SKRIPSI
UIN SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
YULIA NURBAITI RAIHANA
1111102000023
1
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ABSTRAK
NIM : 1111102000023
Judul Skripsi : “Uji Stabilitas Fisik dan Komponen Kimia Emulsi Minyak
Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) Tipe Minyak dalam
Air dengan Penambahan Antioksidan α-Tocopherol
Menggunakan GCMS”
Minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L.) memiliki potensi aktivitas
farmakologis yang baik. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membuat dan mengevaluasi stabilitas fisik dan kimia dari emulsi minyak biji
jinten hitam. Emulsi sampel (dengan penambahan α-tocopherol) dan emulsi
kontrol (tanpa α-tocopherol) dibuat untuk perbandingan. Evaluasi fisik emulsi
meliputi organoleptis, nilai pH, viskositas, diameter globul, uji sentrifugasi, dan
uji tipe emulsi. Evaluasi kimia dilakukan menggunakan GCMS. Uji stabilitas
dilakukan selama 21 hari. Hasil evaluasi fisik dan kimia menunjukkan bahwa
emulsi sampel (dengan penambahan α-tocopherol) memiliki stabilitas yang lebih
baik daripada emulsi kontrol (tanpa α-tocopherol). Hal ini menunjukkan bahwa
antioksidan α-tocopherol memiliki pengaruh untuk menjaga stabilitas emulsi lebih
baik daripada tanpa menggunakan antioksidan.
Kata kunci: Stabilitas, minyak biji jinten hitam, emulsi, α-tocopherol dan
thymoquinone
v
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ABSTRACT
Black cumin seed oil (Nigella sativa L.) have a great potential pharmacological
activity. Hence, the objective of this study is to prepare and evaluate the physical
ang chemical stability of black cumin seed oil emulsion. Sample emulsion (with
α-tocopherol addition) and control emulsion (without α-tocopherol) were
produced for comparison purposes. Emulsions were characterized physically by
organoleptic, pH value, viscosity, diameter of globules, centrifugation test, and
emulsion type test. Chemical compound was analyzed using GCMS. Stability
studies were performed for 21 days. Physical and chemical characteristics showed
that sample emulsion (with α-tocopherol addition) had better stability than control
emulsion (without α-tocopherol). It indicated that antioxidant α-tocopherol had an
influence to keep the emulsion stability better than without any antioxidant.
vi
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi yang berjudul “Uji Stabilitas Fisik dan Komponen Kimia Emulsi
Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) Tipe Miyak dalam Air dengan
Penambahan Antioksidan α-Tocopherol Menggunakan GCMS”. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan
tingkat Strata 1 (S1) pada Program Studi Farmasi. Penulis menyadari bahwa
dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud dan berjalan
jalan lancar tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
vii
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
7. Tim penelitian Wafa dan Nicky Annisiana Fortunita yang telah memberikan
semangat, bantuan, serta kebersamaan selama penelitian.
8. Drs. H. Sugiarto, M.Pd. (alm.) dan Ibu Hj. Nadjuwati selaku orang tua dan
Nur Dian Fitriana, S.E dan Muhammad Rijalul Haq, S.T sebagai kakak yang
selalu memberikan do’a dan dukungan kepada penulis.
9. Sahabat-sahabat tersayang, Crystal Beckx, Nesya Febi R, Cynthia Damayanti,
Intan Alinnindya, Ratih Wijayanti, Annisa Yeskasafitri, Fakhrizal Farhan,
Muhammad Jayus Abror, Senny Aprian, Vanya Febiwindyah, Vania Thufaila,
dan Rania Tirzi yang telah memberikan do’a, semangat dan motivasi kepada
penulis.
10. Sahabat-sahabat Farmasi UIN, Dana Yusshiammanti, Novila Tari, Wafa,
Rika Chaerunisa, Nurul Hikmah Tanjung, Firda Khanifah, Khabbatun
Ni’mah, Resky Yuliandari, Fathiyah, Qurry Mawaddana yang selalu
memberikan semangat dan juga memberikan bantuan ilmu kepada penulis.
11. Adik-adik tersayang, Nita Fitriani, Annesha Shavira, Pramiswari Kenratri,
Fathan, yang telah memberikan do’a serta dukungan kepada penulis.
12. Teman-teman Treaccel, Smoockler, dan Farmasi 2011 atas persaudaraan dan
kebersamaan yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis.
13. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian
skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.
Penulis
viii
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR ISI
x
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
3.3 Prosedur Penelitian .............................................................................. 25
3.3.1 Penyiapan Sampel Minyak Biji Jinten Hitam ........................... 25
3.3.2 Pembuatan Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam ........................... 25
3.3.3 Evaluasi Fisik Emulsi MBJH Sebelum dan Setelah
Penyimpanan ............................................................................. 27
3.3.4 Analisis Komponen Kimia Minyak Emulsi Minyak Biji
Jinten Hitam Sebelum dan Setelah Penyimpanan ..................... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 30
4.1 Pembuatan Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam ..................................... 30
4.2 Evaluasi Fisik Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam Sebelum dan
Setelah Penyimpanan .......................................................................... 30
4.2.1 Pengamatan Organoleptis Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam
Sebelum dan Setelah Penyimpanan .......................................... 30
4.2.2 Pengujian Tipe Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam Sebelum
dan Setelah Penyimpanan ......................................................... 34
4.2.3 Pengukuran Nilai Rata-rata pH Emulsi Minyak Biji Jinten
Hitam Sebelum dan Setelah Penyimpanan ............................... 35
4.2.4 Pengukuran Nilai Rata-rata Viskositas Emulsi Minyak Biji
Jinten HitamSebelum dan Setelah Penyimpanan ..................... 36
4.2.5 Pengukuran Nilai Rata-rata Diameter Globul Emulsi Minyak
Biji Jinten Hitam Sebelum dan Setelah Penyimpanan ............. 38
4.2.6 Uji Sentrifugasi Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam ................... 39
4.3 Evaluasi Komponen Kimia Minyak Emulsi Minyak Biji Jinten
Hitam Sebelum dan Setelah Penyimpanan .......................................... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 45
LAMPIRAN ....................................................................................................... 49
xi
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tanaman dan Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ........................ 20
Gambar 4.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Kontrol 1
(Tanpa α-tocopherol) ...................................................................... 31
Gambar 4.2 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Kontrol 2
(Tanpa α-tocopherol) ...................................................................... 31
Gambar 4.3 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Sampel 1
(Dengan Penambahan α-tocopherol) .............................................. 32
Gambar 4.4 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Sampel 2
(Dengan Penambahan α-tocopherol) .............................................. 33
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata pH Emulsi Kontrol dan
Emulsi Sampel Minyak Biji Jinten Hitam Sebelum dan Setelah
Penyimpanan ................................................................................... 35
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Viskositas Emulsi Kontrol
dan Emulsi Sampel Minyak Biji Jinten Hitam Sebelum dan
Setelah Penyimpanan ...................................................................... 37
Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Diameter Globul Emulsi
Kontrol dan Emulsi Sampel Minyak Biji Jinten Hitam Sebelum
dan Setelah Penyimpanan ............................................................... 38
Gambar 4.8 Hasil Uji Sentrifugasi Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam ............... 40
Gambar 4.9 Perbandingan Kandungan Senyawa Thymoquinone Emulsi
Minyak Biji Jinten Hitam Sebelum dan Setelah
Penyimpanan ................................................................................... 42
xii
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi Senyawa Kimia Minyak Atsiri Biji Jinten Hitam
(Nigella sativa L.) ............................................................................. 21
Tabel 2.2 Komposisi Senyawa Asam Lemak Minyak Statis Biji Jinten Hitam
(Nigella sativa L.) ............................................................................ 21
Tabel 3.1 Formula Emulsi Kontrol Minyak Biji Jinten Hitam
(Tanpa α-tocopherol) ........................................................................ 25
Tabel 3.2 Formula Emulsi Sampel Minyak Biji Jinten Hitam
(Dengan Penambahan α-tocopherol)................................................. 26
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Kontrol Minyak Biji
Jinten Hitam (Tanpa α-tocopherol) ................................................... 30
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Sampel Minyak Biji
Jinten Hitam (Dengan Penambahan α-tocopherol) ........................... 32
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Tipe Emulsi Kontrol (Tanpa α-tocopherol) ............ 34
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Tipe Emulsi Sampel (Dengan penambahan
α-tocopherol) ..................................................................................... 34
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata pH Emulsi Kontrol Minyak Biji
Jinten Hitam (Tanpa α-tocopherol) ................................................... 35
Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata pH Emulsi Sampel Minyak Biji
Jinten Hitam (Dengan Penambahan α-tocopherol) ........................... 35
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata Viskositas Emulsi Kontrol
Minyak Biji Jinten Hitam (Tanpa α-tocopherol) .............................. 36
Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata Viskositas Emulsi Sampel
Minyak Biji Jinten Hitam (Dengan Penambahan α-tocopherol)....... 36
Tabel 4.9 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata Diameter Globul Emulsi
Kontrol Minyak Biji Jinten Hitam (Tanpa α-tocopherol) ................. 38
Tabel 4.10 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata Diameter Globul Emulsi
Sampel Minyak Biji Jinten Hitam (Dengan Penambahan
α-tocopherol) ..................................................................................... 38
Tabel 4.11 Hasil Uji Sentrifugasi Emulsi Kontrol Minyak Biji Jinten
Hitam (Tanpa α-tocopherol) ............................................................. 39
Tabel 4.12 Hasil Uji Sentrifugasi Emulsi Sampel Minyak Biji Jinten
Hitam (Dengan Penambahan α-tocopherol)...................................... 39
Tabel 4.13 Kandungan Senyawa Antioksidan Emulsi Kontrol
(Tanpa α-tocopherol) Sebelum dan Setelah Penyimpanan ............... 41
Tabel 4.14 Kandungan Senyawa Antioksidan Emulsi Sampel (Dengan
Penambahan α-tocopherol) Sebelum dan Setelah
Penyimpanan ..................................................................................... 41
Tabel 4.15 Perubahan Persen (%) Area Kandungan Senyawa Kimia
Antioksidan Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam ................................. 42
xiii
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jinten hitam (Nigella sativa L.) merupakan tanaman herbal
berbunga tahunan yang banyak ditanam di negara Mediterania, Timur
Tengah, Eropa Timur, dan Asia Barat. Di Timur Tengah, Afrika Utara,
dan India biji jinten hitam telah lama digunakan secara tradisional selama
berabad-abad untuk pengobatan asma, batuk, bronkitis, sakit kepala,
rematik, demam, influenza dan eksim serta sebagai antihistamin,
antidiabetes, antiinflamasi, antioksidan, dan meningkatkan sistem imun
(Burits and Bucar, 2000; Paarakh, 2010).
Minyak biji jinten hitam yang berada di pasaran umumnya berupa
sediaan minyak yang dikemas dalam botol, dalam bentuk soft kapsul, dan
dalam bentuk serbuk yang dicampur dengan minyak zaitun, sari kurma,
serta madu. Selain itu pada penelitian sebelumnya telah dilakukan
formulasi minyak biji jinten hitam yang dikombinasi dengan olive oil
dalam bentuk sediaan mukoadhesif untuk pengobatan infeksi pada vagina.
(Sangi, et al., 2011).
Senyawa marker aktif dalam minyak atsiri jinten hitam adalah
thymoquinone yang merupakan senyawa yang bertanggung jawab terhadap
aktivitasnya (El-Tahir, et al., 1993). Thymoquinone merupakan senyawa
fitokimia berbasis benzoquinone yang larut minyak yang menunjukkan
aktivitas antioksidan dan antikanker yang luar biasa, tetapi thymoquinone
memiliki kelarutan yang buruk dalam air (Tubesha, et al., 2013).
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indayanti,
2014, telah dibuat emulsi minyak biji jinten hitam tetapi emulsi tersebut
tidak stabil secara kimia. Sediaan yang mengandung minyak rentan
terhadap oksidasi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dibuat emulsi
minyak biji jinten hitam yang dimodifikasi dengan ditambahkan
antioksidan luar untuk menggantikan antioksidan alami yang hilang akibat
proses tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Emulsi
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak
yang merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa,
sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika air atau
larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti
minyak merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam
minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi
yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan
besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Bahan
pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar-
permukaan antara tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas
fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga
mengurangi tegangan antar permukaan antara fase, sehingga meningkatkan
proses emulsifikasi selama pencampuran (FI IV).
Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air
mempermudah pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawet sangat
penting dalam emulsi minyak dalam air karena kontaminasi fase eksternal
mudah terjadi. Karena jamur dan ragi lebih sering ditemukan daripada
bakteri, lebih diperlukan yang bersifat fungistatik dan bakteriostatik.
Bakteri ternyata dapat menguraikan bahan pengemulsi non ionik dan
anionik, gliserin, dan sejumlah bahan penstabil alam seperti tragakan dan
gom guar (FI IV).
Untuk emulsi yang diberikan secara oral, tipe emulsi minyak dalam
air memungkinkan pemberian obat yang harus dimakan tersebut
mempunyai rasa yang lebih enak walaupun yang diberikan sebenarnya
minyak yang tidak enak rasanya, dengan menambahkan pemanis dan
pemberi rasa pada pembawa airnya, sehingga mudah dimakan dan ditelan
sampai ke lambung. Ukuran partikel yang diperkecil dari bola-bola minyak
d. Pengawet
Pengawet yang digunakan pada penelitian ini adalah
natrium benzoat dengan konsentrasi 0,1%. Natrium benzoat dipilih
sebagai pengawet karena kompatibel dengan tragakan. Natrium
benzoat larut dalam etanol 95% (1:75), etanol 90% (1:50), dan air
(pada suhu 20oC 1:1,8 dan pada suhu 100oC 1:1,4). Natrium
benzoat memiliki aktivitas sebagai bakteriostatik dan anti jamur
yang optimal pada pH 2-5 serta pada kondisi basa hampir tidak
memiliki efek (Rowey, Sheskey and Owen, 2009).
Fungsi : antioksidan
Selain uji stabilitas fisik, uji stabilitas kimia pada emulsi juga
dilakukan. Uji stabilitas kimia pada emulsi salah satunya adalah dengan
cara menganalisis perolehan kembali zat aktif yang terkandung dalam
emulsi. Stabilitas kimia dari molekul sediaan merupakan hal yang sangat
penting karena berhubungan dengan efek dan keamanan dari suatu produk
obat.
2.3 Demulsifikasi
Demulsifikasi adalah pemecahan emulsi sehingga sediaan terpisah
menjadi 2 fase yaitu minyak dan air dengan menurunkan stabilitas seperti
menghancurkan film interface dengan cara menaikkan suhu, pengadukan,
atau menggunakan zat lain yang dapat mengganggu kestabilan (Wasirnuri,
2008).
Menurut Pabby, et al., 2008, metode demulsifikasi dibagi menjadi
dua, yaitu metode fisika dan metode kimia dimana metode fisika dapat
dilakukan melalui beberapa cara yaitu melalui pemanasan, mekanik, dan
elektrik.
a. Metode Kimia
Pada metode ini dilakukan penambahan demulsifier pada
emulsi. Misalnya aseton, n-butanol, dan 2-propanol yang telah
terbukti berfungsi sebagai demulsifier yang efektif pada aplikasi
tertentu (Pabby, et al., 2008), juga HCl pekat untuk memecah krim
kosmetik (Rohman and Che man, 2011).
b. Metode Fisika
Beberapa metode fisika untuk demulsifikasi yaitu dengan
pemanasan, sentrifugasi, high shear, ultrasonik, disolusi pelarut,
dan medan elektrostatik bertegangan tinggi. Metode non
konvensional lainnya yang telah banyak diteliti yaitu dengan
menggunakan microwave dan membran kaca berpori (Pabby, et al.,
2008).
1. Pemanasan
Prinsip dari metode pemanasan ini adalah terjadi
penurunan viskositas serta peningkatan kelarutan dari
surfaktan. Hal ini akan mengakibatkan melemahkan lapisan
film pada sediaan (Pabby, et al., 2008). Pada jurnal Nour, et
al., 2009 yang membandingkan antara metode pemanasan
untuk demulsifikasi antara modern yang menggunakan
microwave dengan konvensional dan didapatkan hasil
panjang 3 mm, berkelenjar, dan berwarna hitam (Materia Medika Jilid III,
1979).
Gambar 2.1 Tanaman dan Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)
Kingdom : Plantae
Sub Kindom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatopita
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Ranunculales
Family : Ranunculaceae
Genus : Nigella L
Spesies : Nigella sativa L
Tabel 2.2 Komposisi Senyawa Kimia Minyak Statis Biji Jinten Hitam
(Nigella sativa L.)
b. Antioksidan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Muhamma Raza, et
al., 2006 senyawa thymoquinone yang terdapat dalam minyak atsiri
biji jinten hitam dalam bentuk minuman untuk pencegahan yang
diberikan selama 5 hari (8 mg/kg/hari p.o.) terbukti dapat
melindungi mencit dari hepatotoksisitas yang diinduksi oleh CCl4.
Efek hepatoprotektif dari thymoquinone terhadap hepatotoksisitas
yang diinduksi oleh CCl4 ditunjukkan oleh pencegahan yang
signifikan untuk peningkatan serum ALT, AST dan LDH yang
terkait dengan penghambatan yang signifikan dalam produksi
peroksida oleh lipid di hati.
c. Antimikroba
Aktivitas antimikroba telah dievaluasi menggunakan
metode disc diffusion. Minyak atsiri dengan konsentrasi 20 μg
untuk test diaplikasikan ke disc. Hasil aktivitas antimikroba dari
minyak atsiri Nigella sativa dibandingkan berdasarkan dengan
standard, efikasi minyak atsiri jauh lebih baik daripada standard.
(Rajsekhar, et al., 2011).
d. Antidiabetes
Dalam studi yang dilakukan oleh Rajsekhar, et al., 2011
melakukan penelitian tentang aktivitas antidiabetes yang dievaluasi
pada sukarelawan manusia. Biji Nigella sativa digunakan sebagai
terapi adjuvant untuk pengobatan. Sejumlah 94 pasien direkrut dan
dibagi secara acak dalam 3 grup dosis. Kapsul berisi Nigella sativa
diberikan secara oral dalam dosis 1, 2, dan 3 mg/hari selama 3
bulan. Nigella sativa pada dosis 2 mg/hari menyebabkan
penurunan yang signifikan terhadap FBG, 2hPG, dan HbA tanpa
mempengaruhi berat badan secara signifikan. Gula darah puasa
menurun, dan fungsi sel β meningkat pada 12 minggu pengobatan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan Konsentrasi
Minyak Biji Jinten Hitam 10%
Tragakan 1,5%
Natrium Benzoat 0,1%
Sukrosa 25%
Aquades Ad 100%
[sumber: Indayanti, 2014, dengan pengolahan kembali]
Tabel 3.2 Formula Emulsi Sampel Minyak Biji Jinten Hitam (dengan
Penambahan α-tocopherol)
Bahan Konsentrasi
Minyak Biji Jinten Hitam 10%
Tragakan 1,5%
Natrium Benzoat 0,1%
Sukrosa 25%
α-tocopherol 0,02%
Aquades Ad 100%
[sumber: Indayanti, 2014, dengan pengolahan kembali]
3.3.3 Evaluasi Fisik Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam Sebelum dan Setelah
Penyimpanan
3.3.4 Analisis Komponen Kimia Minyak Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam
Sebelum dan Setelah Penyimpanan
1. Preparasi Sampel
a. Demulsifikasi Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam
Untuk memecah emulsi sehingga fase minyak dan
fase airnya terpisah dilakukan dengan cara menimbang
sampel sebanyak 20 g lalu ditempatkan di erlenmeyer dan
ditambahkan 5 ml HCl pekat dan 9 ml aquades kemudian
dikocok (Indayanti, 2014).
b. Ekstraksi Cair-cair Minyak Emulsi Minyak Biji Jinten
Hitam
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Sampel Minyak Biji Jinten
Hitam
Hari Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Sampel 1
ke- Warna Bau Pemisahan
0 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen
2 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen
7 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen
14 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen
21 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen
Hari Hasil Pengamatan Organoleptis Emulsi Sampel 2
ke- Warna Bau Pemisahan
0 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen
2 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen
7 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen
14 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen
21 Kuning kecoklatan Khas minyak jinten hitam Homogen
4.2.2 Pengujian Tipe Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam Sebelum dan
Setelah Penyimpanan
Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata pH Emulsi Sampel Minyak Biji Jinten
Hitam
Nilai pH Emulsi Sampel
Hari ke-
Emulsi 1 Emulsi 2 Rata-rata
0 6,048 6,049 6,0485
2 5,946 5,980 5,963
7 5,935 5,941 5,938
14 5,934 5,939 5,936
21 5,332 5,935 5,633
6 6.095
6.0485 5.963 5.938 5.936
5.871 5.814 5.633
5 5.167
4.493
Nilai pH
3 Sampel
2 Kontrol
0
0 2 7 14 21
Hari ke-
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata pH Emulsi Kontrol dan Emulsi Sampel Minyak
Biji Jinten Hitam Sebelum dan Setelah Penyimpanan
Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata Viskositas Emulsi Kontrol Minyak
Biji Jinten Hitam
Nilai Viskositas Emulsi Kontrol (cps)
Hari ke-
Kontrol 1 Kontrol 2 Rata-rata
0 950 990 970
2 830 890 860
7 650 650 650
14 310 440 375
21 200 240 220
Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata Viskositas Emulsi Sampel Minyak
Biji Jinten Hitam
Nilai Viskositas Emulsi Sampel (cps)
Hari ke-
Emulsi 1 Emulsi 2 Rata-rata
0 920 910 915
2 900 880 890
7 730 750 740
14 580 590 585
21 450 520 485
1000 970
915 890
860
Viskositas (cps)
800
740
650
600 585
485 Sampel
400 375 Kontrol
200 220
0
0 2 7 14 21
Hari ke-
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Viskositas Emulsi Kontrol dan Emulsi Sampel
Minyak Biji Jinten Hitam Sebelum dan Setelah Penyimpanan
Tabel 4.9 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata Diameter Globul Emulsi Kontrol
Minyak Biji Jinten Hitam
Diameter Globul Rata-rata Emulsi Kontrol (μm)
Hari ke-
Kontrol 1 Kontrol 2 Rata-rata
0 13,563 13,205 13,384
2 14,136 13,166 13,651
7 15,774 14,888 15,331
14 15,695 15,710 15,702
21 16,616 15,960 16,288
Tabel 4.10 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata Diameter Globul Emulsi Sampel
Minyak Biji Jinten Hitam
Diameter Globul Rata-rata Emulsi Sampel (μm)
Hari ke-
Emulsi 1 Emulsi 2 Rata-rata
0 8,925 9,29 9,1075
2 9,69 9,906 9,798
7 15,85 13,72 14,785
14 14,54 16,13 15,335
21 17,52 13,96 15,74
18
16.288
15.74
15.331 15.702
15.335
16 14.785
13.384 13.651
14
Diameter Globul (μm)
12
9.798
10 9.1075
8 Sampel
6 Kontrol
4
2
0
0 2 7 14 21
Hari ke-
Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Diameter Globul Emulsi Kontrol dan Emulsi
Sampel Minyak Biji Jinten Hitam Sebelum dan Setelah Penyimpanan
Tabel 4.12 Hasil Uji Sentrifugasi Emulsi Sampel Minyak Biji Jinten Hitam
Sediaan Sebelum Sentrifugasi Setelah Sentrifugasi
Emulsi 1 Homogen Terjadi pemisahan 2 fase
(fase atas: minyak, fase
bawah: air)
Emulsi 2 Homogen Terjadi pemisahan 2 fase
(fase atas: minyak, fase
bawah: air)
Gambar 4.8 Hasil Uji Sentrifugasi Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam
4.3 Evaluasi Komponen Kimia Minyak Emulsi Minyak Biji Jinten Hitam
Sebelum dan Setelah Penyimpanan
Uji stabilitas sediaan emulsi minyak biji jinten hitam yang telah
dibuat dilakukan melalui evaluasi fisik dan evaluasi komponen kimia
berdasarkan dari profil kromatogram GCMS sebelum dan setelah
penyimpanan selama 21 hari. Evaluasi tersebut dilakukan pada hari ke- 0,
2, 7, 14, dan 21.
Berdasarkan hasil kromatogram (terlampir) dapat dilihat puncak
dari senyawa minyak atsiri yang terkandung dalam emulsi minyak biji
jinten hitam baik sebelum dan setelah penyimpanan.
90
80 82.176
79.429 80.404
70 72.575 70.484 71.097
60 60.435 59.985
Persen Area
50
40 38.249 Kontrol
30
Sampel
20 21.357
10
0
0 2 7 14 21
Hari ke-
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Perubahan secara fisik terjadi pada formulasi emulsi sampel minyak
biji jinten hitam berupa pemisahan fase setelah dilakukan uji
sentrifugasi, terjadi penurunan pH, penurunan nilai viskositas, dan
kenaikan ukuran globul. Perubahan fisik secara organoleptis tidak
terjadi, dan tidak terjadi pemisahan emulsi selama penyimpanan 21
hari. Sedangkan pada emulsi kontrol terjadi penurunan pH dan
viskositas yang lebih tinggi, dan terjadi pemisahan emulsi selama
penyimpanan 21 hari.
2. Senyawa thymoquinone dalam formulasi emulsi minyak biji jinten
hitam baik kontrol maupun sampel keduanya mengalami penurunan
selama penyimpanan 21 hari. Namun, penurunan yang terjadi pada
emulsi sampel lebih kecil dibandingkan dengan emulsi kontrol.
5.2 Saran
1. Dilakukan optimasi formula untuk membuat emulsi minyak biji jinten
hitam yang lebih stabil.
2. Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk penggunaan kombinasi
antioksidan alami dan sintetik dalam sediaan emulsi minyak biji jinten
hitam.
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Syeni Budi. 2008. Aplikasi Karaginan dalam Pembuatan Skin Lotion.
Skripsi, Departemen Teknologi Hasil Perairan, IPB.
Ansel, H. C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Aulton, M. E., Kevin M. G. Taylor. 2001. Pharmaceutics: The Science of Dosage
Form Design Edisi Kedua.
Baby, André Rolim, et al. 2007. Accelerated chemical stability data of O/W fluid
emulsions containing the extract of Trichilia catigua Adr. Juss (and)
Ptychopetalum olacoides Bentham. Department of Pharmacy, School of
Pharmaceutical Sciences, University of São Paulo. Vol. 43.
Blessy, M., Ruchi D. Patel, Prajesh N. Prajapati, Y.K. Agrawal. 2013.
Development of forced degradation and stability indicating studies of
drugs-a review. Department of Pharmaceutical Analysis, Institute of
Research and Development, Gujarat, India.
Budiman, Muhammad Haqqi. 2008. Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan
Sediaan Krim yang Mengandung Serbuk Ekstrak Tomat (Solanum
lycopersicum L.). Skripsi FMIPA Universitas Indonesia.
Burits, M. and F. Bucar. 2000. Antioxidant activity of Nigella sativa essential oil.
Phytother. Res., 14: 323-328.
Deman, J.M. 1997. Kimia Makanan. Bandung: Penerbit ITB
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Materia Medika Indonesia Jilid
III. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi
Keempat.
Engin, Kaya Nusret. 2009. Alpha-tocopherol: looking beyond an antioxidant.
Bağcılar Education and Research Hospital, Department of Ophthalmology,
Istanbul, Turkey.
Fathima, Nishath, Tirunagari Mamatha, Husna Kanwal Qureshi, Nandagopal
Anitha and Jangala Venkateswara Rao. 2011. Drug-excipient interaction
thymoquinone
thymoquinone
thymoquinone
thymoquinone
thymoquinone
thymoquinone
thymoquinone
thymoquinone
thymoquinone
thymoquinone
thymoquinone
thymoquinone
thymoquinone
thymoquinone
thymoquinone
thymoquinone
thymoquinone
thymoquinone