Anda di halaman 1dari 10

KLIPPING 2

TERMAL
HECHA FIONELLA AVINDRA – B 12200125

1. Termodinamika
Termodinamika adalah ilmu tentang energi, yang secara specific membahas tentang
hubungan antara energi panas dengan kerja. Energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat
dibangkitkan atau dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energi dari satu bentuk menjadi
bentuk lain tanpa ada pengurangan atau penambahan. Prinsip ini disebut sebagai prinsip
konservasi atau kekekalan energi.

a. Sistem Termodinamika
Suatu sistem termodinamika
adalah suatu massa atau daerah yang
dipilih, untuk dijadikan obyek analisis.
Daerah sekitar sistem tersebut
disebut sebagai lingkungan. Batas
antara sistem dengan lingkungannya
disebut batas sistem. Dalam
aplikasinya batas sistem nerupakan
bagian dari sistem maupun
lingkungannya, dan dapat tetap atau
dapat berubah posisi atau bergerak.
Dalam termodinamika ada dua jenis sistem, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka.
Dalam sistem tertutup massa dari sistem yang dianalisis tetap dan tidak ada massa keluar dari
sistem atau masuk kedalam sistem, tetapi volumenya bisa berubah. Yang dapat-keluar masuk
sistem tertutup adalah energi dalam bentuk panas atau kerja. Contoh sistem tertutup
adalah suatu balon udara yang dipanaskan, dimana massa udara didalam balon tetap, tetapi
volumenya berubah, dan energi panas masuk kedalam massa udara didalam balon.
Dalam sistem terbuka, energi dan massa dapat keluar sistem atau
masuk ke dalam sistem melewati batas sistem. Sebagian besar mesin-mesin konversi energi
adalah sistem terbuka. Sistem mesin motor bakar adalah ruang didalam silinder mesin,
dimana campuran bahan bahan bakar dan udara masuk kedalam silinder, dan gas buan keluar
sistem melalui knalpot. Turbin gas, turbin uap, pesawat jet dan lain-lain adalah merupakan
sistem termodinamika terbuka.
Suatu sistem dapat berada pada suatu kondisi
yang tidak berubah, apabila masing-masing jenis
properti sistem tersebut dapat diukur pada semua
bagiannya dan tidak berbeda nilainya. Kondisi
tersebut disebut sebagai keadaan (state) tertentu dari
sistem, dimana sistem mempunyai nilai properti yang
tetap. Apabila propertinya berubah,
maka keadaan sistem tersebut disebut mengalami
perubahan keadaan. Suatu sistem yang tidak mengalami perubahan keadaan disebut sistem
dalam keadaan seimbnag (equilibrium).
Perubahan sistem termodinamika dari keadaan seimbang satu menjadi keadaan seimbang lain
disebut proses, dan rangkaian keadaan diantara keadaan awal dan akhir disebut linasan proses
seperti terlihat pada gambar.
Tergantung dari jenis prosesnya, maka keadaan 2 dapat dicapai dari keadaan 1 melalui
berbagai lintasan yang berbeda. Proses termodinamika biasanya digambarkan dalam sistem
koordinat 2 properti, yaitu P-V diagram, P-v diagram, atau T-S diagram. Proses yang berjalan
pada satu jenis properti tetap, disebut proses iso- diikuti nama properti nya,
misalnya proses isobaris (tekanan konstan), proses isochoris (volume konstan), proses
isothermis (temperatur konstan) dan lain-lain.
- Isobarik (tekanan konstan)
Isobarik adalah proses termodinamika yang tidak mengubah nilai tekanan sistem
( ). Nilai usaha dapat dihitung dengan persamaan berikut.

Dari rumus tersebut, diketahui juga bahwa apabila volume membesar (terjadi pemuaian)
maka usaha bernilai positif, dan bila volume mengecil (terjadi penyusutan) maka usaha
bernilai negatif.

- Isokhorik (volume konstan)


Isokhorik adalah proses termodinamika yang tidak mengubah nilai volume sistem
( ). Pada proses ini, nilai usaha adalah 0 karena tidak terdapat suatu luasan
bangun yang terdapat pada gambar P-V.
- Isotermis (temperatur konstan)
Isotermik adalah proses termodinamika yang tidak mengubah nilai suhu sistem
( ).

Nilai usaha pada proses isotermik dinyatakan dengan persamaan berikut:

Dimana n adalah jumlah zat yang dinyatakan dengan satuan mol, R adalah konstanta gas,
dan T adalah suhu. Rumus ini didapatkan dengan menggabungkan persamaan usaha di
diagram P-V dengan persamaan gas ideal.
-Adibatik
Adiabatik adalah proses termodinamika yang tidak mengubah nilai kalor sistem
( ).

Pada gas monoatomic, usaha yang dilakukan pada proses adiabatik dapat dinyatakan
dengan persamaan:

Jika diperhatikan dengan sekilas, proses adiabatik dan isotermik memiliki diagram P-V
yang serupa. Secara detil, dapat dilihat bahwa proses adiabatik memiliki kemiringan yang
lebih curam dibandingkan proses isotermik seperti contoh grafik berikut.
Jika semua proses tersebut digambarkan menjadi suatu diagram P-V, dapat didapatkan
grafik berikut. Patut diingat bahwa satuan-satuan yang digunakan dalam perhitungan adalah
Satuan Internasional. Sebagai contoh, satuan untuk suhu yang digunakan adalah Kelvin,
satuan untuk volume adalah m3, dan satuan untuk jumlah zat adalah mol.

Suatu sistem disebut menjalani suatu siklus, apabila sistem tersebut menjalanirangkaian

beberapa proses, dengan keadaan akhir sistem kembali ke keadaan awalnya.

2. Hukum I Termodinamika
a. Perpindahan energi sistem
Hukum termodinamika pertama menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan
dimusnahkan tetapi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Prinsip tersebut
juga dikenal dengan istilah konservasi energi Hukum pertama dapat dinyatakan secara
sederhana; selama interaksi antara sistem dan lingkungan, jumlah energi yang
diperoleh sistem harus sama dengan energi yang dilepaskan oleh lingkungan.
Energi dapat melintasi batas dari suatu sistem dalam 3 bentuk yang
berbeda: panas (heat), kerja (work) dan Aliran massa (mass flow).
- Panas
Panas (heat) didefinisikan sebagai bentuk energi yang dapat berpindah antara dua
sistem (atau dari sistem ke lingkungan) dengan sifat perbedaan temperatur. Panas adalah
sebuah energi dalam keadaan transisi, dia dikenali jika hanya melewati batas sistem
sehingga dalam termodinamika panas (heat) sering diistilahkan dengan tranfer panas
(heat transfer).
Suatu proses jika tidak terjadi perpindahan panas disebut dengan proses
adiabatis. Ada dua cara suatu proses dapat dikatakan adiabatis. Pertama, sistem diisolasi
sempurna sehingga tidak ada energi panas yang keluar. Kedua, antara sistem dan
lingkungan berada pada temperatur yang sama sehingga tidak terjadi aliran panas karna
perbedaan temperatur. Dari pengertian diatas, tidak harus disamakan pengertian proses
adiabatis dengan proses isotermal.
- Kerja
Kerja (work) seperti halnya panas adalah suatu bentuk interaksi antara sistem dan
lingkungan. Seperti pada penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa jika suatu
energi dapat melintasi batas sistem adalah bukan panas dapat dipastikan bahwa bentuk
energi tersebut adalah kerja. Lebih spesifik kerja dapat diartikan sebagai transfer energi.
Heat transfer dan kerja adalah interaksi antara sistem dengan
lingkungan dan terdapat beberapa kesamaan antara keduanya:
1. Keduanya merupakan fenomena batas sistem; hanya dikenali ketika melintasi batas
sistem.
2. Keduanya merupakan fenomena transient artinya sebuah sistem tidak bisa memiliki
panas atau kalor.
3. Keduanya selalu terkait dengan proses, bukan state.
4. Keduanya merupakan “path function” berhubungan dengan gaya yang menempuh
sebuah jarak.

3. Hukum II Termodinamika
Hukum 2 termodinamika menunjukkan kondisi alami dari alur kalor suatu objek dengan sistem.

“Kalor mengalir secara alami dari benda yang panas ke benda yang dingin; kalor tidak akan
mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas tanpa dilakukan usaha”

4. Hukum III Termodinamika


“Entropi dari suatu kristal sempurna pada absolut nol adalah sama dengan nol,”

5. Kalor
Kalor adalah salah satu bentuk energi. Jika suatu zat menerima atau melepaskan kalor, maka ada
dua kemungkinan yang akan terjadi. Yang pertama adalah terjadinya perubahan temperatur dari
zat tersebut, kalor yang seperti ini disebut dengan kalor sensibel (sensible heat). Dan yang kedua
adalah terjadi perubahan fase zat, kalor jenis ini disebut dengan kalor laten (latent heat).
a. Kalor sensible (sensible heat)
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, apabila suatu zat menerima kalor sensibel maka
akan mengalami peningkatan temperatur, namun jika zat tersebut melepaskan kalor sensibel
maka akan mengalami penurunan temperatur. Persamaan kalor sensibel adalah sebagai
berikut:
Q = m ∙ Cp ∙ ∆T

Dimana:
Q = Energi kalor yang dilepas atau diterima suatu zat [J]
m = massa zat yang mengalami perubahan temperatur [kg]
Cp = Kalor jenis zat [J/kg.K]
∆T = Perubahan temperatur yang terjadi [K]

b. Kalor laten (latent heat)


Jika suatu zat menerima atau melepaskan kalor, pada awalnya akan terjadi perubahan
temperatur, namun demikian hal tersebut suatu saat akan mencapai keadaan jenuhnya dan
menyebabkan perubahan fase. Kalor yang demikian itu disebut sebagai kalor laten. Pada
suatu zat terdapat dua macam kalor laten, yaitu kalor laten peleburan atau pembekuan dan
kalor laten penguapan atau pengembunan. Kalor laten suatu zat biasanya lebih besar dari
kalor sensibelnya, hal ini karena diperlukan energi yang besar untuk merubah fase suatu zat.

Energi yang dibutuhkan untuk merubah temperatur dan fase air.

Secara kalor laten yang digunakan untuk merubah fase suatu zat umum dirumuskan dengan:

Q = m∙h1

Dimana:
Q = Energi kalor yang dilepas atau diterima suatu zat [J]
h1 = Kalor laten [kJ/kg]

Hubungan antara energi kalor dengan laju perpindahan kalor yang terjadi adalah sebagai
berikut:

Q = q∙∆T

Dimana:
Q = Energi kalor yang dilepas atau diterima suatu zat [J]
q = Laju perpindahan kalor [Watt]
∆t = Waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan energi kalor [s]
6. Perpindahan Kalor
Secara natural perpindahan kalor terjadi akibat perbedaan temperatur, dimana kalor
bergerak dari suatu zat dengan temperatur tinggi ke suatu zat dengan temperatur yang lebih
rendah. Perpindahan energi kalor ini akan terus berlangsung hinga kedua zat tersebut mencapat
kesetimbangan temperatur. Perpindahan kalor dapat terjadi dalam tiga cara yaitu: konduksi,
konveksi dan radiasi.
a. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan kalor yang terjadi melalui perogolakan molekular suatu
material tanpa diikuti perpindahan material secara menyeluruh. Contoh dari konduksi adalah
ketika suatu batang logam yang dipanaskan pada salah satu ujungnya, maka panas tersebut
lama kelamaan akan dapat dirasakan diujung yang lain.
b. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan kalor melalui gerakan massa dari fluida seperti air atau
udara, ketika fluida yang dipanaskan bergerak menjauhi sumber panas dan menuju daerah
dengan temperatur lebih rendah dengan membawa energi. Contoh dari peristiwa konvesi
adalah ketika proses memasak air, dimana air yang berada pada bagian bawah wadah akan
bergerak menjauhi sumber panasnya.
Perpindahan kalor dengan cara konveksi ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
konveksi bebas (free convection), dimana aliran terjadi akibat dari gaya apung yang timbul
dari perbedaan densitas fluida karena variasi temperatur dalam fluida. Yang selanjutnya
adalah konveksi paksa (forced convection), dimana aliran yang terjadi akibat adanya kerja
dari luar seperti kipas, pompa ataupun pergerakan angin.
c. Radiasi
Proses perpindahan kalor tanpa zat perantara disebut radiasi atau pancaran. Kalor
diradiasikan dalam bentuk gelombang elektromagnetik, gelombang radio, atau gelombang
cahaya. Misalnya, radiasi panas dari api Apabila kita berdiam di dekat api unggun, kita
merasa hangat. Kemudian, jika kita memasang selembar tirai di antara api dan kita, radiasi
kalor akan lerhalang oleh tirai itu. Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa:
Kalor dari api unggun atau matahari dapat dihalangi oleh tabir sehingga kalor tidak dapat
merambat. Ada beberapa benda yang dapat menyerap radiasi kalor atau menghalanginya.
Alat yang digunakan untuk mengetahui atau menyelidiki adanya radiasi disebut termoskop.

7. Kenyamanan Termal
Pada awalnya, usaha penemuan kenyamanan termal dilakukan bersamaan dengan
dikembangkannya ilmu obat-obatan ada abad 18 dan 19.
a. Paradigma studi kenyamanan termal
Berdasarkan peta taksonomi studi kenyamanan termal Sugini (2002) dan Hoppe (2002), maka
Sugini Menyusun tiga paradigma tentang apa dan mengapa kenyamanan termal itu.
-Termofisiologis
Kenyamanan termal sebagai proses thermophisiological menganggap bahwa nyaman dan
tidaknya lingkungan termal akan tergantung pada menyala dan matinya sinyal nyeri dari
syarat reseptor termal yang terdapat di kulit dan otak.
Tingkatan suhu dibedakan oleh organ sensoris reseptor dingin, reseptor hangat, dan
reseptor nyeri. Berikut ini merupakan karakter pengaruh stimulus suhu terhadap reseptor suhu
sensasi dingin, sejuk, hangat, dan panas.

Namun selanjutnya diketahui bahwa reseptor suhu dapat beradaptasi terhadap stimulus suhu.

- Termo-Adaptif-Fisiologis
Pendekatan adaptasi fisiologis dalam hal ini adalah pendekatan heat balance
(keseimbangan panas) yang dalam hal ini nyaman termal dicapai bila aliran panas ke dan
dari badan manusia seimbang dan temperature kulit serta tingkat berkeringan badan ada
dalam rentang nyaman. Di dalam proses tersebut akan terjadi adaptasi fisiologis dengan
mengandalkan kerja termoregulator fisiologis.
Pencapaian keseimbangan panas akan menyebabkan kondisi seimbang
(homeostatis). Apabila tidak seimbang, maka hypothalamus akan memerintah sistem
termoregulator badan unruk melakukan aktivitas internal yang mengembalikan
kesetimbangan berupa mekanisme berkeringan, sistem isolator tubuh, perubahan aliran
darah, dsb.
Adaptasi fisiologis berlangsung lama karena terbentuk oleh kondisi iklim
membentuk suatu komposisi keseimbangan baru yang khas disebut proses aklimatisasi.
Mallick(1996) mendapatkan bahwa kecendurungan orang pada berbagai lokasi yang
berbeda akan mengalami aklimatisasi yang berbeda. Orang yang tinggal lama di daerah
yang panas cenderung akan toleran terhadap suhu yang panas begitu pula sebaliknya.

- Termo-Adaptif-Psikologis
Pendekatan termo-adaptif-psikologis kenyamanan termal adalah kondisi pikiran
yang mengekspresikan kepuasan dengan lingkungan termalnya. Pencapaian kondisi
nyaman termal akan berkaitan dengan thermal neutrality. Thermal neutrality adalah suatu
kondisi yang menyebabkan seseorang lebih suka pada keadaan yang tidak lebih hangat
atau tidak lebih dingin dari kondisi itu. Di dalam proses tersebut akan terjadi proses
adaptasi fisiologis, psikologis dengan mengandalkan kerja termoregulator.
Dalam mencapai kesetimbangan panas badan, sistem termoregulator badan akan
menerima tekanan terus menerus. Cara persepsi fikir orang dalam merespon tekanan pada
termoregulator badannya akan tercerminkan dalam tingkat kepuasan berupa kenyamanan
termal, seperti pada skema di bawah ini.

8. Variabel yang Berkaitan dengan Kenyamanan Termal


Sensasi kenyamanan termal tidak langsung ditentukan oleh stress, fisik, dan lingkungan termal.
Ada proses psikologi yang menjembatani antara stress, fisik, dan lingkungan termal ke sensasi
kenyamanan termal. Dalam proses psikologis tersebut terlibat faktor-faktor psikologis dan faktor-
faktor sosial budaya.
a. Variabel-variabel fisik fisiologis
- Produksi panas internal yang ditentukan oleh tingkat metabolism dalam badan dan
tingkat aktivitas
- Kehilangan panas karena respirasi melalui paru-paru
- Kehilangan panas melalui penguapan kulit
- Kehilangan panas melalui radiasi dan konveksi dari permukaan luar badan ke bagian
tubuh yang tertutup pakaian
Hal-hal tersebut akan berkaitan dengan enam faktor sebagai berikut:
- Tingkat aktivitas
- Termal resistance dari pakaian
- Temperatur udara
- Temperatur radian rata-rata
- Kecepatan udara relative
- Kelembaban udara relative
Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi 2:
1. Faktor-faktor klimatis ruang
a. Temperatur udara
Temperatur udara adalah temperature hasil pengukuran bola kering (DBT). Secara
umum kondisi yang nyaman akan terjadi pada rentang 16 derajat celcius sampai
dengan 28 derajat celcius.
b. Temperatur radiasi
Temperatur yang disebabkan karena panas yang ditimbulkan oleh radiasi yang diukur
menggunakan solarimeter dengan satuan watt per luasan area.
c. Kelembaban relative
Jumlah uap air di udara yang diekspresikan dengan prosentasi. Pada umumnya
kelembaban relative akan memberikan kondisi nyaman pada 20% sampai dengan
90%
d. Kecepatan udara

2. Faktor-faktor personal
a. Aktivitas
Kenyamanan termal dilandasi oleh tercapainya keseimbangan panas badan. Dengan
demikian produksi panas badan dan pelepasan panas badan harus seimbang. Semakin
besar dan cepat metabolisme manusia maka semakin besar pula produksi panas badan
internal (Moore,1993). Besar dan cepatnya metabolisme dilihat dari aktivitasnya.
b. Pakaian
Pelepasan panas terjadi melalui konveksi, radiasi, dan konduksi. Yang menentukan
konceksi, radiasi, dan konduksi adalah resistensi pakaian. Faktor pakaian diukur
dnegan level of clothing atau clo. Skala dimulai dengan 0 sampai yang tertinggi
menunjukkan tingkat ketertutupan dan jumlah dan bahan pakaian. Berikut ini adalah
contoh penjumlahan insulasi pakaian yang dikenakan.

c. Usia, jenis kelamin, postur badan, siklus menstruasi, dan makanan

Anda mungkin juga menyukai