BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang diperoleh dari rumusan masalah tersebut adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari ketahanan pangan
2. Untuk mengetahui tujuan dari pembangunan ketahanan pangan
3. Untuk mengetahui strategi dalam upaya pembangunan ketahanan pangan
4. Untuk mengetahui sub sistem ketahanan pangan
5. Untuk mengetahui aspek-aspek yang berkaitan dengan permasalahan dan tantangan
yang dihadapi oleh pemerintah dalam mencapai ketahanan pangan
6. Untuk mengetahui program dalam upaya ketahanan pangan.
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat kita petik dari makalah ini adalah kita dapat mengetahui tentang
ketahanan pangan yang ada di Indonesia sehingga dengan adanya ketahanan pangan
ini, masyarakat dapat lebih memahami hal-hal apa yang perlu di perhatikan dalam
ketahanan pangan mereka.
BAB II
PEMBAHASAN
Ketahanan pangan diwujudkan oleh hasil kerja sistem ekonomi pangan yang terdiri dari
subsistem ketersediaan meliput produksi , pasca panen dan pengolahan, subsistem
distribusi dan subsistem konsumsi yang saling berinteraksi secara berkesinambungan.
Ketiga subsistem tersebut merupakan satu kesatuan yang didukung oleh adanya
berbagai input sumberdaya alam, kelembagaan, budaya, dan teknologi. Proses ini akan
hanya akan berjalan dengan efisien oleh adanya partisipasi masyarakat dan fasilitasi
pemerintah.
Partisipasi masyarakat ( petani, nelayan dll) dimulai dari proses produksi, pengolahan,
distribusi dan pemasaran serta jasa pelayanan di bidang pangan. Fasilitasi pemerintah
diimplementasikan dalam bentuk kebijakan ekonomi makro dan mikro di bidang
perdagangan, pelayanan dan pengaturan serta intervensi untuk mendorong terciptanya
kemandirian pangan. Output dari pengembangan kemandirian pangan adalah
terpenuhinya pangan, SDM berkualitas, ketahanan pangan, ketahanan ekonomi dan
ketahanan nasional.
2.5 Aspek-aspek tentang permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh pemerintah
dalam mencapai ketahanan pangan
a. Aspek Ketersediaan Pangan
Dalam aspek ketersediaan pangan, masalah pokok adalah semakin terbatas dan
menurunnya kapasitas produksi dan daya saing pangan nasional. Hal ini disebabkan
oleh faktor faktor teknis dan sosial - ekonomi;
1) Teknis
a) Berkurangnya areal lahan pertanian karena derasnya alih lahan pertanian ke non
pertanian seperti industri dan perumahan (laju 1%/tahun).
b) Produktifitas pertanian yang relatif rendah dan tidak meningkat.
c) Teknologi produksi yang belum efektif dan efisien.
d) Infrastruktur pertanian (irigasi) yang tidak bertambah selama krisis dan
kemampuannya semakin menurun.
e) Masih tingginya proporsi kehilangan hasil pada penanganan pasca panen (10-15%).
f) Kegagalan produksi karena faktor iklim seperti El-Nino yang berdampak pada musim
kering yang panjang di wilayah Indonesia dan banjir .
2) Sosial- ekonomi
a) Penyediaan sarana produksi yang belum sepenuhnya terjamin oleh pemerintah.
b) Sulitnya mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dalam produksi pangan karena
besarnya jumlah petani (21 juta rumah tangga petani) dengan lahan produksi yang
semakin sempit dan terfragmentasi (laju 0,5%/tahun).
c) Tidak adanya jaminan dan pengaturan harga produk pangan yang wajar dari
pemerintah kecuali beras.
d) Tata niaga produk pangan yang belum pro petani termasuk kebijakan tarif impor
yang melindungi kepentingan petani.
e) Terbatasnya devisa untuk impor pangan sebagai alternatif terakhir bagi penyediaan
pangan.
e. Aspek Manajemen
Keberhasilan pembangunan ketahanan dan kemandirian pangan dipengaruhi oleh
efektifitas penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen pembangunan yang meliputi
aspek perencanan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta koordinasi
berbagai kebijakan dan program. Masalah yang dihadapi dalam aspek manajemen
adalah:
1) Terbatasnya ketersediaan data yang akurat, konsisten , dipercaya dan mudah
diakses yang diperlukan untuk perencanaan pengembangan kemandirian dan
ketahanan pangan.
2) Belum adanya jaminan perlindungan bagi pelaku usaha dan konsumen kecil di
bidang pangan.
3) Lemahnya koordinasi dan masih adanya iklim egosentris dalam lingkup instansi dan
antar instansi, subsektor, sektor, lembaga pemerintah dan non pemerintah, pusat dan
daerah dan antar daerah.
6. Kebijakan Makro
Kebijakan dalam bidang pangan perlu ditelaah dan dikaji kembali khususnya yang
mendorong tercapainya ketahanan pangan dalam waktu 1-5 tahun. Beberapa hal yang
perlu dikaji seperti pajak produk pangan, retribusi, tarif bea masuk, iklim investasi, dan
penggunaan produksi dalam negeri serta kredit usaha.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Istilah ketahanan pangan dalam kebijaksanaan dunia, pertama kali digunakan pada
tahun 1971 oleh PBB, tetapi Inodonesia secara formal baru mengadopsi ketahanan
pangan dalam kebijakan dan program pada tahun 1992, yang kemudian definisi
ketahanan pangan pada undang-undang pangan no:7 ada pada tahun 1996.
Ketahanan pangan merupakan basis utama dalam mewujudkan ketahanan ekonomi,
ketahanan nasional yang berkelanjutan. Ketahanan pangan merupakan sinergi dan
interaksi utama dari subsistem ketersediaan, distribusi dan konsumsi, dimana dalam
mencapai ketahanan pangan dapat dilakukan alternatif pilihan apakah swasembada
atau kecukupan. Dalam pencapaian swasembada perlu difokuskan pada terwujudnya
ketahanan pangan
Dalam pengembangannya, teknologi pangan diharapkan mampu memfasilitasi program
pasca panen dan pengolahan hasil pertanian, serta dapat secara efektif mendukung
kebijakan strategi ketahanan pangan.
Mengacu pada permasalahan dan program pengolahan dan pemasaran hasil pertanian
serta kebijakan strategi ketahanan pangan (ketersediaan, distribusi dan konsumsi), dan
keberhasilan swasta (kasus Garudafood) dan daerah (kasus Pemerintah Daerah
Gorontalo) dalam pengembangan agribisnis jagung dapat dirumuskan kebijakan
strategis pengembangan teknologi pangan. Kebijakan strategis tersebut mencakup
aspek pengembangan kualifikasi teknologi; keterpaduan pengolahan dan pemasaran;
relevansi dan efektivitas teknologi; pemberian otonomi luas kepada daerah; pelibatan
swasta/pemilihan komoditas prospektif berbasis pemberdayaan/dan pengembangan
jaringan kerja secara luas; pengembangan program kemitraan berawal/berbasis
pemasaran; dan pengembangan program Primatani berbasis industri pengolahan.
3.2 Saran
Adapun saran yang bisa di berikan adalah sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan
masalah ketahanan pangan yang ada di Indonesia. Karena masih banyak masyarakat
yang belum memahami bagaimana cara atau strategi yang baik guna menjaga
ketahanan pangan mereka.
DAFTAR PUSTAKA