Anda di halaman 1dari 14

1

MAKALAH BK PRA NIKAH

Tentang : Keterlibatan Kognisi dan Komunikasi Dalam Kehidupan Pernikahan

Dosen Pengampu : Dr. Titik Haryati, M.Pd

Disusun Oleh :

Maesaroh (1901015097)

Bulan Hijriati Wahyudi (1901015032)

Zhafarina Hafizha (1901015042)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

2020/2021
2

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah BK KARIR tentang
Keterlibatan Kognisi dan Komunikasi Dalam Kehidupan Pernikahan. Makalah ini kami susun
dengan maksimal untuk memenuhi nilai mata pelajaran BK PRA NIKAH. Terlepas dari
semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Jakarta, 17 Oktober , 2020


3

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
2.1 Keterlibatan Kognisi Dalam Pernikahan................................................................5
A. Meningkatkan Persiapan Pernikahan Pada Masa Dewasa Awal.............................5
B. Komitmen Pernikahan.............................................................................................5
C. Aspek-aspek Pembentuk Komitmen Pernikahan.....................................................6
2.2 Fungsi Komunikasi Di Dalam Membangun dan Menjaga Pernikahan....................8
A. Komunikasi adalah faktor penting dalam hubungan manusia.................................8
B. Dampak dari kurang nya komunikasi......................................................................9
C. Cara untuk meningkatkan komunikasi dengan pasangan........................................9
2.3 Format Pelayanan Konseling Untuk Membantu Komunikasi Yang Terhambat
Dalam Suatu Perencanaan Pernikahan............................................................................10
A. Layanan Bimbingan Pranikah................................................................................10
B. Pengertian layanan bimbingan pranikah................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................13
Daftar Pustaka..........................................................................................................................14
4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pernikahan adalah bersatunya dua orang ke dalam suatu ikatan yang didalamnya terdapat
komitmen dan bertujuan untuk membina rumah tangga dan meneruskan keturunan. Menurut
Duvall dan Miller, perkawinan merupakan suatu hubungan antara seorang laki laki dan
perempuan yang diakui secara sosial, menyediakan hubungan seksual dan pengasuhan anak
yang sah, dan didalamnya terjadi pembagian hubungan kerja yang jelas bagi masing-masing
pihak baik suami maupun istri. Sedangkan Bimbingan Pranikah ialah proses pemberian
bantuan oleh pembimbing atau penyuluh kepada calon suami istri agar mereka bisa
mengembangkan kemapuannya dengan baik serta mampu mengatasi persoalan pranikah yang
dialaminya, sehingga dapat mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dalam perkawinan dan
kehidupan kekeluargaan. Bimbingan pranikah merupakan tahap awal sebelum calon suami
dan calon istri melaksanakan akad.

1.2 Rumusan Masalah


1. Keterlibatan Kognisi Dalam Pernikahan
2. Fungsi Komunikasi Di Dalam Membangun dan Menjaga Pernikahan.
3. Format Pelayanan Konseling Untuk Membantu Komunikasi Yang Terhambat Dalam
Suatu Perencanaan Pernikahan.

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui Keterlibatan Kognisi Dalam Pernikahan
2. Mengetahui Komunikasi Di Dalam Membangun dan Menjaga Pernikahan.
3. Format Pelayanan Konseling Untuk membangun Komunikasi Yang Terhambat Dalam
Suatu Perencanaaan Pernikahan.
5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keterlibatan Kognisi Dalam Pernikahan.

A. Meningkatkan Persiapan Pernikahan Pada Masa Dewasa Awal.

Persiapan pernikahan memberi dampak terhadap individu yang menjalani


hubungan dengan pasangan atau tanpa pasangan, (Carroll, J.S. & Doherty, 2003; &
Halford, 2004). Uraian singkat pada model program pendidikan pernikahan memberi
gambaran sederhana betapa kompleks hal yang perlu disiapkan dalam pelaksanaan
program yang dimaksudkan.
Jika merujuk program pendidikan pernikahan sebelumnya maka program bimbingan
dan konseling pranikah dapat dilakukan sebagai upaya membantu individu dalam
proses perkembangannya. Usia individu yang memasuki masa persiapan pernikahan /
pranikah yaitu masa dewasa awal perlu difasilitasi. Keilmuan bimbingan dan
konseling berfungsi mengembangkan ragam aspek perkembangan dan kecakapan
manusia untuk mencapai kesejahteraan lahir batin yang hakiki (Kartadinata, 2017).
Kaitannya dengan persiapan pernikahan bagi yaitu memfasilitasi aspek perkembangan
kesiapan menikah untuk mencapai kesejahteraan lahir batin yang hakiki dalam
pernikahan yang dijalani kelak.

B. Komitmen Pernikahan.

Menurut Arriage dan Agnew (dalam McMahon, 2007) komitmen adalah


keadaan yang melibatkan tiga dimensi psikologis yaitu kognitif, afektif dan konatif.
Dimensi kognitif berupa rencana orientasi jangka panjang, dimensi afektif berupa
daya tarik secara psikologis dalam bentuk seksual dan emosional, sedangkan dimensi
konatif berupa sikap persisten dan motivasi untuk melanjutkan hubungan.
6

Komitmen pernikahan bermula dari kesepakatan bersama untuk melanjutkan


ikatan yang telah dimulai. Kesepakatan tersebut bermula dari perencanaan jangka
panjang bagi diri sendiri dan hubungan, adanya keinginan untuk mengikat pasangan
sampai akhir pernikahan dan dorongan menjaga keutuhan hubungan. Hal ini dapat
dilakukan dengan memberikan kenyamanan psikologis terhadap pasangan, sehingga
pasangan tidak ingin berpisah ataupun terpikat pihak lain.

C. Aspek-aspek Pembentuk Komitmen Pernikahan.

Johnson (1999) mendeskripsikan komitmen pernikahan menjadi tiga bentuk


komitmen yang berbeda. Tiap-tiap komitmen memiliki aspek-aspek yang berbeda
pula, yaitu:
 Komitmen personal meliputi tiga aspek, antara lain:
1. Daya tarik pasangan, yaitu keinginan individu untuk tetap bertahan dalam
suatu hubungan dipengaruhi oleh ketertarikan terhadap pasangannya
2. Daya tarik hubungan, yaitu kepercayaan yang mendorong kepuasan
individu terhadap hubungan membuat individu tidak ingin untuk
meninggalkan hubungan tersebut
3. Identitas pasangan, yaitu identitas menjadi memberikan nilai yang penting
dalam hubungan sosial sehingga identitas yang didapat dari pernikahan
mempengaruhi individu untuk tetap tinggal dalam suatu hubungan.
 Komitmen moral terdiri atas tiga aspek, yaitu:
1. Nilai-nilai mengenai moralitas, yaitu mengacu kepadanilai kesusilaan
dalam diri individu yang menginginkan keberlangsungan hubungan
pernikahan dari awal hingga akhir.
2. Adanya kewajiban moral terhadap pasangan yang membuat individu akan
merasa terbebani ketika meninggalkan pasangannya.
3. Adanya nilai konsistensi hubungan yang membuat individu menjaga
hubungan dari waktu ke waktu dan tidak akan berhenti di tengah jalan
 Komitmen struktural dipengaruhi oleh empat aspek, aspek-aspek tersebut
antara lain:
1. Adanya pilihan-pilihan, yaitu ketergantungan padasuatu hubungan
merupakan sebagian fungsi keadaan alternatif yang individu percaya akan
muncul jika hubungan diakhiri.
2. Tekanan sosial, yaitu timbulnya tekanan dari luar diri individu baik teman
maupun keluarga untuk tidak meninggalkan suatu hubungan
7

3. Prosedur perpisahan, yaitu adanya suatu prosedur rumit yang harus dilalui
untuk dapat melakukan perpisahan seperti adanya keputusan pengadilan
mengenai pembagian harta, pengasuhan anak, dan lain-lain.
4. Terhentinya investasi, yaitu individu akan memutuskan untuk tidak
meninggalkan suatu hubungan dikarenakan takut akan kehilangan
investasi yang selama ini telah berlangsung.

Selain itu Komitmen pernikahan dapat dikarakteristikkan beberapa aspek yang membentuk
komitmen pernikahan (Defrain & Asay, 2007), antara lain:

a. Kepercayaan
Keadaan yang melibatkan kepercayaan diri untuk memiliki harapan positif mengenai
motif pasangan dan menghormati satu sama lain dalam situasi yang berisiko
b. Kejujuran
Berkata apa adanya sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi membuat
pasangan mau bersama-sama mengerti dan menghadapi kenyataan yang ada.
c. Ketergantungan
Perasaan tergantung secara emosional, material, finansial dan struktural terhadap
pasangan membuat seseorang bertahan dalam lingkaran pernikahan.
d. Kesetiaan
Kesetiaan dapat didefinisikan sebagai perasaan subjektif untuk menetap pada
hubungan pernikahan dan tidak memiliki hubungan seksual dengan orang lain.
e. Saling berbagi
Interaksi antar dua individu melibatkan saling berbagi mengenai pendapat, perasaan,
dan material secara diadik untuk mendapatkan kepuasan hubungan yang mendorong
seseorang untuk berkomitmen dalam pernikahan.

 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komitmen Pernikahan


Rusbult (1998) mendefinisikan komitmen berdasarkan tiga faktor yang
terpisah, antara lain:
1. Kepuasan hubungan
Individu yang merasa puas padahubungan pernikahan, maka secara
psikologis akan menuntun pasangan untuk lebih intim, tidak saling
bertengkar satu sama lain dan memperluas harapan dan visi terhadap
kualitas hubungan.
8

2. Kualitas alternatif
Ketersediaan potensial, daya tarik dan kualitas seseorang mempengaruhi
preferensi seseorang untuk berkomitmen. Salah satu contohnya yaitu
masalah finansial, keadaan finansial yang tidak mendukung setelah
perceraian dilakukan membuat seseorang memaksa diri untuk
berkomitmen dalam hubungan (Bakker & Buunk, 1997).
3. Investasi dalam hubungan
Tingkat investasi yang diberikan demi hubungan mempengaruhi besarnya
komitmen seseorang. Investasi ini dapat dilakukan secara langsung atau
tidak langsung. Contoh investasi langsung yaitu waktu dan perhatian
terhadap pasangan, keterbukaan mengenai perasaan, sedangkan contoh
investasi tidak langsung yaitu pertemanan umum, kenangan bersama dan
pengalaman yang dilakukan bersama.

2.2 Fungsi Komunikasi Di Dalam Membangun dan Menjaga Pernikahan.


A. Komunikasi adalah faktor penting dalam hubungan manusia.

Saat sebuah hubungan dibangun maka dengan komunikasilah akan muncul sebuah
keintiman. Semua hubungan apapun itu tergantung kepada bagaimana gaya
berkomunikasi, cara berkomunikasi, dan keterampilan mengembangkan keduanya.
Kemampuan dan kemauan pasangan untuk berkomunikasi dapat menciptakan
hubungan yang sehat dan bahagia diantara pasangan.

John Gottman dkk mengadakan penelitian yang melibatkan 2000 pasangan yang telah
menikah dan ditemukan bahwa pasangan yang berbahagia ternyata mengekspresikan
komunikasi negatif dan positif dengan seimbang. Hal ini berarti untuk menjadikan
sebuah hubungan menjadi bahagia tidak perlu menghindari komunikasi yang negatif
(Olson, Olson, 2000). Selain itu Olson (2000) menyatakan bahwa komunikasi
merupakan kemampuan untuk mengekspresikan perasaan dan memahami sesuatu.
Bimo (2000) juga menyebutkan bahwa komunikasi antara suami istri harus saling
terbuka dan berlangsung dua arah. Dengan komunikasi yang terbuka maka akan
terbina saling pengertian sehingga terhindar dari kesalahpahaman. Komunikasi
terbuka juga dapat membantu pasangan untuk mengidentifikasi kelemahan dan
kekuatan pasangan sehingga dapat menetapkan tujuan sesuai dengan kemampuan.
9

B. Dampak dari kurang nya komunikasi.

Kurangnya keterampilan untuk melakukan komunikasi dengan pasangan akan


memiliki potensi besar untuk menimbulkan konflik perkawinan. Konflik perkawinan
dapat menimbulkan ketidakbahagiaan, kekerasan dalam rumah, menurunkan
produktivitas kerja dan lebih lanjut menimbulkan perceraian. Sementara perceraian
dapat menimbulkan dampak negatif pada tumbuh kembang anggota keluarga terutama
anak. Anak yang tinggal dengan kedua orang tuanya lebih memperlihatkan prestasi
yang bagus disekolah, populer dikalangan temantemannya. Sedangkan anak dari
orang tua yang bercerai lebih memperlihatkan prestasi yang rendah dan masalah
emosional. Jika anak korban perceraian telah dewasa, mereka memperlihatkan
kecenderungan tinggal bersama dengan pasangannya (cohibition/ kumpul kebo) dan
juga memiliki kecenderungan bercerai setelah menikah (Olson,
www.lifeinnovation.com).

C. Cara untuk meningkatkan komunikasi dengan pasangan.:


Menurut Olson (2000), ada beberapa cara untuk meningkatkan komunikasi dengan
pasangan :’
1. Sediakan waktu untuk berdialog 5 menit setiap hari dan 15 menit di akhir pekan
untuk membahas tentang perasaan masing- masing. Pasangan yang selalu
menunda untuk membicarakan sesuatu maka secara berkala mereka akan menjadi
apatis satu sama lain.
2. Membuka diri. Keterbukaan diri mempunyai pengaruh timbal balik, yaitu saat kita
percaya kepada orang lain maka secara langsung mereka juga akan meningkatkan
kepercayaan kepada kita. Menceritakan hal-hal pribadi kepada orang lain tidak
hanya akan membuat orang lain tahu tentang diri kita tetapi kita juga bisa lebih
memahami diri kita sendiri. Dengan menceritakan tentang diri ataupun
pengalaman hidup yang pribadi kepada pasangan maka kita telah membawa
hubungan menjadi lebih dalam atau lebih dekat.
3. Asertif. Asertif adalah kemampuan mengekspresikan perasaan dan menanyakan
apa yang diinginkan.
4. Mendengar aktif. Pendengar aktif adalah kemampuan untuk mendengarkan
sesuatu dengan akurat dan mengulanginya kembali kepada yang mengucapkan.
10

5. Pujian setiap hari. Berikanlah pujian kepada apa yang telah pasanganmu lakukan.
Berikanlah semangat kepadanya. Dengan memberikan paling tidak sekali pujian
dalam sehari kepada pasangan dapat membantu kita fokus pada kekuatan diri
sebagai individu.

2.3 Format Pelayanan Konseling Untuk Membantu Komunikasi Yang Terhambat


Dalam Suatu Perencanaan Pernikahan.
A. Layanan Bimbingan Pranikah.
Pengertian dan jenis-jenis layanan :
Layanan adalah membantu menyiapkan (mengurus) apa-apa yang diperlukan
seseorang. Menurut Dra. Hallen A., M. Pd., layanan-layanan dalam bimbingan dan
konseling adalah sebagai berikut. :
1. Layanan Orientasi.:
Layanan orientasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
klien memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasukinya, dalam
rangka mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan
yang baru. Adapun hasil yang diharapkan dari layanan orientasi ialah
mempermudah penyesuaian diri siswa terhadap kehidupan sosial, kegiatan belajar
dan kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa
2. Layanan Informasi.
Layanan informasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
klien menerima dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan,
informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan
pengambilan keputusan untuk kepentingan klien. Tujuan layanan informasi untuk
membekali individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang
berbagai hal yang berguna untuk mengenal diri, merencanakan dan
mengembangkan pola kehidupan sebagai siswa, anggota keluarga, dan
masyarakat.
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran.
Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan klien memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat
sesuai dengan potensi, bakat, dan minat serta kondisi pribadi.
4. Layanan Pembelajaran.
11

Layanan pembelajaran adalah layanan bimbingan dan konseling yang


memungkinkan klien mengembangkan diri dengan sikap dan kebiasaan belajar
yang baik, materi belajar dengan kecepatan dan kesulitan belajar serta berbagai
aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya. Fungsi bimbingan dan konseling yang
didukung oleh layanan pembelajaran ini adalah fungsi pemeliharaan dan
pengembangan.
5. Layanan Konseling Perorangan.
Layanan konseling perorangan, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan klien mendapat layanan langsung secara perorangan (tatap muka)
dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan
permasalahan pribadi yang dialaminya. Layanan konseling perorangan ini
mendukung fungsi pengentasan dalam layanan bimbingan dan konseling.
6. Layanan Bimbingan Kelompok.
Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika
kelompok, agar memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama
dari guru pembimbing) dan atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan
(topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya
sehari-hari dan atau untuk perkembangan dirinya, baik sebagai individu maupun
sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan atau
tindakan tertentu.
7. Layanan Konseling Kelompok.
Layanan konseling kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan klien memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan
pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Adapun
masalah yang dibahas adalah masalah pribadi yang dialami masing-masing
anggota kelompok. Fungsi utama yang didukung oleh layanan konseling
kelompok adalah fungsi pengentasan.

B. Pengertian layanan bimbingan pranikah.

Menurut Syubandono, bimbingan pranikah ialah suatu proses pelayanan sosial berupa
suatu bimbingan penasehatan, pertolongan yang diberikan kepada calon suami istri,
sebelum melaksanakan pernikahan, agar mereka memperoleh kesejahteraan dan
12

kebahagiaan dalam perkawinan dan kehidupan kekeluargaan sedangkan menurut


Menurut Aunur Rahim Faqih, bimbingan pernikahan dan keluarga islami adalah
proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam menjalankan pernikahan dan
kehidupan berumah tangganya bisa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah,
sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

 Layanan bimbingan pranikah termasuk dalam jenis layanan informasi, dimana


pembimbing memberi bekal kepada calon pengantin tentang pernikahan
sehingga calon pengantin mampu untuk menjalani pernikahan dan berumah
tangga nantiknya. Kenyataan akan adanya problem yang berkaitan dengan
pernikahan dan kehidupan keluarga, yang kerap kali tidak bisa diatasi sendiri
oleh yang terlibat dengan masalah tersebut, menunjukkan bahwa diperlukan
adanya bantuan konseling dari orang lain untuk turut serta mengatasinya.
Selain itu, Kenyataan bahwa kehidupan pernikahan dan keluarga itu selalu
saja ada problemnya, menunjukkan pula perlunya ada bimbingan islami
mengenai pernikahan dan pembinaan kehidupan berkeluarga.

 Proses Konseling Pernikahan :

1. Raport adalah proses konseling pernikahan/keluarga diawali dengan


pembentukan laport yaitu hubungan timbal-balik, bersahabat, saling
percaya antara konselor dengan klien, dengan tujuan agar suami
istri/anggota keluarga itu jujur dan terbuka.
2. Pengembangan apresiasi (penghargaan) emosional adalah konseling yang
dipimpin oleh konselor pernikahan/perkawinan akan berhasil jika dapat
mendinamiskan suami istri, anggota keluarga, sehingga terlihat interaksi
yang diwarnai emosional.
3. Pengembangan alternatif modus perilaku adalah menerapkan perilaku
yang baru yang nantinya harus diterapkan di rumah setelah usai konseling
4. Membina hubungan konseling. Tujuannya agar minat dan perhatian
anggota keluarga atau suami istri tetap semangat untuk mengikuti
konseling, dan memelihara hubungan konseling dengan baik, yaitu dengan
menunjukkan sikap-sikap baik seperti empati, menerima, menghargai,
13

memahami, mendorong, jujur, hangat, yang selalu dikembangkan oleh


konselor
5. Memperlancar tindakan positif. Pada fase ini, konselor harus menggali
masalah dan menemukan alternatif pemecahan masalah.

BAB III

PENUTUP

Pernikahan sangat diajurkan Allah SWT, dalam beberapa ayat disebutkan


keutamaan menikah oleh karenanya pernikahan merupakan ibadah, kencintaan kita
pada istri atau suami dapat mendorong kita untuk membimbingnya pada kebaikan
yang menghadirkan kecintaan allah pada keluarga kita, adakah cinta yang lebih patut
kita harapkan dari cintanya sang maha pencinta, Nabi Muhammad saw juga
mengajurkan kita dalam banyak hadist agar menikah dan melahirkan anak. Beliau
mengajurkan kita mengenai hali itu dan melarang kita hidup membujang, karena
perbuatan ini menyelisihi sunnahnya.

Terdapat banyak hikmah dalam pernikahan di antaranya adalah


menenteramkan jiwa, dengan begitu kan tercipta perasaan-perasaan cinta dan kasih
sayang. Keluarga yang diliputi rasa kasih sayang satu dengan lainnya akan tercipta
keluarga sakinah mawaddah wa rahmah, meskipun tidak mudah untuk mewujudkan
karena dibutuhkan rasa saling pengertian, saling menghargai antara suami dan istri.
Pernikahan yang penuh berkah adalah benteng iman yang paling kokoh, dituntut
kesabaran keiklasan kita. Dalam mempertahankan kehidupan baik dari segi fisik
maupun psikis. Hubungan interpersonal merupakan hubungan antara individu dengan
individu lain sebuah ikatan komitmen.

Banyak macam-macam hubungan interpersonal diantaranya persahabatan,


keluarga, pernikahan dan lain sebagainya. Pernikahan merupakan hubungan
interpersonal dalam suatu komitmen dan tujuan tertentu. Setiap orang pasti
menginginkan hidup bahagia dan mempunyai keturunan dalam komitmen yang
berbentuk perniakahan. Dalam prespektif hadistt juga banyak dijelaskan mengenai
hubungan interpersonal pada konteks pernikahan, mulai dari proses sampai tata
cara membina suatu hubungan yang baik dalam pernikahan.
14

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai