Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MANAJEMEN BENCANA

KEBIJAKAN ADMINISTRASI TERKAIT BENCANA

DISUSUN OLEH

LILIS ASRIANI ULANDARI J1A119043

KELAS REGULER A 2019

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim…

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat, taufik,
serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
tepat waktu.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah
Manajemen Bencana dan diharapkan melalui makalah ini, penyusun dapat
memahami materi mata kuliah Kebijakan Administrasi Terkait Bencana.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada segenap yang sudah


membantu dalam pembuatan makalah ini yaitu kepada teman-teman mahasiswa,
orang tua kami, serta dosen pengampu mata kuliah kami yang telah mendoakan
dan memberikan motivasinya kepada kami sehingga pembuatan makalah ini
selesai dengan tepat waktu dan tanpa halangan suatu apapun.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan


kekeliruan. Oleh karena itu, kepada para pembaca kami mohon saran dan
kritiknya yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Kendari, 23 Maret
2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.........................................................................................................................Lat
ar Belakang...................................................................................................1
1.2.........................................................................................................................Ru
musan Masalah.............................................................................................1
1.3.........................................................................................................................Tuj
uan.................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Bencana....................................................................................

2.2. Konsep Reformasi Administrasi................................................................

2.3. Manajemen Aset Berbasis Bencana..........................................................

2.4. Pemulihan Bencana....................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan..................................................................................................17

3.2. Saran............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................19

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

1.2. RUMUSAN MASALAH


1.2.1. Apa yang dimaksud dengan bencana ?
1.2.2. Bagaimana konsep reformasi administrasi
1.2.3. Bagaimana manajemen asset berbasis bencana
1.2.4. Bagaimana pemulihan pasca bencana

1.3. TUJUAN
1.1. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan
bencana
1.2. Untuk mengetahui dan memahami konsep reformasi administrasi
1.3. Untuk mengetahui dan memahami manajemen asset berbasis
bencana
1.4. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pemulihan pasca
bencana

1
BAB II PEMBAHASAN
.1. Pengertian Bencana

Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang


Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut:

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang


mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Definisi tersebut
menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan
manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut
juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana
sosial.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa


atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan
tanah longsor. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh
peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal
teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Bencana sosial
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok
atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. Kejadian Bencana adalah
peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal kejadian,
lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun kerusakan. Jika terjadi bencana
pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu wilayah, maka dihitung
sebagai satu kejadian.

.2. Konsep Reformasi Administrasi

Konsepsi reformasi administasi merujuk pada Caiden (1969:69)


yaitu ”The Artificial Inducement of Administrative Transformation Against
Resistance“. Kutipan tersebut mengandung arti bahwa usaha untuk
mendorong adanya perubahan administratif diperlukan dalam menghadapi
permasalahan yang kompleks. Sehingga terdapat tiga implikasi yang bisa
diperoleh berupa:

a. Reformasi administrasi merupakan kegiatan yang dibuat manusia, sifatnya


tidak eksidental, kejadian tersebut berlangsung secara otomatis dan
alamiah.

2
b. Reformasi administrasi sendiri merupakan suatu proses.
c. Resistensi cenderung beriringan dengan proses reformasi administrasi
tersebut.

Pendapat Caiden tersebut dapat disimpulkan bahwa reformasi


administrasi adalah suatu proses usaha yang dilakukan manusia untuk
mendorong serta melakukan perubahan yang bersifat terencana, alamian dan
otomatis atas sistem administrasi yang ada saat ini guna menyelesaikan
permasalahan yang kompleks. Menurut Wallis (1989) reformasi administrasi
memuat tiga aspek penting yakni pertama, perubahan harus memperbaiki
keadaan sebelumnya. Kedua, perubahan tersebut diperoleh dengan sengaja
melalui usaha dan bukan terjadi secara kebetulan. Ketiga, perbaikan tersebut
untuk kepentingan jangka panjang dan tidak sementara, untuk kemudian
kembali pada keadaan semula. Persamaan reformasi administrasi dari definisi
tersebut terdapat pada proses yang sadar dilakukan oleh manusia untuk
keadaan yang lebih baik serta berangkat dari situasi yang problematis.
Sedangkan aspek reformasi administrasi publik menurut Gie (2003) meliputi :
1. Kebijakan penataan kelembagaan dan tatalaksana yaitu redefinisi
kelembagaan dalam memenuhi pelayanan kepada masyarakat, audit,
perampingan organisasi, sistem rekrutmen dan penghargaan serta sanksi
bagi pelanggar
2. Kebijakan sumberdaya manusia tentang peningkatan kesejahteraan, moral
dan etika, profesionalisme.
3. Kebijakan pengawasan administrasi publik pihak internal pemerintah.

Tujuan daripada reformasi administrasi dari serangkaian definisi


Caiden (1969) lebih mengarah pada penyempurnaan atau meningkatkan
kinerja. Kegiatan tersebut bisa meliputi peningkatan efektifitas administrasi,
meningkatkan kualitas personel, melakukan antisipasi pada kritik dari pihak
luar yang mungkin terjadi. Sementara itu, kinerja yang dimaksud adalah
kinerja individu, kelompok, dan institusi untuk mencapai tujuan yang efektif
dan efisien yang berarti reformasi administrasi publik mencakup aspek
perilaku dan aspek kelembagaan.
Berdasarkan konsep reformasi administrasi yang telah diuraikan maka
kebijakan dalam mendorog perubahan perilaku dari berbagai pihak untuk
mengatasi permasalahan yang semakin kompleks melalui cara yang berbeda
secara sadar dan terencana maka mind set dan cultural set dipandang sebagai
suatu langkah untuk mendorong perubahan di masyarakat itu sendiri dalam
menanggulangi berbagai permasalahan publik termasuk bencana alam.

2.3. Upaya Penanggulangan Dampak Bencana

2.3.1. Tahapan penanggulangan dampak bencana


Upaya penanggulangan dampak bencana dilakukan melalui
pelaksanaan tanggap darurat dan pemulihan kondisi masyarakat di wilayah
Kabupaten Alor. Upaya penanggulangan dampak bencana tersebut

3
dilakukan secara sistematis, menyeluruh, efisien dalam penggunaan
sumberdaya dan efektif dalam memberikan bantuan kepada kelompok
korban. Upaya penanggulangan dan pemulihan tersebut dilakukan dengan
pendekatan secara utuh dan terpadu melalui tiga tahapan, yaitu tanggap
darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi dalam pelaksanaan penanggulangan
dampak bencana, yaitu:

1. Tahap Tanggap Darurat

Tahap ini telah selesai dilaksanakan oleh Pemerintah melalui


Bakornas PBP, Propinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Alor, serta
LSM dan masyarakat baik lokal maupun internasional juga beberapa
instansi terkait di pusat. Tahap ini bertujuan membantu masyarakat yang
terkena bencana langsung untuk segera dipenuhi kebutuhan dasarnya
yang paling minimal. Sasaran utama dari tahap tanggap darurat ini
adalah penyelamatan dan pertolongan kemanusiaan. Dalam tahap
tanggap darurat ini, diupayakan pula penyelesaian tempat penampungan
sementara yang layak, serta pengaturan dan pembagian logistik yang
cepat dan tepat sasaran kepada seluruh korban bencana.
2. Tahap Rehabilitasi
Tahap ini bertujuan mengembalikan dan memulihkan fungsi
bangunan dan infrastruktur yang mendesak dilakukan untuk
menindaklanjuti tahap tanggap darurat, seperti rehabilitasi bangunan
ibadah, bangunan sekolah, infrastruktur sosial dasar, serta prasarana dan
sarana perekonomian yang sangat diperlukan. Sasaran utama dari tahap
rehabilitasi ini adalah untuk memperbaiki pelayanan publik hingga pada
tingkat yang memadai. Dalam tahap rehabilitasi ini, juga diupayakan
penyelesaian berbagai permasalahan yang terkait dengan aspek
psikologis melalui penanganan trauma korban bencana.

3. Tahap Rekonstruksi
Tahap ini bertujuan membangun kembali kawasan Alor dengan
melibatkan semua masyarakat, perwakilan lembaga swadaya
masyarakat, dan dunia usaha. Pembangunan prasarana dan sarana
haruslah dimulai dari sejak selesainya penyesuaian tata ruang (apabila
diperlukan) di tingkat kabupaten terutama di wilayah rawan
gempa(daerah patahan aktif)Sasaran utama dari tahap ini adalah
terbangunnya kembali masyarakat dan kawasan di wilayah Alor.

2.3.2. Mekanisme Penanggulangan Bencana


Mekanisme penanggulangan bencana yang akan dianut dalam hal
ini adalah mengacu pada UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana dan Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
Dari peraturan perundangundangan tersebut di atas, dinyatakan
bahwa mekanismetersebut dibagi ke dalam tiga tahapan yaitu :

4
1. Pada pra bencana maka fungsi BPBD bersifat koordinasi dan pelaksana,
2. Pada saat Darurat bersifat koordinasi, komando dan pelaksana
3. Pada pasca bencana bersifat koordinasi dan pelaksana.

2.3.3. Upaya Penanggulangan Bencana


Upaya-upaya yang dilakukan untuk penanggulangan bencana bidang
kesehatan :
1. Bantuan pelayanan medik.
- Mobilisasi tenaga kesehatan untuk membantu pelayanan medis
spesialistik yang tidak tersedia di lokasi bencana.
- Mobilisasi obat dan alat kesehatan.
- Mendirikan alat kesehatan yang statis dan mobile.
- Pengobatan gratis bagi semua pelayanan kesehatan.
- Mendirikan rumah sakit lapangan jika fasilitas RS di lokasi bencana
terkena dampak bencana.
2. Bantuan Pelayanan Gizi
- Promotif yaitu dengan cara menurunkan tim konselor, seperti
memberikan dukungan kepada para ibu agar tetap care pada anaknya,
dengan tetap memberikan ASI sebagai sebagai sumber gizi paling
optimal bagi bayi dan BADUTA (Bawah Dua Tahun).
- Kuratif yaitu dengan memberikan bantuan pangan terhadap korban
bencana umumnya populasi berisiko yaitu pada bayi dan Balita,
dengan memberikan MP.ASI.
3. Upaya Penyehatan Lingkungan
- Penyediaan, pengawasan dan perbaikan kualitas air.
- Tempat penampungan pengungsi
- Pembuangan kotoran
- Pembuangan sampah
- Pembuangan limbah
- Pengendalian Vektor
- Sanitasi makanan.
4. Upaya Surveilans Epidemiologi
5. Upaya Imunisasi
- Tetap melaksanakan program imunisasi di lokasi bencana.
- melaksanakan imunisasi terhadap penyakit yang berisiko terjadinya
KLB. seperti Tetanus Toxoid dan Campak.
6. Bantuan pelayanan Obat dan Alat Kesehatan. 
- Memegang prinsip cepat, tepat dan sesuai kebutuhan.

5
BAB III PENUTUP
1.1. KESIMPULAN

1.2. SARAN

6
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai