Anda di halaman 1dari 3

TUGAS MENULIS JURNAL PEMBELAJARAN

(LEARNING JOURNAL)

JURNAL PEMBELAJARAN BIPA

Nama Mahasiswa : Willy Gonzales


NIM : 5031811019
Kelas : Sastra Inggris 18B
Dosen : Bob Morison Sigalingging, M.Hum.
Tanggal : 19 Maret 2021

Pertemuan 1
Pertemuan pertama BIPA membahasa topik mengenai apa itu BIPA secara umum. Mulai
dari pengertian BIPA, sejarah BIPA, konsep BIPA, dan update seputar informasi mengenai
perkembangan BIPA di seluruh dunia. Salah satu contoh menarik dari update seputar
informasi BIPA ialah bahwasanya pembelajaran BIPA kini mulai meluas di seluruh dunia dan
semakin banyak masyarakat dari negara luar yang ingin mempelajari bahasa Indonesia. Poin
menarik lainnya dari topik minggu pertama ialah tujuan dari pembelajar BIPA itu sendiri.
Tujuan belajar BIPA dengan presentase paling besar adalah untuk kepentingan
bisnis/pekerjaan, kemudian diikuti dengan tujuan wisata.

Pertemuan 2
Topik pertemuan kedua BIPA adalah mengenai konsep BIPA. Pada topik kali ini salah satu
poin penting yang dibahas adalah tentang konsep pembelajaran BIPA dalam memahami
bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua dan bahasa asing bagi pelajar BIPA. Materi yang
diberikan pada pertemuan ini juga menyangkut tentang silabus-silabus BIPA serta
mengenalkan lembaga-lembaga yang bersangkutan dalam mendukung pembelajaran BIPA,
dan juga terdapat 58 negara yang melaksanakan pembelajaran BIPA menurut data dari Badan
Bahasa. Ini menunjukkan bahwa semakin banyak yang tertatik untuk mempelajari bahasa
Indonesia.

Pertemuan 3
Pertemuan ke-tiga BIPA membahas topik tentang standardisasi BIPA. Pada dasarnya
standardisasi BIPA bertujuan untuk menjaga proses pembelajaran BIPA agar tetap pada
jalurnya atau on track yang tentunya berpengaruh pada kompetensi dasar pembelajar atau
capaian indikator. Topik ini juga membahasa tentang kriteria pengjara BIPA untuk tingkatan-
tingkatan tertentu seperti, tingkat sekolah SD-SMA dan sederajat, tingkat perguruan tinggi dan
tinggkat lembaga kursus atau pusat pelatihan. Masing-masing tingkatan memiliki kriteria
pengajar BIPA yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pembelajar BIPA. Acuan standar
BIPA ,yaitu, CEFR dan UKBI juga meliputi pembahasan tentang pelevelan atau tingkatan
BIPA yang ada yaitu tingkat B1 sampai B7 yang tingkatannya dibedakan berdasarkan
kesulitan dan seberapa jauh kemampuan penutur bahasa Indonesia tersebut. Dikarenakan
pelajar yang diajarkan pun terkadang sama sekali tidak kenal dengan bahasa Indonesia yang
baik dan benar, maka pengajar BIPA akan menjadi ‘wajah’ dari bangsa Indonesia di mata
pelajar BIPA. Penting sekali untuk memberikan yang terbaik untuk mengharumkan nama
bangsa.

Pertemuan 4
Pertemuan ke-empat membahasa tentang tantangan-tantangan dan peluang-peluang menjadi
pengajar BIPA. Tantangan dan peluang yang ada bagi pengajar BIPA berbeda-beda sesuai
dengan kondisi. Misal, pengajar BIPA di daerah yang berbeda memiliki tantangan dan peluang
yang berbeda pula sesuai dengan kondisi daerah tersebut, seperti perbedaan jumlah pembelajar
ataupun tujuan pembelajar di dearah yang berbeda-beda tersebut. Perbedaan tantangan juga
dapat terjadi berdasarkan jenis pengajar BIPA. Pengajar BIPA terbagi menjadi 3, yaitu
pengajar BIPA dari prodi Bahasa Indonesia, Bahasa Asing/Inggris, dan prodi khusus (seni,
kesahatan, olahraga dsb.) dan masing-masing jenis pengajar tersebut mempunyai tantangan
dan peluang yang berbeda pula. Misal, pengajar BIPA dari prodi Bahasa Indonesia memiliki
kelebihan dalam kompetensi berbahasa Indonesia namun mungkin akan memiliki tantangan
dalam berkomunikasi dengan bahasa asing dengan para muridnya apabila dibandingkan
dengan pengajar BIPA dari prodi Bahasa Asing/Inggris.

Pertemuan 5
Pada pertemuan kelima, materi yang dipelajari adalah mengenai metode-metode apa saja
yang dapat digunakan bagi pengajar BIPA dalam mengajarkan materi kepada pelajar BIPA.
Dalam hal ini, terdapat beberapa metode seperti metode terjemahan tata bahasa, langsung,
audiolingual, sugestopedia, partisipatori, kontekstual dll. Saya memilih untuk menggunakan
Metode immersion, yaitu metode yang menekankan pada pengalaman langsung. Dengan
metode ini, saya percaya bahwa pemelajar BIPA akan lebih cepat menguasai kemampuan
berbahasa Indonesia karena dalam metode ini para pemelajar akan berinteraksi secara
langsung dengan masyarakat asli Indonesia sehingga mereka dapat merasakan secara langsung
bagaimana berinteraksi dengan Bahasa Indonesia secara nyata. Walaupun kemampuan menulis
memang sangat dibutuhkan, saya merasa metode ini akan sangat membantu karena bahasa
yang terus diekspos kepada pembelajar secara terus menerus akan membuatnya memiliki
ingatan yang lebih kuat terhadap bahasa yang ia pelajari atau praktekan secara langsung
dengan repetisi layaknya pembicara asli bahasa tersebut.

Pertemuan 6
Topik pembahasan pada pertemuan 6 adalah terkait dengan BIPA dan CEFR. Acuan dalam
pengajaran dan penilaian hasil belajar para pelajar asing yang digunakan dalam BIPA adalah
CEFR. Pertemuan 6 membahas beberapa alasan kenapa CEFR cocok dan dipilih untuk
diterapakan di Indonesia. Salah satu alasannya adalah karena CEFR dapat digunakan untuk
pembelajaran bahasa asing di masyarakat multilingual, seperti Asia Tenggara. Seperti yang
kita tahu masyarakat Indonesia termasuk masyarakat multilingual karena menguasai lebih dari
satu bahasa yaitu bahasa lokal dan bahasa Indonesia. Alasan lainnya ialah karena CEFR sudah
digunakan oleh pembelajara bahasa di kawasan Eropa dan Bahasa Lain (Mandarin, Jepang,
Thailand, Vietnam) sehingga CEFR merupakan acuan yang sangat relevan bagi pembelajaran
BIPA apabila akan dibawa ke ranah Internasional untuk dibandingkan dengan pembelajaran
bahasa-bahasa lain seperti yang telah disebutkan. Topik pertemuan ini juga menyebutkan
enam tingkatan BIPA berdasarkan CEFR yaitu:

A. Basic Speaker: Penutur Tingkat Dasar


A-1 Breakthrough: Pemula 1
A-2 Waystage : Pemula 2
B. Independent Speaker: Penutur Tingkat Mandiri
B-1 Treshold: Madya 1
B-2 Vantage: Madya 2
C. Provicient Speaker: Penutur Tingkat Mahir
C-1 Effective Operational Proficiency: Mahir 1
C-2 Mastery: Mahir 2

Dengan acuan CEFR, diharapkan BIPA memiliki standarisasi yang dapat diterapkan secara
mereta diseluruh lembaga penyelenggara pengajaran BIPA baik di dalam negeri maupun di
luar negeri demi memudahkan pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai