Anda di halaman 1dari 10

Laporan Pendahuluan Tentang

Eliminasi Urine

Disusun oleh:

I Gusti Ayu Agung Natariani

Program Pendidikan Profesi Ners


Fakultas ilmu Kesehatan
Universitas Respati Yogyakarta
2020
A. Pengertian
Eliminasi merupakan, proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh
dimana pembuangan ini, dapat melalui urine dan bowl
(tarwoto,wartonah,2006). Eliminasi adalah proses pembuangan sisa
metabolisme tubuh baik berupa urine atau alvi (buang air besar). Eliminasi
urine merupakan salah satu darp proses metabolic tubuh yang bertujuan untuk
engelurkan bahan sisa dari tubuh (Yuwono,2012) Jadi, eliminasi merupkan
sampah atau zat sisa hasil metabolisme yang dikeluarkan oleh tubuh melalui
urine dan feses.
B. Fisiologi/Pengaturan
Saluran perkemihan terdiri dari ginjal, ureter,kandung kemih, dan uretra

a. Ginjal. Bentuknya seperti biji kacang, berjumlah 2 buah bagian kiri


dan kanan terletak dikedua sisi medula spinalis, dibalik rongga
peritoneum, ginjal kiri pada umumnya lebih besar daripada ginjal
kanan dan umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal
perempuan (Syaifuddin,1994). Ginjal terdiri dari 1 juta unit fungsional
nefron yang bertugas menyaring darah dan membuang limbah
metabolic. Selain itu ginjal juga bertugas mempertahankan
homeostasis cairan tubuh melalui beberapa cara yaitu, pengaturan
volume cairan, pengaturan jumlah elektrolit tubuh, pengaturan asam-
basa tubuh, ekskresi sisa-sisa metabolism, reabsorbsi bahan yang
bersifat vital bagi tubuh dan fungsi hormonal dan metabolisme.
b. Ureter. Tabung yang berasal dari ginjal dan bermuara di kandung
kemih. Panjagnya sekitar 25cm dan diameternya 1,25 cm. bagian atas
ureter berdilatasi dan melekat pada hilus ginjal, sedangnkan bawahnya
memasuki kandung kemih pada sudut posterior dasar kandung kemih.
Urine di dorong melewati ureter dengan gelombang peristalsis yang
terjadi sekitar 1-14 kali per menit. Pada pertemuan antara ureter dan
kandung kemih, terdapat lipatan membran mukosa yang bertindak
sebagai katup guna mencegah refluks urine kembali ke ureter sehingga
mencegah penyebaran infeksi dari kandung kemih ke atas.
c. Kandung kemih. Atau disebut juga (vesika urinaria) adalah kantung
muscular tempat urine, bermuara dari ureter. Ketika kosong atau
setengah terisi, kandung kemih terletak di belakang simfisis pubis.
Pada pria, kandung kemih terletak diantara kelenjar prostat dan rectum
, pada wanita kandung kemih terletak diantara uterus dan vagina.
Dinding kandung kemih sangat elstis sehingga mampu menahan
regangan yang sangat besar. Saat penuh, kandung kemih bisa melebihi
simfisis pubis, bahkan setinggi umnilikus.
d. Uretra. Uretra membentang dari kandung kemih sampai meatus uretra
panjang uterta pada pria sekitar 20cm dan membentang dari kandung
kemih sampai ujung penis. Uretra pria terdiri dari 3 bagian yaitu uretra
pars prostatika, uretra pars membranosa, dan uretra pars spongiosa.
Pada wanita, panjang uretra sekitar 3 cm dan membentang dari
kandung kemih sampai lubang di antara labia minora, 2,5 cm di
belakang klitoris. Karena uretranya yang pendek , wanita lebih rentan
mengalami infeksi saluran kemih.

Proses pembentukan urine

Ada 3 proses pembentukan urine yaitu, filtrasi glomerulus, reabsorbsi tubulus,


dan sekresi tubulus.

a. Filtrasi glomerulus. Proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar
dari permukaan eferen sehingga terjadi penyerapan darah. Saat darah
melalui glomerulus, terjadi filtrasi plasma bebas-protein menembus
membrane kapiler glomerulus dalam kapsula Bowman. Filtrate yang lolos
terdiri atas air, glukosa, natrium, klorida sulfat, dan bikarbonat yang
kemudian diteruskan ke tubulus ginjal.
b. Reabsorpsi tubulus. Pada tubulus bagian atas terjadi penyerapan kembali
sebagian besar zat-zat penting seperti glukosa, natrium, klorida sulfat, dan
ion bikarbonat. Proses tersebut berlangsung secara pasif (reabsorbsi
obligator). Apabila diperlukan, tubulus bagian bawah akan menyerap
kembali natrium dan ion bikarbonat melalui poses aktif (reabsorbsi
fakultatif). Zat-zat yang di reabsorbsi akan diangkut oleh kapiler
peritubulus ke vena dan kemudian ke jantung untuk kembali di edarkan.
c. Sekresi tubulus. Mekanisme ini merupakan cara yang kedua bagi darah
untuk masuk ke dalam tubulus disamping melakui filtrasi glomerulus,
melalui sekresi tubulus, zat-zat tertentu pada plasma yang tidak berhasil
disaring di kapler tubulus dapat lebih cepat di eliminasi.
C. Nilai Normal dan Cara penghitungannya (jika ada)
Ciri-ciri Urine Normal:
a. Jumlah dalam 24 jam ±1.500 cc, bergantung pada banyaknya asupan
cairan
b. Berwarna orange bening, pucat, tanpa endapan
c. Berbau tajam
d. Sedikit asam (Ph rata-rata 6)
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Factor- factor yang mempengaruhi eliminasi urine meliputi :
1. Pertumbuhan dan perkembangan . jumlah urine yang diekskresikan
bisa dipengaruhi oleh usia dan berat badan seseorang. Normalnya bayi
mengekskresikan urin setiap harinya yaitu 400-500 ml urine per hari
sedangkan orang dewasa mengekskresikan urine 1500-1600 ml per
harinya dengan kata lain bayi yang bertnya 10% orang dewasa mampu
mengekskresikan urine 33% lebih banyak dari orang dewasa, seiring
penuaan lansia juga mengalami perubahan pada fungsi ginjal dan
kandung kemih sehingga mengakibatkan perubahan pada pola
eliminasi urine( mis nokturia, seing berkemih dan residu urine).
Sedangkan ibu hamil juga bisa mengalami peningkatan miksi akibat
adanya penekanan pada kandung kemih.
2. Asupan cairan dan makanan. Kebiasaan mengkonsumsi cairan seperti (
the, kopi, coklat, alcohol) dapat meningkatkan ekskresi urine karena
dapat menghambat hormon antidiuretic (ADH).
3. Kebiasaan /gaya hidup. Kebiasaan seseorang saat berkemih, seperti
sesorang yang terbiasa BAK disungai akan kesulitan BAK di toilet
ataupun pisppot saat sakit
4. Factor psikologis, kondisi stress dan cemas dapat meningkatkan
stimulus urine, di samping stimulus buang air besar (diarre) sebagai
upaya kompensasi.
5. Aktivitas dan tonus otot. Eliminasi urine membutuhkan kerja
(kontraksi) otot-otot kandung kemih, abdomen,dan pelvis. Jika terjdi
gangguan pada kemampun tonus otot, dorongan untuk berkemih juga
akan berkurang.Aktivitas dapat meningkatkan kemmpuan metabolism
dan produksi urine secara optimal.
6. Kondisi patologis.kondisi sakit seperti demam dapat menyebabkan
penurunan produksi urine akibat banyaknya cairan yang dikeluarkan
melalui penguapan kulit . kondisi inflamasi dan iritasi organ kemih
dapat menyebabkan retensi urine
7. Medikasi. Penggunaan obat-obatan tertentu ( seperti diuretik) dapat
meningkatkan produksi urine , sedangkan penggunaan antikolinergik
dapat menyebabkan retensi urine
8. Prosedur pembedahan tindakan pembedahan menyebabkan stress yang
akan memicu sindrom adaptasi umum. Kelenjar hipofisis anterior akan
melepaskan hormon ADH sehingga meningkatkan reabsorbsi air dan
menurunkan haluran urine. Selin itu, respons stress juga meningkatkan
kadar aldosteron yang mengakibatkan penurunan haluaran urine
9. Pemeriksaan diagnostic prosedur pemeriksaan saluran perkemihan
seperti pielogram intravena dan urogram, tidak membolehkan pasien
mengkonsumsi cairan per oral sehingga akan mempengaruhi haluaran
urine, perkemihan (misalnya, sitoskopi) dapat menyebabkan edema
pada outlet uretra dan spasme pada spingter kandung kemih , ini
menyebabkan klien mengalami retensi urine dan mengeluarkan urine
berwarna merah muda akibat adanya perdarahan.
E. Jenis Gangguan
1. Inkontinensia urine. Kondisi ketika dorongan berkemih tidak mampu
di control oleh sfingter eksternal, sifatnya bisa menyeluruh
(Inkontinensia komplit) atau sebagan (Inkontinensia parsial). Ada 2
jenis inkontinesia yaitu :
a. Inkontinensia stress terjadi saat tekanan intraabdomen
meningkat dan menyebabkan kompresi kandung kemih.
Kondisi ini biasanya terjadi ketika seseorang batuk atau
tertawa . penyebabnya antara lain peningkatan intraabdomen,
perubahan degenerative terkait usia
b. Inkontinensia urgensi. Terjadi ketika klien mengalami
pengeluaran urine involunter karena desakan yang kuat dan
tiba-tiba untuk berkemih, penyebab infeksi saluran kemih
bagian bawah, spasme kandung kemih, overdistensi kandung
kemih, peningkatan kapasitas kandung kemih, peningkatan
konsumsi kafein atau alcohol serta peningkatan konsentrasi
urine (Taylor,1989)
2. Retensi urine. Retensi urine adalah kondisi tertahannnya urine di
kandung kemih akibat terganggunya proses pengosongan kandung
kemih sehingga kandung kemih menjadi regang. Kondisi ini
disebabkan oleh obstruksi seperti hipertrofi prostat, pembedahan otot
sfingter yang kuat peningkatan tekanan uretra akibat otot detrusor
yang lemah
3. Enuresis ( mengompol). Adalah peristiwa berkemih yang tidak
disadari , hal ini apling banyak terjadi pada anak-anak di malam hari
(enuresis nocturnal). Penyebabkan adalah kapsitas kandung kemih
yang kurang dari normal, infeksi saluran kemih, konsumsi makanan
yang mengandung banyak garam dan mineral,takut kelur malam dan
gangguan pola miksi
4. Seriing berkemih (frekuensi). Meningkatnya frekuensi berkemin tanpa
disertai peningkatan asupan cairan kondisi ini biasanya terjadi pada
wanita hamil (tekanann pada kandung kemih , kondsii setres dan
infeksi saluran kemih
5. Urgensi. Perasaan yang kuat untuk berkemih, biasanya terjadi pada
anak-anak karena kemampuan control sfingter mereka yang elmah.
Gangguan ini biasanya muncul karena kondisi stress psikologi dan
iritasi uretra.
6. Disuria. Adalah rasa nyeri dan kesulitan saat berkemih. Ini biasanya
terjadi pada kasusinfeksi uretra, infeksi saluran kemih, trauma
kandung kemih.
7. Polyuria. Produksi urine yang melebihi batas normal tanpa disertai
peningkatan asupan cairan. Kondisi ini dapat terjadi pada penderita
diabetes, ketidakseimbangan hormonal (mis,ADH), dan nefritis kronis
polyuria dapat menyebabkan kehilangan cairan berlebihan yang
mengarah pada dehidrasi
8. Oliguria dan anuria. Produksi urine yang rendah yakni 100-500 ml/24
jam. Kondisi ini bisa disebabkan oleh asupan cairan yang sedikit atau
pengeluaran cairan yang abnormal, dan terkadang ini mengindikasikan
gangguan pada aliran darah menuju ginjal Sedangkan anuria adalah
produksi urine kurang dari 100ml/24 jam.
F. Pengkajian
A. Riwayat Keperawatan
1. Masalah keperawatan yang pernah dialami:
a. Apakah sering merasakan perubahan pola berkemh seperti sering
BAK, apakah sering , mengompol tanpa disadari, apakah memiliki
riwayat infeksi pada daerah kandung kencing ?
b. Apakah sering merasakan nyeri dan kesulitn saat ingin BAK?
2. Riwayat penyakit eliminasi urine
a. Apakah sering mengalami retensi urine, inkontinesia urine, disuria,
infekasi saluran kemih,dll
3. Gaya hidup
a. Apakah sering mengkonsumsi minuman alcohol dan minuman
yang mengandung kafein?
b. Tinggal dimana, kebiasaan BAK dimana?
c. Adakah aktivitas yang mempengaruhi pola berkemih?
4. Frkuensi berkemih
a. Berapa kali sehari BAK?
b. Apakah baru bangun tidur selalu BAK?
c. Apakah sering menahan berkemih?
5. Volume berkemih .kaji perubahan volume berkemih untuk mengetahui
adanya ketidakseimbangan cairan dengan membandingkan
membandingkannya denganvolume berkemih normal
6. Asupan dan haluaran cairan
a. Catat haluaran urine selama 24 jam
b. Kaji kebiasaan minum klien setiap hari (jenis dan jumlah cairan
yang diminum)
c. Catat asupan cairan per oral, lewat makanan, cairan, infus, NGT
(bila ada)

B. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen. Kaji dengan cermat adanya pembesaran,distensi kandung
kemih, pembesaran ginjal,nyeri tekan pada kandung kemih
b. Genetalia.Kaji kebersihan genetalia, amati adanya bengkak,rabas atau
radang pada meatus uretra, pada laki-laki kaji adanya pembesaran
pada skrotum,atau nyeri tekan. Pada wanita, kaji adanya lesi, nodul
dan adanya radng pada labia mayora dan minora
c. Urine. Kaji karakteristik urine klien, bandingkan dengan karateristik
norma
C. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan urine, warna kejernihan, dan bau urine, selain itu juga
bisa dilakukan pemeriksaan protein,glukosa
b. Tes darah. Pemeriksaan BUN, kreatinin, nitrogen non protein (NPN),
sistoskopi,intravenous pyelogrm (IVP)
G. Diagnosa keperawatan
1. Hambatan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih
2. Inkontinensia urine stress berhubungan dengan kelemahan otot
pelvik,perubhan degenerative pada otot-otot pelvik
3. Retensi urine berhubungan dengan sumbatan saluran perkemihan
H. Rencana Keperawatan (NOC dan NIC dan rasionalnya)
1. Diagnosa Hambatan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran
kemih
Tujuan: setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam di harapkan
“Eliminasi Urine pasien” Ditingkatkan dari level 3 (cukup terganggu) ke
level 4 (sedikit tergangu)
Kretiria Hasil : Pola eliminasi,Jumlah urine,mengosongkan kantong kemih
sepenuhnya,trekuensi berkemih,
Intervensi :
1. Membuat jadwal aktivitas terkait eliminasi,dengan tepat
2. Menginstruksikan pasien atau yang lain dalam rutinitas toilet
3. Membuat kegiatan eliminasi,dengan tepat dan sesuai dengan
kebutuhan
4. Menyediakan alat bantu (misalnya kateter eksternal atau urinal)
dengan tepat

Rasional :

-dengan meneydiakan alat bantu kateter dan membuat kegiatan eliminasi


dengan tepat dapat membantu pola eliminasi urne pasien

-membntu proses pengeluaran urine

2. Diagnosa : Inkontinensia urine stress berhubungan dengan kelemahan otot


pelvik,perubahan degenerative pada otot-otot pelvik
Tujuan: Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapakan “Kontinensia Urin” Pasien Dipertahankan pada level 2
“Jarang Menunjukkan”.
Kretiria Hasil : Respon berkemih sudah tepat waktu, Berkemih pada
tempat yang tepat, mengenali keinginan untuk berkemih
Intervensi Umum:
1. Mengkaji factor penyabab inkontnensia
2. Menjelaskan pengaruh otot dasar panggul yang tidak kompeten
terhadap kontinensia
3. Mengajarkan cara berlatih otot panggul kepada klien
4. Memberikan instruksi untuk melakukan latihan otot panggul
5. Melakukan penyuluhan kesehatan unttuk individu yang tetap
mengalami inkontnensiasetelah melakukan berbagai upaya untuk
mengatasinya

Rasional :

-pada inkontinensia strss, otot dasar panggul dan otot levator ani telah
melemah atau meregang akibat kelahiran anak, trauma,atrofi menopause
atau obesitas

-latihan otot panggul menguatkan dn mengencangkan otot dasar panggul

3. Diagnosa :Retensi urine berhubungan dengan sumbatan saluran


perkemihan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan selama 3 x 24 jam di harapkan
“Eliminasi Urine pasien” Ditingkatkan dari level 3 (cukup terganggu) ke
level 4 (sedikit tergangu)
Kretiria hasil :Retensi urune, Pola eliminasi,Jumlah urine,mengosongkan
kantong kemih sepenuhnya,trekuensi berkemih

Intervensi umum:
1. Mengkaji factor-faktor yang menyebabkan retensi urine seperti cedera,
trauma/infeksi medulla spinalis
2. Menjelaskan rasional terapi pada klien
3. Mengajarkan cara melakukan peregangan abdomen dan maneuver
valsalva
4. Mengajarkan cara melakukan maneuver crede
5. Mengajarkan cara melakukan peregangan maneuver anus
6. Menganjurkan klien untuk mencoba ketiga teknik atau gabungan dari
setiap teknik diatas untuk menentukan teknik mana yang paling efektif
gun mengosongkan kandung kemih
7. Mencatat teknik mana yang digunakan untuk menginduksi berkemih
8. Mengumpulkan residu urine psc berkemih setelah melakukn upaya
pengosongan kandung kemih jika volume residu urine lebihdari 10 ml,
jadwalkan program kateterisasi intermitten
9. Melakukan penyuluhn kesehatan

Rasional :

-Dribbling seringkali dapt dikurangi dengan menurunkan tekanan pada


dinding kandung kemih dan abdomen serta menguatkan jaringan
periutertra

-untuk meningkatkan kenyamanan saat berkemih, klien harus melatih


reffleks berkemih dengan mengkonsumsi cairan yang adekuat dan
menghambat kontraksi kandung kemihberkemih yang sering
menyebabkan pola berkemih volume-rendah dan dapat meningkatkan
aktivitas detrusor dengan menghambat urgensi untuk berkemih dapat
meningkatkan interval berkemih dan menurunkan aktivitas otot detrusor

-pada abnyak klien manuvercrrede dapat membantu mengosongkan


kandung kemih. Meski demikian , manuverini tidak sesuai dilakukan jika
sfingter kandung kemih berkontraksi dalam wakyu yang lama Pada kasus
ini menekan kandung kemih dapat memaksa urine naik emnuju ureter dan
mengalir di sepanjang uretra. Refluks urine ke dalam pelvis ginjal dapat
menyebabkan infeksi ginjal.

-manuver valsalva dapat menimbulkan kontraksi pada otot abdomen yang


akan mengompresi kandung kemih

-stimulasi sfingter anus dapat menstimulasi reflex berkemih

I. Daftar Pustaka
1. Mubarak ,2007,Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, Gresik, Penerbit
Buku Kedokteran EGC
2. Nanda-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2010,
Penerbit Buku Kedokteran EGC
3. Yuwono,2012, Studi Deskriptif Volume Urin 24 Jam Ibu Hamil Studi
Jurnal Nursing Studies,Vol 1.No1

Anda mungkin juga menyukai