Anda di halaman 1dari 5

GLOBAL WARMING, KILLING MY POLAR BEAR

ESAI KECIL
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Fisika Untuk Biologi

Yang diampu oleh Dr.Parno, M.Si,

Disusun oleh :

Viska Rinata

NIM : 200342616856

viskarinata019@gmail.com

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
BIOLOGI
2020
Global Warming, killing My Polar Bear

Beruang kutub atau dalam bahasa inggris dinamakan polar bear dan mempunyai sebutan
lain sebagai beruang es masih mempunyai nama ilmiah yakni maritimus yang merupakan
mamalia besar dalam aturan marga keluarga biologi Ursidae. Dia tergolong spesies circumpolar
yang terdapat di sekitar benua paling utara bumi, yakni meliputi benua Artik dan termasuk
beruang paling karnivora di antara keluarga beruang lainnya. Beruang kutub kadang-kadang juga
diklasifikasi sebagai mamalia laut, mengingat kuatnya dengan suhu dingin dan pegunungan.
Beruang kutub memiliki tinggi memiliki berat antara 400 – 600 kilogram dan kadang-kadang
dapat mencapai lebih dari 800 kg dengan tinggi mencapai lebih dari 2,5 meter. Sementara itu
beruang kutub betina hanya separuh dari berat beruang jantan dengan berat antara 200 – 300 kg
dan tinggi sekitar 2 meter. Beruang kutup ini mempunyai indra penciuman yang sangat tajam,
bahkan mereka mampu mencium bau bangkai paus atau anjing laut dari jarak 20 mil.

Beruang kutub merupakan hewan yang spesial. Mereka mampu hidup pada suhu ekstrim
di daerah kutub. Hewan ini tergolong sebagai perenang handal lantaran mampu berenang hingga
sejauh 60 mil tanpa henti. Mereka berenang dengan menggunakan tungkai depan dan belakang
sebagai kemudinya. Kelenjar minyak yang ada pada kulitnya dapat meminyaki bulunya dengan
baik sehingga tahan air dan membuat tubuhnya tetap kering selama berenang. Untuk dimusim
panas pada bulan Mei – Juni di kutub utara, para beruang akan merontokkan bulunya secara
alami untuk menjaga suhu tubuh tetap stabil. Fakta unik dari beruang kutub adalah meskipun
beruang kutub tampak putih, bulunya sebenarnya transparan, menurut WWF-UK. Mereka
tampak putih karena memantulkan cahaya, memberikan kamuflase di salju. Di bawah semua
bulu itu, beruang kutub memiliki kulit hitam. Itu membantu mereka menyerap sinar matahari
yang menghangatkannya, seperti diungkapkan National Geographic, yang menjaga mereka tetap
hangat di suhu yang sangat dingin, jadi tubuh beruang kutub memang didesain untuk
menghadapi suhu dingin. Lantas bagaimana nasib beruang kutub ketika suhu bumi meningkat?

Penelitian iklim oleh Jochem Marotzke meramalkan terus berlanjutnya pemanasan


global. Perhitungan menunjukan, Kutub Utara memanas dua kali lebih cepat, ketimbang kawasan
lainnya di dunia. Diperhitungkan adanya pemanasan antara 8 sampai 10 derajat Celsius, di
kawasan lintang Kutub Utara. Pengukuran yang dilakukan 300 pakar iklim dari delapan negara
yang lokasinya berbatasan dengan Kutub Utara menunjukan, dalam tiga dekade terakhir, lapisan
es di lautan sekitar kutub menyusut sekitar 990 ribu kilometer persegi. Kondisi tersebut tentunya
berdampak pada ekosistem kutub, salah satunya adalah terkait siklus hidup beruang kutub. Pada
tahun 2008, beruang kutub adalah spesies vertebrata pertama yang terdaftar di bawah
Endangered Species Act Amerika Serikat yang terancam karena prediksi perubahan iklim.
Secara internasional, mereka terdaftar sebagai spesies yang rentan oleh International Union for
Conservation of Nature (IUCN). Kanada mengklasifikasikan beruang kutub sebagai spesies yang
menjadi perhatian khusus di bawah Nation Species Risk Act. IUCN juga memperkirakan bahwa
ada kurang dari 26.000 ekor beruang kutub di seluruh dunia. Jumlah mereka menyusut karena
hilangnya habitat dan mencairnya es laut. Ketika es hilang, mereka harus menempuh jarak yang
lebih jauh untuk mencari tanah yang stabil, yang bisa menjadi ancaman serius bagi kelangsungan
hidup mereka. Lebih sedikit es juga berarti lebih sedikit anjing laut yang menjadi makanannya.
Penelitian menemukan bahwa lamanya waktu seekor beruang dapat bertahan hidup tanpa
makanan berbeda-beda berdasarkan wilayah dan kondisi beruang tersebut, tetapi beruang kecil
adalah yang pertama yang terkena dampak oleh puasa yang panjang.Betina dewasa dengan
beruang kecil umumnya yang paling rentan dalam melakukan puasa panjang, diikuti oleh jantan
dewasa dan akhirnya betina penyendiri. Para peneliti memperkirakan beberapa di antaranya
dapat berpuasa selama 255 hari sebelum peluang mereka bertahan hidup menurun secara
signifikan. Sehingga jika kondisi pemanasan global terus berlangsung maka beruang akan
diperkirakan punah pada tahun 2100.

Barang tentu menjadi tanggung jawab kita semua untuk mengurangi faktor penyebab
pemanasan global. penelitian menemukan di bawah skenario iklim yang berjalan seperti
biasanya, di mana manusia gagal mengurangi emisi gas rumah kaca, hampir semua beruang
kutub di Kutub mungkin berjuang untuk bertahan hidup pada tahun 2100. Namun, jika manusia
mampu mengerahkan pengurangan emisi global yang cukup, maka kemungkinan beruang di
wilayah lain yang bertahan akan meningkat. Telah menjadi tanggung jawab kita semua untuk
tetap berbakti kepada alam dengan menjaga sikap dan perilaku kita dalam berkehidupan serta
memperhatikan dampak yang ditimbulkan secara langsung maupun di masa depan. Beruang
kutub adalah salah satu hewan yang terancam punah akibat aktivitas manusia yang memicu
pemanasan global. Belum terlambat untuk mengubah kemungkinan kepunahan beruang,
kuncinya adalah menekan laju pemanasan global di dunia dengan mngerahkan teknologi ramah
lingkungan dan menciptakan alternative energy yang tidak menimbulkan resiko lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai