
tentu saja pembangunan yang bercorak Jogiyanto. Sistem Teknologi Informasi.
kemajuan teknologi infomasi dan Yogyakarta: Andi Press, 2005.
komunikasi bercorak ke-Indonesiaan bisa kominfo. "Pengguna Internet Didominasi
terbangun. Penduduk Perkotaan."
https://kominfo.go.id. Maret 30,
2015.
DAFTAR PUSTAKA https://kominfo.go.id/index.php/co
ntent/detail/3538/Pengguna+Intern
Alhada. "Studi Kasus Dampak Masuknya et+Didominasi+Penduduk+Perkota
Teknologi Modern Pada an/0/sorotan_media (accessed Juni
Masyarakat." http://alhada- 17, 2016).
fisip11.web.unair.ac.id/. November Kurniawan, Borni. Desa Mandiri, Desa
08, 2012. http://alhada- Membangun. Jakarta: Kementerian
fisip11.web.unair.ac.id/artikel_deta Desa, Pembangunan Daerah
il-64108-Esay- Tertinggal, dan Transmigrasi
Studi%20Kasus%20Dampak%20M Republik Indonesia, 2015.
asuknya%20Teknologi%20Modern Long, Norman. Sosiologi Pembangunan
%20Pada%20Masyarakat%20Desa. Pedesaan. Jakarta: PT. Melton
html (accessed Juni 18, 2016). Putra, 1987.
Appadurai, Arjun. "The Right To Mahardhani, Ardhana Januar. Strategi
Research." Globalisation, Societies Pembangunan Desa. Ponorogo:
and Education (The New School), UNMUH POnorogo Press, 2014.
2006: 167 - 177. Mareta, Anastasia. "Dampak Positif dan
Battersby, Paul, and Joseph M. Siracusa. Negatid Teknologi Komunikasi dan
Globalization and Human Security. Informasi." http://komunikasi.us.
United States of America: Royman Mei 12, 2014.
and Little Field Publisher, 2009. http://komunikasi.us/index.php/cou
desa, revolusi. http://revolusidesa.com/. rse/perkembangan-teknologi-
Agustus 8, 2014. komunikasi/1579-dampak-positif-

43
Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik Vol. 20 No.1, Juni 2016: 31-44

dan-negatif-perkembangan- Simarmata, Janner. Pengenalan Teknologi


teknologi-komunikasi-dan- Komputer dan Informasi.
informasi (accessed Juni 18, 2016). Yogyakarta: Andi Press, 2005.
Marius, Parlindungan, and Sapto. Profil Wahyono, Teguh. Sistem Informasi :
Pengguna Internet Indonesia 2014. Konsep Dasar, Analisis desain dan
Jakarta: Asosiasi Penyelenggara Implementasi. Yogyakarta: Graha
Jasa Internet Indonesia, 2015. Ilmu Press, 2004.
Mulyadi, Mohammad. Partisipasi Walkosz, Barbara J., Tessa Jolls, and Mary
Masyarakat dalam Membangun Ann Sund. "Global/Local: Media
Masyarakat Desa. Tangerang Literacy for the Global Village."
Selatan: Nadi Pustaka, 2009. International Media Literacy
Nasution, Robby Darwis. Research Forum. London: OfCom,
"MENEROPONG MASA DEPAN 2008. 1-24.
PENDIDIKAN DI INDONESIA Winarno, Budi. Globalisasi dan Krisis
(Penerapan Virtual Learning di Demokrasi. Jakarta: PT. Buku Kita,
Indonesia)." PROSIDING 2007.
SEMINAR NASIONAL Yusuf, Oik. "Internet Indonesia Jomplang,
PENDIDIKAN. Ponorogo: FKIP Palapa Ring yang Mangkrak 11
Universitas Muhammadiyah Tahun Dihidupkan."
Ponorogo, 2015. 489. http://tekno.kompas.com/. Maret
Pamungkas, Cahyo. "Global Village dan 18, 2016.
Globalisasi dalam Konteks ke- http://tekno.kompas.com/read/2016
Indonesiaan." Jurnal Global dan /03/18/20330017/Internet.Indonesia
Strategis, 2015: 245-261. .Jomplang.Palapa.Ring.yang.Mang
krak.11.Tahun.Dihidupkan
(accessed Juni 18, 2016).

44

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai