Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGERTIAN RAS MANUSIA BERDASARKAN TEORI


FRANZ BOAS, VARIASI RAS MANUSIA DAN ADAPTASI
MANUSIA DALAM MENGHADAPI TANTANGAN HIDUP

ANTROPOBIOLOGI
Dosen Pengampu:
Peny Husna Handayani, S,Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 6
1. Annisa Wilda (1203113064)
2. Charol Fioni Ramadansya (1203113006)
3. Isma Aulia (1201113004)

REGULER C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MARET 2021

a
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada kita, sehingga penulis bisa
menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya dengan judul “Pengertian
Ras Manusia Berdasarkan Teori Franz Boas, Variasi Ras Manusia, Adaptasi Manusia
dalam Menghadapi Tantangan Hidup”.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi terwujudnya
makalah ini, terutama kepada dosen pengampu mata kuliah ini yaitu ibu Peny Husna
Handayani, S.Pd., M.Pd. yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas
ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari kalau dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu dengan hati yang terbuka, penulis mengharapkan kritik
serta saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Medan, 20 Maret 2021

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah............................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah........................................................................................................... 2
I.3 Tujuan Pembelajaran.................................................................................................... 2
I.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Ras Manusia Berdasarkan Teori Franz Boas................................ 3
II.2 Variasi Ras Manusia....................................................................................................... 4
II.3 Adaptasi Manusia dalam Menghadapi Tantangan Hidup............................... 7
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan........................................................................................................................ 14
III.2 Saran.................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah


Ras (dari bahasa Inggris race, yang sendirinya dari bahasa Latin radix, “akar”)
adalah suatu sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengkategorikan manusia
dalam populasi atau kelompok besar dan berbeda melalui ciri fenotipe, asal usul
geografis, tampang jasmani dan keukuan yang terwarisi. Di awal abad ke-20 istilah ini
sering digunakan dalam arti biologis untuk menunjuk populasi manusia yang
beraneka ragam dari segi genetik dengan anggota yang memiliki fenotipe (tampang
luar) yang sama. Arti “ras” ini masih digunakan dalam antropologi forensik (dalam
menganalisis sisa tulang), penelitian biomedis dan kedokteran berdasarkan asal usul.
Boleh jadi kelompok manusia dari dulu selalu menentukan diri sendiri sebagai
berbeda dari kelompok lain. Namun, perbedaan tersebut belum tentu selalu
dipandang sebagai sesuatu yang alami, tak terubah dan menyeluruh. Pandang seperti
ini merupakan ciri khas paham “ras” yang digunakan pada masa kini. Pada awalnya,
kata “ras” dipakai untuk menunjukkan suatu bangsa atau kelompok etnis. Marcopolo
misalnya, dalam bukunya yang ditulis pada abad ke-13 menguraikan “ras Persia”.
Paham “ras” masa kini baru muncul pada abad ke-17.
Perubahan kebudayaan umat manusia terjadi karena evolusi, yaitu proses
perubahan yang lambat dari tingkat kebudayaan yang sederhana hingga ke tingkat
yang lebih tinggi. Proses ini terjadi karena adanya perkembangan-perkembangan
baru dalam kebudayaan manusia. Adanya penemuan-penemuan baru yang besar,
mengubah cara hidup manusia karena kemampuan manusia untuk meningkatkan
penggunaan serta konsumsi energi. Proses evolusi kebudayaan menyebabkan
timbulnya tingkat-tingkat evolusi dan karena proses ini tidak terjadi pada kecepatan
yang sama pada semua bangsa di dunia, maka timbul tingkat-tingkat evolusi pada
kerangka kebudayaan manusia, yaitu tingkat yang kurang maju, agak maju dan sangat
maju/modern. Proses persebaran kebudayaan tersebut adalah akulturasi proses
pengenalan kebudayaan asing yang mempengaruhi kebudayaan sendiri.
Partikularisme Historis paradigma yang dibangun oleh bapak antropologi Amerika,
Franz Boas (1963(1911))  ini terutama memusatkan perhatian pada pengumpulan

1
data etnogafi dan deskripsi mengenai kebudayaan tertentu. didalam makalah ini
penulis akan menguraikan mengenai pengertian ras manusia berdasarkan teori franz
boas, variasi ras manusia dan cara adaptasi manusia dalam menghadapi tantangan
hidup.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, maka rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian ras manusia berdasarkan teori Franz Boas?
2. Bagaimana variasi ras manusia?
3. Bagaimana cara manusia beradaptasi dalam menghadapi tantangan hidup?

I.3 Tujuan Pembelajaran


Tujuan penulis membuat makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Setelah membaca makalah ini, pembaca dapat mengetahui pengertian ras
manusia berdasarkan teori Franz boas
2. Setelah membaca makalah ini, pembaca dapat mengetahui tentang variasi ras
manusia.
3. Setelah membaca makalah ini, pembaca dapat mengetahui tentang cara manusia
beradaptasi dalam menghadapi tantangan hidup.

I.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang dapat diambil dari tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi penulis, yaitu dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan
tentang materi pengertian ras manusia berdasarkan teori Franz Boas, variasi
ras manusia, adaptasi manusia dalam menghadapi tantangan hidup.
2. Manfaat bagi dosen, yaitu dosen dapat mengetahui tingkat pemahaman
mahasiswa tentang materi pengertian ras manusia berdasarkan teori Franz
Boas, variasi ras manusia, adaptasi manusia dalam menghadapi tantangan
hidup.
3. Manfaat bagi pembaca, yaitu untuk menambah wawasan tentang materi
pengertian ras manusia berdasarkan teori Franz Boas, variasi ras manusia,
adaptasi manusia dalam menghadapi tantangan hidup.

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Ras Manusia Berdasarkan Teori Franz Boas

Franz Boas terkenal dengan teorinya tentang relativisme budaya, yang


menyatakan bahwa semua budaya pada dasarnya sama tetapi harus dipahami dalam
istilah mereka sendiri. Membandingkan dua budaya sama saja dengan
membandingkan apel dan jeruk, mereka pada dasarnya berbeda dan harus didekati
seperti itu. Ini menandai pemutusan yang menentukan dengan pemikiran evolusioner
pada periode tersebut, yang berusaha untuk mengatur budaya dan artefak budaya
dengan tingkat kemajuan yang dibayangkan. Bagi Boas, tidak ada budaya yang lebih
atau kurang berkembang atau maju dibandingkan budaya lainnya. Mereka sangat
berbeda.
Sejalan dengan itu, Boas mencela keyakinan bahwa kelompok ras atau etnis
yang berbeda lebih maju daripada yang lain. Dia menentang rasisme ilmiah, aliran
pemikiran yang dominan pada waktu itu.
Dalam bukunya yang berjudul The Mind of Primitive Man (1911)ia
menegaskan bahwa dirinya menentang rasialisme dengan mengeluarkan argumen
bahwa variasi dari fenotipe dalam sebuah ras tidak dapat dijadikan justifikasi untuk
melihat tingkatan kemajuan suku bangsa (ethnocentrism) sebagai yang terbelakang
(inferior) dan suku bangsa yang cukup maju (superior).
Boas juga mempublikasikan kritikannya terhadap berbagai tuduhan terhadap
kebudayaan terbelakang (rasialisme) dalam artikel yang berjudul The Limitations of
The Comparative Method of Antropology (1896). Konsepnya mengenai relativisme

3
kebudayaan (cultural relativism). Relativisme kebudayaan yaitu semua kebudayaan
adalah sama dan dapat dibandingkan antara satu dengan yang lainnya, sehingga tidak
ada bagi Boas yang disebut kebudayaan terbelakang atau maju. Semua kebudayaan
harus dipandang sebagai dirinya sendiri.

II.2 Variasi Ras Manusia


Kata “ras” berasal dari bahasa Prancis-Italia “razza” yang artinya pembedaan
variasi penduduk berdasarkan tampilan fisik (bentuk dan warna rambut, warna mata,
warna kulit, bentuk mata, dan bentuk tubuh). Adapun istilah ras dalam bahasa Inggris
adalah “Race refers to a category of people regarded as socially distinct because they
share genetically transmitted traits believed to be important by people with power and
influence in a society”. Artinya, “Ras menunjuk kepada kelompok orang yang
dipandang berbeda secara sosial karena mereka membagi sifat-sifat yang disalurkan
secara genetik dipercaya menjadi penting oleh orang dengan kekuatan dan
berpengaruh dalam masyarakat”. Woods (2007:186) berpendapat bahwa istilah ras
digunakan ketika menunjuk sifat-sifat yang diturunkan secara genetik dari generasi
ke generasi. Sedangkan Maguire (2002:140) berpendapat bahwa ras juga digunakan
ketika mendiskusikan prasangka diskriminasi.
Kata “ras” sebenarnya berasal dari bahasa Arab yang berarti keturunan. Dalam
Antropologi ras dapat diartikan ke dalam tiga bagian yang saling melengkapi yaitu:
a. Menurut Grosse, ras adalah segolongan manusia yang merupakan suatu
kesatuan karena memiliki kesamaan sifat jasmani dan rohani yang diturunkan,
sehingga berdasarkan itu dapat dibedakan dari kesatuan yang lain.
b. Menurut Kohlbrugge (Daldjoeni, 1991), ras adalah segolongan manusia yang
memiliki kesamaan ciri-ciri jasmani karena diturunkan, jadi ciri-ciri kerohanian
tidak diperhitungkan disini.
c. Menurut Haldane (Daldjoeni, 1991), “A group which shares in common a
certain set of innate physical characters and a geographical origin with a certain
area”. Artinya suatu kelompok yang memiliki kesamaan sekumpulan karakter
fisik bawaan dan asal geografis dengan wilayah tertentu.
Adapun menurut Koentjaraningrat, ras adalah suatu golongan manusia yang
menunjukan berbagai ciri tubuh tertentu dengan suatu frekuensi yang besar (bersifat
jasmani). Tetapi secara umum ras adalah pengelompokkan berdasarkan ciri biologis,

4
bukan berdasarkan ciri-ciri sosiokultural. Dengan kata lain, ras berarti segolongan
penduduk suatu daerah yang mempunyai sifat-sifat keturunan tertentu berbeda
dengan penduduk daerah lain.
Ras merupakan anugerah dari Allah Swt. Yang mana manusia dijadikan
berbangsa-bangsa adalah untuk saling membedakan dan saling mengenal. Dalam ras
tidak ada ukuran tinggi rendah, karena ras adalah identitas kodrat yang akan selalu
dimiliki oleh manusia.
Sejumlah manusia dengan satu kebudayaan, tetapi berasal dari berbagai ras,
terdapat dari negara-negara besar zaman sekarang. Seperti halnya Amerika Serikat,
terdapat kelompok ras yang terdiri atas; White (kulit putih), Hispanic/Latino (latin),
Black/African American (kulit hitam), Asian (Asia), American India (Indian), dan
Hawain (Hawai). Orang kulit putih dianggap sebagai kelompok ras mayoritas, karena
didasarkan pada jumlah populasi mereka di negara tersebut lebih banyak daripada
ras lainnya.orang kulit hitam, Latin, Asia, Indian, dan Hawai, merupakan kelompok
minoritas. Adapun perbedaan ras di berbagai wilayah dunia, adalah salah satu
penyebab timbulnya pengelompokkan ras, yaitu:
 Timbulnya golongan mayoritas. Biasanya golongan mayoritas dapat menguasai
segala aspek kehidupan yang ada, sementara golongan minoritas adalah
golongan yang tersisihkan dari segala bidang pembangunan suatu negara.
 Perbedaan strata sosial berdasarkan prasangka ras. Ini dapat terjadi, di mana
ras tertentu merasa dirinya lebih baik daripada ras lain yang masih tinggal di
pedalaman dan primitif.
Secara umum, pembagian ras dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu: Mongoloid,
kaukasoid, dan negroid.
1. Ras Mongoloid
Ras Mongoloid adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di Asia Utara,
Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur Afrika, beberapa bagian
India Timur laut, Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Oseania. Anggota
ras Mongoloid biasa disebut “berkulit kuning”, namun ia tidak selalu benar. Misalkan
orang Indian di Amerika dianggap berkulit merah dan orang Asia Tenggara
seringkalai berkulit coklat muda sampai coklat gelap.

5
Ciri khas utama anggota ras ini ialah rambut berwarna hitam yang bercak
mongol pada saat lahir dan lipatan pada mata yang seringkali disebut mata sipit.
Selain itu anggota ras manusia ini seringkali juga lebih kecil dan pendek daripada ras
Kaukasoid. Nama ras Mongoloid diambil dari nama negara Mongolia dan diberikan
oleh orang Eropa. Ras Mongoloid meliputi:
 Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, dan Asia Timur).
 Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Philipina, dan
penduduk asli Taiwan).
 American Mongoloid (Penduduk asli Amerika).
2. Ras Kaukasoid
Ras Kaukasoid adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di Eropa,
Afrika Utara, Timur Tengah, Pakistan, dan India Utara. Keturunan mereka juga
menetap di Australia, Amerika Utara, sebagian dari Amerika Selatan, Afrika Selatan,
dan Selandia Baru. Anggota ras Kaukasoid biasa disebut “berkulit putih”, namun ini
tidak selalu benar. Oleh beberapa pakar misalkan orang Ethiopia dan orang Somalia
dianggap termasuk ras Kaukasoid, meski mereka berambut keriting dan berkulit
hitam, mirip dengan anggota ras Negroid. Namun mereka tengkoraknya lebih mirip
tengkorak anggota ras Kaukasoid. Mereka bisa dibagi menjadi:
 Nordic (Eropa Utara, sekitar Laut Baltik)
 Alpine (Eropa Tengah dan Eropa Timur)
 Mediteranian (sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, dan Iran)
 Indic (Pakistan, India, Bangladesh, dan Sri Lanka)
3. Ras Negroid
Ras Negroid adalah ras manusia yang terutama mendiami benua Afrika di
sebelah Selatan gurun sahara. Keturunan mereka banyak mendiami Amerika Utara,
Amerika Selatan, dan juga Eropa serta Timur Tengah.Ciri khas utama anggota ras
Negroid ini ialah kulit yang berwarna hitam dan rambut keriting. Meski begitu,
anggota ras Khoisan dan ras Aurtaloid berkulit hitamdan berambut keriting tidaklah
termasuk ras manusia ini. Ras Negroid meliputi:
 African Negroid (Benua Afrika)
 Negrito (Afrika Tengah, semenanjung Malaya yang dikenal orang Semang,
Filiphina)

6
 Melanesian (Irian dan Melanesia)
Ada lima faktor pembentuk ras antara lain:
a. Mutasi
Merupakan perubahan cepat yang terjadi di dalam gen-gen manusia. Misalnya,
jika orang tua berambut bergelombang, anak-anak mereka dapat saja berambut lurus,
begitu juga dengan warna kulit.
b. Seleksi
Natural screening atau natural selesction jadi artinya lebih kurang
penyaringan. Misalnya, di benua Eropa warna kulit putih yang dominan sehingga
setiap kali terjadi mutasi yaitu lahir anak berkulit agak gelap, ia akan mati atau lenyap
karena faktor seleksi alam.
c. Adaptasi
Yaitu menyesuaikan diri dengan keadaan alam di sekelilingnya. Pengaruh
lingkungan ini akan menimbulkan faktor yang penting terhadap pertumbuhan badan
manusia, unsur-unsur dari lingkungan alam terutama iklim, tumbuhan, dan hewan.
d. Isolasi
Merupakan pemencilan. Bila sifat-sifat ras yang diperoleh melalui mutasi,
seleksi dan adaptasi yang diturunkan dan diwariskan pada generasi berikutnya ini
disebabkan karena isolasi.
e. Migrasi
Migrasi adalah perpindahan. Percampuran dengan ras-ras lain atau
lingkungan baru dapat menimbulkan sifat-sifat atau ciri-ciri jasmani baru, sehingga
akhirnya akan menimbulkan ras yang baru.

II.3 Adaptasi Manusia dalam Menghadapi Tantangan Hidup


Manusia pada hakekatnya memiliki sifat dinamis, dengan sifat tersebut
memungkinkan manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Penyesuaian diri secara umum disebut dengan “adaptasi”, makin besar kemampuan
adaptasi manusia, maka makin besar kementakan kelangsungan hidup manusia,
karena dengan kemampuan adaptasinya maka manusia akan lebih mengeluarkan
kemampuannya untuk mengolah dan memanfaatkan lingkungannya untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya baik primer mau pun kebutuhan sekunder. Manusia dengan
lingkungannya bagaikan dua mata uang yang tidak mungkin dipisahkan, artinya

7
bahwa manusia mau tidak mau harus mampu menyatu dengan lingkungannya untuk
bertahan hidup.
Konsep adaptasi datang dari dunia biologi, dimana ada 2 poin penting yaitu
evolusi genetik, dimana berfokus pada umpan balik dari interaksi lingkungan, dan
adaptasi biologi yang berfokus pada perilaku dari organisme selama masa hidupnya,
dimana organisme tersebut berusaha menguasai faktor lingkungan, tidak hanya
faktor umpan balik lingkungan, tetapi juga proses kognitif dan level gerak yang terus-
menerus. Adaptasi juga merupakan suatu kunci konsep dalam 2 versi dari teori
sistem, baik secara biological, perilaku, dan sosial yang dikemukakan oleh John
Bennet (Bennet, 249-250). Asumsi dasar adaptasi berkembang dari pemahaman yang
bersifat evolusionari yang senantiasa melihat manusia selalu berupaya untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan alam sekitarnya, baik secara biologis/genetik
maupun secara budaya. Proses adaptasi dalam evolusi melibatkan seleksi genetik dan
varian budaya yang dianggap sebagai jalan terbaik untuk menyelesaikan
permasalahan lingkungan. Adaptasi merupakan juga suatu proses yang dinamik
karena baik organisme maupun lingkungan sendiri tidak ada yang bersifat
konstan/tetap (Hardestry,45-46). Sedangkan Roy Ellen membagi tahapan adaptasi
dalam 4 tipe. Antara lain adalah (1) tahapan Amir Mahmud Adaptasi Sebagai Strategi
57 phylogenetic yang bekerja melalui adaptasi genetik individu lewat seleksi alam,
(2) modifikasi fisik dari phenotype/ciri-ciri fisik, (3) proses belajar, dan (4)
modifikasi kultural. Modifikasi budaya bagi Ellen menjadi supreme atau yang teratas
bagi homo sapiens, dimana adaptasi budaya dan transmisi informasi dikatakannya
sebagai pemberi karakter spesifik yang dominan. Manusia dilahirkan dengan
kapasitas untuk belajar seperangkat sosial dan kaidah-kaidah budaya yang tidak
terbatas. Sehingga kemudian fokus perhatian adaptasi menurut Rot Ellen seharusnya
dipusatkan pada proses belajar, dan modifikasi budayanya.
Dasar pembagian ke-4 tipe adaptasi diatas, berdasarkan atas laju kecepatan
mereka untuk dapat bekerja secara efektif. Seperti adaptasi phylogenetik, dibatasi
oleh tingkatan bagaimana populasi dapat bereproduksi dan berkembangbiak.
Modifikasi fisik bekerja lebih cepat, akan tetapi tetap tergantung pada perubahan
somatik dan akomodasi yang dihubungkan dengan pertumbuhan fisik dan
reorganisasi dari tubuh. Sedangkan proses belajar, tergantung dari koordinasi sensor

8
motor yang ada dalam pusat sistem syaraf. Disini ada proses uji coba, dimana
terdapat variasi dalam waktu proses belajar yang ditentukan oleh macam-macam
permasalahan yang dapat terselesaikan. Adaptasi kultural proses bekerjanya
dianggap lebih cepat dibandingkan ke-3 proses diatas karena ia dianggap bekerja
melalui daya tahan hidup populasi dimana masing-masing komuniti mempunyai daya
tahan yang berbeda berdasarkan perasaan akan resiko, respon kesadaran, dan
kesempatan. Sifatsifat budaya mempunyai koefisiensi seleksi, variasi, perbedaan
kematiankelahiran, dan sifat budaya yang bekerja dalam sistem biologi.
Adaptasi pada hakekatnya merupakan salah satu konsep dasar di dalam
antropologi ekologi. Dalam hal ini merujuk kepada proses terjadinya hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya (Hardesty dalam Abdullah,
1977:52).
Semula konsep adaptasi ini digunakan dalam bidang biologi untuk
menjelaskan proses evolusi genetik bahwa terdapat suatu gerak timbal balik dalam
suatu ‘gene’ dari suatu populasi sebagai akibat adanya interaksi dengan
lingkungannya. Interaksi tersebut membawa kepada perkembangan bagian-bagian
yang memungkinkan untuk tetap hidup dari suatu populasi. Pandangan evolusi
biologi melihat adaptasi sebagai suatu proses yang dapat meningkatkan
kemungkinan makhluk hidup untuk bisa bertahan hidup dari suatu generasi ke
generasi berikutnya pada kondisi lingkungan tertentu (McElroy & Towsend dalam
Abdullah, (1977, 52).
Pemahaman ini menekan pada produk dan seleksi alam, misalnya sebagai
reproduksi sebagai indikator untuk mengukur sukses tidaknya suatu individu atau
kelompok individu untuk mengembangkan diri (Darwin dalam Sumarwoto, 1997:49).
Pada tahap selanjutnya konsep adaptasi dipakai dalam ilmu-ilmu sosial dan budaya
yang mencoba memahami pola penyesuaian manusia terhadap lingkungan alam
dalam usaha melangsungkan dan mengembangkan kehidupannya.
Adaptasi mengacu pada proses interaksi antara perubahan yang ditimbulkan
oleh organisme dengan lingkungan dan perubahan yang ditimbulkan oleh lingkungan
pada organisme, maka penyesuaian dua arah seperti ini perlu agarsemua bentuk
kehidupan dapat bertahan hidup termasuk manusia. Menurut Haviland (1993:3)
bahwa manusia beradaptasi melalui medium kebudayaan pada waktu mereka

9
mengembangkan usaha-usaha untuk mengerjakan sesuatu sesuai dengan sumber
daya yang mereka temikan dan juga dalam batas-batas lingkungan tempat tinggal
mereka hidup. Ini menunjukkan bahwa manusia selain mempunyai warisan biologis
yang berbeda-beda demikian juga dengan lingkungan dan tempat tinggal manusia
berbeda, sehingga manusia dapat dengan mudah melaksanakan pekerjaan yang
bermacam-macam sebagai hasil dari proses belajar, namun dengan keadaan
lingkungan bisa membatasi kemampuan setiap manusia.
Daya tahan hidup populasi tidak bekerja secara pasif dalam menghadapai
kondisi lingkungan tertentu, melainkan memberikan ruang bagi individu dan
populasi untuk bekerja secara aktif memodifikasi perilaku mereka dalam rangka
memelihara kondisi tertentu, menanggulangi resiko tertentu pada suatu kondisi yang
baru, atau mengimprovisiasi kondisi yang ada. Beberapa adaptasi juga adalah
kesempatan, efek dari sosial dan praktek kultural yang secara tidak sadar
mempengaruhinya. Proses adaptif yang aktual mungkin merupakan kombinasi dari
ke-3 mekanisme tersebut diatas. Misalnya, variasi dalam praktek kultural mungkin
meningkat karena kesempatan/tekanan pada sumber-sumber daya/group. Sehingga
adaptasi bisa kita sebut sebagai sebuah strategi aktif manusia dalam menghadapi
lingkungannya.
Adaptasi dapat dilihat sebagai usaha untuk memelihara kondisi kehidupan
dalam menghadapi perubahan. Dengan demikian definisi adaptasi selalu berkaitan
erat dengan pengukuran, dimana tingkat keberhasilan suatu organisme dapat
bertahan hidup. Sejauh mana, dapat dikenali bahwa adaptasi dapat dikatakan
berhasil atau tidak. Adaptasi yang dilakukan populasi sebagai suatu keseluruhan yang
lengkap/ bulat adalah lebih menjanjikan hasil dari tekanan seleksi variasi pada
dimana ini menjadi subyek dan dari tingkat penvariasian resistensi pada adapatasi
dalam tujuan yang bebeda. Adaptasi tidak selalu dihubungkan pada penegasan
lingkungan secara normatif, tetapi dalam beberapa hal pada pola dari lingkungan
atau hanya kondisi yang extreme. Adaptasi seharusnya dilihat sebagai respon
kultural atau proses yang terbuka pada proses modifikasi dimana penanggulangan
dengan kondisi untuk kehidupan oleh reproduksi selektif dan memperluasnya.
Ukuran-ukuran bekerja berdasar pada adapatasi yang dilibatkan, dan lebih penting
lagi, pada bahaya/resiko yang mana perubahan adalah adaptif. (Hardestry, 243 dalam

10
Prasetijo, 2008) Populasi adalah faktor yang penting dalam hubungannya dengan
lingkungan. Suasana yang penuh kelimpahan, lokasi dan cuaca yang ada untuk
mendapatkan makanan di alam bebas membatasi ukuran dan memebutuhkan ruang
kehidipanb bagi pemburu-meramu (Spradley &; McCurdy, 189-190 dalam Prasetijo,
2008). Populasi merupakan variabel/faktor yang penting dalam ekologi karena
menjaga keseimbangan antara ketersediaan sumber alam dan pemakaiannya (Stanley
A. Freed &; Ruth S. Freed, 220-226 dalam Prasetijo, 2008).
Adaptasi populasi adalah melihat hubungannya dengan habitatnya. Konsep
dari adaptasi ini adalah historikal: ketika berbicara tentang populasi beradaptasi
adalah hubungannya dengan habitatnya dimana dimaksudkan, untuk habitat
membuat sesuai dimana tempatnya untuk hidup, atau membuat dirinya sendiri lebih
mensesuaikannya untuk hidup dalam habitat (Cohen,3dalam Prasetijo, 2008). Jadi
ketika mengatakan bahwa kelompok manusia telah beradaptsi dengan habitatnya,
ketika telah tercipta /dicapai dan memelihara hubungan yang bergairah/hidup
dengan habitatnya. Adaptasi ini merupakan daya tahan/kelangsungan hidup
kelompok, reproduksi, dan fungsi-fungsi yang efektif dalam rangka agar elemen-
elemen ini bekerja sesuai dengan tugasnya.
Pencapaian dari tipe dari hubungan yang semangat/bergairah selalu
merupakan hasil modifikasi resiprokal dalam budaya dan haitat melalui perubahan
dlam sistem energi kelompok dan organisasi hubungan sosial selam periode yang
panjang. Aspek historikal dari proses adaptasi adalah apa yang kita sebut dengan
evolusi kebudayaan, dengan apa kita maksud dengan proses dari perubhan sekuen
dari apa yang kita lihat dari kubudayaan. Dalam antroplogi ketika berbicara tentang
adaptasi, kita memfokuskan diri kepada kelompok sosial, tidak dengan individual
person. Kelompok ini (institusi/organisasi) tidak sewcara langsung teramati, mereka
merupakan abstraksi dari perilaku individual yang diamati. Lebih spesifik, kita
berbicara tentang instusi yang ada dalam masayarakat, tetapi yang kita pelajari
adalah individu. Disana ada 2 alasan prinsip untuk ini, yang berhubungan antara satu
dengan yang lain. Pertama adalah pertimbangan praktikal dan yang kedua adalah
teorikal (cohen).Respon Adaptif individu yang dipelajari dapat ditransmisikan
kepada yang lain secara independen membawa sifat. Dalam prakteknya, adaptasi
manusia terhadap lingkungan yang khusus melibatkan kombinasi dari tipe-tipe

11
modifikasi yang berbeda ini (Roy Ellen, 1982: 237-238 dalam Prasetijo, 2008).
Respon perilaku dianggap mempunyai respon kecepatan yang tinggi dan secara
khusus menyesesuaikan diri dengan fluktuasi perubahan lingkungan. Dibandingkan
proses adaptif yang bersifat genetik dan fisik, perilaku adalah respon yang dianggap
paling cepat dari apa yang organisme dapat lakukan. Apabila mengacu pada proses
belajar, respon perilaku tersebut dianggap pula merupakan tingkatan adaptasi yang
paling fleksibel.
Menurut Hardestry, ada 2 macam perilaku yang adaptif, yaitu perilaku yang
bersifat idiosyncratic (cara-cara unik individu dalam mengatasi permasalahan
lingkungan) dan adaptasi budaya yang bersifat dipolakan, dibagirata sesama anggota
kelompok, dan tradisi. Bagi hardestry, adaptasi dilihat sebagai suatu proses
pengambilan ruang perubahan, dimana perubahan tersebut ada di dalam perilaku
kultural yang bersifat teknologikal (technological), organisasional, dan ideological.
Sifat-sifat kultural mempunyai koefisiensi seleksi seperti layaknya seleksi alam, sejak
tedapat unsur variasi, perbedaan tingkat kematian dan kelahiran, dan sifat kultural
yang bekerja melalui sistem biologi. Proses adaptif yang aktual sedapat mungkin
merupakan kombinasi dari beberapa mekanisme biologis dan modifikasi budaya
tersebut diatas. Sehingga adaptasi dapatlah disebut sebagai sebuah strategi aktif
manusia (Hardestry, 238-240 dalam Prasetijo, 2008). Adaptasi dapat dilihat sebagai
usaha untuk memelihara kondisi kehidupan dalam menghadapi perubahan.
Definisi adaptasi tersebut kemudian berkaitan erat dengan tingkat
pengukuran yang dihubungkan dengan tingkat keberhasilannya agar dapat bertahan
hidup. Adaptasi seharusnya dilihat sebagai respon kultural atau proses yang terbuka
pada proses modifikasi dimana penanggulangan dengan kondisi untuk kehidupan
oleh reproduksi selektif dan memperluasnya (Hardestry,243 Prasetijo, 2008).
Dinamika adaptif mengacu pada perilaku yang didesain pada pencapaian tujuan dan
kepuasan kebutuhan dan keinginan dan konsekuensi dari perilaku untuk individu,
masyarakat, dan lingkungan. Ada 2 mode analitik utama pada perilaku ini: yaitu
tindakan individu yang didesain untuk meningkatkan produkstifitasnya, dan mode
yang diperbuat oleh perilaku interaktif individu dengan individu lain dalam group,
yang biasanya dibangun oleh aturan yang bersifat resiprositas. Perilaku interakstif

12
tersebut didesain juga untuk memenuhi akhir tujuan dan beberapanya menjadi
instrumental.
Teori adaptasi dan evolusi dapat diukur dengan keberhasilah reproduksi,
konsep reproduktif tentang adaptasi memiliki keuntungan kuatifikasi, maka
dengancara ini adaptasi diartikan tidak lebih dari ‘survival’ relatif keragaman
individu mengatasi masalah yang mendasar dalam kehidupan dan penting untuk
memahami perubahan evolusioner, studi tentang ekologi manusia yaitu memahami
bagaimana manusia mengatasi lingkngannya harus menggunakan konsep adaptasi
yangterbatas. Untuk menjaga hubungan timbal balik supaya seimbang dalam
menerima masukan dari ekosistem agar tetap adanya survival, maka terjadi apa yang
disebut proses adaptasi (Rambo, 1983:23:29). Proses adaptasi merupakan suatu
dinamika,sebab baik organisme maupun lingkungan bersifat tidak tetap. Masalah
baru dan penyelesaiannya selalu muncul dan diperhatikan. Lingkungan tidak harus
berubah untuk mendatangkan respon yang adaptif.
Harsdesty1977:87) menyatakan bahwa semua hubungan yang bersifat adaptif
hampir stabil dan terus menerus sepanjang waktu, karena sistem ekologimerupakan
satu hubungan yang relatif stabil yang mencerminkan adaptasi sekelompok
organisme satu sama lain dan adaptasi terhadap lingkungan tak hidup. Bennet
menyatakan bahwa proses adaptasi tidak hanya meliputi peralatan, teknologi dalam
arti yang memastikan kehidupan manusia melindungi dirinya dari tekanan
lingkungan alam, tetapi dari rencana sosial untuk mengeksploitasi habitat, artinya
bahwa manusia dapat ,memanipulasi linkungannya sendiri.

13
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Franz Uri Boas adalah seorang yang ahli dalam bidang antropologi dan
menjadi pencetus pemikiran antropologi modern. Partikularisme historis adalah
paradigma yang dibangun oleh Franz Boas ini terutama memusatkan perhatian pada
pengumpulan data etnografi dan deskripsi mengenai kebudayaan tertentu.
Partikularisme historis menolak teori-teori evolusionis klasik yang terkadang
spekulatif, akan tetapi sebaliknya memperjuangkan upaya mengidentifikasi proses-
proses historis yang bertanggung jawab bagi perkembangan kebudayaan-
kebudayaan tertentu.
Secara umum ras adalah pengelompokkan berdasarkan ciri biologis, bukan
berdasarkan ciri-ciri sosiokultural. Dengan kata lain, ras berarti segolongan
penduduk suatu daerah yang mempunyai sifat-sifat keturunan tertentu berbeda
dengan penduduk daerah lain. Secara umum, pembagian ras dibagi menjadi 3 (tiga)
bagian, yaitu: Mongoloid, kaukasoid, dan negroid.
Proses adaptasi merupakan suatu dinamika,sebab baik organisme maupun
lingkungan bersifat tidak tetap. Masalah baru dan penyelesaiannya selalu muncul dan
diperhatikan. Lingkungan tidak harus berubah untuk mendatangkan respon yang
adaptif.

III.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Rahmah, S (2012). Adaptasi dan Interaksi Sosial Budaya Orang Laut di Desa Sungai
Laut Kecamatan Tanah Merah Indragiri Hilir. Jurnal Toleransi, 4 (2) : 142-160.
Purnama, Agung. 2014. “Konfrontasi dan Kolaborasi”. Skripsi. FPIPS, Pendidikan
Sejarah, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Waluya, Bagja. Konsep Dasar Antropobiologi. FPIPS, Pendidikan Geografi. Diakses
pada 20 Maret 2021, dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/19721024200112
1-BAGJA_WALUYA/PIS/Konsep_dasar_Antropologi.pdf
Wikipedia.org. Ras Manusia. Diakses pada 20 Maret 2021, dari
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ras_manusia
Wikipedia.org. Franz Boas. Diakses pada 20 Maret 2021, dari
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Franz_Boas
Arum Diwa, Syafrila & Adnindya Amalia. 2019. “Etnis Budaya Madura dan Surabaya”.
Makalah. FITK, Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim, Malang.
Greelane.com. (2020, 10 Desember). Franz Boas, Bapak Antropologi Amerika. Diakses
pada 21 Maret 2021, dari https://www.greelane.com/id/sains-teknologi-
matematika/ilmu-sosial/franz-boas-4582034/

15

Anda mungkin juga menyukai