Anda di halaman 1dari 19

MASA NIFAS/ POST PARTUM

(PUERPERIUM)

A.    PENGERTIAN
  Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Abdul Bari,2000). Masa
nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan  sampai alat-alat kandungan
kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu : 6 – 8 minggu minggu (Mochtar, 2001).
  Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6
minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003). Wanita yang melalui periode puerperium
disebut puerpura.
  Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi
dan laktasi ( Saifuddin, 2006 ).
  Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak
hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani, 2009)
  Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi
dalam waktu yang relative pendek darah sudah tidak keluar, sedangkan batasan maksimumnya
adalah 40 hari. Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat
alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6
minggu atau 40 hari.

B.     ASUHAN MASA NIFAS


Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu
maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan
50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis
bagi kehidupan bayi, 2/3 kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60%
kematian bbl terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan dan asuhan pada ibu
dan bayi pada masa nifas dapat mencegah kematian dini.

Asuhan keperawatan pada masa postpartum dibagi atas tiga periode, yaitu: (Mitayani,
2009)
1.      Immediate postpartum, adalah masa 24 jam postpartum
2.      Early postpartum, adalah masa pada minggu pertama postpartum
3.      Late Postpartum, adalah masa pada minggu kedua sampai dengan minggu keenam postpartum

C.    TUJUAN PERAWATAN MASA NIFAS


Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan yang
dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari rumah sakit.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.


2. Melaksanakan skrining yang komprehrnsif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk
bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat.
4. Untuk mendapatkan kesehatan emosi. (Bari Abdul, 2000)

D.    KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL MASA NIFAS


Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan
kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :

1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.


2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan
kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas
maupun bayinya.

E.     PERIODE MASA NIFAS


      Nifas dibagi menjadi 3 periode

1. Peurperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan
2. Peurperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu
3. Remote peurperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi ( bisa dalam
berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bertahun-tahun )

Dalam masa nifas, alat-alat genitalia intena maupun eksterna akan berangsur-angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam
keseluruhannya involusio. Perubahan-perubahan yang lain yang penting yakni hemokonsentrasi
dan timbulnya laktasi.  Yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogenik dari kelenjar
hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamma.

F.     PERUBAHAN MASA NIFAS


Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologis yang
meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu:

1. Perubahan fisik

a.       Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau
uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
1)     Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena  adanya hiperplasi,
dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih
tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran
jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan
ibu mengalami beser kencing setelah melahirkan.
2)     Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir yang
diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan
berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi
menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat
yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
3)     Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada jaringan otot
uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi: 
1)   Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi   dan  retraksi otot-
ototnya.           
Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan

Berat Diameter Bekas


Involusi TFU Keadaan Cervix
Uterus Melekat Plasenta
Setelah plasenta lahir Sepusat 1000 gr 12,5 Lembik
1 minggu Pertengahan pusat 500 gr 7,5 cm Dapat dilalui 2 jari
symphisis
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm Dapat dimasuki 1
jari
6 minggu Sebesar hamil 2 50 gr 2,5 cm
minggu

8 minggu Normal 30 gr

2)   Involusi tempat plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat
oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari
dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini
tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. (Sulaiman S, 1983l:
121)                
3)   Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah
persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi
dalam masa nifas.
4)    Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir minggu
pertama dapat dilalui oleh  1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari
cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang  sangat diregang waktu persalinan, lambat laun
mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak kembali.
b.   After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)
disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan
pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu analgesik.( Cunningham,
430)              
c.    Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas.
Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia ini berbau anyir
dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan  jumlah dan warnanya yaitu lokia rubra
berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa
mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.
1)   Lochea rubra (cruenta)           
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik caseosa, lanugo,
mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.
2)   Lochea sanguinolenta             
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca persalinan.
3)   Lochea serosa                         
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4 pasca persalinan.
4)   Lochea alba                            
Cairan putih setelah 2 minggu.
5)   Lochea purulenta                      
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
6)   Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
d.   Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya akan pulih
dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah
bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang 
menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali
sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130)
e.    Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah  untuk mengakomodasi   penambahan aliran
darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen
mengakibatkan  diuresis yang menyebabkan  volume plasma menurun secara cepat pada kondisi
normal. Keadaan ini terjadi pada  24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien
mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu  mengurangi retensi cairan
sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan   (V Ruth B, 1996:
230).
f.     Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan ekskresi
produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post partum.( V
Ruth B, 1996: 230)
g.    System Hormonal
1)         Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot uterus dan jaringan
payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah
itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan
plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan
bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus
dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen,  progesteron dan hormon
laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
2)      Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula  hipofise  anterior
bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui
kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak
menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini
mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior  untuk bereaksi pada ovarium yang
menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal
folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.( V Ruth B, 1996: 231)
3)       Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu ini
merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang
disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan
ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan kelenjar susu
sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem
LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air susu.
Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu
oleh bayi. Rangsang ini  menuju ke hypofise dan menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah
dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai permulaan
sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %, garam 0,1 –
0,2 %.  
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air susu sangat
tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu.( Obstetri Fisiologi
UNPAD, 1983: 318 )
h.   Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:  
Tabel perubahan Tanda-tanda Vital
Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal
Tanda-tanda vital Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90
mmHg, mungkin bisa naik dari mmHg
tingkat disaat persalinan 1 – 3
hari post partum.
Suhu tubuh < 38 0 C Suhu > 380 C
Denyut nadi: 60-100 X / menit Denyut nadi: > 100 X / menit

1)    Vital Sign  sebelum kelahiran bayi :


a)    Suhu  :
      saat partus lebih 37,20C
      sesudah partus naik + 0,50C
      12 jam pertama suhu kembali normal
b)    Nadi :
      60 – 80 x/mnt
      Segera setelah partus bradikardi
c)     Tekanan darah :
TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini akan normal kembali dalam waktu
1 jam
2)    Vital sign setelah kelahiran anak :
a)    Temperatur :
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 380C (100,40F) disebabkan  oleh efek
dehidrasi dari  persalinan. 
Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormon setelah 24 jam wanita keluar dari
febris.
b)    Nadi :
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi naik pada jam pertama. Dalam 8 –
10 minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-rata sebelum hamil.
c)     Pernapasan :
Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita sebelum persalinan.
d)    Tekanan darah :
Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik hipotensi adalah indikasi   merasa pusing atau
pusing
tiba-tiba setelah terbangun, dapat terjadi 48 jam pertama.
Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah :
      Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu menjadi 380C (100,4F0
      Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin indikasi hipovolemik akibat
perdarahan.
      Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena tingginya sub arachnoid (spinal)
blok.
      Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari hipovolemik sekunder dari perdarahan,
bagaimana tanda
      terlambat dan gejala lain dari perdarahan kadang-kadang merupakan sinyal tenaga medis

2. Perubahan Psikologi

 Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:
a.    Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi  interaksi dan kontak
yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang
tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya dan
menciptakan hubungan yang baru.
b.    Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha bertanggung jawab
terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada periode
ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air
besar.
c.    Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab terhadap
bayi.( Persis Mary H, 1995:     )
Sedangkan stres  emosional pada ibu nifas kadang-kadang  dikarenakan kekecewaan yang
berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu.
Manifestasi ini disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum

G.    KOMPLIKASI
1.    Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24 jam pertama
sesudah kelahiran bayi)
2.    Infeksi

a. Endometritis (radang edometrium)


b. Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
c. Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
d. Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjdi keras dan
berbenjol-benjol)
e. Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ;  Jika tidak ada pengobatan bisa
terjadi abses)
f. Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose superficial
yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan dan nifas, yang
ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
g. Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik 38,3 °C,
nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus atau nanah
warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)

3.    Gangguan psikologis


a.       Depresi post partum
b.      Post partum Blues
c.       Post partum Psikosa
4.    Gangguan involusi uterus

H.    PROGRAM PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN


Kjgn Waktu Tujuan
1 6-8 jam Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
post partum Mendetaksi dan merawat penyebab lain perdarahan, Rujuk bila
perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan karena atonia uteri.
Pemberian ASI awal
Membina hubungan antara ibu dan bayinya.
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu
dan BBL untuk 2 jam pertama setelah kelahiran/ sampai ibu dan bayi
dalam keadaan stabil
2 6 hari post          Memastikan involusi uteri berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus
partum di bawah pusat, tak ada perdarahan abnormal,  tak ada bau.
         Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
         Memastikan ibu mendapatkan makanan, cairan dan cukup istirahat.
         Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
         Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu Sama seperti di atas ( 6 hari post partum)
post partum
4 6 minggu   Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami pada
post partum ibu maupun pada bayinya.
  Menberikan konseling untuk KB

I.       TINDAKAN PADA IBU NIFAS NORMAL


TINDAKAN DISKRIPSI DAN KETERANGAN
1. Kebersihan diri         Anjurkan kebersihan seluruh tubuh. Menganjurkan ibu tentang
bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
        Sarabkan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya 2 kali dalam sehari.
        Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air  sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
        Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
menghindari menyentuh daerah luka.
2.Istirahat         Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan
berlebihan
        Sarankan untuk kembali kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta tidur siang atau beristirahat saat bayinya tidur
        Apabila kurang istirahat dapat mempengaruhi: Jumlah produksi ASI,
memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, 
menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat bayi dan dirinya.

3.Latihan         Diskusikan tentang pentingnya latihan beberapa menit setiap hari akan
sangat membantu. Dengan tidur terlentang lengan di samping, menarik
otot perut selagi menarik napas, tahan napas ke dalam dan angkat dagu
ke dada tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi sampai 10 kali.
        Untuk memperkuat tonus otot vagina dengan latihan Kegel.
        Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan  otot-otot pantat dan
pinggul tahan sampai hitungan 5, kendurkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali.
4. Gizi         Ibu menyusui harus:
        Mengkonsumsi tambahan kalori tiap hari
        Diit berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vit yang
cukup.
        Minum sedikitnya 3 liter / hari
        Tablet zat besi setidaknya selama 40 hari post partum
        Kapsul vitamin A (200.000 Ui) agar bisa memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI.
5.Perawatan         Menjaga payudara tetap bersih dan kering
Payudara         Memakai BH yang benar-benar menyokong  buah dada, tidak boleh
terlalu ketat atau kendor.
        Apabila putting susu lecet oleskan colostrom atau ASI yang keluar
pada sekitar putting susu setiap kali menyusui.
        Apabila lecet lebih parah dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan memakai sendok.
        Untuk menghilangkan nyeri minum Paracetamol 1 tablet setiap 4 – 6
jam.
        Apabila payudara bengkak lakukan:
  Kompres payudara dengan kain basah dan hangat kira-kira  5 menit
  Urut payudara ( seperti  Breast Care).
  Keluarkan ASI sebagian di bagian depan payudara.
  Susukan bayi setiap 2 – 3 jam sekali
  Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
  Payudara dikeringkan.
6.Hubungan   Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah
perkawinan atau merah berhenti dan ibu dapat menilai dengan memasukkan 1 – 2
Rumah Tangga jarinya ke dalam vagina tanpa  rasa nyeri.
  Tetapi ada tradisi dan aturan agama tertentu baru boleh  melakukan
hubungan seksual setelah 40  hari.
7.Keluarga         KB dilakukan sebelum haid pertama setelah persalinan. Penjelasan
Berencana tentang KB adalah sebagai berikut:
        Bagaimana metode KB dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya.
        Kelebihan dan keuntungan KB
        Efek samping
        Bagaimana memakai metode yang benar
        Kapan metode itu dapat dimulai dipakai untuk wanita post partum.

J.       TINDAKAN PADA BAYI PERSALINAN NORMAL


TINDAKAN DISKRIPSI DAN KETERANGAN
1.Kebersihan  Basuh bayi dengan kain/ busa setiap hari
 Bayi yang baru lahir tidak boleh dimandikan sepenuhnya  sampai
tali pusatnya kering dan  pangkalnya telah sembuh.
 Setiap kali bayi BAB atau BAK  bersihkan bagian perianal dengan
air dan sabun serta kering dengan baik.

2.Menyusui  Menyusui dilakukan dalam 2 jam pertama


 Bayi disusui ASI selama 4 bulan.
 ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi.
3.Tidur Baringkan bayi ke samping atau terlentang ( jangan pakai bantal).

4.Ujung Tali Pusat Ujung talu pusat dijaga bersih dan kering.
 Mencuci sekitar tali pusat setiap hari
 Mengompres alkohol 70%  1-2 kali sehari.
 Bila  telah pulang di rumah, anjurkan agar ibu melaporkan ke
petugas kesehatan bila tali pusat berbau, ada kemerahan di
sekitarnya atau mengeluarkan cairan.
5.Imunisasi Dalam waktu 1 minggu pertama berikan imunisasi BCG, vaksin
Polio oral dan Hepatitis B.

K.    PERAWATAN MASA NIFAS


                        Setelah melahirkan, ibu membutuhkan  perawatan yang intensif untuk pemulihan
kondisinya          setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post partum
meliputi:
           1. Mobilisasi Dini
  Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8 jam pasca
persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan
trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat
atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung pada
komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
                Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia, mengurangi infeksi
purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan
alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI
dan pengeluaran sisa metabolisme.( Manuaba, 1998: 193)
             2. Rawat Gabung
                 Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih banyak
memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI
lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193)
             3. Pemeriksaan Umum
                 Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain adalah  kesadaran penderita,
keluhan yang terjadi setelah persalinan.
            4. Pemeriksaan Khusus
                Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
a.    Fisik                   : tekanan darah, nadi dan suhu
b.   Fundus uteri       :  tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
c.    Payudara                        :  puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
d.   Patrun lochia      : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia      alba
e.    Luka jahitan episiotomi  : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-tanda infeksi.
            5. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah:
a.    Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan kesehatan ibu dan
pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan,
sayuran dan buah-buahan.
b.    Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak tertekan. Daerah perut
tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam
sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya.
Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil
ataupun setiap buang air besar.
c.    Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi
dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa
tidak nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah
cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan
dan setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau setelah BAB atau
BAK , setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa diberi betadin
d.   Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post partum. Kadang kadang
wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme
oleh iritasi musculus spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit
kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.( Persis H, 1995: 288)
e.    Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi dapat mengakibatkan
obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau perektal atau bila belum berhasil
lakukan klisma.( Persis H,1995: 288)
f.     Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras dan
kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui
bayinya karena sangat berguna untuk kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya
menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi serta colostrum  mengandung zat
antibody yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi. ( Mac. Donald, 1991: 430)
g.    Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan bersifat indifidu.
Sebagian besar kembalinya menstruasi  setelah 4-6 bulan.
h.    Cuti Hamil dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3
bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah melahirkan.
i.      Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan metode KB untuk
menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode KB
dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada umumnya
metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan.
L.            PENATALAKSANAAN
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan khusus. Pemberian obat
obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan dengan penyulit, terutama pada ibu anemia
dan resiko infeksi dengan pemberian anti biotic dan obat-obat roboransia seperti suplemen
vitamin, demikian juga pada bayi obat-obatan biasanya diberikan untuk tindakan profolatif,
misalnya vit K untuk mencegah perdarahan, anti biotic untuk mencegah infeksi.
Pemeriksaan Diagnostik Hasil:
1.   Kondisi uterus: palpasi fundus, kontraksi, Kontraksi miometrium, tingkat involusi uteri.
TFU. Bentuk insisi, edema.
2.   Jumlah perdarahan: inspeksi perineum,
laserasi, hematoma. Rubra, serosa dan alba.
3.   Pengeluaran lochea. Hematuri, proteinuria, acetonuria.
4.   Kandung kemih: distensi bladder. 24 jam pertama ³ 380C.
5.   Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam pertama setelah Kompensasi kardiovaskuler TD sistolik
partus, TD dan Nadi terhadap penyimpangan menurun 20 mmHg.
cardiovaskuler. Bradikardi: 50-70 x/mnt.

Diagnosa Keperawatan:
1.      Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2.      Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
3.      Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang tidak seimbang;
trauma persalinan.
4.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi uteri;
hemoroid; pembengkakan payudara.
5.      Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
6.      Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat
berlebihan.
7.      Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
8.      Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi.
9.      Resiko infeksi b.d. episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan persalinan
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Rencana Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Nyeri akut b/d NOC :
agen injuri fisik  Pain Level, Pain   Mengetahui tingkat
(peregangan   Pain control,
perineum; luka   Comfort level Management pengalaman nyeri
klien dan tindakan
episiotomi; Setelah dilakukan
keperawatan yang
involusi uteri; askep selama …x   Lakukan pengkajian nyeri
hemoroid; 24 jam, diharapkan secara komprehensif termasuk akan dilakukan untuk
pembengkakan nyeri berkurang lokasi, karakteristik, durasi, mengurangi nyeri
payudara). Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan faktor
 Mampu mengontrol presipitasi (PQRST)   Reaksi terhadap nyeri
nyeri (tahu   Observasi reaksi nonverbal biasanya ditunjukkan
penyebab nyeri, dari ketidaknyamanan dengan reaksi non
mampu   Gunakan teknik komunikasi verbal tanpa disengaja.
menggunakan terapeutik untuk mengetahui
tehnik pengalaman nyeri pasien   Mengetahui
nonfarmakologi   Ajarkan tentang teknik non pengalaman nyeri
untuk mengurangi farmakologi
nyeri, mencari   Evaluasi keefektifan kontrol
bantuan) nyeri
 Melaporkan bahwa   Motivasi untuk meningkatkan
nyeri berkurang asupan nutrisi yang bergizi.   Penanganan nyeri
dengan   Tingkatkan istirahat tidak selamanya
menggunakan   Latih mobilisasi miring kanan
diberikan obat. Nafas
manajemen nyeri miring kiri jika kondisi klien
 Mampu mengenali mulai membaik dalam dapat
nyeri (skala,     Kaji kontraksi uterus, proses membantu mengurangi
intensitas, frekuensi involusi uteri. tingkat nyeri
dan tanda nyeri)     Anjurkan pasien untuk
 Menyatakan rasa membasahi perineum dengan   Mengetahui
nyaman setelah air hangat sebelum berkemih. keefektifan control
nyeri berkurang     Anjurkan dan latih pasien nyeri
 Tanda vital dalam cara merawat payudara secara
rentang normal teratur.      Mengurangi rasa nyeri
TD : 120-140 /80 –     Jelaskan pada ibu tetang Menentukan intervensi
90 mmHg teknik merawat luka keperawatan sesuai
RR : 16 – 24 x/mnt perineum dan mengganti skala nyeri.
N   : 80- 100 x mnt PAD secara teratur setiap 3      Mengidentifikasi
   T    : 36,5o C – kali sehari atau setiap kali penyimpangan dan
37,5 o C lochea keluar banyak. kemajuan berdasarkan
    Kolaborasi dokter tentang involusi uteri.
pemberian analgesik
     Mengurangi
ketegangan pada luka
perineum.

     Melatih ibu


mengurangi
bendungan ASI dan
memperlancar
pengeluaran ASI.
     Mencegah infeksi dan
kontrol nyeri pada
luka perineum.

  Mengurangi intensitas
nyeri denagn menekan
rangsnag nyeri pada
nosiseptor.

Resiko defisit   Fluid balance Fluid management       Mengidentifikasi


volume cairan   Hydration     Obs Tanda-tanda vital setiap penyimpangan
b/d pengeluaran Setelah dilakukan 4 jam. indikasi kemajuan atau
yang askep selama …x     Obs Warna urine. penyimpangan dari
berlebihan; 24 jam, Pasien     Status umum setiap 8 jam. hasil yang diharapkan.
perdarahan; dapat     Pertahankan catatan intake                  Memenuhi
diuresis; mendemostrasikan dan output yang akurat kebutuhan cairan
keringat status cairan     Monitor status hidrasi tubuh klien
berlebihan. membaik. ( kelembaban membran                  Menjaga status
Kriteria evaluasi: mukosa, nadi adekuat, balance cairan klien
tak ada manifestasi tekanan darah ortostatik ),
dehidrasi, resolusi jika diperlukan
oedema, haluaran     Monitor masukan makanan /
urine di atas 30 cairan dan hitung intake                  Memenuhi
ml/jam, kulit kalori harian kebutuhan cairan
kenyal/turgor kulit tubuh klien
    Lakukan terapi IV
baik.                  Memenuhi
    Berikan cairan
    Dorong masukan oral kebutuhan cairan
    Beritahu dokter bila: haluaran tubuh klien
urine < 30 ml/jam, haus,
takikardia, gelisah, TD di       Temuan-temuan ini
bawah rentang normal, urine menandakan
gelap atau encer gelap. hipovolemia dan
    Konsultasi dokter bila perlunya peningkatan
manifestasi kelebihan cairan cairan.
terjadi.
      Mencegah pasien
    Pantau: cairan masuk dan jatuh ke dalam kondisi
cairan keluar setiap 8 jam. kelebihan cairan yang
beresiko terjadinya
oedem paru.
      Mengidentifikasi
keseimbangan cairan
pasien secara adekuat
dan teratur.

Perubahan pola Setelah dilakukan       Kaji haluaran urine, keluhan      Mengidentifikasi
eleminasi BAK askep selama …x serta keteraturan pola penyimpangan dalam
(disuria) b/d 24 jam, Pola berkemih. pola berkemih pasien.
trauma eleminasi (BAK)       Anjurkan pasien melakukan      Ambulasi dini
perineum dan pasien teratur. ambulasi dini. memberikan
saluran kemih. Kriteria hasil:       Anjurkan pasien untuk rangsangan untuk
eleminasi BAK membasahi perineum dengan pengeluaran urine dan
lancar, disuria tidak air hangat sebelum berkemih. pengosongan bladder.
ada, bladder       Anjurkan pasien untuk      Membasahi bladder
kosong, keluhan berkemih secara teratur. dengan air hangat
kencing tidak ada.       Anjurkan pasien untuk dapat mengurangi
minum 2500-3000 ml/24 jam. ketegangan akibat
      Kolaborasi untuk melakukan adanya luka pada
kateterisasi bila pasien bladder.
kesulitan berkemih.      Menerapkan pola
berkemih secara
teratur akan melatih
pengosongan bladder
secara teratur.
     Minum banyak
mempercepat filtrasi
pada glomerolus dan
mempercepat
pengeluaran urine.
     Kateterisasi
memabnatu
pengeluaran urine
untuk mencegah stasis
urine.
Perubahan pola Setelah dilakukan     Kaji pola BAB, kesulitan       Mengidentifikasi
eleminasi BAB askep selama …x BAB, warna, bau, konsistensi penyimpangan serta
(konstipasi) b/d 24 jam, Pola dan jumlah. kemajuan dalam pola
kurangnya eleminasi (BAB)     Anjurkan ambulasi dini. eleminasi (BAB).
mobilisasi; diet teratur.     Anjurkan pasien untuk       Ambulasi dini
yang tidak Kriteria hasil: pola minum banyak 2500-3000 merangsang
seimbang; eleminasi teratur, ml/24 jam. pengosongan rektum
trauma feses lunak dan secara lebih cepat.
persalinan. warna khas feses,     Kaji bising usus setiap 8 jam.      Cairan dalam jumlah
bau khas feses,     Pantau berat badan setiap cukup mencegah
tidak ada kesulitan hari. terjadinya penyerapan
BAB, tidak ada     Anjurkan pasien makan cairan dalam rektum
feses bercampur banyak serat seperti buah- yang dapat
darah dan lendir, buahan dan sayur-sayuran menyebabkan feses
konstipasi tidak hijau. menjadi keras.
ada.       Bising usus
mengidentifikasikan
pencernaan dalam
kondisi baik.
      Mengidentifiakis
adanya penurunan BB
secara dini.
      Meningkatkan
pengosongan feses
dalam rektum.
Gangguan Setelah dilakukan    Kaji toleransi pasien terhadap    Parameter
pemenuhan askep selama …x aktifitas menggunakan menunjukkan respon
ADL b/d 24 jam, ADL dan parameter berikut: nadi fisiologis pasien
immobilisasi; kebutuhan 20/mnt di atas frek nadi terhadap stres aktifitas
kelemahan. beraktifitas pasien istirahat, catat peningaktan dan indikator derajat
terpenuhi secara TD, dispnea, nyeri dada, penagruh kelebihan
adekuat. kelelahan berat, kelemahan, kerja jnatung.
Kriteria hasil: berkeringat, pusing atau
-   Menunjukkan pinsan.
peningkatan dalam    Tingkatkan istirahat, batasi    Menurunkan kerja
beraktifitas. aktifitas pada dasar miokard/komsumsi
-   Kelemahan dan nyeri/respon hemodinamik, oksigen , menurunkan
kelelahan berikan aktifitas senggang resiko komplikasi.
berkurang. yang tidak berat.
-   Kebutuhan ADL    Kaji kesiapan untuk    Stabilitas fisiologis
terpenuhi secara meningkatkan aktifitas pada istirahat penting
mandiri atau dengan contoh: penurunan untuk menunjukkan
bantuan. kelemahan/kelelahan, TD tingkat aktifitas
-   frekuensi stabil/frek nadi, peningaktan individu.
jantung/irama dan perhatian pada aktifitas dan
Td dalam batas perawatan diri.
normal.    Dorong memajukan    Komsumsi oksigen
-   kulit hangat, merah aktifitas/toleransi perawatan miokardia selama
muda dan kering diri. berbagai aktifitas
dapat meningkatkan
   Anjurkan keluarga untuk jumlah oksigen yang
membantu pemenuhan ada. Kemajuan
kebutuhan ADL pasien. aktifitas bertahap
   Jelaskan pola peningkatan mencegah peningkatan
bertahap dari aktifitas, tiba-tiba pada kerja
contoh: posisi duduk ditempat jantung.
tidur bila tidak pusing dan    Teknik penghematan
tidak ada nyeri, bangun dari energi menurunkan
tempat tidur, belajar berdiri penggunaan energi
dst. dan membantu
keseimbangan suplai
dan kebutuhan
oksigen.
   Aktifitas yang maju
memberikan kontrol
jantung, meningaktkan
regangan dan
mencegah aktifitas
berlebihan.

Resiko infeksi Setelah dilakukan  Pantau: vital sign, tanda      Mengidentifikasi
b/d trauma jalan askep selama …x infeksi. penyimpangan dan
lahir. 24 jam, Infeksi kemajuan sesuai
tidak terjadi.  Kaji pengeluaran lochea, intervensi yang
Kriteria hasil: tanda warna, bau dan jumlah. dilakukan.
infeksi tidak ada,  Kaji luka perineum, keadaan      Mengidentifikasi
luka episiotomi jahitan. kelainan pengeluaran
kering dan bersih, lochea secara dini.
takut berkemih dan      Keadaan luka
BAB tidak ada.  Anjurkan pasien membasuh perineum berdekatan
vulva setiap habis berkemih dengan daerah basah
dengan cara yang benar dan mengakibatkan
mengganti PAD setiap 3 kali kecenderunagn luka
perhari atau setiap kali untuk selalu kotor dan
pengeluaran lochea banyak. mudah terkena infeksi.
 Pertahnakan teknik septik      Mencegah infeksi
aseptik dalam merawat pasien secara dini.
(merawat luka perineum,
merawat payudara, merawat
bayi).

     Mencegah
kontaminasi silang
terhadap infeksi.
Resiko Setelah dilakukan          Beri kesempatan ibu untuk       Meningkatkan
gangguan askep selama …x melakuakn perawatan bayi kemandirian ibu dalam
proses parenting 24 jam, Gangguan secara mandiri. perawatan bayi.
b/d kurangnya proses parenting          Libatkan suami dalam       Keterlibatan
pengetahuan tidak ada. perawatan bayi. bapak/suami dalam
tentang cara Kriteria hasil: ibu perawatan bayi akan
merawat bayi. dapat merawat bayi membantu
secara mandiri          Latih ibu untuk perawatan meningkatkan
(memandikan, payudara secara mandiri dan keterikatan batih ibu
menyusui). teratur. dengan bayi.
      Perawatan payudara
         Motivasi ibu untuk secara teratur akan
meningkatkan intake cairan mempertahankan
dan diet TKTP. produksi ASI secara
         Lakukan rawat gabung kontinyu sehingga
sesegera mungkin bila tidak kebutuhan bayi akan
terdapat komplikasi pada ibu ASI tercukupi.
atau bayi.       Mneingkatkan
produksi ASI.

      Meningkatkan
hubungan ibu dan bayi
sedini mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi VIII, Philadelphia,
Lippincot Company, USA
Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II, EGC, Jakarta.
Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 2001-2002,Philadelphia,USA.
Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America:
Mosby.
Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America: Mosby.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
_______ . (2012) . Konsep Dasar Masa Nifas . didapat dari http://www.lusa.web.id/konsep-dasar-masa-
nifas/ [Diakses 25 Maret 2012]
_______.(2012). Laporan Pendahuluan Nifas. didapat dari
http://www.scribd.com/doc/54943523/Laporan-Pendahuluan-NIFAS-IsI  [Diakses 25 Maret
2012]
_______.(2012). Laporan Pendahuluan Masa Nifas. didapat dari
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2d3keperawatan/206301005/bab2.pdf [Diakses 25 Maret
2012]
_______.(2012) . Masa Nifas. didapat dari http://midwifery-online.blogspot.com/2011/04/masa-
nifas.html  [Diakses 25 Maret 2012]

Anda mungkin juga menyukai