TUGAS AKHIR
i
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul : Pengaruh Jumlah Produk Terhadap Peningkatan
Laba Pada UD Hadi Makmur Kupang.
2. Bidang Tugas Akhir : Akuntansi
3. Bidang Keahlian : Laba dan Produk
4. Pengusul
a. Nama : Maria Yosefina Ribio Meme
b. NIM : 1723754551
c. Program Studi : Akuntansi DIII
d. Konsentrasi : Diploma III
e. Jurusan : Akuntansi
f. No. Tlp/HP : 082236052152
g. Alamat Email : MariaMeme@gmail.com
5. Dosen Pembimbing
Pembimbing I
a. Nama : Alfred T. Rantelobo, SE.,M.Si,Akt
b. NIP : 19730823 200501 1 001
Pembibing II
a. Nama : Yunelci M. Seliamang, SE.,M.Sc
b. NIP : 19780629 12 2 001
6. Jangka Waktu Pelaksanaan : 4 bulan
Kupang,
Pengusul,
Maria Y.R.Meme
NIM. 172375451
Mengetahui dan Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
i
PENGARUH JUMLAH PRODUK TERHADAP PENINGKATAN
LABA PADA UD HADI MAKMUR KUPANG
RINGKASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Jumlah Produk Terhadap Peningkata Laba
pada UD Hadi Makmur. Keberhasilan UD Hadi Makmur Kupang dimulai dari keuntungan
banyaknya konsumen yang memperoleh manfaat berbagai macam produk layanan dari
perusahaan tersebut. Dengan demikian, UD Hadi Makmur Kupang dapat dikatakan mempunyai
tujuan ganda, yaitu tujuan ekonomi merupakan usaha memperoleh keuntungan dan tujuan sosial
yaitu mengutamakan pelayanan kepada pelanggannya. Perusahaan selalu berupaya
meningkatkan layanan kepada pelanggannya agar dapat memberikan laba yang tinggi bagi
perusahaan. Pada tahun 2015, masih banyak masyarakat yang belum mengenal keseluruhan
produk UD Hadi Makmur. Pada tahun 2016 terdapat jumlah produk seperti lemari yang banyak
diminati konsumen. Tahun 2017 konsumen pembeli merasa kurang puas dengan hasil mebel,
karena sebagian produk dan bahan yang digunakan tidak sesuai dengan kualitasnya. Tahun 2018
mengalami kekurangan tenaga kerja sehingga mengalami menurunnya tingkat produk. Tahun
2019 UD Hadi Makmur melakukan peningkatan berbagai macam produk, peningkatan kualitas
pelayanan dan lebih giat lagi melakukan sistem promosi sehingga terdapat adanya pengetahuan
konsumen produk layanan perusahaan. Dari permasalahan yang dipaparkan maka rumusan
masalah dari penelitian ini adalah berapa besar pengaruh jumlah produk terhadap peningkatan
laba pada UD Hadi Makmur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode statistik
deskriptif kuantitatif yaitu peneliti melakukan wawancara langsung kepada pegawai UD Hadi
Makmur dan hasil dari wawancara dibuat dalam bentuk tabulasi data yang akan dikerjakan
menggunakan SPSS.
ii
DAFTAR ISI
COVER
RINGKASAN .................................................................................................................. ii
iii
2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba .............................. 16
2.4. Analisis Pertumbuhan Laba ........................................................................ 16
2.5. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 17
2.6. Kerangka Berpikir dan Hipotesis ................................................................ 18
2.6.1. Kerangka Berpikir ..................................................................... 18
2.6.2. Hipotesis ................................................................................... 19
LAMPIRAN................................................................................................................... 28
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Pertumbuhan Laba UD Hadi Makmur Kupang dari tahun
Tabel 1.2 Data Jumlah Produk UD Hadi Makmur Kupang dari tahun
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 18
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
UD Hadi makmur merupaka salah satu industri yang bergerak dibidang Mebel
yang banyak diminati para pembeli, karena memiliki banyak puluhan motif minimalis yang
khas dan terkenal di masyarakat luas serta kualitasnya.
Persaingan produk mebel minimalis antar industri mebel begitu ketat dalam
menarik minat konsumen, sehingga beberapa bulan terakhir ini mengalami penurunan
penjualan. Menyadari dengan adanya penerunan tersebut, maka pihak pengusaha
menginginkan perbaikan didalam pengembangan kualitas produk mebel karena untuk
memenuhi keinginan konsumen guna mempertahankan pelanggan lama dan bisa menarik
konsumen lebih banyak lagi.
Salah satu cara yang dapat ditempuh dalam pengembangan kualitas produk adalah
dengan mengetahui atribut yang dipentingkan oleh konsumen. Pengembangan kualitas
sangatlah penting bagi sebuah industri dalam menghadapi persaingan yang terjadi, hal ini
dikarenakan kualitas merupakan salah satu indikator ukuran tingkat kepuasan konsumen
terhadap suatu produk.
Mengenali perilaku konsumen tidaklah mudah, kadang mereka terus terang
menyatakan kebutuhan dan keinginannya, namun sering pula mereka bertindak sebaliknya.
Perusahaan yang memahami bagaimana konsumen akan bereaksi terhadap berbagai bentuk
produk, harga, daya tarik iklan yang berbeda dan dan sebagainya akan mempunyai
keuntungan besar atas para pesaingnya. Untuk bisa berhasil menjadi seorang wirausahawan
tidak cukup dengan hanya memiliki modal, menguasai teknik produksi, tetapi juga perlu
memiliki kemampuan menyiasati persaingan.
Umumnya setiap perusahaan dalam menjalankan aktifitas usahanya selalu
menginginkan supaya usahanya berhasil dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu
memperoleh laba yang maksimal. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan harus dapat
memperoleh dan memanfaatkan sumber ekonomi yang dimiliki dan menggunakan secara
efisien. Tujuan ekonomi perusahaan adalah meningkatkan pertumbuhan dan pangsa pasar
yang luas serta kelangsunngan perusahaan dalam jangka panjang.
Keberhasilan UD Hadi Makmur Kupang dimulai dari keuntungan banyaknya
konsumen yang memperoleh manfaat berbagai macam produk layanan dari perusahaan
tersebut. Dengan demikian, UD Hadi Makmur Kupang dapat dikatakan mempunyai tujuan
ganda, yaitu tujuan ekonomi merupakan usaha memperoleh keuntungan dan tujuan sosial
2
yaitu mengutamakan pelayanan kepada pelanggannya. Perusahaan selalu berupaya
meningkatkan layanan kepada pelanggannya agar dapat memberikan laba yang tinggi bagi
perusahaan. Berikut ini adalah data jumlah laba yang diperoleh UD Hadi Makmur Kupang
dari tahun 2015 sampai tahun 2019
Tabel 1.1 Data Pertumbuhan Laba UD Hadi Makmur Kupang
dari Tahun 2015-2019
Tahun Pertumbuhan Laba
2015 10.000.000
2016 12.500.000
2017 16.200.00
2018 19.350.000
2019 24.950.000
Dari tabel 1.1 di atas dapat diliahat bahwa pada tahun 2019, UD Hadi Makmur
Kupang mengalami pertumbuhan laba yang cukup besar dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yaitu sebesar Rp.24.950.000. Ini dapat kita bandingkan dengan tahun 2015,
pertumbuhan laba perusahaan yang diperoleh yaitu hanya sebesar Rp.10.000.000. Jadi dari
tahun 2015 sampai tahun 2019 terjadi kenaikan pertumbuhan laba sekitar Rp.14.950.00.
Ini berarti dengan inovasi yang selalu diberikan perusahaan kepada pelanggan maka dapat
meningkatkan pertumbuhan laba perusahaan.
Pada tahun 2015, masih banyak masyarakat yang belum mengenal keseluruhan
produk UD Hadi Makmur. Pada tahun 2016 terdapat jumlah produk seperti lemari yang
banyak diminati konsumen. Tahun 2017 konsumen merasa kurang puas dengan hasil
mebel, karena sebagian produk dan bahan yang digunakan tidak sesuai dengan
kualitasnya. Tahun 2018 mengalami kekurangan tenaga kerja sehingga mengalami
menurunnya tingkat produk. Tahun 2019 UD Hadi Makmur melakukan peningkatan
berbagai macam produk, peningkatan kualitas pelayanan dan lebih giat lagi melakukan
3
sistem promosi sehingga terdapat adanya pengetahuan konsumen produk layanan
perusahaan. Berikut ini data jumlah produk dari UD Hadi Makmur Kupang dari tahun
2015 sampai 2011 adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2 Data Jumlah Produk UD Hadi Makmur dari Tahun 2015-2019
2015 10 unit
2016 16 unit
2017 20 unit
2018 23 unit
2019 28 unit
4
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ditemukan diatas, yang menjadi permasalahan
pokok dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pengaruh Jumlah Produk Terhadap
Peningkatan Laba pada UD Hadi Makmur Kupang?
1.3. Tujuan
Sesuai dengan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh jumlah produk terhadap peningkatan laba pada UD
Hadi Makmur Kupang.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
Dengan adanya atribut yang melakat pada suatu produk yang digunakan
konsumen untuk menilai dan mengukur kesesuaian karakteristik produk dengan
kebutuhan dan keinginan. Bagi perusahaan dengan mengetahui atribut-atribut apa saja
yang bisa mempengaruhi keputusan pembelian maka dapat ditentukan strategi untuk
mengembangkan dan menyempurnakan produk agar lebih memuaskan konsumen. Suatu
produk harus memiliki atribut yang mendukungnya, contohnya adalah harga yang
berfungsi sebagai harga beli yang berlaku bagi konsumen.
Menurut Kotler (2003:408), ada lima tingkatan produk yaitu:
1. Manfaat dasar dari suatu produk yang ditawarkan kepada konsumen.
2. Bentuk dasar dari suatu produk yang dapat dirasakan oleh panca indra.
3. Serangkaian atribut-atribut produk dan kondisi-kondisi yang diharapkan oleh pembeli
pada saat membeli suatu produk.
4. Sesuatu yang membedakan antara produk yang ditawarkan oleh badan uasaha dengan
produk yang ditawarkan oleh pesaing.
5. Semua argumentasi dan berubahan bentuk yang dialami oleh suatu produk dimasa
yang akan datang.
7
2. Produk yang tak berwujud sering disebut jasa atau servis. Jasa atau servis ini banyak
sekali jenisnya karena masyarakat juga memiliki kebutuhan jasa atau servis yang
beraneka ragam pula. Produk jasa ini berupa jasa pendidikan, kecantikan, kebugaran
tubuh, keamanan, rekreasi atau hiburan, jasa reparasi, kebersihan, jasa notariat,
kesehatan dan lain sebagainya.
8
2.1.4. Klasifikasi Produk
Produk dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu:
1. Berdasarkan daya tahan produk:
a. Barang tahan lama adalah barang yang berwujud yang biasanya untuk dipakai
dalam waktu lama, misalnya alat perlengkapan rumah tangga, alat-alat dapur,
mebel-mebel, televisi, lemari es dan sebagainya. Penjualan dan penawaran barang
tahan lama pada umumnya dilakukan dengan cara memotivasi pembeli dengan
pendekatan pribadi (personal selling), memberikan penjelasan tentang keunggulan
barang yang ditawarkannya, kontinuitas supplynya dan dalam hal ini biasanya
memerlukan banyak garansi atau pelayanan purna jual.
b. Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi
satu kali pemakaian. Misalnya makanan, minuman, sabun, minyak wangi dan
sebagainya. Barang ini sering dibeli oleh karena itu haruslah mudah didapat
(banyak pengecer) dan pembeli dimotivasi untuk mencoba produk serta
membangun preferensi atau pilihannya melalui iklan yang intensif.
c. Jasa adalah produk yang tidak berwujud yang biasanya berupa pelayanan yang
dibutuhkan oleh konsumen. Perusahaan yang yang memasarkan jasa antara lain
salon kecantikan, rumah sakit, universitas, biro konsultasi manajemen dan
sebagainya. Pelayanan jasa diutamakan harus menjaga mutu, kredibilitas
perusahaan pemberi jasa dan mudah menyesuaikan perkembangan.
2. Berdasarkan tujuan pembeliannya:
a. Barang konsumsi adalah barang yang dibeli oleh masyarakat untuk dipakai sendiri
atau dikonsumsikan sendiri guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Yang termasuk
barang ini misalnya saja makanan, minuman, pakaian, parabot rumah tangga, alat-
alat tulis bahkan juga sepeda motor serta mobil dan sebagainya.
b. Barang industrial adalah barang yang dibeli oleh perorangan atau organisasi dengan
tujuan dipergunakan dalam menjalankan sesuatu bisnis atau untuk berusaha lagi.
9
2.1.5. Definisi Produk Bersama
Produk bersama adalah beberapa produk yang dihasilkan dalam suatu rangkaian
produksi secara bersama dengan menggunakan biaya bahan tenaga kerja dan biaya
overhead secara bersama. Biaya bersama tersebut bercampur menjadi satu dan sulit
ditelusuri atau dipisahkan pada setiap jenis produk. Biaya yang dikeluarkan dalam
menghasilkan produk bersama disebut biaya bersama.
Biaya bersama adalah biaya yang digunakan untuk mengelolah secara bersama
biaya tersebut meliputi biaya bahan, tenaga kerja dan biaya overhead untuk menghasilkan
beberapa produk. Dalam produk bersama dapat menghasilkan:
1. Produk utama adalah produk yang dihasilkan bersama-sama dengan jenis produk
lainnya dalam satu produksi secara bersama-sama, namun mempunyai kualitas atau
nilai yang lebih besar daripada produk lainnya (produk sampingan). Contohnya pada
pabrik kayu, kayu lapis merupakan produk utama.
2. Produk sampingan adalah produk yang dihasilkan bersama-sama dengan jenis produk
lainnya dalam satu produksi secara bersama, namun produk ini mempunyai nilai atau
kuantitasnya lebih rendah daripada produk lain (produk bersama). Contohnya serbuk
gergaji dan kayu bakar.
Apabila dalam suatu perusahaan menghasilkan dua atau lebih jenis produk,
dengan harga jual relatif sama maka kedua macam produk yang dihasilkan disebut sebagai
produk bersama. Jika salah satu produknya ditetapkan harga yang lebih mahal dari produk
lainnya yang dihasilkan bersamaan maka produk dengan harga lebih mahal disebut produk
utama dan produk yang lebih murah disebut produk sampingan. Perbedaan produk utama
dengan produk bersama didasarkan kriteria antara lain:
1. Produk utama adalah tujuan utama perusahaan melakukan kegiatan produksi.
2. Harga jual produk utama seharusnya lebih tinggi dari produk sampingan.
3. Proses produksi perusahaan akan dan harus menghasilkan semua jenis produk.
4. Perusahaan hampir tidak mampu berbuat sesuatu, yang berkaitan dengan jumlah relatif
berbagai macam produk yang dihasilkan melalui proses produksi.
10
2.1.6. Definisi Produk Sampingan
Produk sampingan adalah produk yang diproduksi secara bersama-sama dengan
produk lainnya, namun produk ini merupakan hasil sampingan dari produk utama, jumlah
maupun harganya lebih rendah daripada produk utama.
Produk sampingan ini perlakunnya
a. Produk sampingan siap dijual setelah dipisah dari produk utama.
b. Produk sampingan masih perlu diolah lagi sebelum menjadi produk yang siap dijual.
c. Produk sampingan siap dijual setelah dipisah dari produk utama, namun sebenarnya jika
diproses lagi dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.
11
periodik juga mengandung konsekuensi bahwa di dalamnya terdapat unsur-unsur taksiran.
Oleh karena laba adalah hasil pengurangan beban terhadap pendapatan, maka kunci
kelayakan penetapan laba atau rugi adalah menentukan jumlah pendapatan yang
dihasilkan dalam jumlah beban yang terjadi dalam periode yang bersangkutan. Menurut
akuntansi yang dimaksud dengan laba akuntansi itu adalah perbedaan adalah antara
revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada pada periode tersebut. Angka terakhir dalam
laporan laba rugi ad alah Laba Bersih (net income). Jumlah ini merupakan kenaikan bersih
terhadap modal. Sebaliknya apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam
laporan laba rugi adalah rugi bersih (net loss). Ada beberapa yang dipertimbangkan dalam
menentukan pembagian laba atau rugi persekutuan, yaitu:
1. Waktu dan tenaga yang dicurahkan oleh masing-masing sekutu.
2. Jumlah investasi yang ditanamkan oleh masing-masing sekutu.
3. Kelebihan-kelebihan tertentu yang dimiliki oleh masing-masing sekutu dalam
memajukan perusahaan.
Menurut Belkaoui, definisikan tentang laba itu mengandung lima sifat berikut:
1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi yaitu timbulnya
hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tertentu.
2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat “periodik” laba itu, artinya merupakan
prestasi perusahaan itu pada periode tertentu.
3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan
tersendiri tentantang apa yang termasuk hasil.
12
4. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya
historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil tertentu.
5. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip matching artinya hasil dikurangi biaya
yang diterima/dikeluarkan dalam periode yang sama.
13
4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara.
5. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik.
6. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.
7. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
8. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
9. Dasar pembagian dividen.
Bebrapa kebaikan dari konsep laba akuntansi ini adalah sebagai berikut:
1. Tidak dapat menunjukkan laba yang belum direalisasi yang timbul dari kenaikan
nilai. Kenaikan nilai ini ada, namun belum direalisasi.
2. Sulit mengakui kebenaran jika dilakukan perbandingan. Hal ini timbul karena
perbedaan dalam metode menghitung cost, dan perbedaan waktu antara realisasi
hasil dan biaya.
3. Penerapan prinsip realisasi, Histrorical Cost, dan Coservartisme dapat
menimbulkan salah pengertian terhadap data yang disajikan.
14
Menurut Hendriksen dan Most memberikan kelemahan laba akuntansi sebagai berikut:
1. Konsep laba akuntansi belum dirumuskan secara jelas dalam teori akuntansi.
Akuntansi dinilai:
a. Belum mampu memberikan ukuran terbaik untuk menentukan nilai arus jasa
dan perubahan nilainya.
b. Belum sepakat mana yang masuk dan tidak masuk dalam perhitungan laba.
c. Ketidaksepakatan antara berbagai pihak siapa yang menjadi pemakai informasi
net income ini.
2. Standar akuntansi yang diterima umum masih mengandung berbagai cara yang
berbeda-beda dan mengandung ketidakkonsistenan baik antar perusahaan maupun
dalam suatu periode tertentu.
3. Perubahan tingkat harga telah mengubah arti laba yang diukur berdasarkan nilai
historis sehingga perubahan nilai uang atau tingkat inflasi belum diperhitungkan
dalam laporan keuangan.
4. Kurang bermanfaat untuk keputusan jangka pendek.
5. Informasi lainnya di luar data historis dinilai lebih bermanfaat bagi investor dalam
pengambilan keputusan.
6. Kurangnya informasi fisik dan perilaku yang membuat informasi laba semakin
bermanfaat.
Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan rugi
laba. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja perusahaan yang
penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan
mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter penilaian kinerja
perusahaan tersebut adalah pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara
mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi
dengan laba pada periode sebelumnya. Menurut ketentuan Dapartemen Koperasi
Pengusaha Kecil dan Menengah, pertumbuhan laba dikatakan optimal jika mengalami
peningkatan 10% atau lebih dari tahun sebelumnya.
15
Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang
dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode
sebelumnya.
16
bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor, apakah
sehat atau tidak, apakah menguntungkan atau tidak dan sebagainya. Hal ini penting
karena nantinya akan berhubungan dengan hasil yang akan diperoleh dari investasi dan
risiko yang harus ditanggung. Analisis fundamental merupakan analisis historis atas
kekuatan keuangan dari suatu perusahaan yang sering disebut dengan company
analysis. Data yang dugunakan adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan
mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat dianalisis. Dalam
company analysis para analisis akan menganalisis laporan keuangan perusahaan, salah
satunya dengan rasio keuangan. Para analis fundamental mencoba memprediksikan
pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor fundamental
yang mempengaruhi pertumbuhan laba yang akan datang, yaitu kondisi ekonomi dan
kondisi keuangan yang tercermin melalui kinerja perusahaan.
b. Analisis teknikal
Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan pasar yang
digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksi pertumbuhan laba di
masa yang akan datang dengan mengamati perubahan laba di masa lalu. Teknik ini
mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.
17
Peningkatan adalah dengan pengaruh
Laba Pada menggunakan yang positif
deskriptif dan
PT.Pos
dengan teknik signifikan
Indonesia pengumpulan antara
(Persero) data yang jumlah
digunakan produk
Kota
adalah terhadap
Palembang wawancara peningkatan
laba pada
PT.Pos
Indonesia
(Persero)
Kota
Palembang.
Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan laba
rugi. Penyajian laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja perusahaan yang
penting. Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan
mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter penilaian kinerja
perusahaan tersebut adalah pertumbuhan laba. pertumbuhan laba dihitung dengan cara
megurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi
dengan laba pada periode sebelumnya.
Pengaruh Jumlah Produk Tehadap Peningkatan Laba dapat dilihat pada gambar berikut:
18
2.6.2. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho= Tidak ada pengaruh jumlah produk terhadap peningkatan laba pada UD Hadi
Makmur Kupang.
H1= Ada pengaruh jumlah produk terhadap peningkatan laba pada UD Hadi Makmur
Kupang.
19
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan produksi mebel yaitu pada UD Hadi Makmur
Kupang yang terletak pada Jln. HTI Oebufu, RT 19 RW 06.
20
3.4. Teknik Pengambilan Data
1. Metode Wawancara yaitu peneliti melakukan tanya jawab kepada pemilik perusahaan
secara tatap muka (Sugiyono, 2016:317).
2. Metode Observasi yaitu penulis melakukan pengamatan secara langsung mengenai
kegiatan di lokasi penelitian yaitu UD Hadi Makmur Kupang yang beralamat di Jln. HTI
Oebufu, RT 19 RW 06.
3. Metode Studi Pustaka yaitu penulis mengumpulkan melalui literatur kepustakaan yang
berkaitan dengan materi yang diteliti.
21
Operasional variabel penelitian dapat dijabarkan secara lengkap pada Tabel 3.1
sebagai berikut:
22
Ada beberapa cara mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data
(titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan dalam keputusan uji
normalitas adalah:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka regresi mengikuti asumsi normalitas.
2) Jika data jauh menyebar dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau garis histogram tidak menunjukan pola distribusi normal, maka
regresi tidak memenuhi asumsi klasik.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka di sebut
homoskedastisitas dan jika berbeda di sebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis ini berguna untuk mengetahui pengaruh jumlah produk terhadap peningkatan
laba pada UD Hadi Makmur Kupang.
Adapun variable-variabelnya adalah: Variabel X= Variabel independen atau variabel
bebas yaitu besaran variabel ini akan mempengaruhi besaran variabel terikat, dalam
hal ini adalah jumlah produk. Variabel Y= Variabel dependen atau variabel terikat
yaitu besaran variabel ini akan dipengaruhi besaran variabel bebas dalam hal ini
adalah peningkatan laba. Untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap variabel Y
tersebut, dipakai rumus regresi linier sederhana sebagai berikut:
Y=a+bX+ei
Dimana:
Y = Peningkatan laba
X = Jumlah produk
a = Nilai intersept(konstan)
23
b = koefiensi arah regresi linier
ei = error of term
a=
b=
Diamana:
n=Jumlah tahunan
∑Y = Jumlah total X
3. Uji hipotesis
Analisis ini digunakan untuk menguji apakah terdapat hubungan yang signifikan
antara variable X dengan variable Y, maka digunakan statistik uji t yaitu dengan
menggunakan
√
Dimana:
n =jumlah produk
rs =koefisien korelasi
Dalam penel itian ini digunakan statistik uji t dengan pengujian signifikasi,
Ho : Tidak ada pengaruh jumlah produk terhadap peningkatan laba pada UD Hadi
Makmur Kupang.
H1 : Ada pengaruh jumlah produk terhadap peningkatan laba pada UD Hadi
Makmur Kupang.
24
Membandingkan thitung dengan ttabel dengan kriteria sebagai berikut:
4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan ukuran untuk mengetahui kesesuaian atau
ketepatan antara nilai dugaan atau garis regresi dengan data sampel. Jika semua data
observasi terletak pada garis regresi akan diperoleh garis regresi yang sesui atau
sempurna, namun apabila data observasi tersebut jauh dari nilai dugaan atau garis
regresinya, maka nilai dugaannya menjadi kurang sesuai.
Koefisien determinasi di definisikan sebagai berikut:
Koefisien determinasi adalah bagian dari keragaman dari keragaman total variabel
terikat Y (variabel yang dipengaruhi atau dependen) yang dapat diterangkan atau
diperhitungkan oleh keragaman variabel bebas X (variabel yang mempengaruhi atau
independen).
Jadi determinasi adalah kemampuan variabel X (variabel independen)
mempengaruhi variabel Y (variabel dependen). Semakin besar koefisien determinasi
menunjukan semakin baik kemampuan X menerangkan Y.
25
3.7. Jadwal Kegiatan
Penelitian ini akan dijadwalkan dalam jangka waktu 4 bulan dengan penelitian sebagai
berikut:
Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan
Bulan ke
Kegiatan 1 2 3 4 5 6
Pengumpulan data
(wawancara)
kesimpulan (TA)
26
DAFTAR PUSTAKA
Angkoso, 2006. Akuntansi Lanjutan. Penerbit. FE Yogyakarta.
Nazir, 2003. Metode Penelitian. Cetakan Kelima. Penerbit Ghalia Indonesia: Jakarta.
Soemarso, 2010. Akuntansi Suatu Pengantar. Buku 2 Edisi 5, Penerbit. Selemba Empat
Widiya Prima Saputri, (2012). Pengaruh Jumlah Produk Terhadap Peningkatan Laba
Pada PT.Pos Indonesia (Persero)Cabang Kupang. Fakultas Ekonomi
Universitas IBA Palembang.
27
28