Anda di halaman 1dari 17

TUGAS SEJARAH

PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

Disusun oleh :

Jelita Salsabila Dyah Pitaloka (19)

XI MIPA 1

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 1 ROGOJAMPI

Jalan Ali Sakti 02 Pengatigan Rogojampi Banyuwangi

Telp. ( 0333 ) 631 456

Web: http://www.sman1rogojampi.co.cc

e-mail:smanrogojampi@yahoo.co.id

Rogojampi, Februari 2021


1. PENGERTIAN PROKLAMASI

Proklamasi merupakan pernyataan atau sebagai pemberitahuan kepada dunia


bahwa ada salah satu bangsa telah merdeka. Proklamasi juga didefinisikan sebagai
pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh orang yang berwenang untuk membuat
pengumuman tertentu. Proklamasi saat ini digunakan dalam kerangka
pemerintahan beberapa negara dan biasanya dikeluarkan atas nama kepala negara.

Arti proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia dapat dibedakan menjadi dua,


yakni bagi dunia luar dan bagi bangsa Indonesia sendiri. Arti proklamasi
kemerdekaan Indonesia bagi dunia luar terkait beberapa hal, di antaranya:

a) Sejak saat itu Bangsa Indonesia telah merdeka.


b) Bangsa Indonesia sejak saat itu sudah merdeka dan berdaulat.
c) Wajib dihormati oleh negara-negara lain secara layak sebagai bangsa dan
negara yang mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat serta hak dan
kewajiban yang sama dengan bangsa-bangsa lain yang sudah merdeka dalam
pergaulan antar bangsa di dalam hubungan internasional.

Sedangkan, berikut ini arti proklamasi kemerdekaan Indonesia bagi bangsa


Indonesia itu sendiri:

a) Untuk memberikan dorongan dan rangsangan bahwa sejak saat itu bangsa
Indonesia mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat dengan bangsa-
bangsa lain yang sudah merdeka dalam pergaulan dunia.
b) Mempunyai hak dan kewajiban untuk mengisi dan mempertahankan
kemerdekaan yang telah diperoleh dan memperjuangkan tercapainya cita-
cita nasional bangsa Indonesia.
c) Sejak saat itu, bangsa Indonesia telah mengambil sikap untuk menentukan
nasib sendiri beserta tanah airnya dalam segala aspek kehidupan.
d) Bangsa Indonesia akan menyusun negara sendiri dengan tata aturan sendiri,
sehingga pada saat itu telah berdiri negara baru yaitu negara Indonesia.
e) Dengan berdirinya negara baru ini maka negara memiliki tata hukum sendiri
untuk mengatur segala kehidupan bernegara di dalam negara baru tersebut.
f) Norma pertama atau norma dasar atau aturan dasar dari tata hukum
Indonesia.
g) Negara merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan
kekuasaannya mengatur serta menyelenggarakan sesuatu masyarakat
(Logemann).

2. PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus


1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang
dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta
bertempat di sebuah rumah hibah dari Faradj bin Said bin Awadh Martak di Jalan
Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat.

Pembacaan teks proklamasi menjadi awal baru era perlawanan diplomatik dan
bersenjata dari Revolusi Kemerdekaan Indonesia. Perang terus berlanjut meskipun
pembacaan teks proklamasi telah dilaksanakan sampai Belanda secara resmi
mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949. Hal itu terjadi setelah
peristiwa yang juga menandai bearkhirnya Perang Dunia II yang mana Hiroshima
dan Nagasaki hancur oleh Bom Atom.
Teks proklamasi ditandatangani oleh Soekarno dan Mohammad Hatta.
Keduanya kemudian ditunjuk sebagai Presiden dan Wakil Presiden pertama
Indonesia. Berita pembacaan teks proklamasi disebarkan secara langsung oleh para
utusan ke daerah-daerah.

Para utusan yang ikut menyebarkan berita proklamasi Indonesia antara lain:

1) Teuku Mohammad Hassan dari Aceh

2) Sam Ratulangi dari Sulawesi

3) Ketut Pudja dari Sunda Kecil (Bali)

4) A.A. Hamidan dari Kalimantan

A. LATAR BELAKANG

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota
Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat
tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian, Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI (Jepang: 独立準備調査会, Dokuritsu
Junbi Chōsakai), berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia, Jepang: 独 立 準 備 委 員 会 , Dokuritsu Junbi Iinkai), untuk lebih
menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal
9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga
menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen
ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Soekarno dan Hatta selaku pimpinan PPKI serta Radjiman Wedyodiningrat


sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur
laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa
pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan
kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945,
Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah
kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai
hadiah Jepang.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat,


Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta, dan Radjiman bahwa pemerintah
Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi
kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, berdasarkan tim PPKI.
Meskipun demikian, Terauchi, pimpinan tertinggi Jepang di Asia Tenggara dan
putra mantan Perdana Menteri Terauchi Masatake, menginginkan proklamasi
diadakan pada 24 Agustus 1945.

Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta, dan Radjiman kembali ke tanah air
dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan
kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat
Jepang, karena Jepang telah menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari
perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta
menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum
yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI
saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat
fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa
Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir
menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh
PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang.

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang secara resmi menyerah kepada Sekutu di
kapal USS Missouri. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di
Indonesia karena Jepang berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke
tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar
kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal
bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin
terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat
proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda
tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk
oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri,
bukan pemberian Jepang.

Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk


memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi
kantor tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu,


Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jalan
Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat
atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima
konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda,
Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10:00 pagi tanggal 16 Agustus
keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No. 2 guna membicarakan segala
sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.

Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan


kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari
beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10:00 pagi tidak
dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul.

B. KRONOLOGIS

Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 menjadi momen penting bagi


bangsa Indonesia. Proklamasi menjadi penegasan bahwa Indonesia telah merdeka
dan terbebas dari penjajahan.

Sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia terjadi, ada sejumlah peristiwa


penting yang terjadi. Salah satunya adalah serangan sekutu terhadap Jepang yang
membuat kota Hiroshima hancur akibat bom atom pada 6 Agustus 1945.

Setelah insiden tersebut, Jepang membentuk Panita Persiapan Kemerdekaan


Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai. PPKI dibentuk dengan tujuan
mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Jepang juga menjanjikan
kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus 1945.

Dalam situasi tersebut, Jepang malah kembali


mendapat serangan bom dari sekutu yang berlokasi
kota Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Momen ini yang
membuat Jepang menyatakan kalah dari sekutu pada
14 Agustus 1945.

Para pemuda yang mendengar kekalahan Jepang


langsung mengadakan rapat di Gedung Bakteriologi.
Hasil rapat tersebut adalah memerintahkan Wikana dan Darwis mendesak
Soekarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Namun, Soekarno dan Mohammad Hatta selaku golongan tua menginginkan


konsep kemerdekaan yang lebih matang dan tidak terburu-buru. Akhirnya,
Soekarno dan Moh. Hatta diculik oleh golongan muda ke Rengasdengklok,
Karawang pada 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB.

Pemilihan Rengasdengklok untuk merundingkan kemerdekaan katena letaknya


yang strategis, sudah dikuasai oleh PETA, dan masyarakat di sana juga anti dengan
Jepang. Setelah golongan tua yang diwakili Soekarno, Moh. Hatta, dan Mr.
Achmad Subardjo dengan golongan muda membuat kesepakatan, proklamasi
kemerdekaan akhirnya diputuskan untuk diadakan pada esok harinya, 17 Agustus
1945.

Namun sebelum itu, dilakukan pertemuan PPKI di rumah Laksamana Maeda,


Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut Jepang, terlebih dahulu.

Pertemuan tersebut bertujuan untuk


perumusan teks proklamasi yang dihadari oleh
golongan tua dan golongan muda. Setelah ditulis
tangan oleh Soekarno, teks proklamasi tersebut
diketik oleh Sayuti Melik.

Selanjutnya, para tokoh proklamator


mendatangi rumah Soekarno yang terletak di
Jalan Pegangsaan Timur nomor 56 untuk
membacakan teks proklamasi pada 17 Agustus 1945. Prosesi proklamasi tersebut
berjalan lancar. Pengibaran bendera Merah Putih juga dilakukan oleh Latief
Hendraningrat, Suhud Sastro Kusumo, dan Surastri Karma (SK) Trimurti. Lalu,
acara dilanjutkan dengan sambutan oleh beberapa walikota, yaitu Suwiryo dan dr.
Muwardi.

C, TEMPAT

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus


1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang
dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta
bertempat di sebuah rumah hibah dari Faradj bin Said bin Awadh Martak di Jalan
Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat.

D. TOKOH

Tokoh Proklamasi dan Perannya

Dalam sejarah berdirinya bangsa Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945


merupakan hari dimana Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan dan
menandakan bahwa Indonesia telah merdeka. Hari tersebut termasuk hari yang
paling membanggakan dalam sejarah Indonesia dengan memiliki makna
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ada beberapa Tokoh yang berperan dalam
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1) Ir. Soekarno

Ir. Soekarno merupakan salah satu tokoh hebat yang


berjuang dalam meraih kemerdekaan Indonesia dan
merupakan tokoh pertama yang menjadi presiden Republik
Indonesia. Ir. Soekarno, atau biasa disebut Bung Karno, lahir
pada tanggal 6 Juni 1901 di Blitar, Jawa Timur dan
meninggal pada tanggal 21 Juni 1970. Pada masa itu, Bung
Karno memiliki konsep teks proklamasi yang ingin
dibacakan kepada rakyat Indonesia. Bung Karno juga yang
menyusun teks proklamasi bersama dengan Bung Hatta di
rumah Laksamana Tadashi Maeda. Kemudian Bung Karno
juga berperan dalam membacakan teks proklamasi
kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur no. 56 daerah DKI Jakarta.

2) Drs. Moh. Hatta

Drs. Moh Hatta atau biasa disebut dengan Bung


Hatta, lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di
daerah Bukittingi, Sumatera Barat dan meninggal
pada tanggal 14 Maret 1980 pada umurnya yang
telah menginjak 77 tahun. Bung Hatta juga
merupakan seseorang yang telah memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia dan merupakan wakil
presiden pertama yang memimpin Indonesia
bersama Bung Karno. Bung Hatta memiliki peran yang besar juga dalam
proklamasi kemerdekaan, dimana beliau ikutserta dalam menyusun naskah
proklamasi bersama dengan Bung Karno dan Achmad Soebardjo di rumah
Laksamana Tadashi Maeda. Selain itu, Bung Hatta juga seseorang yang
menandatangani naskah proklamasi bersama dengan Bung Karno.

3) Mr. Achmad Soebardjo Djojoadisurjo


Mr. Achmad Soebardjo merupakan Tokoh Proklamator
Kemerdekaan Indonesia, seorang diplomat, dan seorang
pahlawan Nasional Indonesia. Beliau adalah Menteri luar
negeri pertama di Indonesia dan memiliki gelar Meester in
de Rechten yang diperoleh di Unicersitas Leiden, Belanda
pada tahun 1933. Achmad Soebardjo berperan dalam
penyusunan konsep naskah proklamasi kemerdekaan
Indonesia di rumah seorang laksamana muda Jepang
bersama Bung Karno dan Bung Hatta.

4) Sutan Syahrir

Sutan Syahrir (dengan ejaan lama: Soetan Sjahrir) lahir di Padang Panjang,
Sumatera Barat pada 5 Maret 1909 dang meninggal pada tanggal 9 April 1966 di
Zurich, Swiss pada umur 57 tahun. Beliau adalah seorang politikus keturunan
Bugis dan perdama Menteri pertama di Indonesia. Beliau menjabat sebagai
perdana Menteri Indonesia dari 14 November 1945
hingga 20 Juni 1947 dan meninggal dalam pengasingan
sebagai tawanan politik. Sutan Syahrir ditetapkan
sebagai salah seorang pahlawan Nasional Indonesia
pada tanggal 9 April 1966 berdasarkan Keppres no. 76
tahun 1966. Sutan Syahrir berperan sebagai pemimpin
perlawanan bawah tanah untuk menyerang dan melawan
Jepang pada masa-masa proklamasi. 

5) Sayuti Melik

Mohamad Ibnu Sayuti, atau biasa lebih dikenal dengan Sayuti


Melik, diketahui dalam sejarah sebagai pengetik naskah
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Beliau juga
merupakan suami dari Soerastri Karma Trimurti yang bekerja
sebagai seorang wartawati dan aktifis perempuan pada zaman
pergerakan dan zaman pasca kemerdekaan. Peran beliau
dalam membantu berjalannya proklamasi adalah dengan
mengetik naskah Proklamasi yang disempurnakan dari tulisan
tangan Bung Karno.
6) Soekarni Kartowirjo

Soekarni merupakan salah satu Tokoh


Proklamator Kemerdekaan Indonesia.
Gelar Pahlawan Nasional Indonesia
Sukarni disematkan oleh Presiden Joko
Widodo pada tanggal 7 November 2014
kepada perwakilan keluarga di Istana
Negara Jakarta. Sukarni berperan dalam
masa proklamasi dengan mengusulkan
agar teks proklamasi kemerdekaan Indonesia untuk
ditandatangi oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama
bangsa Indonesia. 

7) Burhanuddin Mohammad Diah (B.M. Diah)

Burhanuddin Mohammad merupakan seorang pejuah


kemerdekaan, diplomat, tokoh pers, dan pengusaha Indonesia. B.M. Diah berperan
sebagai wartawan dan bertugas untuk menyiarkan kabar berita bahwa Indonesia
telah merdeka ke seluruh penjuru tanah air pada masa proklamasi kemerdekaan.

8) Jusuf Kunto

Jusuf Kunto lahir pada tanggal 8 Agustus 1921 di Salatiga. Jusuf Kunto memiliki
nama asli Kunto sebelum akhirnya diganti menjadi Jusuf Kunto sejak tahun 1937.
Jusuf Kunto merupakan salah satu anggota PETA yang ikut menculik Bung Karno
dan Bung Hatta ke Rengasdngklok pada tanggal 16 Agustus 1945 bersama Sukarni
dan beberapa anggota PETA lainnya.

9) Latief Hendraningrat dan Suhud

Abdul Latief Hendraningrat merupakan salah satu prajurit


PETA (Pembela Tanah Air) dengan pangkat Sudanco dan
pengibar bendera Sang Saka Merah Putih pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan
Pegangsaan Timur 56 berdampingan dengan Suhud Sastro Kusumo.

10) Suwirjo

Raden Suwiryo merupakan salah satu Tokoh Proklamator


Kemerdekaan Indonesia yang pernah menjadi walikota Jakarta
dan ketua umum PNI. Selain itu, beliau juga pernah menjadi
wakil perdana Menteri pada cabinet Sukiman-Suwiryo. Pada saat
menjabat sebagai gubernur Jakarta, beliaulah yang
mengusahakan agar kegiatan upacara proklamasi berjalan dengan
aman dan lancar.

11) Frans Sumarto Mendur

Frans Sumarto Mendur merupakan salah satu dari


fotografer yang mengabadikan detik-detik
proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Sebagai perekan sejarah, hasil potret beliau pada
peristiwa perjuangan kemerdekaan menjadi alasan
mengapa sekarang kita bisa melihat foto upacara
proklamasi kemerdekaan Indonesia.

12) Syahruddin

Syahruddin merupakan seorang telegrafis di kantor berita Jepang


(DOMEI) dalam masa penjajahan Jepang di Indonesia. Beliaulah
yang berjasa dalam menyebarkan berita proklamasi kemerdekaan
Indonesia secara sembunyi-sembunyi pada tanggal 17 Agustus
1945 pukul 4 sore.

13) Jusuf Ronodipuro


Jusuf Ronodipuro pada awalnya dikenal sebagai penyiar kemerdekaan Republik
Indonesia secara luas dan merupakan duta besar Indonesia. Beliau berperan dalam
menyebarkan berita proklamasi pada saat ia bekerja di Radio Hoso Kyoku.

14) Wikana

Wikana adalah seorang Tokoh Proklamator Kemerdekaan


Indonesia bersama Chaerul Saleh, Sukarni, dan pemuda
lainnya dalam menculik Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok.
Beliau merupakan utusan yang menyampaikan keputusan
kaum pemuda kepada Soekarno-Hatta.

15) Chaerul Saleh

Chaerul Saleh berperan besar dalam peristiwa Rengasdengklok


dan menuntut Soekarno-Hatta untuk
segera membacakan proklamasi
kemerdekaan. Pada tahun 1946, beliau
bergabung dalam Persatuan Perjuangan
pimpinan Tan Malaka dan menuntut
kemerdekaan 100%. Pada 1948, Tan
Malaka mendirikan Gerakan Rakyat
Revolusioner dan menunjuk Chaerul Saleh sebagai
sekretaris.

16) Dr. Muwardi

Muwardi berperan dalam membacakan teks pembukaan UUD 1945 yang dibentuk
oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan masuk ke dalam
sejarah pembentukan PPKI. Beliau juga merupakan ketua Barisan Pelopor untuk
seluruh Jawa dan memerintahkan Barisan Pelopor untuk menjaga Lapangan Ikada
yang rencananya akan digunakan sebagai tempat pembacaan teks proklamasi
sehari sebelum pembacaan.

17) Sudiro
Sudiro merupakan walikota Jakarta pada periode 1953 – 1960 dan
menjadi saksi dalam perumusan naskah proklamasi.

18) A.M. Hanafi

Hanafi memiliki peranan besar dalam meyakinkan Bung Karno


untuk membacakan teks proklamasi. Tanpa beliau, Bung Karno
tidak berani untuk membacakan teks karena adanya ancaman
Jepang untuk membasmi siapa saja yang melawan.

19) A.R. Baswedan

A.R. Baswedan merupakan salah satu anggota BPUPKI dan


memiliki peran dalam mendapatkan pengakuan de facto dan de jure
bagi eksistensi Indonesia.

20) Adam Malik

Adam Malik merupakan mantan Menteru Indonesia


dan merupakan salah satu pahlawan Nasional
Indonesia pada tanggal 6 November 1998. Peran
beliau dalam proklamasi adalah sebagai wartawan
yang menyampaikan berita proklamasi ke seluruh
Indonesia.

21) Fatmawati
Istri proklamator ini terlibat sebagai tokoh proklamasi dalam
kemerdekaan Indonesia. Fatmawati diketahui yang menjahitkan
bendera pusaka Merah-Putih untuk dikibarkan saat upacara 17
Agustus 1945.

22) Laksamana Maeda

Pria berkebangsaan Jepang ini juga menjadi tokoh


proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan seorang
perwira dengan jabatan sebagai Wakil Komandan
Angkatan Laut Jepang di Jakarta dan ikut bersimpati pada
perjuangan kemerdekaan Indonesia. Laksamana Maeda
mengizinkan para pejuang menggunakan rumahnya
sebagai tempat perumusan naskah proklamasi.

E. TAHUN

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17


Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang,
yang dibacakan oleh Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta
bertempat di sebuah rumah hibah dari Faradj bin Said bin Awadh Martak di Jalan
Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat.

F. DAMPAK

Dampak proklamasi bagi bangsa Indonesia adalah dengan terlaksanya


proklamasi bangsa Indonesia terbebas dari kesengsaraan penjajah dan dengan
terlaksananya proklamasi bangsa Indonesia mendeklarasikan diri sebagai suatu
negara yang memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan negara-negara lain di
dunia.

Beberapa dampak yang ditimbulkan adanya Teks Proklamasi Kemerdekaan


Indonesia dalam berbagai bidang :

1) Bidang Ekonomi

Pada masa pasca proklamasi kemerdekaan, keadaan perekonomian Indonesia


mengalami kondisi yang cukup terpuruk dengan terjadinya inflasi dan pemerintah
tidak sanggup mengontrol mata uang asing yang beredar di Indonesia, terutama
mata uang Jepang dan mata uang Belanda, keadaan kas Negara dan bea cukai
dalam keadaan nihil, begitu juga dengan pajak.

Oleh karena itu dengan sangat terpaksa pemerintah Indonesia menetapkan tiga
mata uang sekaligus yaitu mata uang de javasche Bank , mata uang Hindia Belanda
dan mata uang pemerintahan Jepang. Pemerintah Indonesia juga mengambil
tindakan lain yaitu menasionalisasikan de javasche bank, KLM, KPM, dan
perkebunan – perkebunan asing milik swasta asing, serta mencari pinjaman dana
dari luar negeri seperti Amerika, tetapi semua itu tidak memberikan hasil yang
berarti dikarenakan adanya blokade ekonomi oleh Belanda dengan menutup akses
ekspor impor yang mengakibatkan negara merugi sebesar 200.000.000,00.

Banyak peristiwa yang mengakibatkan defisitnya keuangan negara salah


satunya adalah perang yang dilancarkan sekutu dan NICA. Usaha- usaha lain yang
dilakukan oleh pemerintah RI untuk mengatasi masalah ekonomi adalah
menyelenggarakan konferensi ekonomi pada bulan februari tahun 1946. Agenda
utamanya adalah usaha peningkatan produksi pangan dan cara pendistribusiannya,
masalah sandang, serta status dan administrasi perkebunan milik swasta asing.

2) Bidang Politik

Kondisi dunia politik bangsa Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan, banyak


sekali mengalami perubahan dan pembaharuan di segala aspek. Sebagian besar
melakukan pembenahan di dalam tubuh pemerintahan yang mana sebelumnya
dipimpin oleh bangsa jepang yang menduduki bangsa Indonesia setelah Belanda.
Pertama-tama melakukan rapat PPKI yang dilaksanakan pada tanggal 18 agustus
1945. Agenda pertama adalah menunjuk presiden dan wakil presiden serta
mengesahkan dasar negara yaitu UUD Negara. Kemudian rapat terus berlanjut
dengan agenda –agenda yang lebih luas yaitu pembentukan alat-alat perlengkapan
negara seperti Komite Nasional, Kabinet Pertama RI, pembagian wilayah RI atas 8
Propinsi beserta pada gubernurnya, penetapan PNI sebagai satu-satunya partai
politik di Indonesia, pembentukan BKR/TKR, dan lain-lain. Tetapi banyaknya
hambatan dan kurangnya pengalaman dalam perjalanan pembangunan yang akan
dihadapi, maka jalannya pemerintahan menjadi tersendat dan tidak seluruhnya
sesuai rencana dan cita-cita yang telah di canangkan.

3) Bidang sosial dan budaya

Pasca proklamasi kemerdekaan banyak terjadi perubahan sosial yang ada di


dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada khususnya. Dikarenakan sebelum
kemerdekaan di proklamirkan, didalam kehidupan bangsa Indonesia ini telah
terjadi diskriminasi rasial dengan membagi kelas-kelas masyarakat. Yang mana
masyarakat di Indonesia sebelum kemerdekaan di dominasi oleh warga eropa dan
jepang, sehingga warga pribumi hanyalah masyarakat rendahan yang kebanyakan
hanya menjadi budak dari bangsawan atau penguasa.

Tetapi setelah 17 agustus 1945 segala bentuk diskriminasi rasial dihapuskan dari
bumi bangsa Indonesia dan semua warga negara Indonesia dinyatakan memiliki
hak dan kewajiban yang sama dalam segala bidang.

Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang telah dicanangkan sejak awal adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan adanya landasan itulah yang menjadikan
misi utama yaitu menitik beratkan pembangunan awal dibidang pendidikan yang
mana telah di pelopori oleh Ki Hajar Dewantara yang mana di cetuskan menjadi
Bapak pendidikan yang juga menjabat sebagai menteri pendidikan pada masa
pasca kemerdekaan 1945.

Anda mungkin juga menyukai