CEDERA KEPALA
Disusun Oleh :
Aqillatul Husna
1814401110004
TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
CEDERA KEPALA
1. Kulit kapala
Pada bagian ini tidak terdapat banyak pembuluh darah. Bila robek,
pembuluh- pembuluh ini sukar mengadakan vasokonstriksi yang dapat
menyebabkan kehilangan darah yang banyak. Terdapat vena emiseria dan
diploika yang dapat membawa infeksi dari kulit kepala sampai dalam
tengkorak(intracranial) trauma dapat menyebabkan abrasi, kontusio,
laserasi, atau avulasi.
2. Tulang kepala
Terdiri dari calvaria (atap tengkorak) dan basis eranium (dasar tengkorak).
Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuibis tulang tengkorak
disebabkan oleh trauma. Fraktur calvarea dapat berbentuk garis (liners)
yang bisa non impresi (tidak masuk / menekan kedalam) atau impresi.
Fraktur tengkorak dapat terbuka (dua rusak) dan tertutup (dua tidak rusak).
Tulang kepala terdiri dari 2 dinding yang dipisahkan tulang berongga,
dinding luar (tabula eksterna) dan dinding dalam (labula interna) yang
mengandung alur- alur artesia meningia anterior, indra dan prosterion.
Perdarahan pada arteria- arteria ini dapat menyebabkan tertimbunya darah
dalam ruang epidural.
3. Lapisan Pelindung otak / Meninges
Terdiri dari 3 lapisan meninges yaitu durameter, Asachnoid dan diameter.
a. Durameter adalah membran luas yang kuat, semi translusen, tidak
elastis menempel ketat pada bagian tengkorak. Bila durameter robek,
tidak dapat diperbaiki dengan sempurna. Fungsi durameter :
1) Melindungi otak Menutupi sinus-sinus vena ( yang terdiri dari
durameter dan lapisan endotekal saja tanpa jaringan vaskuler )
2) Membentuk periosteum tabula interna.
2. Pengertian
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak
langsung pada kepala (Arifin, 2013).
Cedera kepala (trauma kepala) adalah kondisi dimana struktur kepala
mengalami benturan dari luar dan berpotensi menimbulkan gangguan pada fungsi
otak. Beberapa kondisi pada cedera kepala meliputi luka ringan, memar di kulit
kepala, bengkak, perdarahan, dislokasi, patah tulang tengkorak dan gegar otak,
tergantung dari mekanisme benturan dan parahnya cedera yang dialami (Willy,
2017).
Cedera kepala merupakan cedera yang meliputi tauma kulit kepala,
tengkorak, dan otak. Penderita cedera kepala seringkali mengalami edema serebri
yaitu akumulasi kelebihan cairan di intraseluler atau ekstraseluler ruang otak atau
perdarahan intrakranial yang mengakibatkan meningkatnya tekanan intrakranial
(Morton, 2012).
Cedera kepala adalah suatu gangguan trauma yang mengenai kulit kepala,
tengkorak atau otak disertai/tanpa perdarahan yang terjadi akibat injury secara
langsung maupun tidak langsung pada kepala.
3. Etiologi
Penyebab dari cedera kepala adalah adanya trauma pada kepala meliputi
trauma oleh benda/serpihan tulang yang menembus jaringan otak, efek dari
kekuatan/energi yang diteruskan ke otak dan efek percepatan dan perlambatan
(akselerasi-deselerasi) pada otak, selain itu dapat disebabkan oleh kecelakaan
jatuh, trauma akibat persalinan (Sari, 2019).
O2 gangguan
metabolisme tahanan vaskuler
Teradapat luka di
Kontusiocerebri Sistemik
Kerusakan Sel otak kepala
Asam laktat
Kerusakan integritas kulit
tek.
Gangguan autoregulasi
Oedem otak Pemb.darahPulmo
rangsangan simpatis
Risiko tek. Hidrostatik
ketidakefektifan
perfusi jaringan K
ebocoran cairan
otak
kapiler
oedema paru
Penumpukan
cairan/secret
Difusi O2
terhambat
Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya
yaitu cedera kepala primer dan cedera kepala sekunder, cedera kepala primer
merupakan suatu proses biomekanik yang terjadi secara langsung saat kepala
terbentur dan dapat memberi dampak kerusakan jaringan otak. Pada cedera
kepala sekunder terjadi akibat dari cedera kepala primer, misalnya akibat dari
didalam jaringan cerebral. Kematian pada penderita cedera kepala terjadi karena
perfusi jaringan cerebral dan berakhir pada iskemia jaringan otak. (Tarwoto,
2007).
1. Cedera Primer
Kerusakan akibat langsung trauma, antara lain fraktur tulang tengkorak,
robek pembuluh darah (hematom), kerusakan jaringan otak (termasuk
robeknya duramater, laserasi, kontusio).
2. Cedera Sekunder
Kerusakan lanjutan oleh karena cedera primer yang ada berlanjut melampaui
batas kompensasi ruang tengkorak. Hukum Monroe Kellie mengatakan
bahwa ruang tengkorak tertutup dan volumenya tetap. Volume dipengaruhi
oleh tiga kompartemen yaitu darah, liquor, dan parenkim otak. Kemampuan
kompensasi yang terlampaui akan mengakibatkan kenaikan TIK yang
progresif dan terjadi penurunan Tekanan Perfusi Serebral (CPP) yang dapat
fatal pada tingkat seluler.
5. Manifestasi klinik
Menurut Sari (2019) manifestasi klinik yang muncul pada penderita cedera
otak yaitu :
1. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
2. Kebingungan
3. Iritabel
4. Pucat
5. Mual dan Muntah
6. Pusing kepala
7. Terdapat hematoma
8. Kecemasan
9. Sukar untuk dibangunkan
10. Bila fraktur, mungkin adanya cairan serebrospinal yang keluar dari hidung
(rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila frakur tulang temporal
11. Peningkatan TD, penurunan frekuensi nadi, peningkatan pernafasan.
6. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, urine, kimia darah, analisa gas
darah.
2. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras : mengidentifikasi luasnya lesi,
perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak)
3. MRI : dugunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif
4. Cerebral angiography : menunjukkan anomali sirkulasi cerebral, seperti
perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma
5. X-Ray : mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur
garis (perdarahan, edema), fragmen tulang. Ronsent tengkorak maupun thorak
6. CSF, Lumbal Punksi : dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan
subarachnoid
7. ABGs : mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernafasan
(oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial
8. Kadar elektrolit : untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat
dari peningkatan tekanan intrakranial (Sari, 2019).
8. Komplikasi
1. Perdarahan intra cranial
2. Kejang
3. Parese saraf cranial
4. Meningitis atau abses otak
5. Infeksi pada luka atau sepsis
6. Edema cerebri
7. Timbulnya edema pulmonum neurogenik, akibat peninggian TIK
8. Kebocoran cairan serebrospinal
9. Nyeri kepala setelah penderita sadar (Sari, 2019)
9. Prognosis
Prognosis cedera otak traumatik tergantung pada keparahan benturan. Angka
morbiditas dan mortalitas pasien cedera otak traumatik berat tinggi yakni masing-
masing 38% dan 29% (Tampubolon, 2019).
b. Pengkajian sekunder
1) Identitas : nama, usia, jenis kelamin, kebangsaan/suku, berat badan,
tinggi badan, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, anggota
keluarga, agama.
2) Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat
kejadian, status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan
segera setelah kejadian.
3) Aktivitas/istirahat
Gejala : Merasa lelah, lemah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, puandreplegia,
ataksia, cara berjalan tidak tegang.
4) Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah (hipertensi), bradikardi,
takikardi.
5) Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, angitasi, bingung, depresi dan
impulsif.
6) Makanan/cairan
Gejala : Mual, muntah dan mengalami perubahan selera. Tanda :
muntah, gangguan menelan.
7) Eliminasi
Gejala : Inkontinensia, kandung kemih atau usus atau mengalami
gangguan fungsi.
8) Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia, vertigo, sinkope,
kehilangan pendengaran, gangguan pengecapan dan
penciuman, perubahan penglihatan seperti ketajaman.
Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status
mental, konsentrasi, pengaruh emosi atau tingkah laku dan
memoris.
9) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala.
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri
yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat, merintih.
10) Pernafasan
Tanda : Perubahan pola pernafasan (apnoe yang diselingi oleh
hiperventilasi nafas berbunyi)
11) Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan.
Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan rentang
gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum mengalami paralisis,
demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh.
12) Interaksi sosial
Tanda : Apasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara
berulang-ulang, disartria.
12. Intervensi
Tujuan dan
Diagnosa Rencana Keperawatan
No Kriteria Hasil Rasional
Keperawatan (NIC)
(NOC)
1. Risiko Setelah dilakukan Monitor (Pemantauan) Rasional dari
asuhan Tekanan Intra Kranial intervensi
Ketidakefektifan
keperawatan (TIK) (2590, hal.238) 1. Keluarga dan
Perfusi Jaringan selama 1x24 jam 1. Berikan informasi pasien berhak
diharapkan kepada pasien dan mengetahui
Otak dengan
masalah defisien keluarga/orang kondisi pasien
faktor risiko volume cairan penting lainnya 2. Mengetahui
dapat teratasi 2. Monitor tekanan normal tidaknya
penyalahgunaan
dengan aliran darah otak aliran darah otak
zat Kriteria Hasil : 3. Monitor intake dan 3. Cairan yang
Perfusi output cairan seimbang penting
Jaringan : 4. Letakkan kepala dan bagi tubuh
Serebral (0406, leher pasien dalam 4. Agar aliran darah
hal.451) posisi netral, hindari menuju otak
1. Nilai rata-rata fleksi pinggang yang lancar
tekanan darah berlebihan 5. Bila terlalu tinggi
normal 5. Sesuaikan kepala akan menyulitkan
(040617) tempat tidur untuk perfusi jaringan
2. Sakit kepala mengoptimalkan 6. Mencegah infeksi
berkurang perfusi serebral
(040603) 6. Berikan antibiotik
Kegelisahan
berkurang
(040605)
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen jalan 1. Posisi miring atau
bersihan jalan tindakan nafas (3140, hal.186) : semifowler/fowler
nafas b/d keperawatan 1. Mengatur posisi mampu
peningkatan selama 3 x 24 jam klien mengurangi sesak
sputum ditandai diharapkan 2. Auskultasi suara 2. Spasme bronkus
dengan batuk bersihan jalan nafas dapat
produktif napas efektif 3. Monitor TTV diukur/diketahui
sesuai dengan 4. Berikan air letak dengan
kriteria: minum hangat mendengar
Status Pernafasan 5. Memberikan suaranya
(0415, hal.556) terapi oksigen 3. TTV suatu
1. Frekuensi pemeriksaan
pernafasan dasar untuk
dalam batas mengetahui
normal kondisi umum.
(041501) 4. Air hangat
2. Suara nafas membantu
normal tanpa mengencerkan
ada suara sekret
tambahan 5. Oksigen
(041522) membantu proses
3. Batuk efektif pernafasan.
(041531)
4. Irama teratur
(041502)
3. Kerusakan Setelah dilakukan Perawatan Luka 1. Normal saline
integritas kulit asuhan (3660, hal. 373) menjaga
keperawatan 1. Bersihkan dengan kelembaban
selama 1x24 jam normal saline atau 2. Menghindari
diharapkan pembersih yang terjadinya infeksi
masalah defisien tidak beracun, 3. Menjaga
volume cairan dengan tepat kesehatan kulit
dapat teratasi 2. Berikan perawatan 4. Setiap pembalut
dengan ulkus pada kulit, memiliki manfaat
Kriteria Hasil : yang diperlukan yang berbeda
Integritas 3. Oleskan salep yang pada masing-
Jaringan : Kulit sesuai dengan masing jenis kulit
& Membran kulit/lesi 5. Menjaga luka dari
Mukosa (1101, 4. Berikan balutan pajanan infeksi
hal.107) yang sesuai dengan
1. Perfusi jenis luka
jaringan efektif 5. Perkuat balutan
(110111) (luka), sesuai
2. Integritas kulit kebutuhan
membaik
(110113)
DAFTAR PUSTAKA
Morton, G. H. 2012. Keperawatan Kritis Volume 1 & 2. Edisi 8. Jakarta : EGC
Arifin, M. Z. 2013. Cedera Kepala : Teori dan Penanganan. Jakarta : Sagung Seto
Willy, T. 2017. Cedera Kepala. URL: https://www.alodokter.com/cedera-
kepala#:~:text=Cedera%20kepala%20(trauma%20kepala)%20adalah,menimbulkan
%20gangguan%20pada%20fungsi%20otak. Diakses pada tanggal 11 Januari 2021
Sari, D. D. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Tn”A” Dengan Kasus : Cedera Kepala
Berat di Ruang IGD RSUD H. Hanafie Muara Bungo. Karya Tulis Ilmiah. Stikes
Perintis Padang
Tampubolon, G. S. 2019. Cedera Otak Traumatik. URL :
https://www.alomedika.com/penyakit/neurologi/cedera-otak-traumatik/prognosis.
Diakses pada tanggal 11 Januari 2021
Gabriella, G. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Ny.A Dengan Cedera Kepala Ringan
di Ruang Ambun Suri Lantai 2 RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Karya Tulis
Ilmiah. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang